Anda di halaman 1dari 18

Pembahasan PT.

Unilever dengan menggunakan analisis likuiditas

• Rasio lancar Carrent Ratio =


Untuk tahun 2017:
CR = = 0,6 kali
Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 0,6 kali utang lancar, atau setiap
Rp 1 utang lancar dapat ditutupi oleh aset lancar sebesar Rp 0,6 artinya 0,6 : 1 antara
aktiva lancar dengan utang lancar.

Untuk tahun 2018:


CR = = 0,7 kali
Rata- rata industri CR adalah 2 kali, artinya keadaan perusahaan tahun 2017 dan
2018 kurang baik, rasionya dibawah rata-rata industri.
LANJUTAN…………

Dapat dilihat bahwa aktiva lancar tidak mampu untuk menutupi utang lancar pada
kedua tahun, hal ini mengindikasikan bahwa kurangnya tingkat pengembalian aktiva lancar
yaitu piutang usaha, karena menunjukan jumlahnya yang paling tinggi pada aset lancar pada
ke dua tahun tersebut, sehingga diartikan tingginya piutang yang masih belum tertagih pada
kedua tahun tersebut. Sedangkan untuk utang jangka pendek menunjukan jumlah yang paling
tinggi yaitu utang usaha pihak ketiga, yang kemungkinan tingginya utang pada kedua tahun
tersebut dalam pembelian bahan baku ke supplier sebagai akibat dari piutang yang juga tinggi
pada aset lancar.
• Rasio Cepat
Quick Ratio =

Untuk tahun 2017:


Quick Ratio = = 0,4 kali

Artinya setiap Rp. 1 utang lancar dapat ditutupi oleh aset lancar selain persediaan sebesar
Rp. 0,4.

Untuk tahun 2018:


QR = = 0,5 kali

Jika rata-rata industry 2 kali, Artinya dapat dilihat bahwa keadaan perusahaan
kurang baik diantara ke dua tahunnya, karena dibawah rata- rata industri.

Kondisi ini menunjukan bahwa perusahaan harus menjual persediaan sehingga


menghasilkan pendapatan dan kemudian sebahagiannya digunakan untuk membiayai
utang lancar.
• Rasio Kas
Cash Ratio =

Untuk tahun 2017:


Cash Ratio = = 0,03 = 3 %

Untuk tahun 2018:


Cash Ratio = = 0,03 = 3 %

Jika rata-rata industry 50%, maka keadaan perusahaan dikatakan kurang baik untuk
ke dua tahunnya, artinya, rasio kas terlalu rendah sehingga akan sulit bagi perusahaan
mengeluarkan dana cash saat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan operasionalnya atau
menutupi utang yang ada.
RASIO SOLVABILITAS
atau
Leverage Ratio
Rasio solvabilitas atau leverage ratio
merupakan ratio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan hutang.

Tujuan Rasio Solvabilitas


 Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada kreditor.
 Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap.
 Untuk menilai keseimbangan antar nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.
 Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
Jenis- jenis Rasio Solvabilitas

1. Dept to Asset Ratio (Utang dengan Aset)


Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang
dengan total aktiva serta keputusan pinjaman yang akan diberikan oleh lembaga keuangan.

RUMUS: DAR=

2. Dept to Equity Ratio (Utang dengan Ekuitas)


Digunakan untuk mengukur perbandingan antara seluruh utang dengan seluruh ekuitas yang
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal yang dijadikan untuk jaminan utang beserta
dampaknya bagi investor.

RUMUS: DER=
3. Long Term Debt to Equity Ratio (Utang Jangka Panjang dengan Modal)
Digunakan untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan jaminan
utang jangka panjang.

RUMUS: LTDtER=

4. Times Interest Earned (Jumlah kali perolehan bunga)


Dapat diartikan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dengan cara
membandingkan antara laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan biaya bunga yang
dikeluarkan.

RUMUS: TIE=
Contoh:
Dari laporan keuangan PT. Maju Bersama diatas, hitunglah dan interpretasikan
dengan menggunakan Rasio Solvabilitas:

DAR dengan standar industry 35%


DER dengan standar industry 80%
LTDtER dengan standar industry 50%
TIE dengan standar industry 10 kali

CATATAN: Semua standar industry diatas merupakan sudah


ketentuan soal
• Debt to Asset Ratio DAR ==
Untuk tahun 2018:
DAR = = 0,488 Rp. 2.050.000 didapat dari utang lancar + utang jangka
panjang
750 + 1300
Ini menunjukan bahwa 49 % pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang
untuk tahun 2018. artinya bahwa setiap Rp 1 pendanaan aset perusahaan, maka Rp 0,49
dibiayai dengan utang dan Rp 0,51 disediakan oleh pemegang saham.

Untuk tahun 2019:


DAR = = 0,475
Rata- rata industri adalah 35%, maka DAR perusahaan masih diatas rata- rata
1,00 – 0,49= 0,51
industri sehingga dikatakan kurang baik dan ini dapat mengindikasikan bahwa tingginya
jumlah aset yang dibiayai oleh utang.

INGAT: dikatakan masih diatas rata- rata industri, karena perusahaan dibiayai
hampir separuhnya hutang. Artinya disini, semakin tinggi rasio DAR, maka
pendanaan dengan utang semakin banyak. Semakin rendah Rasio ini, maka
semakin baik (Kasmir: 2015)
dalam hal ini, dibuktikan dengan tingginya utang bank jangka pendek dan
utang bank jangka panjang diantara kedua tahun tersebut. Sehingga kondisi ini, akan
sulit bagi perbankan untuk masa yang akan datang dalam memutuskan peminjaman dana
pada perusahaan.
• Debt to Equity Ratio DER ==
Untuk tahun 2018:
DER = = 0,911 (dibulatkan 91%)
Ini menunjukan bahwa setiap Rp 1 modal, maka sebesar Rp 0,91 yang
dijadikan untuk jaminan utang.

Untuk tahun 2019:


DER = = 0,904 (dibulatkan 90%)

Rata- rata industri DER adalah 80%, perusahaan masih dianggap kurang baik
karena masih diatas rata- rata industri, begitu juga tahun 2019. artinya disini perusahaan
cukup banyak dibiayai dengan utang sehingga tidak ada peningkatan dalam penyediaan
dana untuk modal sendiri.

ini terlihat bahwa perusahaan atau saham dari perusahaan terindikasi


memberikan resiko yang lebih tinggi pada para investor.
INGAT: Semakin rendah Rasio DER ini, maka semakin baik, dan sebaliknya.
• Long Term Debt to Equity Ratio

LTDtER=
Untuk tahun 2018:
LTDtER = = 0,577

Ini menunjukan bahwa 58 % pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang


jangka panjang untuk tahun 2018. artinya bahwa setiap Rp 1 pendanaan perusahaan,
maka Rp 0,58 dibiayai dengan utang jangka panjang dan Rp 0,42 disediakan oleh modal.
Untuk tahun 2019:
LTDtER = = 0,547 (dibulatkan 55%)

Rata- rata industri LTDtER adalah 50%, perusahaan 1,00masih dianggap


– 0,58= 0,42 kurang
baik karena masih diatas rata- rata industri, begitu juga tahun 2019, karena hutang
jangka panjang perusahaan sudah melebihi 50% bisnis dalam artian sangat berisiko
untuk dimasa yang akan datang.
INGAT: Semakin rendah Rasio LTDtER ini dari rata-rata industri, maka semakin
baik, dan sebaliknya.
hal ini dibuktikan, pada utang jangka panjang, yang paling tinggi itu adalah
utang bank pada ke dua tahunnya yang dapat mengakibatkan sulit menutupinya jika
profit perusahaan nantinya terjadi penurunan.
• Times Interest Earned TIE=
Untuk tahun 2018:
TIE = = 10 kali

TIE tahun 2018 adalah 10 kali artinya biaya bunga dapat ditutupi 10 kali dari
laba sebelum bunga dan pajak.

Untuk tahun 2019:


TIE = = 7,6 kali (boleh juga dibulatkan menjadi 8 kali)

Rata- rata industri adalah 10 kali, maka rasio utk tahun 2018 adalah baik, akan
tetapi untuk tahun 2019, dinilai kurang baik karena masih dibawah rata- rata industri, hal
ini akan menyulitkan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman dikemudian hari.

Ini mengindikasikan bahwa laba penjualan ditahun 2019 mengalami penurunan.

INGAT: Semakin tinggi rasio TIE semakin baik, karena perusahaan dianggap
mampu untuk membayar beban bunga periode tertentu dengan jaminan laba operasi
yang diperolehnya pada periode tertentu dan sebaliknya. (Fahmi : 2011)

Anda mungkin juga menyukai