Anda di halaman 1dari 6

EVALUASI TENGAH SEMESTER

INTERPRETASI RASIO KEUANGAN PADA


PT ASTRA INTERNASIONAL Tbk DAN ENTITAS ANAK
NAMA : Rima Dinwiati Hamidah
NPM : 10220019
KELAS :C1 Akuntansi
DOSEN : Meilani Purwanti, SE., M.Si.
MATA KULIAH : Analisis Laporan Keuangan
HARI/TANGGAL : Kamis, 24 November 2022
Berikut ini merupakan interpretasi dari rasio keuangan PT. Astra International Tbk dan
Entitas Anak jika dikaitkan dengan rasio standar industri yang berlaku.

1. Hasil Pengukuran Likuiditas

Berikut ini adalah data hasil penghitungan rasio likuiditas untuk 2 periode yaitu tahun
2020 dan 2021. Dari pengukuran rasio tersebut jika kita kaitkan dengan standar industri,
maka dapat kita lihat kondisi dan posisi perusahan seperti yang terlihat dalam tabel berikut
ini.

No. Jenis Rasio 2020 2021 Standar Industri


1 Current Ratio 1,5 kali 1,5 kali 2 kali
2 Quick Ratio 1,3 kali 1,3 kali 1,5 kali
3 Cash Ratio 50% 60% 50%
4 Cash turn over 380% 310% 10%
5 Inventory to net working 6% 7% 12%
capital

Rasio lancar (current ratio), dapat dilihat dari tabel bahwa rasio dari tahun 2020 dan
2021 tidak mengalami penurunan ataupun kenaikan, melainkan sama saja kurang memuaskan
karena masih dibawah rata-rata industri.

Jika standar rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, maka kondisi pada
pada kedua tahun tersebut dikatakan kurang baik karena tidak memenuhi syarat standar rata-
rata industri. Oleh karena itu, perlu dikhawatirkan mengingat rasio lancar yang dimiliki
perusahaan masih dibawah rata-rata industry dan perlu ditingkatkan lagi. Hal ini penting
mengingat rasio yang menyamai rata-rata industri yang dibutuhkan guna menumbuhkan
tingkat kepercayaan berbagai pihak kepada perusahaan.

Hasil rasio cepat (quick ratio) dari tahun 2020 ke tahun 2021 juga tidak mengalami
perubahan. Yaitu tahun 2020 dan tahun 2021 memiliki nilai rasio 1,3 kali.
Jika standar rata-rata industri untuk quick ratio adalah 1,5 kali, kondisi perusahaan
dapat dikatakan cukup memuskan untuk kedua tahun tersebut.

Hasil pengukuran rasio kas dari tahun 2020 ke tahun 2021 juga mengalami kenaikan.
Jika semula pada tahun 2020 rasio kas sebanyak 50%, pada tahun 2021 naik menjadi 60%.

Jika rata-rata industri rasio kas 50%, perusahaan berada dalam memuaskan karena masih ada
diatas rata-rata industri. Hanya saja perlu diantisipasi apakah penggunaan kas sudah
dilakukan secara optimal karena rasio kas yang tinggi dicurigai karena manajemen belum
melakukan pengelolaan secara baik, adanya kas yang idle (menganggur) dan tentu saja ini
dapat merugikan perusahaan.

Hasil pengukuran rasio perputaran kas dari tahun 2020 ke tahun 2021 mengalami
penurunan. Jika semula pada tahun 2020 rasionya sebesar 380%, pada tahun 2021 turun
menjadi 310%. Ini berarti perusahaan memiliki kemampuan untuk menutupi biaya-biaya
perusahaan.

Jika rata-rata industri rasio perputaran kas 10%, kondisi perusahaan pada periode
tahun 2020 dan 2021 memuaskan karena berada diatas rata-rata industri.

Hasil pengukuran inventory to net working capital dari tahun 2020 ke tahun 2021
mengalami penurunan. Jika semula pada tahun 2020 rasio kas sebanyak 7%, pada tahun 2021
turun menjadi 6%.

Jika standar rata-rata industri inventory to net working capital 12%, rasio perusahaan
ini untuk kedua tahun tersebut dinilai kurang baik.
2. Hasil Pengukuran Solvabilitas

Berikut ini adalah data hasil penghitungan rasio solvabilitas untuk 2 periode yaitu
tahun 2020 dan 2021. Dari pengukuran rasio tersebut jika kita kaitkan dengan standar
industri, maka dapat kita lihat kondisi dan posisi perusahan seperti yang terlihat dalam tabel
berikut ini.

No. Jenis Rasio 2020 2021 Standar


Industri
1 Debt to Asset Ratio 40% 40% 35%
2 Debt to Equity Ratio 70% 70% 90%
3 Long Term Debt to Equity 30% 20% 10 kali
Ratio (LTDtER)
4 Times Interest Earned 10 kali
5 Fixed Charge Coverage 10 kali

Debt to asset ratio tahun 2020 dan tahun 2021 sebanyak 40% artinya dari aktiva
perusahaan didanai uang (modal pinjaman) sebesar 40% dan ini juga berarti sebanyak 40%
dibiayai dengan modal dari pemegang saham. Jika dibandingkan dengan standar rata-rata
industri 35%, kondisi perusahaan untuk tahun 2020 dan 2021 dinilai kurang baik. Artinya
perusahaan dibiayai dengan utang melebihi rata-rata industri.

Debt to equity ratio menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp. 70,00 pada tahun
2020 untuk setiap Rp. 100,00 yang disediakan pemegang saham. Perusahaan dibiayai oleh
utang sebanyak 70%. Demikian pula untuk tahun 2021 tidak jauh berbeda dengan tahun
2020, yaitu sebesar 70%.

Jika rasio rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 90%, kondisi perusahaan
dianggap baik karena berada dibawah rata-rata industri.
3. Hasil Pengukuran Aktivitas

Berikut ini adalah data hasil penghitungan rasio aktivitas untuk 2 periode yaitu tahun
2020 dan 2021. Dari pengukuran rasio tersebut jika kita kaitkan dengan standar industri,
maka dapat kita lihat kondisi dan posisi perusahan seperti yang terlihat dalam tabel berikut
ini.

No Jenis Rasio 2020 2021 Standar


Industri
1. Receivable Turn Over 3,2 kali 3,8 kali 15 kali
2. Days of Receivable 111 hari 94 hari 60 hari
3. Inventory Turn Over 10 kali 11 kali 20 kali
4. Days of Inventory 114 hari 96 hari 19 hari
5. Working Capital Turn Over 55,3 kali 74 kali 6 kali
6. Fixed Asset Turn Over 2,9 kali 4,2 kali 5 kali
7. Total Asset Turn Over 0,5 kali 0,6 kali 2 kali

Receivable turn over atau perputaran piutang tahun 2020 ke tahun 2021 meningkat,
dari 3,2 menjadi 3,8 kali. Ini berarti semakin baik karena modal kerja yang tertanam semakin
kecil. Sementara itu, rata-rata industri sebesar 15 kali, yang berarti peningkatannya terjadi
melebihi rata-rata industri.

Ratio days of receivable tidak baik untuk tahun 2020 selama 111 hari dan 2021
selama 94 hari karena lebih dari 60 hari. Artinya perusahaan ini tidak mampu melakukan
penagihan secara cepat atau tepat waktu. Namun, sebagai pembanding, perlu terlebih dulu
dilihat syarat-syarat kredit yang diberikan apakah 2/10 net 30 atau 2/10 net 60. Jika syarat
yang pertama yang berlaku, pada tahun 2020 kelebihan atau melebihi tanggal jatuh tempo 1
hari. Namun, apabila syarat yang kedua yang berlaku, hari rata-rata penagihan piutang dapat
dikatakan cukup baik.

Ratio inventory turn over terjadi sedikit kenaikan 10 kali pada tahun 2020 menjadi 11
kali di tahun 2021. Sementara itu, rata-rata industri untuk inventory turn over adalah 20 kali.
Maka, perusahaan dikatakan menurun karena dibawah rata-rata industri.

Untuk rasio working capital turn over terjadi kenaikan dari tahun 2020 ke tahun 2021,
yaitu 55,3 kali menjadi 74 kali. Jika rata-rata industri working capital turn over adalah 6 kali,
rasio perusahaan ini untuk tahun 2020 dan tahun 2021 baik karena diatas rata-rata industri.

Untuk rasio fixed assets turn over terjadi kenaikan dari tahun 2020 sebesar 2,9 kali
naik di tahun 2021, menjadi 4,2 kali. Kedua rasio ini kurang baik karena masih dibawah rata-
rata industri. Artinya penggunaan aktiva oleh perusahaan kurang efisien dibandingkan
dengan perusahaan lain.

Sementara itu, untuk rasio total assets turn over juga terjadi sedikit kenaikan dimana
semula tahun 2020 sebesar 0,5 kali, naik pada tahun 2021 menjadi sebesar 0,6 kali.
Sementara itu, rata-rata industri total assets turn over adalah 2 kali. Maka, rasio perusahaan
beroperasi kurang baik. Artinya perusahaan menggunakan aktivanya kurang efisien
dibandingkandengan perusahaan lain.
4. Hasil Pengukuran Profitabilitas

Berikut ini adalah data hasil penghitungan rasio profitabilitas untuk 2 periode yaitu
tahun 2020 dan 2021. Dari pengukuran rasio tersebut jika kita kaitkan dengan standar
industri, maka dapat kita lihat kondisi dan posisi perusahan seperti yang terlihat dalam tabel
berikut ini.

No. Jenis Rasio 2020 2021 Standar


Industri
1. Net Profit Margin 11% 11% 20%
2. Return on Investment 5% 7% 30%
3. Return on Equity 10% 12% 40%
4. Earning per Share of Rp399 Rp499
Common Stock

Kondisi net profit margin perusahaan masih tetap sama yaitu sebesar 11%. Jika rata-
rata industri untuk net profit margin adalah 20%, berarti margin laba perusahaan kedua tahun
tersebut dapat dikatakan kurang baik karena masih dibawah rata-rata industri. Ini juga dapat
berarti bahwa harga barang-barang perusahaan ini relative rendah atau biaya-biayanya
relative tinggi atau keduanya.

Kondisi ROI mengalami kenaikan, yaitu sebesar 2%, dimana tahun 2020 ROI yang
diperoleh 5%, namun pada tahun 2021 naik menjadi hanya 7%. Jika rata-rata industri untuk
return on investment adalah 30%, berarti margin laba perusahaan tahun 2020 dan tahun 2021
kondisinya kurang baik karena masih dibawah rata-rata industry. Rendahnya rasio ini
disebabkan rendahnya margin laba karena rendahnya perputaran aktiva.

Kondisi ROE juga mengalami kenaikan, yaitu sebesar 2%, dari semula tahun 2020
sebesar 10% menjadi 12% pada tahun 2021. Jika rata-rata industri untuk return on equity
(ROE) adalah 40%, berarti kondisi perusahaan kurang baik untuk tahun 2020 maupun tahun
2021. Hal ini disebabkan kondisi tersebut berada dibawah rata-rata industri.

Kondisi laba per lembar saham juga naik dari tahun 2020 ke tahun 2021. Dari hasil
perhitungan tersebut diatas terlihat bahwa kesejahteraan pemegang saham naik. Kenaikan ini
cukup lumayan besar, yaitu Rp100,- per lembar saham. Artinya kemampuan perusahaan
untuk mencari keuntungan dapat dikatakan mumpuni dan mampu.

Anda mungkin juga menyukai