Anda di halaman 1dari 12

TUGAS I

FINANCIAL MANAGEMENT
MM CLASS KALBIS INSTITUTE

KELOMPOK I:
BERNADETA WINDA AURELIA (2021205346)
AZALIA IMANI BASTONUS (202105348)
MONICA FRANSISCA KHONADO (2021205350)
I. Pendahuluan
Studi ini diperuntukkan untuk menganalisa performa finansial dari PT.
Mayora Indah, Tbk. dan PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk, pada periode
2019 – 2020. Analisis yang digunakan dalam studi ini menggunakan
beberapa perbandingan seperti, liquidity ratio, profitability ratio, debt ratio,
operating ratio, market ratio dan trend analisys. Perhitungan Economic
Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) juga dilakukan guna
mendapatkan analisis terhadap performa kedua perusahaan. Data yang
digunakan adalah data kuantitatif dan data sekunder yang didapat dari laman
www.wsj.com.

A. Profil Perusahaan PT. Mayora Indah


PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977
dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang dengan target market
wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sebagai salah satu Fast Moving Consumer
Goods Companies, PT. Mayora Indah Tbk. telah membuktikan dirinya
sebagai salah satu produsen makanan berkualitas tinggi dan telah
mendapatkan banyak penghargaan

B. Profil Perusahaan Pt. Telkom Indonesia (Persero) Tbk


PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) adalah Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di Indonesia.
Pemegang saham mayoritas Telkom adalah Pemerintah Republik
Indonesia sebesar 52.09%, sedangkan 47.91% sisanya dikuasai oleh
publik. Saham Telkom diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan kode “TLKM” dan New York Stock Exchange (NYSE) dengan
kode “TLK”.

1
II. Pembahasan
I. PT. Mayora Indah
1. Liqiudity Ratio

Current Ratio PT Mayora Indah, Tbk. pada tahun 2019 sebesar


3.44 dan meningkat menjadi 3.69 pada tahun 2020. Peningkatan yang
terjadi dipicu oleh meningkatnya asset yang dimiliki perusahaan.
Menurut Kasmir (2008) standar industri untuk current ratio adalah
sebanyak 2 kali. Berdasarkan perhitungan diatas, rata-rata current ratio
PT. Mayora Indah Tbk berada diatas rata-rata current ratio industry
yaitu sebesar 3.57 kali dari total current liabilities.
Quick ratio pada tahun 2019 dan 2020 mengalami kenaikan
dari 2.69 menjadi 2.89. Rata-rata quick ratio standar industri menurut
Kasmir (2008) yaitu 150% atau 1,5 kali. Rata-rata quick ratio dalam 2
tahun terakhir didapatkan sebesar 2,79, sehingga dapat disimpulkan
bahwa PT. Mayora Indah Tbk, memiliki tingkat likuiditas yang lebih
dari cukup untuk menutupi seluruh kewajiban jangka pendek mereka.
Akan tetapi pada umumnya perusahaan yang memiliki nilai
rasio 3 atau lebih dari itu akan dinilai sebagai perusahaan yang tidak
mampu mengawasi asetnya dengan benar. Contohnya, alih-alih
mempunyai banyak uang tunai, uang tersebut justru lebih dipilih untuk
diinvestasikan kembali pada perusahaan dalam bentuk aset jangka
panjang ataupun disalurkan kembali pada investor dengan wujud
dividen.

2
2. Profitability Ratio

Dari hasil perhitungan di atas, profit margin on sales


mengalami kenaikan dari tahun 2019 yang memiliki persentase
sebesar 7.99% menjadi 8.42% pada tahun 2020. Dari penelitian, data
yang didapatkan dikatakan baik karena profit margin on sales
perusahaan di atas 5%. Oleh karena itu, perusahaan cenderung
memperoleh keuntungan lebih besar dari beban pokok penjualan atas
setiap penjualannya. Menurut Sulistyono, angka yang dapat dikatakan
baik apabila lebih dari 5% atau 0,05 sehingga semakin tinggi net
profit yang diperoleh, maka perusahaan tersebut dinilai efisien dalam
menentukan harga pokok penjualan. Artinya setiap Rp. 1 penjualan
bersih turut berkontribusi menciptakan Rp 8.21 laba besih.
Basic Earnig Power (BEP) PT. Mayora Indah Tbk, mengalami
penurunan sebesar 2.26% dari tahun 2019 ke tahun 2020. Sedangkan
untuk Return on Asset (ROA) perusahaan mengalami penurunan dari
17.04% dari tahun 2019 ke tahun 2020 menjadi 14.78%, dengan nilai
rata-rata sebesar 15.91%. Berdasarkan rata-rata standar industry
menurut Kasmir (2008) nilai ROA adalah sebesar 30%, maka dapat
disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan jika dilihat dari
ROA berada dalam keadaan “kurang baik” karena berada dibawah
standar industri. Artinya setiap Rp. 1 total aset turut berkontribusi
menciptakan Rp.15.91 laba bersih.
Dari hasil analisa, ROA PT. Mayora Indah Tbk, mengalami
penurunan dikarenakan perekonomian nasional yang sedang

3
bergejolak pada tahun 2020 karena adanya pandemi Covid-19,
kebijakan pemerintah menghendaki adanya lockdown sehingga
menurunkan daya beli masyarakat terhadap produk-produk dari
Mayora.
Hasil analisis menunjukan Return on Equity (ROE) pada tahun
2019 adalah 20,67%, menurun menjadi 18.71 % pada tahun 2020.
Rata-rata standar industry menurut Kasmir (2008) untuk ROE adalah
sebesar 40%. Berarti ROE PT. Mayora Indah, Tbk ada dibawah
standar industri yang menandakan perusahaan belum maksimal dalam
menghasilkan laba dari setiap dana yang tertanam dalam total ekuitas,
maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan jika
dilihat dari ROE berada dalam keadaan “kurang baik”.
3. Debt Ratio

Debt ratio perusahaan setiap tahunnya mengalami fluktuasi


dimana untuk tahun 2020 debt ratio yang dicapai adalah sebesar
43.01% sedikit lebih baik dibandingkan dengan tahun 2019 yaitu
sebesar 47.94%. Penurunan ini terjadi karena berkurangnya hutang
perusahaan. Rata- rata debt ratio perusahaan selama dua tahun adalah
sebesar 45.3%, artinya perusahaan mampu menutup total hutang
dengan asset yang dimilikinya, walaupun rata-rata rasio berada sedikit
diatas standar industri menurut Kasmir (2008) yakni sebesar 35 %
tetapi kinerja keuangan perusahaan masih berada dalam kategori
“cukup baik”.
4. Operating Ratio

4
Operating ratio PT. Mayora Indah, Tbk pada tahun 2019
adalah 87,04% kemudian naik menjadi 88,06% pada tahun 2020,
sehingga rata-rata operating rasio menjadi 87,55%. Angka ini berada
di atas standar industri yang berkisar 60-80%, yang berarti operating
expenses lebih besar dibanding revenue. Dengan demikian, bisa
disimpulkan sehingga kinerja keuangan perusahaan dapat
dikategorikan “kurang baik”.
5. Market Ratio

Market Rasio PT. Mayora Indah, Tbk di tahun 2019 adalah


22,93% kemudian turun menjadi 29,41% pada tahun 2020. Bisa
disimpulkan dalam 2 tahun tersebut, market rasio perusahaan cukup
stabil. Menurut Tandelin (2010:301 ) bagi para investor semakin
tingginya price earning ratio maka pertumbuhan laba yang
diharapkan juga akan mengalami kenaikan.
6. MVA& EVA

Melihat hasil perhitungan data diatas, dapat dilihat bahwa pada


tahun 2020 nilai Economic Value Added (EVA) PT. Mayora Indah,
Tbk. dengan kode saham MYOR bernilai negatif yaitu -219,855.
Penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan Economic Value
Added (EVA) mengisyaratkan bahwa jika EVA bernilai negatif maka
pada posisi ini berarti tidak terjadi proses penambahan nilai ekonomis
bagi perusahaan, dalam arti lain laba yang dihasilkan tidak dapat

5
memenuhi harapan para kreditor dan pemegang saham perusahaan
(investor).
Ketidakberhasilan dalam menciptakan nilai tambah ekonomis
atau EVA ini bisa disebabkan karena kemampuan memperoleh laba
(profitabilitas) yang belum begitu baik dan juga efisiensi biaya modal
yang belum berjalan dengan baik sehingga besar kecilnya laba yang
dihasilkan akan mempengaruhi besar kecilnya nilai Net Operating
After Tax (NOPAT). Sedangkan kurangnya efisiensi dalam menekan
biaya modal akan mempengaruhi besarnya capital charges perusahaan
tersebut
Hasil ini menunjukkan bahwa pihak manajemen PT. Mayora
Indah, Tbk. belum mampu menghasilkan laba yang diharapkan oleh
pemegang saham. Namun PT. Mayora Indah, Tbk. masih mampu
menciptakan nilai MVA yang positif, maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan berhasil meningkatkan nilai modal yang telah
diinvestasikan oleh penyandang dana (pemegang saham).
II. Pt. Telkom Indonesia (Persero) Tbk
1. Liquidity Ratio

Current Ratio PT.Telkom Indonesia Tbk, pada tahun 2019


sebesar 0.65 dan tahun 2020 turun menjadi 0.60. Penurunan yang
terjadi dipicu oleh naiknya beban yang masih harus dibayar
perusahaan, dan utang usaha. Menurut Kasmir (2008) standar industry
untuk current ratio adalah sebanyak 2 kali. Dapat dilihat bahwa rata-
rata current ratio PT.Telkom Indonesia Tbk ada dibawah rata rata
current Industry yaitu sebesar 0.63 kali dari total current liabilities.
Quick ratio pada tahun 2019 dan 2020 mengalami penurunan
dari 0.64 menjadi 0.59 sedangkan rata-rata standar industri menurut

6
Kasmir (2008) yaitu 150 % atau 1,5 kali. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam keadaan
“Kurang Baik” dan dapat disimpulkan juga bahwa PT. Telkom
Indonesia Tbk, memiliki hambatan dalam menutupi seluruh kewajiban
jangka pendek mereka.
2. Profatibility Ratio

Dari hasil perhitungan di atas, profit margin on sales


mengalami kenaikan dari tahun 2019 yang memiliki persentase
sebesar 13.77% menjadi 15.25% pada tahun 2020. Dari penelitian,
hasil data yang didapatkan dikatakan baik karena profit margin on
sales perusahaan di atas 5%, karenanya, perusahaan cenderung
memperoleh keuntungan lebih besar dari beban pokok penjualan atas
setiap penjualannya. Menurut Sulistyono, angka yang dapat dikatakan
baik apabila lebih dari 5% atau 0,05. Semakin tinggi net profit yang
diperoleh, maka perusahaan tersebut dinilai efisien dalam menentukan
harga pokok penjualan yang berarti artinya setiap Rp. 1 penjualan
bersih turut berkontribusi menciptakan Rp 14.51 laba besih.
Basic Earning Power PT.Telkom Indonesia Tbk, dapat dilihat
terdapatnya penurunan sebesar 2.26% dari tahun 2019 ke tahun 2020.
Return on Asset perusahaan mengalami penurunan dari 19.12% pada
tahun 2020 menjadi 17.81%, dengan nilai rata-rata sebesar 18.47%.
Menurut Kasmir (2008) nilai ROA rata-rata standar industri adalah
sebesar 30%, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan
perusahaan jika dilihat dari nilai ROA berada dalam keadaan “kurang
baik” karena berada dibawah standar industry yang berarti setiap Rp.
1 total aset turut berkontribusi menciptakan Rp.18,47 laba bersih.

7
Berdasarkan hasil analisa, ROA PT.Telkom Indonesia Tbk,
mengalami penurunan bisa dikarenakan naiknya beban operasional,
pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi.
Hasil analisis menunjukan bahwa Return on Equity (ROE)
pada tahun 2019 adalah 38.08%, menurun menjadi 37.82 % pada
tahun 2020. Rata-rata standar industri menurut Kasmir (2008) untuk
ROE adalah sebesar 40%. ROE PT.Telkom Indonesia Tbk, ada
dibawah standar industri yang berarti perusahaan belum maksimal
dalam menghasilkan laba dari setiap dana yang tertanam dalam total
ekuitas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan
dilihat dari ROE berada dalam keadaan “Kurang Baik”.
3. Debt Ratio

Debt ratio PT.Telkom Indonesia Tbk tahun 2020 adalah


sebesar 51.05% sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2019
yaitu sebesar 47.00%. Penurunan ini terjadi karena turunnya hutang
perusahaan.
4. Operating Ratio

Operating ratio PT. Telkom Indonesia, Tbk di tahun 2019


adalah 68,79%, sedangkan pada tahun 2020 turun menjadi 67,77%.
Rata-rata operating ratio dalam 2 tahun terakhir adalah 68,28%.
Angka ini berada di batasan standar industri sebesar 60-80% sehingga
kinerja keuangan perusahaan dapat dikategorikan “dalam ambang
batas”. Namun jika dibiarkan terlalu lama dengan kinerja keuangan
seperti ini, perusahaan bisa terancam karena bisa operating rasio yang
sewaktu-waktu bisa melebihi standar.

8
5. Market Ratio

Market Rasio PT. Telkom Indonesia, Tbk di tahun 2019 adalah


21,07% kemudian turun menjadi 15,76 persen pada tahun 2020.
Market rasio perusahaan ini dalam 2 tahun tersebut tidak stabil bahkan
mengalami penurunan. Hal ini tidak baik jika dibandingkan dengan
market rasio dari PT. Mayora Indah, Tbk yang pada 2 tahun yang
sama memiliki market rasio yang stabil. Market rasio yang tidak stabil
dan rendah bisa membuat minat investor menurun.
6. MVA & EVA

Melihat hasil perhitungan data diatas, dapat dilihat bahwa pada


tahun 2020 nilai Economic Value Added (EVA) PT.Telkom Indonesia
Tbk memiliki nilai yang positif dengan nilai sebesar 5.546.219, maka
pada posisi ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil
menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan. Angka yang
cukup besar tersebut menunjukkan kemampuan dalam memperoleh
keuntungan (profitabilitas) perusahaan adalah baik, dimana

9
manajemen mampu menciptakan laba yang diharapkan oleh
pemegang saham.
Sementara jika melihat hasil perhitungan Market Value Added
(MVA), PT.Telkom Indonesia Tbk. juga mampu menciptakan nilai
MVA yang positif pada tahun 2019 dan 2020. Maka dapat dikatakan
bahwa perusahaan berhasil meningkatkan nilai modal yang telah
diinvestasikan oleh penyandang dana (pemegang saham).

III. Kesimpulan
 Persentase rasio lancar perusahaan PT Mayora Indah Tbk dalam kondisi
baik karena rasio perbandingan aset sudah setidaknya 3:1 apabila
dibandingkan dengan liabilitasnya. Berdasarkan perhitungan rasio
likuiditas, PT. Mayora Indah Tbk, menunjukkan perusahaan dalam
keadaan likuid
 Persentase rasio lancar perusahaan PT Telkom Indonesia Tbk, dalam
kondisi kurang baik karena rasio perbandingan aset yang kurang dari 1
apabila dibandingkan dengan liabilitasnya. Berdasarkan perhitungan
rasio likuiditas,PT.Telkom Indonesia Tbk dalam keadaan tidak likuid.
 ROA PT Mayora Indah Tbk dalam kondisi kurang baik, hal ini
dikarenakan nilai ROA rata- rata PT Mayora Indah Tbk dibawah rata-rata
standar industri.
 ROA PT Telkom Indonesia Tbk dalam kondisi kurang baik, hal ini
dikarenakan nilai ROA rata- rata PT Telkom Indonesia Tbk dibawah
rata-rata standar industri.
 ROE PT Mayora Indah Tbk dalam kondisi kurang baik, hal ini
dikarenakan nilai ROE rata- rata PT Mayora Indah Tbk hanya sebesar
19.69%, dimana persentase tersebut dibawah rata-rata standar industry
yang harusnya 40%.
 ROE PT.Telkom Indonesia Tbk dalam kondisi kurang baik, hal ini
dikarenakan nilai ROE rata- rata PT.Telkom Indonesia Tbk hanya

10
sebesar 38%, dimana persentase tersebut dibawah rata-rata standar
industry yang harusnya 40%.

IV. Rekomendasi
 Tingkat Likuiditas Perusahaan PT Telkom Indonesia diusahakan untuk
kedepannya bisa terus mampu untuk memenuhi tingkat likuiditasnya
dengan nilai presentase yang baik dan penggunaan dana perusahaan
harus terus diperhatikan agar bisa dapat digunakan sebaiknya untuk
kewajiban- kewajiban perusahaan dan tidak akan terjadi pengangguran
dana kas yang berlebihan untuk kedepannya.
 Untuk meningkatan kinerja keuangan Perusahaan PT Mayora Indah Tbk
dan PT Telkom Indonesia dengan menggunakan ROA, kedua perusahaan
tersebut harus mengimbangkan antara aset yang dimiliki dengan laba
yang diperoleh agar nilai ROA dapat melebihi standar industri yang
sudah ada.
 Untuk meningkatkan kinerja keuangan dengan menggunakan ROE,
kedua perusahaan harus mengimbangi antara penjualan yang dimiliki
dengan laba yang diperoleh agar nilai ROE lebih dari standar yang sudah
ada.

11

Anda mungkin juga menyukai