Disusun oleh :
Kiki Rizkiana
43115120034
B. PENDAHULUAN
Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai prospek atau pertumbuhan potensi
perkembangan yang baik bagi perusahaan, informasi kinerja keuangan diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa
depan dan untuk memprediksi kapasitas produksi dari sumber daya yang ada (Barlian,
2003). Laporan keuangan yang sudah dianalisis sangat diperlukan oleh pemimpin
perusahaan atau manajemen sebagai alat untuk pengambilan keputusan lebih lanjut di
masa yang akan datang.
Menurut Sofyan (2007) laporan keuangan adalah menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu sedangkan menurut Martono (2007) laporan keuangan adalah ikhtisar mengenai
keadaan keuangan suatu perusahaan pada saat tertetu, umumnya laporan keuangan
merupakan sebuah media informasi yang mencatat dan merangkum segala aktivitas
perusahaan serta digunakan untuk melaporkan keadaan dan posisi perusahaan kepada
pihak yang berkepentingan, terutama pada pihak kreditur, investor, dan manajemen
perusahaan itu sendiri, untuk menggali lebih banyak lagi informasi yang terkandung dalam
suatu laporan keuangan maka diperlukan suatu analisis laporan keuangan apabila suatu
1
informasi disajikan dengan benar, informasi itu sangat berguna bagi perusahaan dalam
pengambilan keputusan dan untuk mengetahui kinerja keuangan.
Evaluasi kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis
laporan keuangan yaitu dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Rasio-rasio yang
biasanya digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan antara lain rasio
likuiditas, solvabilitas, aktifitas dan profitabilitas (Martono, 2007).
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan
aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar (Martono, 2007), variabel-variabel yang
digunakan adalah :
a. Current Ratio
Current ratio adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang
harus segera dipenuhi atau dengan kata lain untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya (Machfoedz, 1999).
Aset Lancar
Current Ratio = x100%
Hutang Lancar
2
Tabel 1
Current Ratio
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
Rasio
Tahun Aset lancar Hutang lancar
Kali %
2012 7,646,851 3,041,406 2,6 251.42
2013 7,080,437 3,855,512 1,8 183.64
2014 6,343,110 3,862,917 1,6 164.21
2015 11,252,827 4,339,330 2,6 259.32
2016 10,630,222 4,352,314 2,5 244.24
3
pelanggan dan utang lain-lain. Sedangkan pada tahun 2016 total aset lancar turun
sebesar 15.08% menjadi 244,24.
Current ratio naik karena aset lancar naik sebesar Rp. 4.909.717 dari tahun 2014 ke
tahun 2015. Current ratio yang tinggi juga tidak selalu berarti baik bagi perusahaan
karena menunjukkan pengelolaan dana yang kurang optimal.
Jika rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, tahun 2013 dan 2014,
menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berada di bawah rata-rata industri.
Sedangkan tahun 2012, 2015 dan 2016 menunjukkan kondisi lebih baik karena berada
diatas rata-rata industri.
b. Quick Ratio
Quick Ratio adalah perbandingan aktiva lancar dikurangi persediaan dengan
hutang lancar (Munawir, 2001)
Tabel 2
Quick Ratio
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
Rasio
Tahun Aset lancar Persediaan Hutang lancar
Kali %
2012 7,646,851 1,449,968 3,041,406 2,1 203,75
2013 7,080,437 2,445,934 3,855,512 1,2 120,20
2014 6,343,110 1,761,888 3,862,917 1,2 118,59
2015 11,252,827 1,752,585 4,339,330 2,2 218,93
2016 10,630,222 1,388,416 4,352,314 2,1 212,34
4
Quick ratio > 100% (lebih 100%) menunjukkan bahwa perusahaan sudah mampu
membayar hutang lancar dengan aktiva yang lebih likuid(tanpa persediaan).
Pada tahun 2015 ANTAM mengalami peningkatan quick ratio sebesar 100,34% dari
tahun 2014 yang semula 118,59% menjadi 218,93%, walaupun hutang lancar mengalami
peningkatan sebesar Rp. 476.413.061. Hal ini seiring dengan peningkatan kas dan setara
kas sebesar Rp. 5.467.724.089 dari tahun 2014 ke tahun 2015. Walaupun pada tahun
2016 quick ratio mengalami penurunan kembali sebesar 6,59% menjadi 212.34%, namun
hal tersebut masih dalam tahap aman bagi perusahaan. Rasio yang kurang
dari 100% menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu membayar hutang lancar
dengan aktiva yang lebih likuid.
Jika rata-rata industri adalah 1,5 kali maka pada tahun 2013 dan 2014
menunjukkan bahwa kondisi perusahaan lebih buruk dari perusahaan lain, untuk
melunasi hutang lancar perusahaan harus menjual persediaan ditambah aktiva lancar
lainnya. Penjualan persediaan dengan harga normal relatif sulit, kecuali jika perusahaan
menjual di bawah harga pasar, mengingat pangsa pasar produk ANTAM yang spesifik
untuk industri besar maka hal ini sangat beresiko merugi.
Tapi jika rata-rata industri sama, maka pada tahun 2015 ANTAM tidak perlu
menjual persediaan untuk membayar hutang lancar perusahaan. Dengan rasio sebesar
218,93% ANTAM sangat mampu membayar hutang lancar dengan aktiva yang lebih likuid
karena kondisi perusahaan dapat dikatakan cukup memuaskan, walaupun terjadi
penurunan pada tahun 2016.
c. Cash Ratio
Cash ratio adalah perbandingan antara kas dengan total hutang lancar (Munawir,
2001).
5
Tabel 3
Cash Ratio
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
Rasio
Tahun Kas dan Setara Kas Hutang lancar
Rp %
2012 3,868,575 3,041,406 1,3 127,20
2013 2,792,738 3,855,512 0,7 72,45
2014 2,618,910 3,862,917 0,7 67,80
2015 8,086,634 4,339,330 1,9 186,40
2016 7,623,385 4,352,314 1,75 175,16
Pada tahun 2014 menunjukkan bahwa dengan menggunakan kas dan setara kas
perusahaan belum mampu membayar hutang lancarnya. Rasio kas sebesar 67,80%
menunjukkan kondisi kurang baik karena untuk membayar hutang lancar perusahaan harus
menjual aktiva lancar lainnya yang menambah risiko kerugian bagi perusahaan.
Tetapi pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 118,40% seiring
peningkatan kas dan setara kas yang cukup tinggi yaitu Rp. 5.467.724.089 yang
menunjukkan peningkatan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar.
Rasio kas yang tinggi juga tidak terlalu baik karena menunjukkan bahwa ada dana yang
menganggur atau belum digunakan secara optimal.
Jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan perusahaan dari
tahun 2012-2016 cukup baik karena berada diatas rata-rata industri.
6
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas, yaitu rasio untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang (Martono, 2007), variabel-variabel yang digunakan adalah
total hutang
Total Debt to Total Assets Ratio = x 100%
total aset
Tabel 4
Total Debt to Total Assets Ratio
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
Rasio
Tahun Total Hutang Total Aset
Rp %
2012 6,876,225 19,708,541 0,348 35
2013 9,071,630 21,865,117 0,414 41
2014 10,114,641 22,044,202 0,458 46
2015 12,040,132 30,356,851 0,396 40
2016 11,572,740 29,981,536 0,385 39
Pada tahun 2012 pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar 35%.
Setiap Rp. 100 pendanaan perusahaan, Rp. 35 dibiayai dengan utang dan Rp.
65 disediakan oleh pemegang saham. Begitu seterusnya sampai dengan
tahun 2016 dimana pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar 39%.
Setiap Rp. 100 pendanaan perusahaan, Rp. 39 dibiayai dengan utang dan Rp.
61 disediakan oleh pemegang saham.
Dengan melihat rasio diatas dapat diketahui juga bahwa selama dua tahun
terakhir pada tahun 2015 dan 2016 perusahaan masih mampu untuk
7
menjamin total hutang menggunakan total aktiva yang dimiliki. Walaupun
mengalami penurunan sebesar 1% akibat penambahan pinjaman, perusahaan
masih tergolong likuid dan solvable yang berarti perusahaan dapat memenuhi
kewajiban keuangannya baik yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang.
Jika rata-rata industri 35%, debt to asset ratio PT. ANTAM Tbk, masih diatas
rata-rata industri, sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh
pinjaman. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendanaan dibiayai
dengan hutang melebihi rata-rata industri sebesar 35%. Jika perusahaan
bermaksud menambah hutang, perusahaan perlu menambah ekuitas terlebih
dahulu.
total hutang
Total Debt to Total Equity Ratio = x 100%
modal sendiri
Tabel 5
Total Debt to Total Equity Ratio
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
Rasio
Tahun Total Hutang Modal sendiri
Rp %
2012 6,876,225 12,832,316 0,535 54
2013 9,071,630 12,793,488 0,709 71
2014 10,114,641 11,929,561 0,847 85
2015 12,040,132 18,316,719 0,657 66
2016 11,572,740 18,408,796 0,628 63
8
Pada tabel 5 diatas, tahun 2012 menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp.
54(dibulatkan) untuk setiap Rp. 100 yang disediakan pemegang saham. Atau
perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 54%. Begitu seterusnya sampai pada
tahun 2016 kreditor menyediakan Rp.63 untuk setiap Rp.100 yang disediakan
oleh pemegang saham. Atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 63%.
Total debt to equity ratio pada ANTAM tahun 2012 – 2016 menunjukkan tingkat
rasio yang tergolong baik karena berada dibawah rata-rata industri sebesar 80%,
sedangkan apabila rasio berada diatas 80% berbahaya bagi kreditur karena
jumlah hutang lebih besar dari modal pemilik.
Tabel 6
Long Term Debt to Equity Ratio
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
Rasio long term debt to equity ratio mengalami penurunan pada tahun 2015
sebesar 9% disebabkan peningkatan total ekuitas ANTAM sebesar Rp. 6.387.158
sehingga hutang jangka panjang yang dipenuhi oleh modal juga menurun.
9
Long term debt to equity ratio ANTAM tahun 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa
perusahaan dapat mengurangi beban hutang jangka panjang terhadap modal
perusahaan yang dijadikan jaminan untuk menutupi hutang jangka panjangnya
karena berada jauh dibawah indeks angka normal yaitu dibawah 100%.
Jika rata-rata industri untuk long term debt to equity ratio sebesar 30% perusahaan
dianggap kurang baik walaupun mengalami penurunan di tahun 2015 dan 2016
karena berada diatas rata-rata industri.
3. Rasio Aktifitas
Rasio aktivitas, yaitu rasio yang mengukur efisiensi dalam menggunakan asset-
assetnya (Martono, 2007), variabel-variabel yang digunakan adalah :
a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama
penagihan hutang selama satu periode atau beberapa kali dana yang ditanam dalam
piutang ini berputar dalam satu periode.
penjualan
Receivable Turn Over = 𝑥100%
piutang
Tabel 7
Total Receivable Turn Over
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
10
Pada tahun 2012 perputaran piutang adalah 5,7 kali dibandingkan penjualan
begitupun seterusnya sampai tahun 2016 perputaran piutang sebesar 9,2 kali
dibandingkan penjualan
Perputaran piutang terbesar terjadi pada tahun 2015 sebesar 18,2 kali
mengalami peningkatan 9,6 kali dari tahun 2014.
Perputaran piutang cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun pada
akhir tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 9 kali dari tahun sebelumnya
Jika rata-rata industri untuk perputaran piutang adalah 15 kali, maka dapat
dikatakan hanya pada tahun 2015 saja penagihan hutang yang dilakukan oleh
manajemen berhasil karena melebihi angka rata-rata industri.
penjualan bersih
Total Asset Turn Over = 𝑥100%
total aset
Tabel 8
Total Asset Turn Over
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
11
Perputaran total aktiva tahun 2012 sebanyaK 0,53 kali. Artinya setiap Rp. 1 aktiva/
total aset dapat menghasilkan Rp. 0,53 penjualan, begitupun seterusnya sampai
pada tahun 2016.
Perputaran total aktiva terendah terjadi pada tahun 2016 yaitu sebanyak 0,30 kali.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum bisa mengoptimalkan aktiva yang
dimiliki.
Jika rata-rata industri adalah 2 kali menunjukkan bahwa keadaan aktiva
perusahaan kurang baik karena belum mampu memaksimalkan aktiva yang
dimiliki. Perusahaan diharapkan meningkatkan lagi penjualannya atau mengurangi
sebagian aktiva yang kurang produktif.
penjualan bersih
Working Capital Turn Over = 𝑥100%
aset lancar
Tabel 9
Working Capital Turn Over
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
Perputaran modal kerja tahun 2012 sebesar 1,4 kali. Artinya setiap Rp. 1 modal
kerja dapat menghasilkan Rp.1,4 penjualan. Begitupun seterusnya sampai pada
12
tahun 2016 perputaran modal kerja sebesar 0,9 kali, yang artinya setiap Rp. 1
modal kerja dapat menghasilkan Rp.0,9 penjualan.
Perputaran modal kerja dari tahun 2012-2016 cenderung mengalami penurunan
mungkin disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang dan
saldo kas yang terlalu besar.
Jika rata-rata industri untuk perputaran modal kerja adalah 6 kali, keadaan
perusahaan dari tahun 2012 – 2016 dinilai kurang baik, karena masih dibawah
rata-rata industri.
Artinya dari rata-rata industri setiap Rp. 1 modal kerja dapat menghasilkan Rp. 6
penjualan, sedangkan rasio perputaran modal kerja yang tunjukan dari tahun 2012
– 2016 masih dibawah rata-rata.
Dalam hal ini manajemen harus bekerja lebih keras lagi untuk meningkatkan rasio
perputaran modal kerja hingga minimal mencapai atau sama dengan rasio rata-
rata industri.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya (Martono, 2007), variabel-variabel
yang digunakan adalah :
penjualan bersih−HPP
Gross Profit Margin = x 100%
penjualan bersih
13
Tabel 10
Gross Profit Margin
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
Pada tahun 2012 rasio gross profit margin sebesar 19,36% artinya setiap
Rp. 1 penjualan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,1936
dibulatkan menjadi Rp. 0,2. Dengan kata lain bahwa jumlah laba bersih yang
dicapai oleh perusahaan sebesar 19,36 % dar volume penjualan.
Jika dilihat nilai rasionya Pada tahun 2012 – 2016 rasio gross profit margin
cenderung mengalami penurunan. Penurunan terparah terjadi pada tahun
2015 mencapai 1,85%. Hal ini menunjukan adanya penurunan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan.
Pada tahun 2016 kondisi gross profit mengalami peningkatan sebesar 7,5 %
menjadi 9,35%. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan.
14
Tabel 11
Net Profit Margin
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
Pada tahun 2012 – 2016 rasio net profit margin cenderung mengalami penurunan secara
drastis. Hal ini menunjukan kemampuan perusaaan menurun dalam menghasilkan laba
bersih setelah dipotong bunga dan pajak.
Walaupun pada tahun 2016 rasio net profit margin mengalami kenaikan menjadi 0,71%
dari -13, 68%, perusahaan tetap harus bekerja keras untuk meningkatkan penghasilan
laba bersih agar perusahaan tidak merugi setiap tahunnya.
Jika rata-rata industri untuk net profit margin adalah 20%, margin laba bersih perusahaan
dari tahun 2013-2016 kurang baik karena jauh dibawah rata-rata industri. Ini juga dapat
berarti bahwa harga barang-barang perusahaan ini relatif rendah atau biaya-biayanya
relatif tinggi atau keduanya. Hal yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah mencari
tahu penyebab penurunan margin karena sangat membahayakan perusahaan.
15
Tabel 12
Rate return to total asset
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
Rate return to total asset pada PT. Antam Tbk, dari periode 2012 sampai 2016
mengalami fluktuasi, hal ini dapat dilihat pada tahun 2012 sampai 2016
menunjukkan terjadinya penurunan drastis, hal ini menunjukan rendahnya
kemampuan perusahaan dalam mengggunakan total aset untuk menghasilkan
laba, sedangkan jika ada kenaikan berarti menunjukkan peningkatan perusahaan
dalam menggunakan total aset dicadangkan untuk menghasilkan laba untuk
setiap investor, rate return to total asset pada perusahaan Antam dari periode
2012 sampai 2016 dalam keadaan kurang baik karena perusahaan belum mampu
menggunakan total aset yang ada untuk menghasilkan laba.
Perusahaan harus bekerja keras untuk mengelola total aset yang ada dalam
kegiatan operasionalnya agar menghasilkan laba yang baik bagi perusahaan.
16
Tabel 13
Rate of return for the owner’s (ROE)
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
17
Tabel 14
Rate of return for the owner’s (ROE)
PT. Antam Tbk
Periode 2012-2016
Pada tahun 2012-2016, ROE mengalami penurunan secara drastis sama seperti
ROA dan ROI . Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang
diperoleh masih rendah dan ketidakmampuan manajemen untuk memperoleh
ROE seiring dengan menurunnya ROI.
Jika rata-rata industri untuk ROE adalah 40%, berarti kondisi perusahaan tidak
baik karena dari tahun 2012 – 2016 rasio masih dibawah rata-rata industri.
18
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Rasio likuiditas PT. ANTAM Tbk, menunjukkan bahwa perusahaan sudah bisa
membayar hutang jangka pendek maupun panjang dengan menggunakan aktiva
lancarnya. Peningkatan saldo kas yang terlalu tinggi tidak terlalu baik karena
menunjukkan terdapat dana yang tidak bisa di optimalkan oleh manajemen (iddle
money). Perputaran kas menunjukkan rasio yang tidak memuaskan karena
menunjukkan bahwa ANTAM tidak mampu membayar kewajiban dan biaya-biaya
terkait penjualan dengan modal kerja.
2. Pada rasio solvabiltas debt to asset ratio, pendaanaan perusahaan dibiayai oleh
hutang masih diatas rata-rata industri. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa
perusahaan dibiayai hampir separuhnya oleh hutang. Walaupun perusahaan masih
tergolong likuid dengan total aset yang dimiliki tetapi hal ini akan menjadi sulit
apabila perusahaan ingin menambah pinjaman.
4. Pada rasio profitabilitas, pengukuran pada semua jenis rasio cenderung mengalami
penurunan setiap tahunnya selama 5 periode, walaupun diakhir tahun 2016
mengalami sedikit peningkatan. Namun hal tersebut tidak cukup membantu
perusahaan dalam memperoleh peningkatan laba penjualan. Perusahaan harus
bekerja keras untuk mengelola total aset yang ada dan penjualan produk dalam
kegiatan operasionalnya agar menghasilkan laba yang baik bagi perusahaan.
19
Saran
1. Manajemen ANTAM harus lebih meningkatkan kinerjanya dalam mengelola dana
yang tertampung baik dalam bentuk aktiva lancar (kas dan setara kas, persediaan
dll), aktiva lancar lainnya dan aktiva tetap sehingga aktiva lebih produktif.
20
DAFTAR PUSTAKA
Sawir, Agnes 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan,
Penerbit BPFE, Yogyakarta.
http://www.antam.co.id
http:www.idx.co.id
http:www.syariahsaham.com
21