1. Likuiditas Perusahaan
Likuiditas perusahaan adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih
(S. Munawir, 1995). Rasio likuiditas terdiri dari :
a. Current Ratio
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva lancar yang dimiliki.
Current ratio =
Aktiva Lancar
x 100%
Pasiva Lancar
Tahun 2007
15.027.032
x 100%
7.697.918
= 1,95209 = 195,209%
Tahun 2008
17.955.845
x 100%
9.437.259
= 1,90265 = 190,265%
artinya pada tahun 2007 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 1,95 aktiva
lancar begitupula pada tahun 2008 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp
1,90 aktiva lancar. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan
terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi
juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada
akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan.
b. Quick Ratio
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang
lebih likuid.
Quick ratio
Tahun 2007
15.027.032 - 11.877.086
x 100%
7.697.918
3.149.946
x 100%
7.697.918
= 0,40919 = 40,919%
Tahun 2008
17.955.845 - 14.016.039
x 100%
9.437.259
3.939.806
x 100%
9.437.259
= 0,41747 = 41,747%
Rata-rata industry tingkat liquidnya / quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan
PT.GUDANG GARAM, Tbk 0,41 dan 0,42 maka keadaanya sangat tidak baik
karena perusahaan tidak dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi
persediaan. rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva
lancar yang paling likuid dan mampu menutupi hutang lancar
c. Cash Ratio
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia
dan yang disimpan di Bank.
Cash ratio
Kas
x 100%
Pasiva Lancar
Tahun 2007
288.152
x 100%
7.697.918
= 0,03743 = 3,743%
Tahun 2008
411.689
x 100%
9.437.259
= 0,04362 = 4,362%
Rasio ini menunjukan kemampuan kas untuk menutupi hutang lancar.
2. Solvabilitas Perusahaan
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana
yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur
perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi
tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Suatu perusahaan yang
solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvable
belum tentu likuid. Solvabilitas dapat diukur dengan cara :
a. Total debt to equity ratio (Rasio hutang terhadap Equitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang hutang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan
untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
Total Hutang
Tahun 2007
8.491.237
x 100%
13.386.776
= 0,6343 = 63,43%
Tahun 2008
10.373.890
x 100%
14.530.132
= 0,71396 = 71,396%
Pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2007 bahwa setiap
Rp.100,- pendanaan perusahaan Rp.63,43,- dibiayai dengan utang dan Rp.36,57
disediakan oleh pemegang saham. Sebaliknya untuk tahun 2008 bahwa setiap
Rp.100,- pendanaan perusahaan Rp.71,34,- dibiayai dengan utang dan Rp.28,66
disediakan oleh pemegang saham.
b. Total debt to asset ratio (Rasio Hutang terhadap Harta)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka
panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa
bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Total Hutang
x 100%
Total Aktiva
Tahun 2007
8.491.237
x 100%
21.878.013
= 0,38812 = 38,812%
Tahun 2008
10.373.890
x 100%
24.904.022
= 0,41655 = 41,655%
3. Rentabilitas Perusahaan
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan anatara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Perhitungan
rentabilitas berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Hal ini terjadi karena
perbedaan antara aktiva dan laba yang mana yang akan dibandingkan dengan yang
lain.
a. Gross Provit Marginal (Margin Laba Kotor)
Merupakan perbandingan antara penjualan bersih dikurangi dengan Harga
Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor
yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Laba Kotor
Tahun 2007
2.485.643
x 100%
13.419.733
= 0.18522 = 18,522%
Tahun 2008
2.427.250
x 100%
15.056.347
= 0,16121 = 16,121%
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan menghasilkan laba kotor dari
pejualan bersih adalah sebesar 18,5% untuk tahun 2007 dan 16,1% untuk tahun
2008.
Tahun 2007
710.565
x 100%
13.419.733
= 0,05295 = 5,295%
Tahun 2008
891.358
x 100%
15.056.347
= 0,0592 = 5,92%
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih
adalah sebesar 5,3% untuk tahun 2007 dan 5,9% untuk tahun 2008.
c. Operating Profit Margin
Mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh
perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak.
Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakin baik.
Laba Usaha
Tahun 2007
1.249.607
x 100%
13.419.733
= 0,09312 = 9,312%
Tahun 2008
1.527.107
x 100%
15.056.347
= 0,10143 = 10,143%
Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio
ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena berarti bahwa setiap rupiah
penjualan yang terserap dalam biaya juga rendah, dan yang tersedia untuk laba
besar.