TUGAS PERORANGAN
MANAJEMEN KEUANGAN
DOSEN : DR. ETTY INDRIANI, M.M., M.SI.
OLEH :
PUSPITO RETNO GUNTARI
NIM : 2020015326
MAGISTER MANAJEMEN
STIE AUB SURAKARTA
2021
2
Current ratio mencapai tingkat tertinggi pada tahun 2017 yaitu sebesar
243,4% dan tingkat terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 156,4%.
2. Ratio Aktivitas
Rasio Aktivitas (activity ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.
Atau dapat pula dikatakan rasio ini gunakan untuk menggunakan tingkat
efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efesinensi yang dilakukan
misalnya dibidang penjualan, persedian, penagihan piutang, dan efisiensi
dibidang lainya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-sehari.
Salah satu ratio aktivitas yang akan digunakan untuk pembahasan ini adalah
Ratio Perputaran Total Aset (Total Aset Turnover) yaitu Rasio ini mengukur
aktivitas aset dan kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan melalui
asetnya. Rumus untuk menghitungnya yaitu penjualan bersih harus dibagi
dengan total aset rata-rata, atau sebaagai berikut:
Total Asset Turnover = Penjualan Bersih ÷ Total Aset Rata-rata
Pada intinya, semakin tinggi rasio ini, semakin baik bagi perusahaan karena
ini berarti dapat menghasilkan lebih banyak penjualan dengan beberapa
tingkat aset tertentu.
5
6
Nilai perputaran aset rata-raa Indo Tambangraya Megah adalah 1,23. Nilai
1,23 pada Rasio ini berarti penjualan bersihnya sama dengan 1,23 kali dari
rata-rata total aset pada tahun tersebut, Total Asset Turnover atau TATO
selama tahun 2014-2018 terdapat kecenderungan turun kecuali tahun 2017
yang mengalami kenaikkan dibanding tahun sebelumnya.. kecenderungan
turun sejak 2014 sampai denagn 2018. Tahun 2016 adalah saat nilai TATO
paling rendah dan terjadi penurunan pada tahun ini, hal ini disebabkan karena
pada tahun 2016 penjualan bersih menurun.
3. Ratio Leverage
Leverage ratio adalah rasio keuangan yang menunjukkan tingkat utang yang
telah dikeluarkan oleh suatu badan usaha atau bisnis. Rasio leverage disebut
juga dengan istilah rasio solvabilitas dapat dipahami sebagai rasio keuangan
yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
atau utang jangka panjangnya. Utang jangka panjang itu sendiri dimaknai
sebagai kewajiban atau utang yang waktu jatuh temponya lebih dari satu
tahun.
Rasio leverage membandingkan antara total beban utang perusahaan
terhadap aset atau ekuitasnya. Artinya, rasio ini menunjukkan seberapa
banyak aset perusahaan yang dimiliki oleh para pemegang saham
dibandingkan dengan aset yang dimiliki oleh para kreditur atau pemberi
utangnya. Suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat leverage yang tinggi,
apabila jumlah aset yang dimiliki perusahaan lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah aset krediturnya.
7
4. Ratio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu
perusahaan , profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada
tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Ada beberapa indikator
9
5. Ratio Pasar
Rasio nilai pasar adalah rasio yang memperhitungkan harga saham dengan
laba, nilai buku per saham hingga arus kas.
Ratio Pasar yang sering digunakan untuk industri perusahaan adalah
1. Price to Earning Ratio atau PER (P/E Ratio) adalah rasio harga pasar per
saham terhadap laba bersih per saham. Rasio Price to Earning ini adalah
rasio valuasi harga per saham perusahaan saat ini dibandingkan dengan
laba bersih per sahamnya. Price to Earning Ratio ini merupakan rasio
yang sering digunakan untuk mengevaluasi investasi prospektif. Rasio ini
juga digunakan untuk membantu investor dalam pengambilan keputusan
apakah akan membeli saham perusahaan tertentu. Umumnya, para trader
atau investor akan memperhitungkan PER atau P/E Ratio untuk
memperkirakan nilai pasar pada suatu saham.
Rasio PER-nya yang lebih tinggi menunjukan bahwa pasar bersedia
membayar lebih terhadap pendapatan atau laba suatu perusahaan, serta
memiliki harapan yang tinggi terhadap masa depan perusahaan tersebut
sehingga bersedia untuk menghargainya dengan harga yang lebih tinggi.
Di sisi lain, Rasio Harga Terhadap Pendapatan (Price Earning Rasio) yang
lebih rendah mengindikasikan bahwa pasar tidak memiliki kepercayaan
yang cukup terhadap masa depan saham perusahaan yang bersangkutan.
Untuk menghitung Price to Earning Ratio menggunakan rumus sebagai
berikut :
11
Rasio Harga terhadap Nilai Buku = Harga per Lembar Saham / Nilai
Buku per lembar Saham
3. Market Value added (MVA). MVA diperoleh dengan menghitung nilai
perusahaan (company/enterprise value), penjumlahan harga pasar
seluruh saham, surat utang dan surat berharga lainnya yang dimaksudkan
untuk mobilitasi capital, dikurangi nilai buku (book value) atau modal yang
diinvestaskan
Untuk menghitung MVA digubakan rumus :
MVA = nilai pasar dari saham – ekuitas modal yang diberikan pemegang saham.
= (saham beredar) x (harga saham) – total ekuitas saham biasa
Ratio pasar INDO TAMBANGRAYA MEGAH tahun 2019 tersaji dalam data
di bawah ini :
12
Dari data dalam tabel di atas dapat ditentukan besarnya Equity Market
(MVE) dan Equity Book Value (BVE) untuk menghitung besarnya Market
value added (MVA)
MVA = MVE – BVE
1. Profil Perusahaan
A. Informasi Umum Perusahaan
Didirikan pada tahun 1987, PT Indo Tambangraya Megah Tbk
(ITM) mencatat beberapa milestone penting diawali dengan melakukan
konsolidasi portofolio pertambangannya pada tahun 2001, seiring dengan
akuisisi ITM oleh BANPU Thailand. ITM melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham (IPO) pada 18 Desember 2007. Sebanyak 225.985.000
saham Perusahaan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
kode saham: ITMG. Sejak saat itu ITM telah tumbuh menjadi perusahaan
energi berbasis batubara utama di Indonesia yang memasok pasar energi
dunia.
Pada akhir 2016, ITM mencanangkan arah baru kebijakan
perusahaan untuk menjadi penyedia produk energi dan jasa dengan
mengedepankan pendekatan pembangunan berkelanjutan. Perusahaan
kemudian secara bertahap melakukan transformasi digital sejak 2018,
pada setiap aspek operasi dan bisnisnya. Transformasi teknologi juga
diimbangi dengan transformasi budaya kerja seluruh warga perusahaan.
Pemegang Saham mayoritas ITM saat ini adalah Banpu Minerals
(Singapore) Pte. Ltd sebanyak 65,143% dan saham publik sebanyak
31,808%. Perusahaan memiliki wilayah kerja di Kalimantan dengan
tambang batubara yang dioperasikan dan dikelola anak perusahaan.
Selain itu ITM memiliki beberapa anak perusahaan lain yang memberikan
dukungan operasional dan berpotensi dikembangkan bagi bisnis energi
Perusahaan di masa depan. Perusahaan juga terus menambah cadangan
batubara untuk mendukung kesinambungan usaha. Perusahaan
berkomitmen untuk menerapkan praktikpraktik yang mengacu pada
pengelolaan lingkungan, sosial dan tata kelola.”.
17
GCG ITM dinilai oleh pihak independen dan hasil penilaian tersebut telah
mengantar ITM dalam meraih apresiasi dan penghargaan. Menjelang akhir
tahun 2019, Perusahaan memperoleh penghargaan CG Award untuk kategori
Best Responsibility of the Board berdasarkan parameter ASEAN CG
Scorecard. Penilaian dilakukan oleh Indonesia Institute for Corporate
Directorship (IICD). Instrumen ASEAN CG Scorecard digunakan di
negaranegara Asia Tenggara sebagai piranti penilaian praktikpraktik GCG
perusahaan terbuka di negara masingmasing.
Secara berkesinambungan Perusahaan melakukan sosialisasi GCG
dalam bentuk sharing knowledge perihal praktik GCG terbaik, pembelajaran
kasus terkait GCG, dan kampanye GCG. Dalam upaya membangun tata
kelola yang baik, ITM memiliki beberapa fasilitas pendukung berbasis web
seperti seperti TC, IWBC, Voice of Stakeholder (VoiS), dan CG Portal
berbasis web.
Secara umum ITM menerapkan GCG sesuai prinsip transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian serta kesetaraan dan
kewajaran. Penerapan GCG menegaskan komitmen Perusahaan untuk
melakukan pengelolaan usaha dengan terencana dan beretika, yang
bertujuan mendapatkan kepercayaan dari pemangku kepentingan, termasuk
pemegang saham. ITM telah menyusun kerangka penerapan GCG yang
meliputi Kebijakan GCG, Aturan Perilaku, Piagam, Proses Bisnis maupun
Aturan Internal, Prosedur Operasional Standar hingga Instruksi Kerja. Seluruh
kerangka GCG Perusahaan berlandaskan pada Manajemen Risiko