Anda di halaman 1dari 18

1

MODUL PERKULIAHAN

ANALISA
LAPORAN
KEUANGAN

Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas,


Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas

Abstrak Sub-CPMK 1

Memahami analisis rasio likuiditas, Menghitung tiap rasio, melakukan analisis


rasio solvabilitas, rasio tahunan, analisis berdasarkan grafik trend dan
aktivitas,rasio profitabilitas dari beberapa teorinya
laporan keuangan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Iwan Firdaus, SKom.MM


Ekonomi dan Bisnis Akuntansi
04 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas,
Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas

RASIO LIKUIDITAS

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), rasio likuiditas mengukur
kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan
relatif terhadap utang lancarnya (utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan).
Rasio likuiditas yang jelek dalam jangka panjang juga akan mempengaruhi solvabilitas
perusahaan. Beberapa rasio likuiditas adalah sebagai berikut:
1. Current Ratio (rasio lancar)
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013), rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva
lancer menutupi kewajiban lancer. Semakin besar rasio ini maka semakin tinggi kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio lancer lebih aman jika berada di
atas 1.
Menurut Brigham dan Houston (2016), rasio ini dihitung dengan membagi asset
lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukan sampai sejauh apa kewajiban lancar
ditutupi oleh assat yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat.
Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan mulai lambat membayar
tagihan (utang usaha), pinjaman bank, dan kewajiban lainnya yang akan meningkatkan
kewajiban lancer. Jika kewajiban lancer naik lebih cepat dibandingkan dengan asset lancer
maka cuurent rasio akan turun, dan ini merupakan pertanda adanya masalah dalam
perusahaan.

Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :

Current Ratio = Aktiva Lancar / Utang Lancar

Hasilnya dinyatakan dalam “kali”.

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
2 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
Contoh :

PT ABC tahun 2007 yang memproduksi barang konsumsi memiliki aset lancar (aktiva lancar)
Rp 100 miliar dan utang lancar (utang lancar) Rp 50 miliar. Artinya, current ratio PT “ABC
adalah 2 kali (100 dibagi 50).

Analisa tahunannya adalah setiap Rp. 1 utang lancar dijamin oleh Rp. 2aktiva lancar

Contoh lain berdasarkan kepada neraca pada modul 3, maka:


nama akun tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
total aktiva lancar 7,130.00 7,246.00 7,539.00 8,010.00 8,260.00
total utang lancar 2,686.00 2,785.00 3,400.00 3,550.00 3,800.00
curretn ratio (satuan dalam "kali") 2.65450 2.60180 2.21735 2.25634 2.17368

Analisa tahunan:
Tahun 1 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 2.65 aktiva lancar
Tahun 2 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 2.60 aktiva lancar
Tahun 3 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 2.22 aktiva lancar
Tahun 4 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 2.26 aktiva lancar
Tahun 5 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 2.17 aktiva lancar
Grafik:

Analisa grafik:
 Dari grafik terlihat selama lima tahun posisi current ratio terus menurun,
berdasarkan teori di atas maka keadaan ini sangat tidak baik bagi perusahaan,
karena tergambarkan bahwa kemampuan perusahaan selama lima tahun
menurun dalam menutupi utang jangka pendeknya dari aset lancar.

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
3 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Ratio)

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), dari ketiga komponen aktiva
lancer (kas, piutang dan persediaan), persediaan biasanya dianggap merupakan asset yang
paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk
sampai menjadi kas, yang berarti waktu yang diperlukan untuk menjadi kas semakin lama,
dan juga ketidakpastian nilai persediaan. Meskipun persediaan dicantumkan dalam nilai
perolehan/cost, sedangkan apabila persediaan laku, kas yang diperoleh sama dengan nilai
jual yang secara umum lebih besar dibandingkan dengan nilai perolehan. Dengan alsan di
atas, persediaam dikeluarkan dari aktiva lancer untuk perhitungan Quick ratio.
Menurut Brigham dan Houston (2010), persediaan pada umumnya merupakan
asset lancer perusahaan yang paling tidak likuid sehingga persediaan merupakan asset,
dimana kemungkinan besar akan terjadi kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio
yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek
tanpa mengandalkan penjualan persediaan sangat penting artinya.
Menurut Kasmir, SE.MM (2008), Quick ratio merupakan rasio yang menunjukan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar utang lancarnya dengan aktiva
lancer tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Artinya nilai persediaan kita
abaikan hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relative lebih lama
untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar
kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancer lainnya.

Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan


Hutang Lancar

Hasilnya dinyatakan dalam “kali”.

Contoh berdasarkan kepada neraca pada modul 3:


nama akun tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
total aktiva lancar 7,130 7,246 7,539 8,010 8,260
persediaan 2,350 2,201 2,623 2,700 2,800
total aktiva lancar-persediaan 4,780 5,045 4,916 5,310 5,460
total utang lancar 2,686 2,785 3,400 3,550 3,800
Quick Ratio (satuan dalam "kali") 1.77960 1.81149 1.44588 1.49577 1.43684

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
4 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
Analisa tahunan:
Tahun 1 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 1.77960 aktiva lancar diluar persediaan
Tahun 2 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 1.81149 aktiva lancar diluar persediaan
Tahun 3 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 1.44588 aktiva lancar diluar persediaan
Tahun 4 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 1.49577 aktiva lancar diluar persediaan
Tahun 5 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 1.43684 aktiva lancar diluar persediaan

Grafik:

Analisa grafik:
 Dari grafik terlihat selama lima tahun posisi quick ratio terus menurun, walau pun
sempat naik sedikit di tahun ke 4, berdasarkan teori di atas maka keadaan ini
sangat tidak baik bagi perusahaan, karena tergambarkan bahwa kemampuan
perusahaan selama lima tahun menurun dalam menutupi utang jangka
pendeknya dari aset lancar setelah dikurangi dengan persediaan.

3. Kas Rasio (Cash Ratio)


Menurut Kasmir, SE.MM (2008), disamping ke dua rasio likuiditas di atas, terkadang
perusahaan juga ingin mengukur seberapa besar uang yang benar-benar siap untuk
digunakan untuk memnayar utangnya. Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan
uang kas dapat ditunjukan dari tersediannya dana kas atau yang setara dengan kas seperti
rekening giro atau tabungan di bank. Dapat dikatakan rsaio ini menunjukan kemampuan
sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya.

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
5 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
Cash Ratio dapat dihitung dengan Rumus yaitu :

Cash
Cash Ratio = ------------------------------
Utang Lancar

Hasilnya dinyatakan dalam “kali”.

Contoh berdasarkan kepada neraca pada modul 3:


nama akun tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
kas dan surat berharga 112 670 408 450 410
total utang lancar 2,686 2,785 3,400 3,550 3,800
Cash Ratio (satuan dalam "kali") 0.04170 0.24057 0.12000 0.12676 0.10789

Analisa tahunan:
Tahun 1 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 0.04170 uang kas yang ada di perusahaan
Tahun 2 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 0.24057 uang kas yang ada di perusahaan
Tahun 3 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 0.12000 uang kas yang ada di perusahaan
Tahun 4 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 0.12676 uang kas yang ada di perusahaan
Tahun 5 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 0.10789 uang kas yang ada di perusahaan

Grafik:

Analisa grafik:
 Dari grafik terlihat selama lima tahun posisi cash ratio dari tahun ke 1 ke tahun ke
2 naik tajam, tapi kemudian kembali turun di tahun ke 3 hingga tahun ke 5.
Terlihat bahwa manajemen perusahaan kesulitan dalam mengelola kas yang ada

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
6 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
di perusahaan. Jika tidak disikapi dengan baik maka perusahaan akan kesulitan
dalam membayar utang jangka pendeknya.

RASIO SOLVABILITAS

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.
Perusahaan yang tidal solvable adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar
dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas perusahaan untuk jangka
panjang dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca.
Menurut Kasmir, SE.MM (2008), rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Artinya berapa besar
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek mau pun jangka panjang
apabila perusahaan dibubarkan (likuidasi).
Penggunaan rasio solvabilitas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat yang
dapat dipetik, baik rasio rendah mau pun rasio tinggi. Rasio solvabilitas memiliki beberapa
implikasi sebagai berikut:
1) Kreditor mengharapkan ekuitas sebagai margin keamanan. Artinya jika pemilik
memiliki dana yang kecil sebagai modal, resiko bisnis terbesar akan ditanggung oleh
kreditor.
2) Dengan pengadaan dana melalui utang, pemilik memperoleh manfaat berupa tetap
dipertahankannya pengusaan atau pengendalian perusahaan.
3) Bila perusahaan mendapat penghasilan lebih dari dana yang dipinjamkannya
dibandingkan dengan bunga yang harus dibayrnya, pengembalian kepada pemilik
diperbesar.
Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan, perusahaan ternyata memiliki rasio
solvabilitas yang tinggi, hal ini akn berdampak timbulnya resiko kerugian yang lebih besar,
tetapi juga ada kesempatan mendapat laba juga besar. Sebaliknya apabila perusahaan
memiliki rasio sovabilitas yang lebih rendah tentu mempunyai kerugian yang lebih kecil juga,
terutama pada saat perekonomian menurun. Dampak ini juga mengakibatkan rendahnya
tingkat hasil pengembalian (return) pada saat perekonomian tinggi. Oleh karena itu, manajer
keuangan dituntut untuk mengelola rasio solvabilitas dengan baik sehingga mampu
menyeimbangkan pengembalian yang tinggi dengan tingkat resiko yang dihadapi. Perlu

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
7 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
dicermati pula besar kecilnya resiko ini sangat tergantung dari pinjaman yang dimilki oleh
perusahaan.
Rasio-rasio solvabilitas yang di bahas dalam modul ini terdiri dari :
1. Debt to asset ratio (rasio utang)
Menurut Kasmir, SE.MM (2008), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain menjelaskan
seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang
perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Menurut Brigham dan Houston (2010), total utang termasuk seluruh kewajiban
lancer dan kewajiban jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio utang yang rendah
karena makin rendah rasio utang, makin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor jika
terjadi likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage
karena akan memperbesar laba yang diharapkan.
Debt Ratio dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Rasio Utang = Total utang / total aktiva
hasilnya dinyatakan dengan persent (%).
Contoh berdasarkan kepada neraca dari modul 3:
nama akun tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
total utang lancar 2,686 2,785 3,400 3,550 3,800
total utang jangka panjang 4,881 5,512 4,945 5,200 5,570
total utang 7,567 8,297 8,345 8,750 9,370
total aktiva 11,734 12,254 12,698 13,510 13,960
Debt Ratio 64.4878% 67.7085% 65.7190% 64.7668% 67.1203%
Analisis tahunan:
Tahun 1 Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 64.4878% dibiayai oleh utang
Tahun 2 Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 67.7085% dibiayai oleh utang
Tahun 3 Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 65.7091% dibiayai oleh utang
Tahun 4 Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 64.7668% dibiayai oleh utang
Tahun 5 Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 67.1203% dibiayai oleh utang

Grafik:

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
8 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
Analisa grafik:
 Dari grafik terlihat selama lima tahun posisi debt ratio dari tahun ke 1 ke tahun ke 2
naik tajam, tapi kemudian kembali turun di tahun ke 3 hingga tahun ke 4 dan kembali
naik pada tahun ke 5. Hal ini jika disikapi dari sisi kreditor berdasarkan kepada teori
di atas maka perusahaan terlihat kurang baik dalam mengelola utang yang dimiliki,
hal ini dapat berdampak kepada menurunnya tingkat kepercayaan kreditor kepada
perusahaan.

2. Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga (time interes earned-TIE)


Menurut Brigham dan Houston (2010), merupakan rasio laba sebelum bunga dan
pajak (earning before interes and tax-EBIT) terhadap beban bunga, suatu ukuran
kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga tahunannya. Rasio TIE
mengukur sampai sejauh apa laba operasi dapat mengalami penurunan sebelum
perusahaan tidak mampu memenuhi biaya bunga tahunannya. Kegagalan dalam membayar
bunga akan menyebabkan pihak kreditor melakukan tindakan hukum dan kemungkinan
berakhir dengan kebangkrutan.
Menurut Kasmir, SE.MM (2008), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malukarena
tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Apabila perusahaan tidak mampu
membayar bunga dalam jangka panjang, maka akan menghilangkan kepercayaan dari para
kreditor. Secara umum semakin tinggi rasio TIE maka semakin besar kemungkinan
perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh
tambahan pinjaman baru dari kreditor.
TIE dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Rasio kelipatan pembayaran bunga = EBIT / Beban bunga
Hasilnya dinyatakan dengan “kali”.
Contoh berdasarkan kepada neraca dari modul 3:
nama akun tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
Laba operasional (EBIT) 1,852 1,764 1,784 2,050 2,550
Beban bunga 300 307 303 310 315
TIE (satuan dalam "kali) 6.17 5.75 5.89 6.61 8.10

Analisis tahunan:
Tahun 1 Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 6.17 EBIT
Tahun 2 Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 5.75 EBIT
Tahun 3 Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 5.89 EBIT
Tahun 4 Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 6.61 EBIT

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
9 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
Tahun 5 Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 8.10 EBIT

Grafik:

Analisa grafik:
 Dari grafik terlihat selama lima tahun posisi TIE perusahaan bergerak menaik
ini berarti manajemen perusahaan dapat menghasilkan EBIT dengan baik dan
dapat membayar bunga kepada kreditor, hal ini dapat meningkatkan
kepercayaan dari kreditor semakin baik kepada perusahaan.

3. Debt to Equity Ratio (DER)


Menurut Kasmir, SE.MM (2008), merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan modal perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Bagi kreditor semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena
akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di
perusahaan. Namun bagi perusahaan justru semakin besar rasio ini akan semakin baik.
DER dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
DER = Total Utang / modal
Hasilnya dinyatakan dengan “%”.

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
10 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
Contoh berdasarkan kepada neraca dari modul 3:
nama akun tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
total utang 7,567 8,297 8,345 8,750 9,370
ekuity 11,734 12,254 12,698 13,510 13,960
DER 64.49% 67.71% 65.72% 64.77% 67.12%
Analisis tahunan:
Tahun 1 Dari 100% modal yang dimiliki perusahaan, maka 64.4878% dipenuhi oleh utang
Tahun 2 Dari 100% modal yang dimiliki perusahaan, maka 67.7085% dipenuhi oleh utang
Tahun 3 Dari 100% modal yang dimiliki perusahaan, maka 65.7091% dipenuhi oleh utang
Tahun 4 Dari 100% modal yang dimiliki perusahaan, maka 64.7668% dipenuhi oleh utang
Tahun 5 Dari 100% modal yang dimiliki perusahaan, maka 67.1203% dipenuhi oleh utang

Grafik:

Analisa grafik:
 Terlihat komposisi modal perusahaan yang dipenuhi oleh utang berfluktuasi selama 5
tahun, dan seluruhnya berada 60% dari total modal perusahaan bersumber dari
utang. Hal ini berindikasi kepada 2 pendapat. Pendapat pertama perusahaan dapat
dikatakan kurang baik karena ditakutkan jika kesulitan dalam melunasi utang
perusahaan maka perusahaan akan dapat dengan cepat menuju kebangkrutan.
Sedangkan pendapat ke 2 adalah perusahaan dikatakan sangan baik karena sangat
dipercaya oleh pihak eksternal dalam hal ini kreditor.

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
11 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
ANALISIS AKTIVITAS (TURNOVER)
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), rasio ini melihat pada
beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada
tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan
mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva
tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang
lebih produktif.
Menurut Brigham dan Houston (2010), kelompok rasio aktivitas untuk mengukur
seberapa efektif perusahaan mampu mengelola asset yang dimiliki. Rasio ini menjawab
pertanyaan apakah jumlah setiap jenis asset terlihat wajar, terlalu tinggi atau terlalu rendah
jika dilihat dari penjualan saat ini dan proyeksinya. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak
asset, maka biaya modalnya terlalu tinggi dan labanya akan tertekan. Di lain pihak jika asset
terlalu rendah maka penjualan yang menguntungkan akan hilang.

1. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover ratio = FATO)


mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan pabrik dan peralatannya.
Rasio ini adalah rasio penjualan terhadap asset tetap bersih.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013), rasio ini menunjukan berapa kali aktiva
tetap bersih berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini maka
semakin baik, artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan semakin tinggi.
Menurut Kasmir (2010), rasio ini digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode, atau untuk mengukur apakah
perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum.
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), rasio ini untuk mengukur
sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap
yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan
dalam menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif
perusahaan dalam penggunaan aktiva tetapnya.
Formula FATO:
penjualan
FATO = -----------------------
Aktiva tetap

Satuannya dalam “kali”

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
12 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
Contoh berdasarkan kepada Laporan laba rugi dari modul 3:
nama akun tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
Penjualan 15,747 15,296 16,405 17,250 18,350
total aktiva tetap 4,604 5,008 5,159 5,500 5,700
FATO (dalam "kali") 3.42029 3.05431 3.17988 3.13636 3.21930

Analisis tahunan:
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,42029 kali dari
Tahun 1
penggunaan aktiva tetap secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,05431 kali dari
Tahun 2
penggunaan aktiva tetap secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,17988 kali dari
Tahun 3
penggunaan aktiva tetap secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,13636 kali dari
Tahun 4
penggunaan aktiva tetap secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,21930 kali dari
Tahun 5
penggunaan aktiva tetap secara efektif

Grafik:

Analisa grafik:
 Terlihat FATO perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 2 turun tajam, hal ini
memberikan informasi sebagai sinyal negatif bagi perusahaan, kemudian terlihat dari
tahun ke 2 hingga thun ke 5 perusahaan berusaha kerja keras untuk dapat
menggunakan aktiva tetap secara efektif agar dapat meningkat seperti tahun
pertama, walau pun tahun ke 4 sempat sedikit menurun, tetapi dapat kembali
ditingkatkan di tahun ke lima.

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
13 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
2. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover ratio = TATO)
mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan pabrik dan peralatannya.
Rasio ini adalah rasio penjualan terhadap total aktiva.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013), rasio ini menunjukan perputaran total
aktiva dari volume penjualan, dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva
dalam menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik, artinya
kemampuan total aktiva menciptakan penjualan semakin tinggi.
Menurut Kasmir (2010), rasio ini digunakan untuk mengukur perputaran semua
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh
dari tiap rupiah aktiva.
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), rasio ini untuk mengukur
efektivitas penggunaan total aktiva.. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas
perusahaan dalam menggunakan total aktivanya. Semakin tinggi rasio ini berarti
menunjukan manajemen yang baik.
Formula TATO:
penjualan
TATO = -----------------------
Total Aktiva
Satuannya dalam “kali”
Contoh berdasarkan kepada Laporan laba rugi dari modul 3:
nama akun tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
Penjualan 15,747 15,296 16,405 17,250 18,350
total aktiva 11,734 12,254 12,698 13,510 13,960
TATO (dalam "kali") 1.34200 1.24825 1.29194 1.27683 1.31447

Analisis tahunan:
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,34200 kali dari
Tahun 1
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,24825 kali dari
Tahun 2
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,29194 kali dari
Tahun 3
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,27683 kali dari
Tahun 4
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,31447 kali dari
Tahun 5
penggunaan total aktiva secara efektif

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
14 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
Grafik:

Analisa grafik:
 Terlihat TATO perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 2 turun tajam, hal ini
memberikan informasi sebagai sinyal negatif bagi perusahaan, kemudian terlihat dari
tahun ke 2 hingga tahun ke 5 perusahaan berusaha kerja keras untuk dapat
menggunakan aktiva tetap secara efektif agar dapat meningkat seperti tahun
pertama, walau pun tahun ke 4 sempat sedikit menurun, tetapi dapat kembali
ditingkatkan di tahun ke lima.

3. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover ratio = ITO)


mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan pabrik dan peralatannya.
Rasio ini adalah rasio penjualan terhadap persedian.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013), rasio ini menunjukan seberapa cepat
persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik,
artinya kegiatan penjualan berjalan cepat.
Menurut Kasmir (2010), rasio ini digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode.
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), rasio ini untuk mengukur
efektivitas penggunaan persediaan.. Rasio ini memperlihatkan perputaran persediaan yang

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
15 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun dan ini
menandakan efektivitas manajemen persediaan. Sebaliknya perputaran persediaan yang
rendah menandakan tanda-tanda terjadinya mis-manajemen seperti kurangnya
pengendalian persediaan yang efektif.
Formula ITO:
penjualan
ITO = -----------------------
persediaan

Satuannya dalam “kali”


Contoh berdasarkan kepada Laporan laba rugi dari modul 3:
nama akun tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
Penjualan 15,747 15,296 16,405 17,250 18,350
persediaan 2,350 2,201 2,623 2,700 2,800
ITO (dalam "kali") 6.70085 6.94957 6.25429 6.38889 6.55357

Analisis tahunan:
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,34200 kali dari
Tahun 1
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,24825 kali dari
Tahun 2
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,29194 kali dari
Tahun 3
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,27683 kali dari
Tahun 4
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,31447 kali dari
Tahun 5
penggunaan total aktiva secara efektif

Grafik:

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
16 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
Analisa grafik:
 Terlihat ITO perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 2 menaik, hal ini
memberikan informasi sebagai sinyal positif bagi perusahaan, hal ini menunjukan
kegiatan penjualan berjalan cepat, tetapi kemudian terlihat dari tahun ke 2 hingga
tahun ke 3 menurun dan memberikan sinyal negatif bagi perusahaan, hal ini
menunjukan adanya tanda-tanda terjadinya mis-manajemen seperti kurangnya
pengendalian persediaan yang efektif, kemudian dari tahun ke 3 hingga tahun ke 5
perusahaan terlihat berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan efektivitas
penggunaan persediaan guna memberikan sinyal positif bagi perusahaan.

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
17 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
Daftar Pustaka

Dr. Mamduh M. Hanafi, M.B.A, Prof.Dr. Abdul Halim, M.B.A.,Akt., 2012, Analisis laporan
keuangan, UPP STIM YKPN, Bab 4
Brigham dan Houston, 2010, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Bab 3
Sofyan Syafri Harahap, 2013, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo
Persada, Bab 12
Kasmir SE.MM, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Bab 5
Drs. S. Munawir. Akuntan, 2007, Analisis Laporan Keuangan, Liberty Yogyakarta, Bab 4
Drs. Dwi Prastowo D. MM. Ak, 2014, Analisis Laporan Keuangan, UPP STIM YKPN, Bab 5
Irham Fahmi, 2011, Analisis Laporan Keuangan, Alfa Beta, Bab 6

2021 Analisis Laporan Keuangan Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Iwan Firdaus, SKom.MM
18 Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS

Anda mungkin juga menyukai