Anda di halaman 1dari 26

SOLVABILITY

ANALYSIS
Disusun oleh Kelompok 5:
August Frans Sebastian Pangaribuan (6032221146)
Filda Nurria Agustifa M.A. (6032221118)
Helmi Indrajaya (6032221141)
Pujianti Setianingsih (6032221163)
Rahmat Aminuddin Raditia (6032221190)
TOPIC
• Debt to Total Asset Ratio
(DAR)
• Debt to Equity Ratio (DER)
• Long Term Debt to Equity
Ratio (LTDER)
• Times Interest Earned Ratio
(TIER)
• Case Study
DEBT TO TOTAL ASSET RATIO (DAR)
Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan
antara total hutang dengan total aktiva.

- Total Debt
Istilah lain dari total debt yaitu total liabilitas. Dalam laporan keuangan, liabilitas letaknya ada di
halaman yang sama dengan ekuitas. Yakni di halaman setelah laporan aset perusahaan. Liabilitas
sendiri dapat diartikan sebagai kewajiban yang mesti dilunasi pihak lain di masa datang. Keduanya,
baik liabilitas maupun aset, sama-sama diambil dari nilai totalnya.
- Total Aset
Total aset adalah total dari keseluruhan harta yang dimiliki perusahaan atau
lembaga keuangan yang digunakan sebagai penunjang operasional perusahaan dan
lembaga keuangan tersebut.
Fungsi dan Tujuan Debt to Total Asset Ratio
Tujuan utama dari debt to assets ratio (DAR) yaitu untuk menganalisis seperti komposisi utang dan aset perusahaan.
Hal ini tentunya sangat berkaitan bagi pihak berkepentingan dalam pengambilan keputusan strategis, seperti kreditur,
investor, supplier, dan sebagainya. Berikut ini ada beberapa fungsi debt to asset ratio yang perlu Sahabat wirausaha
pahami.
1. Debt to Assets Ratio (DAR) berfungsi sebagai ukuran untuk melihat komposisi utang dan aset perusahaan.

2. Debt to Assets Ratio (DAR) berfungsi untuk menaksir kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban

(utang).

3. Debt to Assets Ratio (DAR) berfungsi sebagai pertimbangan bagi investor ketika mengambil keputusan investasi

saham.

4. Mengetahui besarnya rupiah dari modal yang dimiliki sendiri yang nantinya akan digunakan sebagai jaminan

untuk membayar utang jangka panjang.

5. Untuk mengetahui status perusahaan dengan melihat keseimbangan jumlah modal serta aktiva yang dimilikinya.

4
Faktor yang Mempegaruhi Debt to Total Asset Ratio
Menurut Sjahrial (2007: 236) beberapa faktor Debt Aset to ratiol, sebagai berikut:
1. Tingkat penjualan
2. Struktur aktiva
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan
4. Kemampuan menghasilkan laba
5. Variabilitas laba dan perlindungan pajak
6. Skala perusahaan
7. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro.
Margaretha (2011: 114) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi Debt Aset to Ratio, adalah:
1. Bussines risk. Semakin besar Bussines risk maka akan semakin besar rasio hutang.
2. Tax position. Bunga hutang mengurangi pajak, semakin tinggi tarif pajak semakin besar keuntungan dari penggunaan hutang.
3. Managerial conservatism or aggressiveness. Manajer yang konservatif akan menggunakan banyak modal sendiri, sedangkan
manajer yang agresif akan menggunakan banyak hutang.

5
Contoh Perhitungan Debt to Total Asset Ratio

6
Contoh Perhitungan Debt to Total Asset Ratio
Mari kita ambil contoh dari ikhtisar keuangan PT. Adhi Karya Persero di atas. Data ini diperoleh dari laporan tahunan
perusahaan tersebut pada tahun 2019.

Dari data tersebut, diperoleh bahwasanya nilai debt to equity ratio perusahaan BUMN ini adalah sebagai berikut:

2015: DAR = 11.598.932/16.761.064= 0,69

2016: DAR = 14.652.656/20.095.436=0,73

2017: DAR = 22.463.031/28.332.948= 0,79

2018: DAR = 23.806.329/30.091.601= 0,79

2019: DAR = 29.681.535/36.515.833=0,81

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam jangka waktu 2015-2019, sebanyak 70% sampai 80% aset PT Adhi
Karya dibiayai oleh utang.

7
Nilai Debt to Total Asset Ratio yang Baik

1. DAR < 0,5 : Artinya mayoritas aset perusahaan tersebut didanai oleh modal (ekuitas) perusahaan sendiri
dan bukan dari pinjaman.
2. DAR > 0,5 : Artinya mayoritas aset perusahaan berasal dari utang.
3. DAR = 0,6-0,7 : Artinya mayoritas aset perusahaan berasal dari utang tapi masih dalam batas kewajaran.

8
DEBT TO EQUITY RATIO (DER)
Debt to Equity Ratio adalah sebuah rasio keuangan yang membandingkan jumlah hutang dengan
ekuitas.
Cara menghitung Debt to Equity Ratio diperlukan rumus tersendiri yaitu:

Debt to Equity Ratio (DER) = Total Hutang : Ekuitas

● Total hutang atau liabilitas adalah suatu kewajiban yang wajib dilunaskan oleh seseorang atau
perusahaan tidak terbatas pada uang saja, hal tersebut dapat berupa barang atau jasa yang kamu
pinjam. Dalam rumus debt to equity ratio menggambarkan seluruh utang milik perusahaan, termasuk
yang jangka panjang dan pendek, hingga dana pelunasan obligasi serta kewajiban pajak tangguhan.
● Ekuitas shareholder adalah pengurangan total liabilitas dari total aset yangt bisa ditemukan dalam
neraca keuangan perusahaan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEBT TO
EQUITY RATIO (DER)

Grill dan Chatton (2016) berpendapat, bahwa terdapat faktor-faktor yang mampu mempengaruhi Debt to
Equity Ratio (DER), yakni:

● Kenaikan atau penurunan utang


● Kenaikan atau penurunan modal sendiri
● Utang atau modal sendiri tetap
● Utang meningkat lebih tinggi dibandingkan modal sendiri, atau sebaliknya
DEBT TO EQUITY RATIO (DER)

Ekuitas dan jumlah hutang yang digunakan untuk operasional perusahaan harus berada dalam jumlah
yang proporsional.

Debt to Equity Ratio juga sering dikenal sebagai rasio leverage atau rasio pengungkit yaitu rasio yang
digunakan untuk melakukan pengukuran dari suatu investasi yang terdapat di perusahaan.

● DER di bawah atau sama dengan 100% atau 1, maka kondisi perusahaan masuk dalam kategori sehat atau baik.
● DER yang tinggi mensinyalkan bahwa perusahaan bergantung pada utang untuk membiayai perkembangannya. Bagi investor, rasio yang
tinggi merupakan investasi berisiko karena perusahaan bisa saja tidak bisa menghasilkan uang yang cukup untuk membayar utangnya.
● DER rendah, hal tersebut berarti perusahaan belum mengandalkan utang untuk membiayai operasinya. Sehingga, hal itu membuat investor
enggan berinvestasi ke perusahaan tersebut. Hal ini karena investor merasa perusahaan tersebut belum mengetahui potensi keuntungan atau
nilai yang bisa didapat dengan memiliki utang untuk meningkatkan kegiatan operasional.
CONTOH DEBT TO EQUITY RATIO (DER)
Pada November 2021, Bed Bath & Beyond melaporkan utang jangka pendek sebesar $348 juta, utang
jangka panjang sebesar $2.713 juta, dan ekuitas pemegang saham sebesar $554 juta.

Adapun perhitungan rasio D/E adalah sebagai berikut:

D/E = Total Kewajiban / Ekuitas Pemegang Saham

D/E = ($348 juta + $2,713 juta) / $554 juta

D/E = $3061 juta / $554 juta

D/E = 5,53

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pada November 2021, operasi perusahaan dibiayai oleh
utang lebih dari lima kali lipat daripada ekuitas pemegang saham.
LONG TERM DEBT TO EQUITY RATIO
(LTDER)
Long term debt to equity ratio adalah salah satu bagian di dalam rasio solvabilitas. Rasio ini
lebih fokus pada hutang jangka panjang perusahaan. Rasio ini akan membandingkan jumlah
hutang jangka panjang perusahaan dengan ekuitas yang dimilikinya.

Menurut para ahli, seperti Kashmir dan Fahmi, rasio ini digunakan untuk bisa menilai tingkat
kewajiban jangka panjang perusahaan dengan modal korporasinya.

Analisis long term debt to equity ratio adalah suatu analisis yang mampu menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka panjang yang dimiliki dengan modal
perusahaan. Rumus untuk menghitung long term debt to equity ratio adalah sebagai berikut:

Kewajiban Jangka Panjang : Total Ekuitas


MANFAAT LTDER
Manfaat yang bisa dirasakan dari mengetahui long term debt to equity ratio adalah sebagai
berikut:

1. Mengetahui nominal hutang jangka panjang perusahaan dan modal yang sudah
dikeluarkan.
2. Menjadi dasar penilaian atas performa manajemen perusahaan dalam hal mengelola
hutang jangka panjang.
3. Digunakan oleh investor untuk mengetahui pertimbangan investasi.

Jika rasio ini semakin tinggi, maka risiko kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan
pun akan tinggi. Dana yang pada mulanya direncanakan untuk perputaran persediaan bisa
nantinya harus digunakan untuk membayar angsuran utang.
CONTOH KASUS
PT ABC mempunyai utang bank jangka panjang seharga Rp. 100.000.000. Sedangkan total modal
yang dimiliki oleh PT ABC adalah sebesar Rp. 560.000.000. Maka, perhitungan rasio-nya adalah
sebagai berikut:
= Rp. 100.000.000 : Rp. 560.000.000

= 0,18 atau 18 %

Hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas menggambarkan bahwa PT ABC menjaminkan
setiap Rp 0,18 modal yang dimilikinya untuk melakukan kegiatan pinjaman jangka panjang.
Nominal utangnya hanya sekitar 18% dari total modal yang sudah dimiliki. Nilai ini masih
tergolong kecil, sehingga, resiko kerugiannya pun kecil. Namun, akan lebih tepat jika
membandingkannya dengan sektor industri yang sejenis.
TIMES INTEREST EARNED RATIO (TIER)
CASE STUDY
COMPARISON
Persamaan
(-) Sama-sama berada dalam
industri aviasi dan memiliki
proses bisnis yang sama
TOPIC 01
(-) Sama-sama punya flight ke dalam TOPIC 02
…………….
dan luar negeri ………………………
(-) Sama-sama berbentuk Tbk

Perbedaan
(-) Garuda merupakan BUMN,
sementara Air Asia adalah swasta
(-) Fokus market Garuda adalah
Middle-Up customer sedangkan Air
Asia adalah Middle-Low customer
Debt to Total Asset Ratio (DAR)-Garuda and Air Asia
Debt to Equity Ratio (DER)-Garuda and Air Asia
Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER)-Garuda and Air Asia
Times Interest Earned (TIE)-Garuda and Air Asia
Kesimpulan
1. Beberapa analisis rasio tidak dapat langsung menyimpulkan kinerja keuangan perusahaan,
diperlukan analissi rasio yang lebih komprehensif;
2. Apabila dilihat dari debt to total asset ratio (DAR), maka nilai DAR Air Asia lebih besar dari
Garuda (2019-2021). Hal ini disebabkan karena total aset Garuda lebih besar daripada Air
Asia walaupun total hutang Garuda juga lebih besar daripada Air Asia. Secara nilai DAR,
Garuda memiliki nilai aset yang cukup baik untuk menyangga liabilitas yang dimilikinya;
3. Apabila dilihat dari debt to equity ratio (DER) dan LTDER, Rata-rata nilai DER dan LTDER
Air Asia lebih besar dari Garuda (2019-2021). Hal ini berarti Air Asia lebih bergantung
kepada liabilitas untuk operasionalnya;
4. Apabila dilihat dari Times Interest Earned (TIE), rata-rata nilai TIE Air Asia lebih besar dari
Garuda (2019-2021). Hal ini berarti kemampuan Air Asia dalam melunasi biaya bunga lebih
baik dari Garuda
5. Secara umum berdasarkan analisis yang dilakukan, Air Asia dan Garuda termasuk
perusahaan yang cukup sehat. Walaupun pada 2019, liabilitas perusahaan naik signifikan
akibat Covid-19 yang ditandai dengan rasio DER dan LTDER yang nilainya naik
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai