Berdasarkan hasil analisis horizontal laporan laba rugi perusahaan Unilever diatas
ditemukan bahwa terjadi penurunan nilai laba perusahaan dari tahun 2021 hingga 2022
sebesar 6,83% meskipun pendapatan di tahun 2022 4,23% lebih besar dari tahun 2021.
Hal ini sejalan dengan peningkatan pada beban pokok penjualan sebesar 11,22% serta
tidak didukung dengan adanya penghasilan lainnya di tahun 2022, dimana menurun
sebesar 100% dari tahun 2021. Meskipun perusahaan sudah mampu mengefisiensikan
beberapa jenis bebas yaitu Beban umum dan administrasi (13,22%), Beban bunga dan
keuangan (53,91%), namun memang beban penjualan mengalami peningkatan sebesar
7,46%.
Rasio perputaran aset (assets turnover ratio) adalah sebuah rasio keuangan untuk
mengukur efisiensi operasi bisnis secara keseluruhan. Itu menunjukkan seberapa baik
perusahaan mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan.
Semakin tinggi rasio, semakin baik karena perusahaan menggunakan asetnya secara
efisien. Perusahaan bisa menghasilkan lebih banyak pendapatan dari setiap sumber
daya yang dimiliki. Pada tahun 2022, PT. Unilever Indonesia Tbk, memiliki
kemampuan untuk menghasilkan pendapatan dari asset yang dimiliki lebih baik pada
tahun 2022 dibanding 2021. Terlihat efisiensi di tahun 2022 meningkat dibanding
2021 dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan
pendapatan yang lebih besar.
c. Net Profit Margin
Lababersih Tahun2022
Net Profit Margin 2022 =
Penjualan Tahun2022
5,364,761
= x 100 % = 13%
41,218,881
Lababersih Tahun2021
Net Profit Margin 2021 =
Penjualan Tahun2021
5,758,148
= x 100 % = 14,56%
39,545,959
Net profit margin menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu. Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur
kecendrungan yang meningkat merupakan faktor yang penting dalam menilai
profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas dapat sebagai tolak ukur untuk
mengetahui apakah perusahaan tersebut berhasil atau tidak bagi pemimpin yang
memimpin perusahaan tersebut. Sedangkan bagi para investor profitabilitas dijadikan
sebagai tolak ukur modal yang ditanam dalam perusahaan tersebut. Semakin tinggi
margin laba besih berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan dari
penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya laba sebelum pajak
penghasilan. Sebaliknya, semakin rendah margin laba bersih berarti semakin rendah
pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan
karena rendahnya laba sebelum pajak penghasilan.
Berdasarkan hasil analisis net profit margin pada perusahaan Unilever diatas
diperoleh nilai NPM pada tahun 2022 sebesar 13% yang artinya perusahaan memiliki
kemampuan untuk menghasilkan laba dari penjualan ialah sebesar 13%. Nilai ini
menurun dibandingkan tahun 2021 dimana sebesar 14,56%.
d. Debt to Equity Ratio
Total Kewajiban
Debt to Equity Ratio 2022 =
Total Ekuitas
14,320,858
= = 3,58
3,997,256
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang,
termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui
jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.
Jika nilai debt to equity ratio adalah 1 atau 100%, maka kondisi keuangan
perusahaan masuk dalam kategori yang sehat. Sebab, apabila perusahaan gagal
bayar, maka ekuitas yang dimilikinya dapat membayar utang-utang. Dengan
demikian investor masih memiliki peluang untuk memperoleh hasil dari penjualan
ekuitas perusahaan. Apabila debt to equity ratio adalah lebih dari 1 atau 100%, maka
perusahaan dapat dikatakan aman dan bisa juga mengindikasi bahwa kondisi
finansialnya perlu diwaspadai. Aman atau tidaknya akan sangat bergantung pada
sumber utang yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Jika sumber utang perusahaan
adalah utang usaha berarti kondisi keuangan perusahaan tergolong baik-baik saja.
Namun, bila sumber utang perusahaan adalah utang bank atau obligasi, bisa
dikatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan tersebut dalam kategori yang perlu
diwaspadai. Nilai debt to equity ratio di atas 2 atau 200% menunjukkan bahwa
kondisi keuangan perusahaan sudah sangat rawan terhadap berbagai jenis risiko.
Kondisi seperti ini pada umumnya banyak ditemui di bursa saham Indonesia.
Jadi, dari beberapa ketentuan di atas, diketahui bahwa Unilever pada tahun 2022
memiliki rasio utang terhadap modal sebesar 3,58 dimana nilainya diatas 2 yang
menunjukkan perusahaan sudah sangat rawan terhadap resiko karena nilai utang yang
3,58 kali lebih besar dari modal yang dimiliki. Namun, jika dilihat dari jenis industry
Unilever dimana merupakan industry manufaktur yang padat modal seringkali
memiliki debt to equity ratio yang lebih dari angka 2. Nilai rasio utang yang tinggi
tersebut menunjukkan bahwa bisnis menggunakan untuk membiayai
pertumbuhannya. Bagi investor dan pemberi pinjaman, debt to equity ratio yang
tinggi dapat berarti bahwa bisnis mungkin berisiko, namun berpotensi menghasilkan
pendapatan besar dan bisa melunasi utangnya. Di sisi lain, nilai minus pada debt to
equity ratio adalah indikasi bahwa perusahaan mengalami kerugian yang melebihi
total ekuitasnya.