Anda di halaman 1dari 13

1.

Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah metrik keuangan yang digunakan oleh analis dan
investor untuk mengukur dan mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan (laba) relatif terhadap pendapatan, aset neraca, biaya operasi, dan ekuitas
pemegang saham selama periode waktu tertentu.
Rasio ini menunjukkan seberapa baik perusahaan menggunakan asetnya untuk
menghasilkan laba dan nilai bagi pemegang saham. Rasio atau nilai yang lebih tinggi
biasanya dicari oleh sebagian besar perusahaan, karena ini biasanya berarti bisnis
berkinerja baik dengan menghasilkan pendapatan, laba, dan arus kas.
Rasio ini paling berguna ketika dianalisis dibandingkan dengan perusahaan
sejenis atau dibandingkan dengan periode sebelumnya. Rasio profitabilitas yang paling
umum digunakan diperiksa di bawah ini.

1.1 Manfaat Rasio Profitabilitas


 Mengetahui dengan pasti laba atau keuntungan dari sebuah perusahaan dalam
periode tertentu.
 Menjadi tolok ukur dalam penilaian yang dilakukan bank/investor kepada
perusahaan.
 Memahami efisiensi dari sebuah bisnis.
 Bagi manajer perusahaan, rasio profitabilitas bisa menjadi pegangan untuk
mengevaluasi kinerja dalam perusahaan.
 Menjadi tolok ukur bagi trader saham dalam menilai apakah saham suatu
perusahaan layak dibeli.

1.2 Kekurangan Rasio Profitabilitas


Sejauh ini, rasio tersebut dapat dijadikan sebagai pegangan dalam
memperlihatkan performa perusahaan. Namun, seperti teori-teori lain, profitabilitas
juga memiliki kekurangan seperti:
 Ada keterbatasan teknis dalam penghitungan rasio ini
 Sulitnya menghitung profitabilitas apabila data tidak cukup
 Terkadang data tidak sesuai satu sama lain sehingga rasio pun tidak valid.
 Bisa terjadi windows dressing—perusahaan melakukan modifikasi sehingga
performa saham terlihat menarik
 Perbedaan standar akuntansi yang dipakai pada setiap perusahaan

Terlepas dari berbagai kekurangan dari rasio ini, pada dasarnya, perhitungan
laba perusahaan dengan menggunakan rasio tersebut masih digunakan oleh hampir
semua perusahaan dan bisa menghasilkan hitungan yang valid.
1.3 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas

a. Gross Profit Margin


Gross profit ratio adalah rasio yang membandingkan laba kotor dengan
pendapatan penjualan. Ini menunjukkan berapa banyak penghasilan bisnis,
dengan memperhitungkan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang
dan jasa.
Rasio margin laba kotor yang tinggi mencerminkan efisiensi yang lebih
tinggi dari operasi inti, yang berarti masih dapat menutupi biaya operasi, biaya
tetap, dan depresiasi, sementara juga memberikan laba bersih kepada bisnis.
Di sisi lain, margin keuntungan yang rendah menunjukkan harga pokok
penjualan yang tinggi, yang dapat dikaitkan dengan kebijakan pembelian yang
merugikan, harga jual rendah, penjualan rendah, persaingan pasar yang ketat,
atau kebijakan promosi penjualan yang salah.

Rumus perhitungan gross profit margin adalah sebagai berikut:

Gross Profit Margin = Laba Kotor / Pendapatan Penjualan

Tabel Gross Profit Margin PT. Pertamina (Persero) Tahun 2016-2019

Tahu
n Laba Kotor Penjualan GPM
2016 8,542,511 36,486,744 0.23
2017 8,375,542 57,933,571 0.14
2018 9,219,482 57,933,571 0.16
2019 8,076,647 54,584,657 0.15
Data diolah : 2021
Interpretasi dari tabel perhitungan Gross Profit Margin diatas dapat disimpulkan
bahwa adanya pergerakan ratio yang berfluktuasi. Berikut Analisa GPM dari
tahun 2016 sampai 2019:
 Tahun 2016 PT Pertamina memperoleh nilai GPM sebesar 0,23 artinya
bahwa PT Pertamina mampu untuk menjalankan produksinya secara
efisien karena Harga Pokok Penjualan relatif lebih rendah. Dan Jika
dilihat nilai penjualan tahun 2016, terjadi penurunan penjualan sebagai
dampak dari penurunan harga migas namun kondisi tesebut justru menjadi
pendorong untuk melakukan efisiensi di semua lini operasi yang ditandai
dengan peningkatan margin laba kotor dan efisiensi biaya.
 Tahun 2017 PT Pertamina memperoleh nilai GPM sebesar 0,14 artinya
bahwa PT Pertamina masih mampu untuk menjalankan produksinya
secara efisien. Namun nilai GPM tahun 2017 lebih rendah dibandingkan
tahun 2016, hal ini berkaitan dengan meningkatnya biaya untuk membeli
bahan baku dari 10.8 Miliyar USD menjadi 13.3 Miliyar USD. Serta
pembelian produk minyak lainnya yang mencapai dua kali lipat dari
tahun 2016. Tahun 2016 impor produk minyak lainnya hanya 3.6 juta
USD dan meningkat pada tahun 2017 menjadi 7.5juta USD. Hal ini yang
mendorong penurunan Gross Profit Margin pada tahun 2017.
- Tahun 2018 PT Pertamina memperoleh nilai GPM sebesar 0,16
meningkat dari tahun sebelumnya artinya bahwa PT Pertamina mampu untuk
menjalankan produksinya secara efisien karena Harga Pokok Penjualan relatif
lebih rendah yaitu sebesar 0,16 lebih tinggi dari tahun 2017.
- Tahun 2019 PT Pertamina memperoleh nilai GPM sebesar 0,15 artinya
bahwa PT Pertamina mampu untuk menjalankan produksinya secara efisien
karena Harga Pokok Penjualan relatif lebih rendah yaitu sebesar 0,15. Namun
nilai GPM tahun 2019 lebih kecil dibandingkan tahun 2018.
b. Net Profit Margin
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih.
Semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut
dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya.
Tujuan dari dilakukannya perhitung terhadap NPM yang dihasilakan oleh
suatu perusahaan perusahaan adalah untuk menentukan tingkat keberhasilan dari
keseluruhan bisinis yang dijalankan oleh suatu perusahaan.NPM yang nilainya
tinggi, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut telah menetapkan harga
produknya dengan benar dan biaya yang digunakan terkontrol dengan
baik.Margin laba bersih akan sangat bermanfaat, apabila dilakukan dengan cara
membandingkan keuntungan yang dihasilkan dari pesaing bisnis di sektor yang
sama. Karena hal tersebut berarti suatu perusahaan memiliki lingkungan
komersial yang sama dan basis pelanggan yang sama bahkan memiliki struktur
biaya yang relatif sama.

Rumus perhitungan net profit margin adalah sebagai berikut:

Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak / Penjualan Bersih)

Tabel Net Profit Margin PT. Pertamina (Persero) Tahun 2016-2019

Tahu
n Laba Bersih Penjualan Bersih NPM
2016 3,162,654 36,486,744 0.09
2017 2,700,404 57,933,571 0.05
2018 2,716,394 57,933,571 0.05
2019 2,618,386 54,584,657 0.05
Data Diolah : 2021

c. Return On Asset
Return on asset merupakan indikator tentang seberapa andal perusahaan
dalam pemanfaatan aset untuk menghasilkan keuntungan (profit). ROA biasanya
dihitung melalui pembagian laba bersih dengan aset perusahaan secara
keseluruhan.
Return on asset biasanya tampil dalam bentuk persentase yang dihitung
dengan rumus ROA. Semakin besar persentasenya, berarti semakin produktif
dan efisien suatu perusahaan. Begitu pun sebaliknya, semakin kecil persentase
ROA, maka tandanya perusahaan kurang produktif.

Manfaat ROA Bagi Perusahaan


Setelah membahas tentang pengertian dan pentingnya ROA, selanjutnya mari
kita ulas manfaatnya bagi suatu perusahaan, di antaranya:
 ROA untuk Mengetahui Profitable dan Efisiensi Perusahaan. Return on
asset yang tinggi merupakan indikasi apakah sebuah bisnis memili
keuntungan tinggi dan tingkat efisiensi yang baik. Hal ini penting mengingat
sebuah perusahaan pasti membutuhkan investor. Nah, informasi yang ada
pada ROA merupakan tolak ukur penting bagi para investor agar mereka
tidak ragu ketika ingin menanamkan modal.

 ROA Digunakan untuk Membandingkan Performa dengan Perusahaan


Kompetitor. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, return on asset
hanya bisa digunakan untuk membandingkan dua perusahaan berbeda yang
terjun di sektor serupa. Jadi jangan heran apabila investor memanfaatkan
hasil perhitungan rumus ROA sebagai indikator ketika membandingkan
perusahaan kita dengan kompetitor.
Rumus perhitungan return on assets adalah sebagai berikut:

Return on Assets = Laba Bersih / Total Aset

Tabel Return On Assets PT. Pertamina (Persero) Tahun 2016-2019

Tahu
n Penjualan Bersih Aset ROA
2016 36,486,744 53,976,094 0.68
2017 57,933,571 57,439,375 1.01
2018 57,933,571 64,718,452 0.90
2019 54,584,657 67,086,408 0.81
Data Diolah : 2021

d. Return On Equity
Return on equity (ROE) adalah rasio yang menyatakan persentase laba
bersih relatif terhadap ekuitas pemegang saham, atau tingkat pengembalian uang
yang dimasukkan oleh investor ekuitas ke dalam bisnis.
Rasio ROE adalah rasio yang sangat diperhatikan oleh analis saham dan
investor. Rasio ROE yang tinggi dan menguntungkan sering disebut sebagai
alasan untuk membeli saham perusahaan. Perusahaan dengan return on equity
yang tinggi biasanya lebih mampu menghasilkan uang tunai secara internal, dan
karenanya kurang bergantung pada pembiayaan utang.

Rumus perhitungan return on equity adalah sebagai berikut:

Return On Equity (ROE) = Laba bersih / Ekuitas

Tabel Return On Equity PT. Pertamina (Persero) Tahun 2016-2019

Tahu
n Laba Bersih Ekuitas ROE
2016 3,162,654 25,244,758 0.13
2017 2,700,404 27,013,267 0.10
2018 2,716,394 29,610,040 0.09
2019 2,618,386 31,219,481 0.08
Data Diolah : 2021

2. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan perbandingan aset lancar dengan kewajiban lancar.
Rasio ini dapat menjadi alat atau informasi yang dapat membantu perusahaan untuk
meningkatkan manajemennya. Rasio liquiditas merupakan indikator performa perusahaan
dan situasi keuangannya. Contoh mudahnya, rasio likuiditas ditunjukkan oleh rasio kas
terhadap kewajiban lancarnya, misalnya pembayaran gaji karyawan, pembayaran tagihan
listrik, pelunasan biaya telepon, dan pembayaran iuran PDAM.
Rasio ini tidak hanya penting untuk membuat performa perusahaan terlihat bagus
di mata investor, namun juga dapat digunakan untuk menganalisis tren, membandingkan
dengan perusahaan kompetitor, dan mengukur kemajuan atau pencapaian target yang
telah ditetapkan. Dalam menilai likuiditas perusahaan ada beberapa rasio keuangan yang
digunakan oleh para investor. Rasio tersebut antara lain rasio cepat, rasio kas, margin
laba bersih, rasio laba kotor pada penjualan bersih dan rasio perputaran persediaan.Ini
juga merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui sehat atau tidaknya suatu
perusahaan. Jika Anda kesulitan menghitung rasio liquiditas secara manual, Anda bisa
menggunakan Accurate Online untuk perhitungan yang lebih cepat dan minim kesalahan.
Seperti yang sudah kita sebutkan di atas bahwa setiap perusahaan harus dapat
memenuhi kewajibannya yaitu untuk memenuhi kewajiban keuangannya atau
kemampuan perusahaan saat ada penagihan. Oleh karenanya, setiap perusahaan perlu
memahami rasio likuiditas yang terdiri dari beberapa jenis rasio yaitu rasio lancar, rasio
cepat, rasio kas dan rasio perputaran kas. Selengkapnya kita akan bahas di bawah ini

2.1 Manfaat Rasio Likuiditas


Apabila kita memahami serta mengetahui rasio likuiditas dari perusahaan, maka
kamu dapat mendapatkan banyak manfaat seperti di bawah ini:
 Dapat mengantisipasi dana yang diperlukan saat muncul kebutuhan yang
mendesak
 Dapat mempermudah para nasabah yang ingin melakukan penarikan dana
 Menjadi poin penentu bagi sebuah perusahaan untuk mendapatkan persetujuan
investasi atau bisnis lain yang menjanjikan
Apabila ingin memperoleh gambar atau perkembangan dari finansial
perusahaan atau usaha milikmu, kamu dapat melakukan analisis terhadap data dari
keadaan finansial pada sebuah perusahaan. Karenanya rasio likuiditas adalah salah
satu cara untuk mengetahui hal tersebut. Harapannya dengan memahami  rasio
likuiditas ini, perusahaan dapat membuat analisis terhadap utang dan aset yang
dimilikinya.

2.2 Jenis-Jenis Rasio Likuiditas

a. Current Ratio
Current ratio merupakan cara penghitungan rasio likuiditas yang paling
sederhana dibanding cara lainnya. Penghitungan ini dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan aset perusahaan yang likuid pada saat ini atau aset lancar
(current asset). Jenis aset ini adalah aset yang dapat ditukarkan dengan kas
dalam jangka waktu satu tahun.

Rumus perhitungan current ratio adalah sebagai berikut:


Current Ratio = Aset Lancar / Kewajiban Lancar

Tabel Current Ratio PT. Pertamina (Persero) Tahun 2016-2019

Tahu
n Aset Lancar Kewajiban Lancar Current Ratio
2016 18,434,114 8,893,238 2.07
2017 19,156,608 9,837,044 1.95
2018 23,154,204 13,972,882 1.66
2019 23,080,826 12,163,348 1.90
Data Diolah : 2021

Semakin besar Tingkat CR semakin bagus perusahaannya

b. Quick Ratio
Quick ratio merupakan penjelasan lebih lanjut dari current ratio.
Penghitungan quick ratio hanya menggunakan aset lancar yang paling likuid
untuk dibandingkan dengan kewajiban lancar. Inventaris tidak termasuk ke
dalam perhitungan quick ratio karena sulit untuk ditukar dengan kas, sehingga
quick ratio jauh lebih ketat dari current ratio.

Rumus perhitungan quick ratio adalah sebagai berikut:

Quick Ratio = (Aset Lancar – Persediaan) / Kewajiban Lancar

Tabel Quick Ratio PT. Pertamina (Persero) Tahun 2016-2019

Tahu
n Aset Lancar Persediaan Kewajiban Lancar Quick Ratio
2016 18,434,114 (4,795,022) 8,893,238 1.53
2017 19,156,608 (6,036,137) 9,837,044 1.33
2018 23,154,204 (6,323,165) 13,972,882 1.20
2019 23,080,826 (5,893,332) 12,163,348 1.41
Data Diolah : 2021

c. Cash Ratio
Cash ratio adalah cara penghitungan likuiditas yang melibatkan kas
perusahaan. Manfaatnya mirip dengan current ratio dan quick ratio yaitu untuk
mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka
pendeknya dengan menjadikan kas sebagai acuan.

Rumus perhitungan cash ratio adalah sebagai berikut:


Cash Ratio = (Kas + Surat Berharga) / Kewajiban Lancar
Tabel Cash Ratio PT. Pertamina (Persero) Tahun 2016-2019

Kas dan Setara


Tahun Kas Kewajiban Lancar Cash Ratio
2016 6,844,265 8,893,238 0.77
2017 6,529,498 9,837,044 0.66
2018 9,221,227 13,972,882 0.66
2019 6,938,381 12,163,348 0.57
Data Diolah : 2021

d. Inventory Turnover Ratio


Inventory Turnover Ratio atau Rasio Perputaran Persediaan merupakan
sebuah rasio efisiensi yang menunjukkan seberapa efektif dari persediaan yang
dapat dikelola dengan membandingkan harga pokok penjualan (HPP) dalam
persediaan rata-rata untuk suatu periode. Rasio ini digunakan untuk mengukur
rata-rata dari persediaan diputar dalam suatu periode. Artinya, rasio ini
mengukur berapa kali perusahaan menjual total persediaan rata-rata sepanjang
tahun. Rasio ini akan menjadi sebuah indikator yang baik dalam menentukan
nilai kualitas persediaan dan pembelian yang efektif dalam manajemen
persediaan (Inventory Management).

Rumus perhitungan inventory turn over adalah sebagai berikut:

Rata-rata Persediaan = (Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2

Tabel Rata-Rata Persediaan PT. Pertamina (Persero) Tahun 2016-2019

Tahun Persediaan Awal Persediaan Akhir Rata-Rata Persediaan


2016 4,395,068 4,727,594 4,561,331
2017 4,727,594 6,036,137 5,381,866
2018 6,036,137 6,323,165 6,179,651
2019 6,323,165 5,893,332 6,108,249
Data Diolah : 2021

Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan / Rata-Rata Persediaan

Tabel Inventory Turn Over PT. Pertamina (Persero) Tahun 2016-2019

Tahun Penjualan Rata-Rata Persediaan Inventory Turn Over


2016 36,486,744 4,561,331 8.00
2017 57,933,571 5,381,866 10.76
2018 57,933,571 6,179,651 9.37
2019 54,584,657 6,108,249 8.94
Data Diolah : 2021
3. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas (leverage ratio) adalah rasio yang digunakan untuk menilai
kemampuan dari suatu perusahaan dalam membayar semua hutang-nya, baik hutang
jangka pendek atau jangka panjang jika perusahaan dibubarkan atau dilikuidasi. Dengan
kata lain rasio tersebut dipakai untuk mengukur sejauh mana asset perusahaan dibiayai
dari kewajiban. Hal tersebut berarti besarnya kewajiban yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aset-nya.
Apabila aset perusahaan lebih banyak dimiliki oleh pemilik perusahaan, maka
perusahaan tersebut dikatakan kurang leverage. Apabila pihak pemberi utang yang
memiliki aset secara dominan, maka perusahaan tersebut mempunyai tingkat leverage
yang tinggi.
Semakin tinggi rasio solvabilitas maka akan semakin tinggi resiko kerugian yang
akan terjadi, namun terdapat kesempatan memperoleh profit yang besar pula. Sebaliknya
jika perusahaan mempunyai rasio solvabilitas yang rendah tentunya perusahaan tersebut
memiliki resiko kerugian yang lebih kecil. Dampah tersebut juga bisa mengakibatkan
rendahnya hasil pengembalian ketika perekonomian sedang tinggi.

3.1 Manfaat dari Solvabilitas bagi Perusahaan


Dalam beberapa kasus, solvabilitas dapat menjadi poin yang membebankan
beberapa bisnis. Namun, jika dilihat dari sisi positifnya, adanya solvabilitas akan
membantu perusahaan menjauhi kesulitan di masa depan ketika ingin melakukan
pembayaran atas pinjaman yang diberikan.
Perusahaan akan mengetahui seberapa besar pinjaman yang dibutuhkan dan
dapat dibayar kembali kepada kreditor. Jika perusahaan melakukan pengukuran
solvabilitas, perusahaan akan mampu beroperasi dalam jangka panjang. Mengapa
demikian?
Perusahaan tidak akan terbebani dengan pinjaman yang dilakukan, terutama
untuk pinjaman dalam jumlah besar. Pinjaman dalam jumlah besar harus
dikembalikan dalam jumlah yang sama. Akan semakin besar pula pinjaman yang
dibayarkan jika dilengkapi dengan bunga.
Maka dari itu, solvabilitas adalah kunci bagi sebuah bisnis untuk
menghindari kesulitan tersebut. Solvabilitas adalah kesempatan perusahaan untuk
mendapatkan pinjaman yang sesuai dengan kondisi perusahaan dan mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman.

3.2 Jenis-Jenis Rasio Solvabilitas

a. Debt to Asset Ratio


Debt to Assets Ratio adalah rasio solvabilitas yang digunakan untuk
memperlihatkan atau mengukur perbandingan antara jumlah hutang dengan
jumlah aset. Artinya, seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang
dan seberapa besar hutang perusahaan yang mempunyai pengaruh terhadap
pengelolaan dari aset perusahaan.
Dari hasil pengukuran, jika rasio-nya menunjukan nilai yang tinggi, artinya
pendanaan dengan hutang semakin banyak maka akan semakin sulit perusahaan
untuk mendapatkan tambahan pinjaman. Hal tersebut karena dikhawatirkan
perusahaan tidak sanggup untuk membayar semua hutang-nya dengan
menggunakan aset yang dimilikinya. Semakin tinggi nilai dari DAR
mengindikasikan bahwa:
 Semakin besar jumlah aset yang dibiayai dengan hutang.
 Semakin kecil jumlah aset yang dibiayai dengan modal.
 Semakin besar atau tinggi resiko perusahaan untuk melunasi kewajiban
jangka panjangnya.
 Semakin besar beban bunga dari hutang yang harus dibayar oleh
perusahaan.

Jika nilai dari perhitungan menunjukan 100% atau 1 kali, artinya jumlah
aset sama dengan jumlah hutang. Dengan demikian perusahaan tidak
mempunyai kelebihan aset atas hutang yang dimilikinya.Perusahaan harus
mengusahakan supaya nilai dari DAR kurang dari 100% atau 1 kali, supaya
dapat dikatakan baik.

Rumus perhitungan debt to assets ratio adalah sebagai berikut:

Debt to Assets Ratio = Total Kewaijban / Total Aset

Tabel Debt to Assets Ratio PT. Pertamina (Persero) Tahun 2016-2019

Tahun Kewajiban Aset Debt To Asset Ratio


2016 28,731,336 53,976,094 0.53
2017 30,426,108 57,439,375 0.53
2018 35,108,412 64,718,452 0.54
2019 35,866,927 67,086,408 0.53
Data Diolah : 2021

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai debt to asset ratio dari tahun
2016 sampai dengan tahun 2019 masih dibawah 100% atau rata-rata setiap
tahunnya 53% hingga 54% artinya perusahaan masih mampu melakukan
operasional perusahannya dengan modal sendiri dan sebagian masih di danai
oleh hutang.

b. Debt to Equity Ratio


Debt to equity ratio (DER) adalah rasio yang dipakai untuk menilai atau
mengukur perbandingan antara jumlah hutang dengan jumlah modal atau
ekuitas. Artinya dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar modal yang
dijadikan sebagai jaminan atas hutang perusahaan. Bagi pihak kerditor, jika nilai
dari rasio ini besar atau tinggi akan semakin tidak menguntungkan. Hal tersebut
dikarenakan akan semakin tinggi resiko yang ditanggung oleh pihak kreditur
atas kegagalan yang mungkin akan terjadi di perusahaan.
Semakin tinggi nilai DER jika akan menyebabkan resiko yang semakin
tinggi juga terhadap likuiditas perusahaan. Apabila nilai rasio ini rendah, maka
akan semakin tinggi jumlah pendanaan yang disediakan oleh pemilik
perusahaan. Debt to equity ratio yang menunjukan nilai kurang dari 1 atau
100%, mengindikasikan perusahaan tersebut mempunyai hutang yang lebih kecil
daripada modal atau ekuitas-nya. Rasio ini kurang cocok untuk menganalisa
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, misalnya seperti bank,
perusahaan asuransi, investasi, dan lain sebagainya. Perusahaan tersebut
cenderung mempunyai nilai DER yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan sebagian
besar dananya berasal dari pihak ke-3. Dana yang berasal dari pihak ke-3
tersebut diperlakukan sebagai hutang.
Bagi perusahaan – perusahaan tersebut semakin besar modal yang
berasal dari pihak ke-3, maka kemungkinan untuk memperoleh laba akan
semakin tinggi. Tentunya tidak heran apabila perusahaan keuangan tersebut
mempunyai nilai DER lebih dari 5.

Rumus perhitungan debt to equity ratio adalah sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio = Total Kewajiban / Total Ekuitas

Tabel Debt to Equity Ratio PT. Pertamina (Persero) Tahun 2016-2019

Tahun Kewajiban Ekuitas Debt To Equity Ratio


2016 28,731,336 25,244,758 1.14
2017 30,426,108 27,013,267 1.13
2018 35,108,412 29,610,040 1.19
2019 35,866,927 31,219,481 1.15
Data Diolah : 2021

Dari tabel diatas bahwa nilai DER berada pada angka lebih dari 100% yang
artinya perusahaan masih membutuhkan bantuan pihak ke 3 dalam melakukan
operasionalnya dan tingkat risikonya yang ditanggung sangat tinggi. Dan jika
dilihat dari pihak kreditur pihak kreditur akan melakukan analisa lebih dalam
untuk prospek bisnis ke depannya.

c. Long Term Debt to Equity Ratio


Long term debt to equity ratio (LTDER) adalah rasio yang menilai atau
mengukur perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal. Tujuan
dipakainya rasio tersebut adalah untuk mengukur seberapa banyak bagian dari
setiap modal yang dijadikan sebagai penjamin hutang jangka panjang.

Rumus perhitungan long term debt to equity ratio adalah sebagai berikut:
Long Term Debt To Equity Ratio = Kewajiban Jangka Panjang / Ekuitas

Tabel Long Term Debt To Equity Ratio PT. Pertamina (Persero) Tahun
2016-2019

Tahu
n Kewajiban Jk Panjang Ekuitas LTDER
2016 19,838,098 25,244,758 0.79
2017 20,589,064 27,013,267 0.76
2018 21,135,530 29,610,040 0.71
2019 23,703,579 31,219,481 0.76
Data Diolah : 2021

Anda mungkin juga menyukai