Anda di halaman 1dari 11

U J IA N T EN G AH SE ME ST E R

A NA L ISIS L APO RA N KE U AN G AN (G A)

PT GARUDA
INDONESIA
(PERSERO) TBK
Riandhika Afiffudin Rahmatullah
225020407111078
02

Tentang
Perusahaan
Garuda Indonesia (Persero) Tbk adalah perusahaan maskapai penerbangan
nasional Indonesia yang berkantor pusat di Bandar Udara Internasional
Soekarno-Hatta. Perusahaan ini didirikan pada 21 Desember 1949 sebagai
hasil perundingan antara pemerintah Indonesia dengan maskapai KLM
mengenai berdirinya sebuah maskapai penerbangan nasional. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk memiliki beberapa anak perusahaan, antara lain PT
Aero Wisata, PT GMF AeroAsia, PT Abacus Distribution Systems Indonesia,
dan PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia. Perusahaan ini juga memiliki
beberapa divisi bisnis, antara lain bisnis kargo, bisnis teknik, dan bisnis
catering. Garuda Indonesia (Persero) Tbk terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dan memiliki kode saham GIAA.

Garuda Indonesia
est 1949
03

Data Aset
Lancar dan
Kewajiban
Jangka Pendek
Tahun 2020,
2021, dan 2022
04

Rasio Likuiditas Berdasarkan data Current Ratio yang diberikan, terlihat bahwa PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengalami fluktuasi dalam tingkat
likuiditasnya selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2020,
Rasio Likuiditas Tahun 2020 perusahaan memiliki Current Ratio sebesar 0,125 atau 12,49%,
yang menunjukkan bahwa perusahaan hanya memiliki likuiditas
Current Ratio = 536.547.176 / 4.294.797.755 x yang terbatas untuk membayar kewajiban jangka pendeknya.
100%
Current Ratio = 0,125 atau 12,49% Pada tahun 2021, Current Ratio perusahaan mengalami penurunan
Rasio Likuiditas Tahun 2021 yang signifikan menjadi 0,053 atau 5,300%, yang menunjukkan
bahwa perusahaan mengalami kesulitan yang lebih besar dalam
Current Ratio = 305.725.029 / 5.771.313.185 x
memenuhi kewajiban keuangannya pada tahun tersebut.
100%
Current Ratio = 0,053 atau 5,300% Namun, pada tahun 2022, terlihat bahwa perusahaan telah
memperbaiki likuiditasnya dengan Current Ratio yang meningkat
Rasio Likuiditas Tahun 2022 menjadi 0,476 atau 47,66%. Meskipun terjadi peningkatan, angka
Current Ratio = 801.153.825 / 1.681.029.672 x tersebut masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan rata-rata
100% industri, sehingga perusahaan perlu terus meningkatkan
likuiditasnya untuk menghadapi kemungkinan ketidakpastian di
Current Ratio = 0,476 atau 47,66%
masa depan.
05

Bagaimana Profitabilitas Perusahaan di Masa yang Akan


Datang?

Dalam mencari tingkat profitabilitas di masa yang akan datang pada suatu
perusahaan, kita dapat menggunakan Rasio Laba Kotor (Gross Profit Margin).

Rasio ini mengukur laba yang dihasilkan perusahaan dari penjualan setelah
dikurangi biaya produksi. Rasio laba kotor dihitung dengan membagi laba kotor
dengan total penjualan. Semakin tinggi rasio ini, semakin efisien perusahaan
dalam mengelola biaya produksi.
06

Data Pendapatan Usaha dan Beban Usaha Perusahaan Tahun 2020, 2021, dan 2022
07

Rasio Laba Kotor


Rasio Laba Kotor Tahun 2020
GPM = (1.492.331.099 - 3.303.826.643) / 1.492.331.099 x 100
GPM = -1,214 atau -121,4%

Rasio Laba Kotor Tahun 2021


GPM = (1.336.678.470 - 2.609.022.290) / 1.336.678.470 x 100
GPM = -0,952 atau -95,187%

Rasio Laba Kotor Tahun 2022


GPM = (2,100,079,558 - 2,519,427,385) / 2,100,079,558 x 100
GPM = -0,200 atau -19,97%
08

Berdasarkan data GPM Ratio yang diberikan, terlihat bahwa PT Namun, dalam jangka panjang, perusahaan juga harus fokus pada
Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengalami penurunan inovasi dan pengembangan produk yang lebih efisien dan
profitabilitas pada tiga tahun terakhir. GPM Ratio yang negatif pada menguntungkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan
tahun 2020 dan 2021 menunjukkan bahwa perusahaan mengalami mengurangi biaya produksi. Hal ini dapat membantu meningkatkan
kerugian operasional, dimana biaya operasional yang dikeluarkan profitabilitas perusahaan di masa mendatang. Selain itu, perusahaan
lebih tinggi dari pendapatan penjualan. juga perlu memperhatikan faktor-faktor eksternal seperti
persaingan, kondisi ekonomi, dan regulasi yang dapat
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang.
Namun, pada tahun 2022 terlihat bahwa perusahaan telah berhasil
mengurangi biaya operasional sehingga mengalami peningkatan
pada GPM Ratio meskipun masih berada pada angka negatif (-
0,200 atau -19,97%).

Dalam jangka pendek, perusahaan perlu fokus pada upaya


pengurangan biaya operasional dan efisiensi dalam produksi untuk
memperbaiki margin laba bruto.
09

Simpulkan Apakah Ada Indikasi Kecurangan


Dari Penyajian Laporan Keuangan Tersebut?

Terdapat beberapa tanda atau indikasi yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya potensi kecurangan
dalam penyajian laporan keuangan, antara lain:

Ketidakkonsistenan dalam laporan Perubahan yang tiba-tiba dalam pola Tanda-tanda dari manajemen atau
keuangan bisnis pegawai

Tanda-tanda dari auditor Perubahan dalam akuntansi


10

Hasil Dari Analisis Terhadap Apakah Ada Kecurangan


pada Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk. hasil pencarian, tidak ditemukan informasi yang cukup untuk menentukan apakah terdapat indikasi terjadinya
Berdasarkan
kecurangan atas penyajian Laporan Keuangan (Fraudulent of Financial Statement) yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Namun, pada tahun 2019, laporan keuangan perusahaan Garuda Indonesia (Persero) Tbk
menjadi buah bibir di sejumlah pihak terkait dugaan kecurangan dalam penyajian laporan keuangannya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai