Anda di halaman 1dari 22

1

TUGAS PERORANGAN

MANAJEMEN KEUANGAN
DOSEN : DR. ETTY INDRIANI, M.M., M.SI.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


BANK MANDIRI TBK

OLEH :
IRINE MAGDALENA ELSYE
NIM : 20200153I0

MAGISTER MANAJEMEN
STIE AUB SURAKARTA
2021
2

I. ANALISA LAPORAN KEUANGAN

A. ANALISA TREND PERUSAHAAN


1. Ratio Likuditas
Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban
yang sudah jatuh tempo. Salah satu macam dari rasio likuiditas adalah LDR (Loan to
Deposit Ratio). LDR merupakan rasio antara kredit dengan dana pihak ketiga.
Semakin tinggi rasio ini, maka akan memberikan indikasi rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang
diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Ketentuan Bank Indonesia
mengenai maksimal LDR adalah sebesar 110%
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP, Loan To Deposit Ratio
(LDR) dapat dihitung dengan rumus :
Kredit
LDR= x 100%
dana pihak ketiga

Data kredit dan dana pihak ketika bisa dilihata pada Neraca Bank Mandiri tahun
2015-2019 sebagai berikut :
3

Sumber : BANK MANDIRI Company Report : January 2019

Data LDR (Loan To Deposit Ratio) Bank Mandiri


Tahun 2014-2018
TAHUN KREDIT DANA PIHAK KETIGA LDR
2014 505.384.870 600.980.713 84,1%
2015 564.393.595 634.968.568 88,9%
2016 565.516.643 711.399.426 79,5%
2017 678.292.520 753.822.372 90,0%
2018 767.761.095 782.502.708 98,1%
    RATA-RATA 88,1%
Sumber : BANK MANDIRI Company Report : January 2019 Yang Diolah
4

Secara Rata-rata LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank Mandiri dari tahun 2014-2018
adalah 88,1%. Setiap tahun LDR Bank Mandiri masih memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu dibawah 110%. Terkecuali pada tahun 2016
LDR menunjukkan kecenderungan yan meningkat yang berarti melebihi batas LDR
yang diteapkan oleh Bank Indonesia dimana saat itu kinerja BANK MANDIRI
berdasarkan LDR paling bagus terjadi pada tahun yaitu sebesar 99,2%
Rata-rata LDR Bank Mandiri adalah 88,1% yang mempunyai arti bahwa dana yang
didapat dari pihak ketiga (nasabah tabungan, deposito, giro dan yang lain) 88,1%
diberikan masyarakat dalam bentuk kredit untuk memenuhi fungsi bank sebagai
perantara keuangan dalam perekonomian.
Secara keseluruhan sebaiknya Bank BANK MANDIRI perlu mengetatkan jumlah kredit
yang disalurkan dan tetap menjaga prinsip ke hati hatian di tahun mendatang, dilihat
dari nilai LDR tahun 2014-2018 yang cukup tinggi. Apabila memiliki nilai LDR yang
terlalu tinggi akan menunjukan bahwa bank terlalu agresif dalam menyalurkan kredit
sehingga dapat meningkatkan kemungkinan resiko yang di hadapi. Seharusnya bank
perlu menjaga tingkat LDR pada nilai yang ideal yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia yaitu sebesar 50%-75%, juga lebih memperhatikan seluruh kewajiban bank
terlebih khusus kewajiban jangka pendek dan berusaha untuk menyeimbangkan
antara pemberian kredit dengan banyaknya dana yang diterima dari pihak ketiga
agar likuiditas bank dapat terjaga.

2. Ratio Aktivitas
Rasio Aktivitas (activity ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula
dikatakan rasio ini gunakan untuk menggunakan tingkat efisiensi pemanfaatan
sumber daya perusahaan. Efesinensi yang dilakukan misalnya dibidang penjualan,
persedian, penagihan piutang, dan efisiensi dibidang lainya. Rasio aktivitas juga
digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
sehari-sehari.
Salah satu ratio aktivitas yang akan digunakan untuk pembahasan ini adalah Ratio
Perputaran Total Aset (Total Aset Turnover) yaitu Rasio ini  mengukur aktivitas aset
dan kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan melalui asetnya. Rumus untuk
5

menghitungnya yaitu penjualan bersih harus dibagi dengan total aset rata-rata, atau
sebaagai berikut:
Total Asset Turnover = Penjualan Bersih ÷ Total Aset Rata-rata
Pada intinya, semakin tinggi rasio ini, semakin baik bagi perusahaan karena ini berarti
dapat menghasilkan lebih banyak penjualan dengan beberapa tingkat aset tertentu.

TOTAL ASET TURNOVER BANK MANDIRI 2014-1018


6

TAHUN PENJUALAN BERSIH TOTAL ASET TATO


2014 62.637.942 855.039.673 0,07
2015 71.570.127 910.063.409 0,08
2016 76.709.888 1.038.706.000 0,07
2017 79.501.530 1.124.700.847 0,07
2018 91.335.057 1.202.252.094 0,08
    RATA-RATA 0,07
Sumber : BANK MANDIRI Company Report : January 2019 Yang Diolah

Nilai perputaran aset rata-raa BANK MANDIRI adalah 0,07. Nilai 0,07 pada Rasio ini
berarti penjualan bersihnya sama dengan 7% dari rata-rata total aset pada tahun
tersebut, Total Asset Turnover atau TATO selama tahun 2014-2018 mengalami
fluktuasi dan hal ini disebabkan karena adanya kenaikkan penjualan bersih dan
kenaikkan aset setiap tahunnya dengan prosentase pertumbuhan yang tidak sama.
Sehingga meskipun dari tahun 2014 hingga tahun 2018 terdapat peningkatan
penjualan bersih tetapi tidak bisa meningkatkan nilai TATO karena pertumbuhan aset
naik lebih besar daripada pertumbuahn penjualan bersih.

3. Ratio Leverage
Leverage ratio  adalah rasio keuangan yang menunjukkan tingkat utang yang telah
dikeluarkan oleh suatu badan usaha atau bisnis. Rasio leverage disebut juga dengan
istilah rasio solvabilitas dapat dipahami sebagai rasio keuangan yang mengukur
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang jangka
panjangnya. Utang jangka panjang itu sendiri dimaknai sebagai kewajiban atau utang
yang waktu jatuh temponya lebih dari satu tahun.
Rasio leverage membandingkan antara total beban utang perusahaan terhadap aset
atau ekuitasnya. Artinya, rasio ini menunjukkan seberapa banyak aset perusahaan
yang dimiliki oleh para pemegang saham dibandingkan dengan aset yang dimiliki
oleh para kreditur atau pemberi utangnya. Suatu perusahaan dikatakan memiliki
tingkat leverage yang tinggi, apabila jumlah aset yang dimiliki perusahaan lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah aset krediturnya.
Sebagai salah satu parameter untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan,
rasio leverage dibutuhkan untuk membantu manajemen dan investor dalam
memahami tingkat struktur modal pada perusahaan terkait. Selain itu, rasio ini juga
7

mencerminkan sumber pembiayaan dalam operasional bisnis atau kegiatan bisnis


perusahaan, dari utang ataukah ekuitas.Salah satu ratio yang digunakan untuk
menghitung Leverage Ratio adalah Debt-to-Assets Ratio Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan mengandalkan utang untuk membiayai asetnya.
Perhitungan rasio ini dilakukan dengan membagi total utang dengan total aset yang
dimiliki perusahaan, yang diformulasikan seperti berikut.
Debt-to-Assets Ratio = Total Liabilities / Total asset
Data total Total Liabilities dan Total asset diambil dari Neraca tahunan BANK
MANDIRI seperti tabel di bawah ini :

Sumber : BANK MANDIRI Company Report : January 2019

Tabel Debt-to-Assets Ratio Bank Mandiri 2014-2018


TAHUN TOTAL ASSET TOTAL LIABILITIES DAR
2014 855.039.673 697.019.624 81,52%
2015 910.063.409 736.198.705 80,90%
2016 1.038.706.000 824.559.898 79,38%
2017 1.124.700.847 888.026.817 78,96%
2018 1.202.252.094 941.953.100 78,35%
    RATA-RATA 79,82%
8

Sumber : BANK MANDIRI Company Report : January 2019

Debt-to-Assets Ratio Bank BANK MANDIRI rata-rata adalah sebesar 79,82% hal
tersebut menunjukkan bahwa hutang BANK MANDIRI lebih dari 79,82 persen dari
total aset yang dimiliki.
Berdasarkan nilai Debt-to-Assets Ratio Bank BANK MANDIRI sebesar 79,82%
mempunyai makna
 79,82% aset yang dimiliki BANK MANDIRI dibiayai oleh hutang, baik hutang
jangka panjang maupun hutang jangka pendek.
 20,18% aset lainnya dibiayai oleh Modal.
Debt-to-Assets Ratio Bank BANK MANDIRI selama periode 2015-2018 mengalami
penurunan dari tahun ke tahun hal itu menunjukkan ketergantungan perusahaan
terhadap hutang untuk membiayai asetnya semakin berkurang,

4. Ratio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu bank,
profitabilitas suatu bank menunjukkan kemampuan bank tersebut dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal
saham tertentu. Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas suatu bank, salah satunya adalah Return on Assets (ROA).
ROA adalah rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
menghasilkan pendapatan dengan memanfaatkan aset perusahaan yang mereka
miliki. Dengan kata lain, itu menunjukkan seberapa efisien sumber daya dari suatu
perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan
Untuk menghitung ROA dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Return on Assets = Net Income / Total Assets


9

ROA BANK MANDIRI TAHUN 2014-2018


  2014 2015 2016 2017 2018
ROA 2,42% 2,32% 1,41% 1,91% 2,15%
Perubahan   -4,13% -39,2% 35,46% 23,56%
Sumber : BANK MANDIRI Company Report : January 2019 yang Diolah

Semakin besar nilai ROA artinya semakin baik kemampuan perbankan dalam
menghasilkan laba. Dari tabel di atas ROA untuk BANK MANDIRI rata-rata adalah
2,04%.
Pada tahun 2016 terdapat penurunan ROA yang cukup tinggi dibanding tahun
sebelumnya yaitu 39,2%.
Pada tahun 2016 SAMPAI DENGAN TAHUN 2019 ROA BANK MANDIRI ertdapat
trend naik yang menunjukkan bahwa kemampuan bank Mandiri dalam
menghasilkan laba meningkat dari tahun ketahun.

5. Ratio Pasar
Rasio nilai pasar adalah rasio yang memperhitungkan harga saham dengan laba, nilai
buku per saham hingga arus kas.
10

Ratio Pasar yang sering digunakan untuk industri perbankan adalah


1. Price to Earning Ratio atau PER (P/E Ratio) adalah rasio harga pasar per saham
terhadap laba bersih per saham. Rasio Price to Earning ini adalah rasio valuasi
harga per saham perusahaan saat ini dibandingkan dengan laba bersih per
sahamnya. Price to Earning Ratio ini merupakan rasio yang sering digunakan
untuk mengevaluasi investasi prospektif. Rasio ini juga digunakan untuk
membantu investor dalam pengambilan keputusan apakah akan membeli saham
perusahaan tertentu. Umumnya, para trader atau investor akan
memperhitungkan PER atau P/E Ratio untuk memperkirakan nilai pasar pada
suatu saham.
Rasio PER-nya yang lebih tinggi menunjukan bahwa pasar bersedia membayar
lebih terhadap pendapatan atau laba suatu perusahaan, serta memiliki harapan
yang tinggi terhadap masa depan perusahaan tersebut sehingga bersedia untuk
menghargainya dengan harga yang lebih tinggi. Di sisi lain, Rasio Harga Terhadap
Pendapatan (Price Earning Rasio) yang lebih rendah mengindikasikan bahwa
pasar tidak memiliki kepercayaan yang cukup terhadap masa depan saham
perusahaan yang bersangkutan.
Untuk menghitung Price to Earning Ratio menggunakan rumus sebagai berikut :
Price to Earnings Ratio (PER) = Harga Saham / Laba per Saham
2. Price to Book Value atau disebut dengan Rasio Harga terhadap Nilai Buku yang
disingkat dengan PBV adalah rasio valuasi investasi yang sering digunakan oleh
investor untuk membandingkan nilai pasar saham perusahaan dengan nilai
bukunya.  RAsio PBV ini menunjukan berapa banyak pemegang saham yang
membiayai aset bersih perusahaan.
Price to Book Value Rasio (PBV) atau Rasio Harga Saham terhadap nilai Buku ini
sering digunakan untuk menilai harga suatu saham apakah murah atau mahal
yang biasanya disebut dengan Valuasi Saham. Perusahaan dengan PBV dibawah
angka “1” biasanya dianggap sebagai saham yang harganya murah sedangkan
rasio PBV diatas nilai “1”  dapat dianggap sebagai saham yang berharga mahal.
Untuk menghitung Rasio PBV menggunakan rumus sebagai berikut :
Rasio Harga terhadap Nilai Buku = Harga per Lembar Saham / Nilai Buku per
lembar Saham
11

3. Market Value added (MVA). MVA diperoleh dengan menghitung nilai perusahaan
(company/enterprise value), penjumlahan harga pasar seluruh saham, surat
utang dan surat berharga lainnya yang dimaksudkan untuk mobilitasi capital,
dikurangi nilai buku (book value) atau modal yang diinvestaskan
Untuk menghitung MVA digubakan rumus :
MVA = nilai pasar dari saham – ekuitas modal yang diberikan pemegang saham.
              = (saham beredar) x (harga saham) – total ekuitas saham biasa

Ratio pasar BANK MANDIRI tahun 2019 tersaji dalam data di bawah ini :

Sumber : BANK MANDIRI Company Report : January 2019

A. Analisis PER dari Bank Mandiri


 Rasio Harga Terhadap Pendapatan (Price Earning Rasio) dari Bank Mandiri
terus mengalami peningkatan dari tahun 2015-2017 Pada thaun 2017 BANK
MANDIRI memperoleh PER yang tertinggi dibanding periode sebelumnya
yaitu 16,86 naik 60,4% dibanding periode sebelumnya
 Nilai PER 16,86 mempunyai arti bahwa setiap 16,86 rupiah yang
diinvestasikan pada saham BANK MANDIRI akan menghasilkan laba bersih
12

sebesar 1 rupiah dalam setahun atau harga saham saat ini sama dengan 16,86
kali pendapatan bersih perusahaan selama satu tahun.
 Kondisi ini mencerminkan bahwa pasar optimis terhadap saham BANK
MANDIRI di bursa saham. Secara teori semakin tinggi nilai PER dari suatu
perusahaan, semakin optimis pula pasar memandang prospek masa depan
perekonomian. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai PER maka pasar semakin
merasa cemas dan pesimis mengenai masa depan perekonomian.
B. Analisis PBV Bank Mandiri
 Price to Book Value Rasio (PBV) dari Bank Mandiri berfluktuasi dari tahun
2015-2019. Pada Januari tahun 2017 memperoleh PBV yang tertinggi
dibanding periode sebelumnya yaitu 2,20 naik 24,2 % dibanding periode
sebelumnya
 Nilai PBV 2,20 mempunyai arti bahwa pada pasar saham tahun 2017, harga
saham BANK MANDIRI diperdagangkan dengan harga 2,2 kali lebih tinggi dari harga
bukunya (atau kadang disebut juga harga dasar). .

 Kondisi ini mencerminkan bahwa pasar optimis terhadap saham BANK


MANDIRI di bursa saham. Secara teori semakin tinggi nilai PBV dari suatu
perusahaan, semakin optimis pula pasar memandang prospek masa depan
perekonomian. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai PER maka pasar semakin
merasa cemas dan pesimis mengenai masa depan perekonomian.

C. Analisis Market Value added


Untuk menghitung Market value added kita gunakan data saham BANK
MANDIRI
13

Dari data dalam tabel di atas dapat ditentukan besarnya Equity Market
(MVE) dan Equity Book Value (BVE) untuk menghitung besarnya Market value

added (MVA)
MVA = MVE – BVE
  2015 2016 2017 2018 Jan-19
VOLUME (juta) 7.327 7.674 7.385 12.207 1.583
PRICE 9.250 11.575 8.000 7.375 7.450
MVE (juta) 67.774.750 88.826.550 59.080.000 90.026.625 11.793.350
BVE (juta) 73.668.000 78.310.000 70.529.000 88.452.000 11.892.000
MAV (juta) 5.893.250 10.516.550 11.449.000 1.574.625 98.650

Pada tahun 2015-2019 nilai market value added BANK MANDIRI selalu positif
yang mempunyai arti pihak manajemen mampu meningkatkan kekayaan
pemegang saham yang mengakibatkan naiknya nilai modal pemegang saham
sehingga memaksimumkan nilai MVA seharusnya menjadi tujuan utama
manajemen BANK MANDIRI dalam meningkatkan kekayaan pemegang
saham (shareholder’s wealth). MAV tertinggi terdapat pada tahun 2017 dan
yang terendah pada januari 2019 .
14

B. ANALISA PERBANDINGAN DATA INDUSTRI

Dibanding dengan Rasio Harga Terhadap Pendapatan (Price Earning Rasio) atau PER
rata-rata industri Perbankan kondisi saham BANK MANDIRI adalah sebagai berikut :
tahun 2015-2019 PER BANK MANDIRI selalu ada dibawah PER Industry.
Price Earning Ratio mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor
untuk memperoleh satu rupiah keuntungan perusahaan. Rasio ini digunakan investor
untuk membandingkan nilai pasar saham biasa relatif dengan laba perusahaan lain
dengan mengukur nilai potensial saham perusahaan lain. Melihat bahawa PER BANK
MANDIRI dibawah per perusahaan lain yang ditunjukkan oleh PER industry selama tahun
2015 hingga 2019 mengindikasikan bahwa investor akan lebih tertarik untuk membeli
saham bank yang lain karena Rasio menggambarkan apresiasi pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai PER akan
menunjukkan semakin baik kemampuan perusahaan. Hal ini akan dapat menarik minat
investor untuk berinvestasi. PER yang tinggi mengindikasikan bahwa harga saham akan
tinggi dan sebaliknya
15

II. ANALISIS TATA KELOLA PERUSAHAAN


(CORPORATE GOVERNANCE)

1. Profil Perusahaan
A. Informasi Umum Perusahaan
 Sejarah Singkat : PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (selanjutnya disebut “Bank
Mandiri” atau “Perseroan”) didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998 di Negara
Republik Indonesia dengan akta notaris Sutjipto, S.H., No. 10, berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 1998 tanggal 1 Oktober 1998. Akta
pendirian dimaksud telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C2-16561.HT.01.01.TH.98
tanggal 2 Oktober 1998, serta diumumkan pada Tambahan No. 6859 dalam
Berita Negara Republik Indonesia No. 97 tanggal 4 Desember 1998.
 Bank Mandiri didirikan melalui penggabungan usaha PT Bank Bumi Daya
(Persero) (“BBD”), PT Bank Dagang Negara (Persero) (“BDN”), PT Bank Ekspor
Impor Indonesia (Persero) (“Bank Exim”) dan PT Bank Pembangunan
Indonesia (Persero) (“Bapindo”) (selanjutnya secara bersama-sama disebut
“Bank Peserta Penggabungan”). Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Bank
Mandiri, ruang lingkup kegiatan Bank Mandiri adalah melakukan usaha di
bidang perbankan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Bank Mandiri mulai beroperasi pada tanggal 1
Agustus 1999.
 Anggaran Dasar Bank Mandiri telah mengalami beberapa kali perubahan,
sebagaimana terakhir berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan No. 21, tanggal 11 April 2018, yang dibuat di
hadapan Ashoya Ratam SH, Mkn, Notaris di Jakarta Selatan, sehubungan
dengan Program Kementerian Badan Usaha Milik Negara (“BUMN”) untuk
melakukan standardisasi Anggaran Dasar BUMN terbuka. Perubahan
tersebut telah diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dalam Surat No. AHUAH.01.03-0172245 perihal
Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan
Perseroan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. tanggal 30 April 2018, serta
16

terdaftar pada Daftar Perseroan No. AHU-0061310.AH.01.11.Tahun 2018


tanggal 30 April 2018..
B. Kegiatan Utama Perusahaan.
 Kegiatan Usaha Utama
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat, deposito, tabungan dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menerbitkan surat pengakuan utang;
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya; a. Surat-surat wesel termasuk
wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama
daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud; b. Surat
pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak
lebih lamadari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud; c.
Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan Pemerintah; d.
Sertifikat Bank Indonesia; e. Obligasi; f. Surat dagang berjangka waktu
sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan g. Surat berharga lain
yang berjangka waktu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak;
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya
dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
17

11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat;
12. Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
prinsip syariah*), sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh yang
berwenang; dan
13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
14. Kegiatan Usaha Utama
 Kegiatan Usaha Penunjang
1. Kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh yang berwenang;
2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di
bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan
efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan,
dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh yang berwenang;
3. Kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan
kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan
syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh yang berwenang;
4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana
pensiun; dan
5. Membeli agunan, baik semua maupun sebagian, melalui pelelangan atau
dengan cara lain dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada
Bank Mandiri, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib
dicairkan secepatnya.
2. Implementasi Corporate Governance
Bank Mandiri menerapkan Good Corporate Governance" melalui 5 aspek
yaitu : 1) Aspek 1 : Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang Saham Dalam
Menjamin Hak-Hak Pemegang Saham 2) Aspek 2 : Fungsi dan Peran Dewan Komisaris
3) Aspek 3 : Fungsi dan Peran Direksi 4) Aspek 4 : Partisipasi Pemangku Kepentingan
5) Aspek 5 : Keterbukaan Informasi
18

Seluruh anggota Dewan Komisaris, Direksi dan Pegawai Bank Mandiri


senantiasa berkomitmen dan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan
yang baik serta tidak terdapat pelanggaran yang material terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, Bank Mandiri telah menerapkan tata
kelola sesuai ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS). Adapun prinsip-
prinsip yang belum dilaksanakan oleh Bank Mandiri telah dijelaskan (explained)
dalam website Bank Mandiri
Sebagai bank berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta sebagai
perusahaan publik, Perseroan menerapkan seluruh prinsip Tata Kelola Perusahaan
yang Baik atau Good Corporate Governance (GCG) tidak hanya sekedar menjalankan
kewajiban semata, namun merupakan suatu kebutuhan dalam rangka menjaga
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Perseroan kepada seluruh pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya. Komitmen Perseroan dalam menerapkan
GCG terlihat dari internalisasi governance principles ke dalam governance
framework yang terdiri dari governance structure dan governance process yang
efektif, sehingga menghasilkan governance outcome yang memuaskan, sesuai
dengan harapan seluruh pemangku kepentingan.
Pada proses jalannya governance structure, Dewan Komisaris senantiasa
menjalankan fungsi pengawasan untuk memastikan bahwa kepengurusan Bank yang
dilaksanakan oleh Direksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan
memberikan nasihat/ pendapat yang dibutuhkan atas setiap tindakan/kegiatan
strategis dalam rangka mencapai tujuan Perseroan. Adapun Direksi menjalankan
fungsi pengelolaan dan kepengurusan Bank secara amanah dan profesional serta
menghindari terjadinya potensi benturan kepentingan.
Selain itu, Perseroan juga terus meningkatkan kepercayaan dan rasa aman
investor atas investasi dalam era ekonomi global saat ini dengan menjalankan
governance process yang efektif dan dapat diandalkan. Keseluruhan upaya tersebut
mampu membawa Perseroan memperoleh governance outcome yang baik dan
tercermin dalam hasil kinerja keuangan maupun operasional yang memuaskan,
menjadikan Perseroan memiliki reputasi yang baik, serta memenuhi harapan seluruh
pemangku kepentingan.
19

Penerapan GCG di lingkungan Perseroan telah menjadi kebutuhan guna


mencapai tujuan untuk Moving Beyond Corporate Governance to True Bussiness
Value; yaitu Perseroan menjadi bank BUMN yang membanggakan dan berpartisipasi
dalam mewujudkan kemajuan dan kemakmuran bangsa. Untuk itulah Perseroan
senantiasa mengelola setiap kegiatan usahanya dengan profesional dan memegang
teguh prinsip GCG. Hal tersebut dimulai dengan adanya sumber daya manusia yang
handal, profesional, berintegritas, berakhlak dan moral yang baik. Selanjutnya
penerapan GCG yang konsisten disertai dengan inovasi yang tiada henti baik dari sisi
produk dan pelayanan akan menjamin kepercayaan seluruh pemangku kepentingan
serta menumbuhkan budaya kerja yang dapat membuahkan hasil kinerja terbaik.
3. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Pelaksanaan tanggung jawab sosial merupakan wujud Bank Mandiri
dalam pencapaian Pembangunan Berkelanjutan, pemenuhan harapan para
pemangku kepentingan, dan kepatuhan terhadap peraturah perundang-undangan
serta konsisten dengan norma-norma perilaku internasional. Bank Mandiri
senantiasa melakukan evaluasi atas dampak dari setiap keputusan dan kegiatan
perseroan terhadap masyarakat dan lingkungan alam. Oleh karenanya, tanggung
jawab sosial telah diintegrasikan ke seluruh kegiatan Perseroan. Sebagai salah satu
Bank BUKU IV di Indonesia dan salah satu Indonesia First Movers on Sustainable
Banking, Bank Mandiri telah mengembangkan praktek manajemen risiko yang
mendukung keuangan berkelanjutan. Dalam perjalanannya, 8 (delapan) bank
“Indonesia First Movers” bersama-sama membentuk Inisiatif Keuangan
Berkelanjutan Indonesia (IKBI) untuk mendorong praktek keuangan berkelanjutan
yang inklusif di sektor jasa keuangan.
Keberlanjutan Bank Mandiri sangat terkait dengan pemenuhan
kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholder). Dampak setiap kegiatan
Bank Mandiri terhadap para stakeholder akan mempengaruhi efektivitas hubungan
Bank Mandiri dengan para stakeholder. Terjalinnya hubungan yang harmonis antara
Bank Mandiri dengan para stakeholder akan mendorong peningkatan kinerja Bank
Mandiri. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Mandiri menerapkan kegiatan
tanggung jawab sosialnya dengan mengacu pada prinsip keberlanjutan
(sustainability). Bank Mandiri senantiasa mempertimbangkan dampak dari setiap
20

keputusan dan kegiatan usahanya terhadap masyarakat dan lingkungan alam melalui
perilaku yang transparan dan beretika. Dengan demikian, Bank Mandiri senantiasa
memastikan bahwa kegiatan tanggung jawab sosial Bank Mandiri telah memenuhi
prinsip: Memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, termasuk
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; Memenuhi harapan para stakeholder;
Mematuhi peraturan perundangundangan; Konsisten dengan norma perilaku
internasional; dan Terintegrasi ke seluruh kegiatan usaha dan hubungan kerjasama
Bank Mandiri.
Komitmen Bank Mandiri pada tanggung jawab sosial terlihat dari adanya
penyesuaian visi dan misi. Bank Mandiri memiliki visi “Indonesia’s Best, ASEAN’s Prominent.”
Agar visi tersebut dapat terwujud secara sustain, Bank Mandiri bertransformasi menjadi
lembaga perbankan yang memperhatikan aspek Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (LST)
dalam operasinya. Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Mandiri telah mencantumkan
unsur LST ke dalam misi Bank Mandiri dalam konteks berkelanjutan sebagai berikut: 1.
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar. 2. Mengembangkan sumber daya manusia
profesional. 3. Memberi keuntungan yang maksimal bagi pemangku kepentingan 4.
Menjalankan operasi dan tata kelola perusahaan yang baik dalam operasi dan kegiatan
perbankan. 5. Berkontribusi terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan dengan
mempertimbangkan kebutuhan ekonomi, lingkungan dan sosial.
4. Implementasi Sustainabel Development Goal (SDG)
Bank Mandiri sebagai Lembaga Jasa Keuangan (LJK) memiliki peran yang
sangat penting bagi kelestarian lingkungan. Hal tersebut dikarenakan dengan dana
yang dikelolanya, Bank Mandiri akan menjadi salah satu lembaga pembiayaan yang
dituju oleh para nasabah. Mereka datang dari berbagai kalangan dengan beragam
tujuan pendanaan. Terhadap permohonan pembiayaan tersebut, Bank Mandiri
dituntut untuk bisa menyeleksi secara ketat sehingga dana-dana yang disalurkan
tidak disalahgunakan oleh nasabah untuk kegiatan-kegiatan yang merusak
lingkungan. Dalam hal ini, Bank Mandiri memahami dengan jelas bahwa rekam jejak
(footprint) Lingkungan, Sosial, Tata Kelola (LST) meluas hingga kegiatan bisnis dan
portofolio Bank Mandiri. Tanpa kebijakan yang tegas, maka prinsip sustainable
finance yang selama ini berupaya diterapkan Bank Mandiri menjadi pertaruhan.
Melalui penerapan sustainable finance, Bank Mandiri mendukung
terlaksananya pembangunan berkelanjutan, yakni usaha pembangunan yang didasari
21

tiga aspek orientasi, yaitu profit (keuntungan), people (hubungan sosial masyarakat),
serta planet (perlindungan terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup).
Sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sustainable finance memiliki 5 (lima)
dimensi, yaitu pencapaian keunggulan industri, sosial, dan ekonomi dalam rangka
mengurangi ancaman pemanasan global serta pencegahan terhadap permasalahan
lingkungan hidup dan sosial lainnya; pergeseran target menuju ekonomi rendah
karbon yang kompetitif; promosi investasi ramah lingkungan hidup di berbagai
sektor usaha/ekonomi, dan pemberian dukungan pada pelaksanaan prinsip-prinsip
pembangunan Indonesia 4P (pro-growth, pro-jobs, propoor, dan pro-environment).
Dengan paradigma seperti itu, maka Bank Mandiri mendukung program-program
pembiayaan dan investasi yang berkelanjutan/atau tidak merusak lingkungan.
Misalnya, pembiayaan proyek biogas, microhydro, pembangkit listrik tenaga air,
tenaga surya, tenaga angin, pertanian organik, dan sebagainya.
Semangat untuk menerapkan sustainable finance merupakan bentuk
dukungan konkret Bank Mandiri terhadap Perjanjian Paris (Paris Agreement) yang
telah ditandatangani pemerintah Indonesia. Piagam Pengesahan Persetujuan Paris
atas Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim diserahkan oleh Wakil
Tetap Republik Indonesia pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada
31 Oktober 2016. Perjanjian Paris. Sejalan dengan Perjanjian Paris, 8 (delapan) Bank
dengan aset terbesar di Indonesia, termasuk Bank Mandiri, memulai proyek perintis
yang disebut sebagai “First Step to be a Sustainable Bank,” yang ditandatangani pada
23 November 2015. Kedelapan Bank tersebut selanjutnya dikenal sebagai Indonesia
First Movers on Sustainable Banking. Proyek hasil kerjasama antara OJK dengan
dukungan asistensi teknis dari WWF Indonesia tersebut bertujuan untuk mendukung
penyiapan kompetensi Bank terkait sasaran dalam Roadmap Keuangan
Berkelanjutan di Indonesia periode 2014-2019.
Secara khusus, kompentensi yang disasar adalah kemampuan Bank dalam
mengelola aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) dalam keputusan bisnisnya
dan peningkatan porsi pembiayaan pada kegiatan bisnis yang berkelanjutan.
Melanjutkan proyek perintis First Step to be a Sustainable Bank, kedelapan Bank
tersebut dengan dukungan dari WWF Indonesia telah membentuk suatu wadah
komunikasi terkait penerapan keuangan berkelanjutan yaitu IKBI pada tanggal 31
22

Mei 2018 di Jakarta. Kegiatan tersebut kemudian dilanjutkan dengan seminar


keuangan berkelanjutan dengan tema “CEO Dialogue on Sustainable Finance.” IKBI
merupakan forum terbuka yang bertujuan untuk mendukung penerapan norma
keuangan berkelanjutan yang yang efektif dan inklusif. IKBI diharapkan dapat
membangun peluang bisnis dan sinergi di antara para anggotanya dalam mendukung
upaya pemerintah terkait penanggulangan perubahan iklim dan pembangunan
berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs)..

Anda mungkin juga menyukai