Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI

LAPORAN KEUANGAN NERACA

DOSEN PENGAJAR:

ZENI RUSMAWATI

KELOMPOK 6:

M.RIZQI FAJRIANSYAH 20141220036

SARIYATUSOLEHAH 20141220034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2017

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Laporan Keuangan Neraca” ini dengan baik. Dan juga saya berterima kasih
kepada Ibu Zeni, selaku Dosen mata kuliah Teori Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Surabaya yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan kami
mengenai Laporan Keuangan Neraca, dan juga bagaimana cara mempraktekkan nya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Ibu Zeni demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Surabaya, 06 November 2017

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………...…………..II

DAFTAR ISI…………………………………………..…………………………....III

BAB I PENDAHULUAN………..............................………………………………1

1.1.Latar Belakang……………………………………....……………………...........1

1.2.Rumusan Masalah………………………………………………………………..1

1.3.Tujuan ..............……………....…………………….……………………………2

1.4 Manfaat Penelitian………………………………....…………………………….2

BAB II PEMBAHASAN.......………………………..……………………………...3

Pengertian laporan keuangan........................……………..…………………..3

Jenis laporan keuangan........................................................…………………14

Isi dan elemen laporan keuangan ...................................................................20

Laporan periodik yang diwajibkan SEC ........................................................32

Laporan tahunan .............................................................................................33

Tujuan penyajian catatan atas laporan keuangan............................................33

Catatan dan penjelasan laporan keuangan......................................................34

Keterbatasan laporan keuangan......................................................................36

Peristiwa kemudian.........................................................................................37

BAB III PENUTUP………………………………………..…................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................40

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaporan keuangan di Indonesia saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting
bagi semua entitas, tak terkecuali entitas nirlaba. Pada perusahaan terbuka atau
perusahaan yang mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan
keuangan menjadi suatu alat yang digunakan investor untuk mengambil keputusan
penting terhadap sebuah perusahaan, misalnya tentang pembagian deviden, potensi
meningkatnya valuasi saham yang dimiliki investor dan adanya potensi pertumbuhan
berkesinambungan yang positif dari perusahaan tersebut.

Potensi ekonomi di Indonesia yang cukup besar serta mulai tingginya minat
investor asing untuk menanamkan dananya di Indonesia mengisyaratkan adanya
penyesuaian terhadap pelaporan keuangan yang ada di Indonesia, apalagi saat ini
sudah banyak Negara yang menerapkan IFRS (International Financial Reporting
Standard), sehingga IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) perlu melakukan penyesuaian
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) menuju IFRS.

Hampir semua isi dalam pernyataan mengenai laporan posisi keuangan di


PSAK No 1 Revisi 2009 tentang Penyajian Laporan Keuangan meyesuaikan dengan
IAS (International Accounting Standard) tentang Presentation of Financial
Statements per 1 Januari 2009. Perubahan istilah pun banyak terjadi, misalnya
perubahan istilah “kewajiban” menjadi “liabilitas”, istilah “laporan neraca” menjadi
“laporan posisi keuangan” dan lain-lain. Diharapkan laporan posisi keuangan dapat
menyajikan informasi yang semakin akurat dan relevan untuk para pengguna laporan
keuangan di Indonesia.

1
B. Topik Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, kami membuat topik permasalahan terkait
makalah “Laporan Keuangan Neraca” sebagai berikut:
a. Apakah pengertian dari laporan posisi keuangan?
b. Apa saja jenis laporan keuangan?
c. Apa saja elemen dan isi dari laporan posisi keuangan?
d. Apa saja laporan periodik yang diwajibkan oleh SEC (Securities and Exchange
Comission)?
e. Bagaimana penjelasan Catatan atas Laporan Keuangan?
f. Bagaimana penjelasan tentang peristiwa kemudian(subsequent event)?
g. Apa saja keterbatasan Laporan Keuangan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memperluas pemahaman
terkait laporan posisi keuangan. Kami mengharapkan pembahasan dalam makalah ini
dapat menambah pengetahuan dalam memahami dan menganalisa laporan posisi
keuangan yang dimiliki suatu perusahaan.
.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengantar Laporan Keuangan


Laporan Keuangan adalah merupakan output dan hasil akhir dari proses
akuntansi atau suatu penyajian yang terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat
bagi sebagai besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya
sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping itu,
sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggung jawaban atau
accountability. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil dari pertanggung jawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang di percayakan kepada mereka Dan
juga menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai entitas yang meliputi:

1. Asset
2. Liabilitas
3. Ekuitas
4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik
6. Arus kas

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan
dan, khususnya dalam hal waktu dan kepastian di perolehnya kas dan setara

3
kas. Catatan atas laporan keuangan itu sendiri berisi informasi tambahan atas apa
yang di sajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif,
laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus
kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos
yang di sajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos
yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.

Komponen Laporan Keuangan Lengkap


Berdasarkan PSAK No.1 (Revisi 2009), komponen laporan keuangan
mengalami perubahan dari yang tadinya hanya mencakup lima item, sekarang
mencakup enam item. Pada PSAK No. 1 (Revisi 1998), komponen laporan keuangan
lengkap meliputi:

1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan

Sedangkan menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal 15
Desember 2009 dan mulai efektif berlaku untuk periode tahun buku yang di mulai
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus
meliputi komponen-komponen berikut ini:

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode


2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode
4. Laporan arus kas selama periode

4
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi pentig
dan informasi penjelasan lain
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang di sajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Jika kita bandingkan PSAK No. 1 (Revisi 1998) dengan PSAK No. 1( Revisi
2009), terkait komponen laporan keuangan, maka terdapat dua perbedaan utama
yaitu:

1. Perubahan pada laporan laba rugi, dimana sebelumnya hanya mensyaratkan


laporan laba rugi, sekarang harus menyajikan laporan laba rugi komprehensif.
2. PSAK No. 1(Revisi 1998) tidak mensyaratkan adanya laporan posisi
keuangan pada awal periode komparatif yang di sajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat
penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Perlu ditekankan bahwa antara laporan laba rugi engan laporan laba reugi
komprehensif memiliki perbedaan. Laporan laba rugi adalah total pendapatan
dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif
lain. Sedangkan laporan laba rugi komprehensif termasuk di dalamnya laporan laba
rugi dan pendapatan komprehensif. Pendapatan komprehensif mencakup:

1. Perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK No.16 (Revisi 2007) : Aset
Tetap dan PSAK No. 19 (Revisi 2009) : Aset Tidak Berwujud)
2. Keuntungan dan kerugian actuarial atas program manfaat pasti yang di akui
sesuai dengan PSAK No. 24: Imbalan Kerja

5
3. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari
entitas asing (lihat PSAK No. 10 (Revisi 2009) : Pengaruh Perubahan Nilai
Tukar Valuta Asing)
4. Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang di
kategorikan sebagai ‘tersedia untuk di jual’ (lihat PSAK NO 55 (Revisi 2006)
: Intrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran
5. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam
rangka lindung nilai arus kas (lihat PSAK No.55 (Revisi 2006) : Instrumen
Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran)

Penyajian Laporan Keuangan


Penyajian laporan keuangan yang dituangkan dalam PSAK No.1 merupakan
adopsi dari IAS 1 Presentation of Financial Statements (2009).Terdapat beberapa
perbedaan berdasar PSAK 1 (Revisi 2009) dengan PSAK 1 (Revisi 1998). Beberapa
perbedaan terkait penyajian laporan keuangan di antaranya:

1. Dalam paragraf 9 PSAK 1 (Revisi 2009), laporan keuangan menyajikan


beberapa informasi mengenai entitas yang meliputi: aset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan
distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, serta arus kas
sedangkan menurut PSAK 1 (1998), informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan meliputi: aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban, serta arus
kas.
2. PSAK 1 (Revisi 2009) tidak mengatur kapan entitas sebaiknya mengeluarkan
laporan keuangan, sedangkan PSAK 1 (1998) mengatur bahwa entitas
sebaiknya mengeluarkan laporan keuangan paling lama 4 bulan setelah
tanggal neraca.

6
3. Paragraf 84 PSAK 1 (Revisi 2009) tidak memperkenankan penyajian “pos
luar biasa” dalam laporan laba rugi komprehensif (akan dibahas spada bagian
berikutnya).
4. Dalam paragraf 78 PSAK 1 (Revisi 2009) mensyaratkan bahwa seluruh pos
penghasilan dan beban yang diakui dalam satu periode dapat disajikan dengan
dengan memilih salah satu format berikut:

 Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau


 Dalam bentuk dua laporan, yaitu:
i. Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah),
dan
ii. Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen
pendapatan komprehensif lain (laporan laba rugi komprehensif)

Mengapa Pos Luar Biasa (Extraordinary Items) Dihilangkan?


Tidak kita pungkiri bahwa sudah menjadi perdebatan sejak lama tentang apa
yang harus dimasukkan dalam net income, apakah hanya kegiatan yang berasal dari
aktivitas operasi ataukah juga memasukkan kegiatan yang berasal dari aktivitas tidak
biasa (irregular items). Isu ini sangat penting mengingat tidak sedikit
jumlah irregular item yang dilaporkan oleh entitas. Berdasarkan pendekatan modified
all inclusive concept, perusahaan dapat melaporkan irregular items sebagai bagian
dari net income-nya. Salah satu irregular items adalah pos luar biasa (extraordinary
items)
Secara konsep, pos luar biasa merupakan transaksi dan kejadian yang tidak berulang
yang berbeda secara signifikan dari kegiatan normal perusahaan. Untuk menentukan
apakah suatu kejadian dikatakan luar biasa harus dikaitkan dengan kegiatan normal
perusahaan atau dikaitkan dengan karakteristik perusahaan. Sebagai contoh, kerugian
akibat terjadinya gempa bagi perusahaan yang terletak di negara Jepang (sering
dilanda gempa) akan menjadi kejadian yang biasa saja, tetapi kerugian yang diderita

7
oleh perusahaan di Indonesia (yang jarang terjadi gempa) dapat dikatakan sebagai
kejadian yang luar biasa. Ini mengandung makna kriteria “luar biasa” akan berbeda
antara satu perusahaan dengan perusahana lainnya sehingga perlu menetapkan suatu
kriteria untuk dapat mengkategorikan suatu kejadian masuk dalam “pos luar biasa”.
Suatu aktivitas dikategorikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi 2 persyaratan
berikut:

1. Bersifat tidak normal; kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki


tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan
kegiatan normal perusahaan.
2. Tidak sering terjadi; kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak sering
terjadi dalam kegiatan normal perusahaan.

Sebagai pertimbangan lain, untuk menentukan apakah peristiwa atau transaksi


dikatagorikan sebagai pos luar biasa maka entitas perlu mempertimbangkan
lingkungan tempat entitas tersebut beroperasi. Sebagai contoh Weyerhaeuser
Company (forest and lumber) memasukan pos luar biasa atas terjadinya aktivitas
volkanik pada gunung St. Helens sejumlah $36 juta. Erupsi volkanik ini
menghancurkan logistik, bangunan, equipment, sistem transportasi, dan kayu. Bagi
Weyerhaeuser Company kerugian yang ditimbukan oleh aktivitas volkanik tersebut
sangat jarang terjadi dan bersifat tidak normal sehingga dapat diklasifikasikan
sebagai extraordinary items, tetapi mungkin saja bagi perusahaan lain yang terletak
didaerah rawan terjadinya aktivitas volkanik, kerugian sebagai akibat adanya aktivitas
volkanik tidak dapat dikatagorikan sebagai extraordinary items.
Dalam kaitannya dengan pos luar biasa, Paragraf 84 PSAK 1 (Revisi 2009) Tidak
diperkenankan lagi penyajian pos-pos penghasilan dan beban sebagai “pos luar biasa”
dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), atau
catatan atas laporan keuangan. Aturan ini menunjukkan bahwa memang standar kita
sudah tidak lagi memperkenankan disajikannya pos luar biasa dalam laporan

8
keuangan. sebelumnya, penyajian pos luar biasa dalam laporan laba rugi perusahaan
diatur berdasarkan PSAK No. 25 mengenai ‘Laba atau Rugi Bersih untuk Periode
Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi’, paragraf 10 –
14.
Pertanyaan yang timbul adalah mengapa pos luar biasa tidak diperkenankan lagi
disajikan dalam laporan keuangan? Jika melihat ke belakang ketika terjadi tragedi
serangan teroris di Amerika tanggal 11 september 2001 dan peristiwa terjadinya badai
Katrina tahun 2005, seluruh media di Amerika mengkatagorikan dua peristiwa
tersebut sebagai “extraordinary.” Namun FASB’s Emerging Issues Task
Forces (EITF) menyatakan bahwa melampirkan kerugian yang berasal dari kejadian
tanggal 11 September akan menjadi tidak efektif dalam mengkomunikasikan akibat
dari adanya serangan tanggal 11 September sehingga hal ini bertentangan dengan
tujuan luas dari disediakannya laporan keuangan yaitu mengkomunikasikan secara
efektif dan jelas (informasi laporan keuangan). Alasan lain yang dikemukakan oleh
EITF adalah sulitnya “menangkap” akibat-akibat finansial dari serangan teroris pada
satu item laporan keuangan. Sementara menurut IAS, dikeluarkannya extraordinary
items dari laporan keuangan karena terdapat kesulitan dalam memisahkan efek-efek
finansial dari satu kejadian dengan kejadian lain secara objektif.
Secara umum, alasan eliminasi extraordinary items dari laporan keuangan dapat
dirangkum sebagai berikut:
1) Terdapat kesuliatan untuk menentukan apakah suatu peristiwa/transaksi dapat
dikatagorkan sebagai pos luar biasa. Hal ini disebabkan karena kriteria penentuan pos
luar biasa masih membutuhkan judgement.
2) Terdapat kesulitan untuk memisahkan efek finansial yang terjadi karena adanya
serangan teroris dengan efek finansial yang terjadi karena adanya kegiatan ekonomi
yang lemah sebelum terjadinya serangan teroris. Dengan kata lain, terdapat kesulitan
untuk memisahkan efek finansial akibat adanya kejadian yang diduga
sebagai extraordinary dengan kejadian lain sebelum adanyaextraordinary.

9
3) Memisahkan kos yang termasuk dalam extraordinary item dengan yang tidak
termasuk dalam extraordinary items bukan saja merupakan hal yang tidak praktis[2] ,
tetapi juga merupakan hal yang tdak berguna bagi pengguna laporan keuangan yang
berfokus pada informasi yang dapat membantu prediksi future earnings dan
akibat cash flow dari adanya kejadian–kejadian tersebut. Sehingga udaha untuk
memisahkan kos dalam ordinary atau extraordinary akan menghalangi (bukan
meningkatkan) komunikasi informasi keuangan
4) Salah satu katagori extraordinary items adalah tidak sering terjadi (infrequently
in practice) sehingga karena tidak sering terjadi makan sebaiknya dieliminasi.
Secara umum penulis sependapat dengan Massoud et al. (2007) bahwa memang
sudah saatnya extraordinary items dihilangkan karena telah cukup lama manfaat dari
disajikannya extraordinary item menjadi tidak jelas. Mengapa? Dengan
mengklasifikasikan suatu kejadian dalam extraordinary items tidak akan mengubah
efek bottom-line atas kejadian tersebut terhadap organisasi, karenaextraordinary
items hanya sebagian kecil dari semua pos yang ada dalam kaporan keuangan yang
bisa dijadikan pertimbangan organisasi.

Karakteristik Umum

1. Penyajian secara Wajar dan Kepatuhan terhadap PSAK

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja


keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian
secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi
dan kriteria pengakuan, aset, liabilitas, pendapatan dan beban yang di atur dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan PSAK,
dengan pengungkapan tambahan jika di perlukan, di anggap menghasilkan penyajian
laporan keuangan secara wajar.

10
Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap PSAK membuat
pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap PSAK
tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak boleh menyebutkan
bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap PSAK kecuali laporan keuangan
tersebut telah patuh terhadap semua yang di persyaratkan dalam PSAK.
Entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang tidak tepat baik
dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang di gunakan atau pengungkapan
dalam catatan atas laporan keuangan atau materi penjelasan.

2. Kelangsungan Usaha

Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang


kempampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas menyusun
laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen
bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak
mempunyai alternative lainnya yang realistis selain melakukannya. Jika manajemen
menyadari (dalam membuat penilaiannya) mengenai adanya ketidakpastian yang
material sehubungan dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan
keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan ketidakpastian tersebut. Jika
entitas menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha,
maka entitas mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang di gunakan
dalam penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak di
pertimbangkan sebagai entitas yang dapat menggunakan asumsi kelangsungan usaha.
Dalam mempertimbangkan apakah dasar asumsi kelangsungan usaha adalah
tepat, manajemen memperhatikan semua informasi masa depan, paling sedikit
(namun tidak di batasi untuk 12 bulan dari akhir periode pelaporan). Tingkat
pertimbangan tergantung pada fakta dari setiap kasus.. Jika selama ini entitas

11
menghasilkan laba dan mempunyai akses ke sumber pembiayaan, maka dapat
disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai tanpa melalui analisis
rinci.

3. Dasar Akrual

Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus
kas. Ketika akuntansi berbasis akrual yang digunakan, entitas mengakui pos-pos
sebagai aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan
keuangan) ketika pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan unsur-
unsur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

4. Materialitas dan Agresi

Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material.


Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda
kecuali pos tersebut tidak material. Laporan keuangan merupakan hasil dari
pemrosesan sejumlah transaksi atau peristiwa lain yang di klasifikasikan sesuai sifat
atau fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan dan pengklsifikasian adalah
penyajian dalam laporan keuangan. Jika suatu klasifikasi pos tidak material, maka
dapat di gabungkan dengan pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan atau dalam
catatan atas laporan keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk di
sajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi cukup material untukl di sajikan
terpisah dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak di perlukan untuk
memberikan suatu pengungkapan khusus yang di minta oleh suatu PSAK jika
informasi tersebut tidak material.

5. Saling Hapus

12
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan laibilitas atau
pendapatan dan beban, kecuali di syaratkan atau di ijinkan oleh suatu PSAK. Entitas
melaporkan secara terpisah utuk aset dan liabiliatas serta pendapatan dan beban.
Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau
dalam laporan laba rugi terpisah (jika di sajikan) mengurangi kemampuan
penggunaan laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, persitiwa dan
kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan,
kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa.
Pengukuran aset secara neto setelah di kurangi dengan penyisihan penilaian
(misalnya, penyisihan keuangan atas persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih)
tidak termasuk kategori saling hapus.

6. Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi


komparatif) setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah
dan laporan keuangan tahunan di sajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih
pendek dari periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan
keuangan, maka entitas, mengungkapkan:

a. Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau pendek.


b. Fakta bahwa jumlah yang di sajikan dalam laporan keuangan tidak dapat di
perbandingkan secara keseluruhan.

7. Informasi Komparatif

Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode


sebelumnya untuk seluruh jumlah yang di laporkan dalam laporan keuangan periode
berjalan, kecuali di nyatakan lain oleh PSAK. Informasi komparatif yang bersifat
naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya di ungkapkan

13
kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. Entitas
yang mengungkapkan informasi komparatif menyajikan minimal dua laporan posisi
keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas laporan
keuangan. Jika entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali secara retrospektif atas pos-pos dalam laporan keuangan
atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas menyajikan
minimal tiga laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya,
dan catatan atas laporan keuangan Entitas menyajikan laporan posisi keuangan pada :

1. Akhir periode berjalan


2. Akhir periode Sebelumnya ( yang sama dengan awal periode berjalan)
3. Permulaan dari periode komparasi terawal

8. Konsistensi Penyajian

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali :
a. Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review
atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian
yang lain akan lebih tepat untuk di gunakan dengan mempertimbangkan criteria untuk
penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK No. 25
b. Perubahan tersebut di perkenankan oleh suatu PSAK.

B. JENIS LAPORAN KEUANGAN


Laporan keuangan sebenarnya banyak namun laporan keuangan utama
menurut PSAK hanya tiga :
1. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu
tanggal tertentu.

14
2. Perhitungan Laba Rugi yang menggambarkan jumlah Hasil, Biaya, dan Laba/Rugi
perusahaan pada suatu periode tertentu.
3. Laporan Arus Kas. Di sini di muat sumber dan pengeluaran Kas perusahaan selama
satu periode.

Dulu dikenal Laporan Sumber dan Penggunaan Data. Dana di sini diartiakn
bermacam-macam:
1. Dana di artikan sebagai Kas
2. Dana di artikan sebagai Aset Cepat ( Quick Assets)
3. Dana di artikan sebagai Monetary Assets
4. Dana di artikan sebagai Aset Lancar
5. Dana di artikan sebagai Modal Kerja ( Aset Lancar di kurangi Utang Lancar)
6. Dana di artikan sebagai keseluruhan aset

Di Indonesia laporan arus kas dimuat dalam PSAK NO. 2 sedangkan di USA
dengan keluarnya FASB NO. 95 yang wajib sekarang adalah Laporan Sumber
Penggunaan Dana dalam arti Kas. Laporan ini ( Cash Flow Statement) merupakan
ikhtisar Arus Kas Masuk dan Arus kas Keluar yang di bagi dalam kelompok-
kelompok:
1. Kegiatan Operasi
2. Kegiatan Investasi
3. Kegiatan Pendanaan (Keuangan)

Laporan Kas dapat di susun dengan dua cara:


- Direct Method
- Indirect Method

Orang sering memberikan jenis laporan keuangan antara lain:


1. Daftar Laba Ditahan ( Retained Earning Statement)

15
2. Daftar Peruabahan Modal (Capital Statement)
3. Daftar Perhitungan Harga Pokok ( Cost of Good Manufactured Statement).

Sejak tahun1930 penekenan utama akuntansi adalah pada orientasi


pengukuran dan pengakuan pendapatan( Income Statemen). Namun menurut
kerangka konsep yang di kembangkan FASB yang berdiri tahun 1973, penekanan
akuntansi bergerak kepada orientasi Assets Liability (Balance Sheet). Kemudian
setelah mengeluarkan FASB Statement No. 95 dan perkembangan yang sangat cepat
pada konsep Cash Flow Accounting maka penekanan akuntansi mengarah pada
orientasi Arus Keas.

Informasi yang di sajikan dalam Laporan Posisi Keuangan minimal harus


mencakup penyajian jumlah pos-pos sebagai berikut :

1. Aset tetap
2. Properti investasi
3. Aset tidak berwujud
4. Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang di sajikan pada (5), (8) dan (9)
5. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
6. Aset biolojik
7. Persediaan
8. Piutang dagang dan piutang lainnya
9. Kas dan setara kas
10. Total aset yang di klasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk di jual untuk aset
yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki
untuk di jual sesuai dengan PSAK No. 58
11. Utang dagang dan terutang lainnya
12. Kewajiban di estimasi
13. Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang di sajikan dalam (11) dan (12)

16
14. Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana di definisikan dalam PSAK No.46
15. Liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana di definisikan dalam PSAK No.
46
16. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang di lepaskan yang diklasifikasikan
sebagai yang dimiliki untuk di jual sesuai dengan PSAK No. 58
17. Kepentingan non pengendali, di sajikan sebagai bagian dari ekuitas
18. Modal saham dan cadangan yang dapat di atribusikan kepada pemilik entitas induk.

Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan di sajikan secara


terpisah di dasarkan atas penilaian dari :
a. Sifat dan likuiditas aset
b. Fungsi aset tersebut dalam entitas
c. Jumlah, sifat dan jangka waktu viabilitas

Aset Lancar
Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika :
1. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual
atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal
2. Entitas memiliki aset untuk tujuan di perdaganggkan
3. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan atau
4. Kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK No. 2 : Laporan Arus
Kas) kecuali aset tersebut di batasi pertukarannya atau penggunaannya untuk
menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai
aset tidak lancar.

Liabilitas Jangka Pendek


Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika :

17
1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi
normalnya
2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk bertujuan di perdagangkan
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut
sebagai liabilitas jangka panjang.

Laporan Laba Rugi Komprehensif


Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang di akui dalam satu
periode :
1. Alam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif
2. Dalam bentuk laporan :
a. Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah)
b. Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan
komprehensif lain (laporan pendapatan komprehensif).

Informasi yang di sajikan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif.


Laporan laba rugi komprehensif, sekurang-kurangnya mencakup penyajian
jumlah pos-pos berikut selama suatu periode :
1. Pendapatan
2. Biaya keuangan
3. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan join ventures yang di catat dengan
menggunakan metode ekuitas
4. Beban pajak
5. Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari :

18
a. Laba rugi setelah pajak dari operasi yang di hentikan
b. Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang di akui dengan pengukuran nilai
wajar di kurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang
dilepaskan dalam rangka operasi yang di hentikan.
6. Laba rugi
7. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai
dengan sifat (selain dalam jumlah huruf (8))
8. Bagian pendapatan Komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang
dicatat dengan menggunakan metode ekuitas
9. Total laba rugi komprehensif.

Laporan Perubahan Ekuitas


Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
1. Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara
terpisah total jumlah yang dapat di atribusikan kepada pemilik entitas induk dan
kepada kepentingan non pengendali.
2. Untuk komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali
secara retrospeksif yang di akui sesuai dengan PSAK No. 25
3. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsialisasi antara jumlah tercatat pada awal dan
akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul
dari :
a. Laba rugi
b. Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain.
c. Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan
secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusikan kepada pemilik dan
perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya
pengendalian.

19
Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan
atas laporan keuangan, jumlah deviden yang di akui sebagai distribusi kepada pemilik
selama periode, dan nilai deviden per saham.

Laporan Arus Kas


Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk
menilai kemampuan entitas dan menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan
entitas dalam menggunakan arus kas tersebut. PSAK No. 2 mengatur persayaratan
penyajian dan pengungkapan informasi arus kas.

Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan, yaitu:
1. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi tertentu yang di gunakan sesuai dengan paragraph 115 – 122
2. Mengungkapkan informasi yang di syaratkan PSAK yang tidak di sajikan di bagian
manapun dalam laporan keuangan.
3. Memberikan informasi yang tidak di sajikan di bagian manapun dalam laporan
keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keungan.
(Ikatan Akuntansi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Revisi 2009)

C. ISI DAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN KHUSUS NERACA


Ada tiga hal penting yang harus di ingat dalam mempertimbangkan apakah
suatu transaksi dapat di anggap sebagai elemen laporan keuangan atau tidak:
1. Konsep income dalam istilah tadi harus di anggap lebih luas dari pada istilah
income menurut akuntansi secara tradisional.
2. Pengertian aset, likuiditas, equity menyangkut pada jumlah kekayaan, klaim
terhadap sumber-sumber tadi pada suatu waktu tertentu (per tanggal tertentu).
Sedangkan pengertian Revenues, expense, gains, dan losses menyangkut pengaruh
transaksi, kejadian selama periode tertentu (dari satu tanggal ke tanggal yang lain).

20
3. Nilai aset, liabilities, equity di anggap berubah akibat pengaruh revenue, expense,
gain, loss. Dengan demikian laporan keuangan di anggap memiliki kaitan antara satu
dengan yang lain.
Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.6 elemen
akuntansi itu adalah Asset, Liabilities, Owners’Equity, Revenues, Gains, Expenses,
dan Losses.
Dalam mengkaji elemen akuntansi dan hubungan laporan laba rugi dengan
neraca di kenal dua pendekatan:
1. Articulated Approach : kedua laporan dianggap sebagai memiliki hubungan
matematis, dimana laba rugi hanya merupakan perubahan modal pada periode itu
dengan asumsi tidak ada transaksi modal dan transaksi penyesuaian modal.
2. Non Articulated Approach : hubungan antara neraca dan laba rugi dianggap tidak
ada minimal tidak otomatis dan masing-masing berdiri sendiri antara satu sama lain.
Kendatipun konsep ini tidak banyak di bahas dalam literature, namun bukan
tidak ada pengaruhnya dalam akuntansi kontemporer. Pencatatan unrealized
capital atau transaksi lainnya seperti transaksi valuta asing yang tidak di bukukan
langsung ke laporan laba rugi, tetapi langsung di catat dalam perkiraan modal
membuktikan pengaruh konsep ini.

Laporan Neraca (Posisi Keuangan)


a. Pengertian
Neraca atau di sebut juga posisi keuangan menggambarkan posisi keuangan
perusahaan dalam suatu tanggal tertentu atau a moment of time, sering disebut per
tanggal tertentu misalnya per tanggal 31 Desember 1999. Posisi yang di gambarkan
sesudah tertentu yaitu posisi harta, utang dan modal. Klasifikasi yang di gambarkan
ini memang timbul sebagai akibat dari konsep double entry accounting system yang
sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari akuntansi keuangan.

b. Definisi Komponen Neraca

21
1. Definisi Harta
Definisi tentang harta ini telah berkembang dan berubah, Definisi aset
menurut tiga sumber. Committee on Terminology (1953, halaman 26) mendefiniskan
aset sebagai berikut:
Definisi tentang harta ini telah berkembang dan berubah, mari kita lihat definisi aset
menurut tiga sumber. Committee on Terminology (1953, halaman
26)
“Sesuatu yang akan di sajikan di saldo debit yang akan di pindahkan setelah tutup
buku sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi (bukan karena saldo negatif yang akan
di nilai sebagai utang), saldo debit ini merupakan hak milik atau nilai yang di beli
atau pengeluaran yang di buat untuk mendapatkan kekayaan di masa yang akan
datang”.
Sedangkan APB Statement (1970, halaman 132) mendefinisikan aset sebagai :
“Kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk di dalamnya pembebanan yang di tunda,
yang di nilai dan di akui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.”
Sedangkan FASB (1985) memberikan definisi sebagai berikut :
“Aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang di peroleh atau di kuasai di
masa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian
yang sudah berlaku”.
Dari definisi ketiga ini diketahui bahwa sesuatu yang di anggap sebagai aset
jika di masa yang akan datang dapat di harapkan memberikan net cash inflow yang
positif kepada perusahaan. Untuk perkiraan deffered charge di anggap bahwa karena
pembayaran telah dilakukan maka di masa yang akan datang tidak perlu lagi cash
flow. Definisi terakhir ini di anggap lebih luas dari definisi pertama.
Mengenai executory contract sering terjadi perdebatan. Executory contract adalah
perjanjian yang belum dilaksanakan. Dalam prinsip akuntansi yang berlaku sekarang
tidak ada pencatatan atas jenis kontrak seperti ini dalam laporan keuangan, misalnya
kontrak dengan pegawai, dan kontrak pembelian jangka panjang.

22
2. Pengakuan dan Penilaian Aset dan Kewajiban
Prinsip yang berlaku sekarang dalam pengakuan dan penilain aset dan
kewajiban sesuai yang di gariskan APB adalah sebagai berikut :
“Pencatatan aset di dasarkan pada kejadian kapan perusahaan mendapatkan kekayaan
atau aset itu dari pihak lain sedangkan kewajiban kapan muncul kepada pihak lain.
Penilaian keduanya di dasarkan pada nilai tukar, nilai pengorbanan
(exchange atau market price) pada pengalihan terjadi. Nilai ini disebut acquisition
cost”.
Dalam hal pengorbanan yang di berikan adalah aset bukan uang (non-
moneter) maka niali yang di pakai adalah harga pasar barang yang di serahkan. Di
samping nilai pertukaran ini atau historical cost, dalam prinsip akuntansi dikenal juga
berbagai nilai yang sering di pakai dalam penilaian aset. Nilai itu adalah :
a. Book value adalah harga buku yang diperoleh dari nilai perolehan historis di kurangi
akumulasi penyusutan yang telah di bebankan kepada pendapatan.
b. Replacement cost adalah nilai barang yang dimaksudkan jika dig anti dengan barang
lain yang sama.
c. Selling price adalah harga penjualan.
d. Net Realizable Value adalah harga jual di kurangi biaya penjualan atau di kurangi
tingkat margin yang normal.
Nilai ini sering dianggap tidak konsisten dengan konsep teori pengukuran ang
murni. Nilai-nilai yang disebutkan di atas telah di terapkan pada berbagai macam
jenis aset yang dianggap telah di bahas dalam akuntansi intermediate.

23
Beberapa metode penilaian aset digambarkan oleh Wolk, et.al. sebagai berikut
:
Asset Metode Penilaian
Piutang Taksiran nilai net relizable value

Investasi Cost, lower of cost or market,


atau market (tergantung jenis investasi)
metode equity.
Aset di bangun sendiri Full absorption costing untuk
perusahaan dan kapitalisasi bunga
untuk yang bukan persediaan
Aset tetap Cost, alokasi cost, dan nilai buku
Pertukaran aset non yang sejenis Nilai buku aset lama di tambah dengan
kas yang di berikan.
Aset tidak berwujud Nilai buku
Pembebanan di tunda Nilai buku

3. Definisi Kewajiban / Utang ( Liabilities)

Definisi kewajiban telah berkembang terus seperti terlihat dari 3 definisi


berikut :
“Kewajiban adalah saldo kredit atau jumlah yang harus dipindahkan dari saat
tutup buku ke periode tahun berikutnya berdasarkan pencatatan yang sesuai
dengan prinsip akuntansi ( saldo kredit bukan akibat saldo negatif aset)”.
Menurut definisi ini semua yang bersaldo kredit dianggap sebagai kewajiban
termasuk di dalamnya perkiraan-perkiraan penyisihan, akumulasi, dan perkiraan
modal lainnya. Sehingga tidak semata-mata uang kepada kreditur. Definisi ini
merupakan penjabaran dari entity theory.

24
Definisi berikutnya di berikan oleh APB adalah :
“Kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang di akui dan di nilai sesuai prinsip
akuntansi. Kewajiban disini termasuk juga saldo kredit yang di tunda yang bukan
merupakan utang atau kewajiban”.
Pengertian kewajiban di sini lebih luas dari yang pertama karena menyangkut
kewajiban ekonomis yang di artikan sebagai penyerahan harta atau jasa di masa yang
akan datang.
FASB memberikan definisi kewajiban sebagai berikut :
“… kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis di masa yang akan datang yang
timbul akibat kewajiban perusahaan sekrang untuk di masa yang akan datang sebagai
akibat suatu transaksi atau kejadian yang sudah terjadi.
Dari definisi Wolk, et, al ini kita melihat 3 sifat kewajiban :

1. Kewajiban itu benar ada.


2. Kewajiban itu tidak dapat di hindarkan.
3. Kejadian yang menyebabkan perusahaan memiliki kewajiban telah terjadi.

Dalam membahas kewajiban ini kita mengenal beberapa istilah penting, yaitu

1. Contractual liabilities, adalah merupakan kewajiban yang di dukung oleh


perjanjian tertulis.
2. Constructive obligation, adalah kewajiban yang tidak di nyatakan secara
tertulis, misalnya pembayaran cuti atau bonus tertentu.
3. Equitable obligation, adalah kewajiban yang tidak di kuatkan kontrak dan
hanya karena kewajiban moral atau kewajiban demi kewajaran atau keadilan.

4. Contigent liabilities, adalah suatu situasi atau kejadian yang menggambarkan


ketidakpastian apakah mungkin menimbulkan keuntungan atau kerugian kepada
perusahaan, dimana hanya dapat di pastikan apabila sesuatu kejadian di masa yang
akan datang terjadi atau tidak. Dalam hal ini maka standar akuntansi yang akan

25
dicatat. Kerugian (kewajiban) ini mempunyai persyaratan untuk bisa di catat.
Persyaratan ini adalah sebagai berikut :
a. Kewajiban itu sangat mungkin terjadi atau kekayaan perusahaan telah digunakan
atau telah di korbankan.
b. Kewajiban itu dapat di ukur secara terpercaya.
Contingent liabilities ini misalnya jaminan yang di berikan terhadap produk
perusahaan yang di jual, hadiah yang di tawarkan atau produk yang di jual, tuntutan
di pengadilan dan lain-lain.
5. Deferred Credit, adalah sejenis kewajiban tetapi bukan dalam pengertian
memberikan pengorbanan di masa yang akan datang. Deferred credit ini ada dua
jenis:
a. Prepaid revenue, adalah penerimaan free di muka yang belum sepenuhnya diimbangi
dengan pemberian jasa atau produk yang di bayar.
b. Deferred revenue akibat peraturan pengakuan pendapatan, misalnya adalah
investment tax credit dan laba rugi dari transaksi lease back.
6. Executory contract adalah perjanjian yang belum dilaksanakan tetapi kita sudah
terikat dengan perjanjian baik untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang
maupun yang akan menerima kekayaan atau jasa di masa yang akan datang. Misalnya
adalah kontrk pembelian di masa yang akan datang dimana perusahaan harus
menyediakan barang di masa yang akan datang – kontrak pekerjaan dengan pegawai
– dimana perusahaan harus membayar gaji di masa yang akan datang. Masalah ini
sudah lama menjadi bahan controversial di kalangan akuntan. Apakah kontrak di
catat dan di akui dalam laporan keuangan atau tidak. Namun dalam akuntansi
konvensional executory contract ini tidak diakui dalam laporan keuangan.
4. Pengakuan dan Penilaian Aset dan Kewajiban
Menurut APB Statement No. 4 serta SFAC No. 5 kewajiban di nilai sebesar
kejadian dalam transaksi, biasanya jumlah yang akan di bayarkan di masa yang akan
datang biasanya di diskontokan (di nilai berdasarkan present value – untuk yang
jangka panjang), sejumlah nilai pertukaran, atau sejumlah nilai normal.

26
Modal Pemilik (Owner’s Equity)
Equity adalah “suatu hak yang tersisa atas aset suatu lembaga (entity) setelah
di kurangi kewajibannya”. Dalam perusahaan, equity adalah modal pemilik. Definisi
ini cenderung menganut proprietory theory.
Dalam perusahaan perseorangan, nilai modal ini merupakan modal
pemiliknya sendiri. Sedangkan dalam perusahaan perseroan perlu di bedakan antara
modal setor dengan modal karena pendapatan (Retained Earning). Deviden hanya di
bayarkan dari laba di tahan bukan dari modal setor. Modal setor atau Contributed
Capital dapat di bagi dalam Modal statuter (legal capital) dan modal lainnya. Modal
statute adalah jumlah batas kewajiban pemilik. Modal statute ini di nilai sebesar harga
pari atau harga nominal. Disamping modal statute ini, ada lagi modal lainnya, seperti
agio saham, modal donasi, modal dari pengeluaran kembali treasury stock, stock
option, dan sebagainya. Di Indonesia mungkin juga harus dimasukkan kenaikan
modal akibat revaluasi.

Laba Ditahan
Laba ditahan terdiri dari laba tahunan, peneyesuaian atau koreksi tahun
sebelumnya, dan besaran deviden. Komponen berikutnya darimodal saham ini adalah
Laba Rugi yang belum di realisasi. Dalam beberapa hal perubahan aset perusahaan
tidak dilaporkan di laba rugi, tetapi langsung dilaporkan di neraca, misalnya Rugi dari
perubahan harga surat berharga jangka panjang, Laba Rugi dari transaksi luar negri
dalam mata uang asing.

Cadangan (Reserve)
Dalam laporan keuangan di Indonesia sering kita melihat istilah cadangan ini
dan terlihat salah dalam menggunakannnya. Dalam arti umum cadangan berarti
sesuatu yang di simpan untuk maksud tertentu. Dalam akuntansi sering pula dianggap
sebagai pos penilaian atau taksiran kewajiban, misalnya cadangan piutang ragu-ragu,
cadangan penghapusan, cadangan utang pajak, dan lain sebagainya. Pengertian yang

27
sebaiknya dalam akuntansi adalah merupakan laba ditahan yang ditetapkan untuk
maksud tertentu, jadi tidak boleh digunakan untuk tujuan lain. Atau bisa juga istilah
cadangan ini digunakan untuk menjelaskan dana tertentu yang dicadangkan dan
diperuntukkan bagi maksud tertentu. Misalnya cadangan untuk membayar obligasi,
cadangan dana untuk membeli aset tetap, dan sebagainya. Kalau ini yang
dimaksudkan, maka cadangan ini harus dimasukkan ke dalam pos harta dan
dikelompokkan sebagai aset tidak lancar. Fungsinya seperti kas atau bank yang di
batasi penggunaannya untuk maksud tertentu.

Pengakuan dan Penilaian Modal


Transaksi modal dapat dibagi dua : Transaksi modal dan transaksi yang
berkaitan dengan laba. Transaksi golongan pertama menyangkut transaksi langsung
dari pemilik dengan perusahaan, misalnya pembayaran dan pengambilan modal.
Golongan kedua menyangkut transaksi yang berkaitan dengan laba, misalnya
transaksi laba rugi, koreksi tahun lalu, dan sebagainya.
Penilaian terhadap transaksi modal ini sama dengan penilaian pada harta dan
kewajiban yaitu berdasarkan harga pasar pada saat terjadinya transaksi. Dalam hal ini
pencatatan modal saham harus dipisahkan nilai parinya dengan nilai jualnya. Laba
ditahan dicatat sebagai akumulasi laba dari tahun-tahun sebelumnya.

Off Balance Sheet


Dalam peristilahan akuntansi dan juga di perbankan khususnya dikenal apa
yang disebut off balance sheet. Pada hakikatnya transaksi off balance sheetini adalah
transaksi yang terjadi dalam perusahaan tetapi karena menurut aturan, baik aturan
prinsip akuntansi maupun aturan lainnya tidak dimasukkan dalam neraca atau belum
boleh dicatat dalam proses akuntansi. Transaksi ini biasanya menyangkut
transaksi cash atau transaksi instrumen keuangan lainnya yang belum di realisasi,
misalnya :
a. Giro, kas bon

28
b. Hak untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya misalnya plafon kredit
(pembiayaan) yang belum digunakan.
c. Hak untuk menukarkan aset keuangan lainnya yang lebih menguntungkan.
Instrumen modal perusahaan lainnya.

Masyarakat banyak menyalahgunakan konsep ini yang penerapannya


bertentangan dengan prinsip akuntansi, misalnya bunga yang belum diterima tetapi
sudah diaccrued selalu dicantumkan off balance sheet, kendatipun menurut definisi
aset sudah boleh diakui sebagai aset. Dalam PSAK khusus Perbankan bunga dari
kredit yang tergolong macet hanya dicatat “off balance sheet”.

Bentuk Neraca
Neraca biasanya disajikan berdasarkan likuiditas perkiraannya. Biasanya
perkiraan yang paling lancar dan paling dekat dengan konversi ke kas dicatat paling
atas. Kewajiban yang paling cepat harus dibayar, harus dicantumkan paling atas
dalam kelompoknya. Modal yang harus ditunaikan terlebih dahulu harus di
tempatkan di atas.
Dalam menyajikan neraca dapat di bagi dalam tiga bentuk :
a. Bentuk Neraca Staffel atau Report Form
Neraca ini dilaporkan satu halaman vertical. Di sebelah atas dicantumkan total aset
dan di bawahnya di sajikan pos kewajiban dan mos modal.
b. Bentuk Kedua Neraca Skontro atau T-Account Form
Di sini aset disajikan di sebelah kiri (di Inggris di kanan) dan kewajiban serta modal
ditempatkan di sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah menyebelah.
c. Bentuk yang menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form)
Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk sebelumnya
yang berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama-tama
dicantumkan aset lancar dikurangi utang lancar dan pengurangannya diketahui modal
kerja. Modal kerja ditambah aset tetap dan aset lainnya kemudian dikurangi utang

29
jangka panjang, maka akan diperoleh modal pemilik. Dalam bentuk ini informasi
disajikan satu halaman dengan urutan sebagai berikut :

PT. SIPANGKO JAYA


Neraca
Per31Desember2000

Aset Lancar :
Kas dana bank Rp ……………………………
Piutang dagang Rp ……………………………
Persediaan Barang Rp ……………………………
Biaya Dibayar Dimuka
Total Aset Lancar Rp …………
Dikurangi :
Kewajiban Lancar
Utang Dagang (Rp ………………………….)
Utang Biaya Rp………
Utang Pajak Rp……..
Penerimaan Dimuka (Rp ……………………………)
Total Kewajiban Lancar Rp…….....
MODAL KERJA Rp…………………..
Di tambah :
Aset Tetap (net) :
Lahan Rp …………………..
Bangunan Rp …………………..
Mesin dan Peralatan Rp …………………..
Furniture Rp …………………..
Total Aset (net) Rp ………………………..
Aset Lain :

30
Paten Rp……………………
Goodwill Rp ……………………
Total Aset Lain Rp …………………………
Modal Kerja dan Aset Rp ………………………….
Di kurangi
Kewajiban Jangka Panjang :
Obligasi Rp ………………………….
Modal (Ekuitas) Rp……………….
Modal (Ekuitas) terdiri dari :
Saham Biasa Rp ………………
Saham Prefern Rp ……………….
Premium Saham Biasa Rp ……………….
Laba di tahan Rp ……………….
Total Modal Rp…………………………

Kelemahan konsep ini adalah jika ada perkiraan perkiraan yang memiliki
ambivalensi di dua kelompok. Misalnya preferred stock tertentu yang dalam hal
tertentu di perlakukan sebagai Capital, tetapi di lain pihak disebut juga Liabilities
(resembles bond).
Dalam pendekatan articulated di kenal dua konsep:
1. Revenue – Expense Approach
2. Asset Liability Approach

Konsep pertama menganggap bahwa laporan utama adalah laporan laba rugi.
Laba rugi di peroleh dari pengurangan ( matching) biaya dari hasil yang di akui.
Neraca hanya merupakan “by product” dari proses pengakuan, pengukuran laba tadi.
Sehingga Neraca hanya merupakan kumpulan “deferred charges dan deferred
credits”. Kelemahan konsep ini adalah bahwa ternyata dalam sifatnya tidak
semua deferred charges ( pembebanan yang di tunda dalam laporan laba rugi)

31
merupakan perkiraan aset sebagaimana definisi aset yang kita ketahui. Misalnya
Biaya Organisasi, biaya ini adalah sunk cost yang tidak mungkin lagi di-recovered.
Konsep kedua menganggap bahwa langkah pertama bukan mengukur laba
tetapi mengukur harta dan kewajiban. Di sini income di definisikan sebagai
perubahan dalam net aset. Sehingga laporan laba rugi di anggap merupakan
pengelompokan dan pelaporan perubahan yang terjadi dalam net asset. Laba rugi atau
perubahan net asset itu di anggap sebagai “by product” dari
pengukuran asset dan liabilities. Net income itu adalah berasal dari
perubahan asset dan liabilities, bukan sebaliknya seperti konsep Revenue –Expense.
Di sini di anggap bahwa asset dan liabilities adalah benar-benar riil dan ada sehinnga
di nilai lebih logis jika pengukuran di mulai dari asset dan liabilities ini.

D. LAPORAN KEUANGAN YANG DIWAJIBKAN SEC (SECURITIES


EXCHANGE COMMISION)
Di Amerika, SEC atau Badan Pengawas Pasar Modal mewajibkan perusahaan
yang go public melaporkan secara periodic laporan keuangannya sebagai berikut :
1. Form 10 – K. Ini adalah laporan tahunan yang harus disampaikan 3 bulan atau 90
hari setelah akhir tahun buku.
2. Form 10 – Q. Ini merupakan laporan keuangan kuartal yang harus disampaikan 45
hari setelah akhir kuartal. Kuartal 1,2 dan 3. Kuartal 4 tidak perlu karena sudah
tergabung dalan laporan tahunan atau Form 10 – K.
3. Form 8 – K. Laporan ini harus disampaikan 5 hari setelah kejadian tertentu
dilaksanakan. Kejadian itu adalah:
a. Perubahan dalam hal pengawasan perusahaan.
b. Pembelian atau penjualan aset yang demikian besar.
c. Bangkrut atau mengalami dampak bangkrut.
d. Perubahan akuntan pemeriksa.
e. Kejadian lain yang dianggap penting bagi pemegang saham

32
E. LAPORAN TAHUNAN
Laporan tahunan biasanya harus disusun oleh perusahaan go public setiap
selesai akhir tahun periode pembukuan. Biasanya ini laporan tahunan adalah:
1. Neraca yang sudah diaudit untuk dua tahun terakhir.
2. Laporan laba rugi untuk tiga tahun terakhir.
3. Laporan keuangan penting selama 5 tahun terakhir, seperti penjualan, laba operasi,
laba per lembar saham, jumlah aset, utang jangka panjang, saham istimewa, saham
biasa, dividen per lembar saham biasa, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan
data keuangan yang dianggap perlu.
4. Penjelasan manajemen tentang situasi keuangan perusahaan, hasil operasi,
likuiditas, sumber dana modal, trend yang baik dan yang kurang baik, kejadian yang
bersifat tidak pasti, penyebab perubahan dalam laporan keuangan, pengaruh inflasi
dan perubahan harga, dan proyeksi masa depan.
5. Ikhtisar informasi keuangan interim untuk tiap kuartal pada akhir tahun yang
bersangkutan.
6. Data penting yang menyangkut segmen industry, kegiatan perusahaan domestik dan
luar negeri dan penjualan ekspor.

F. TUJUAN PENYAJIAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


Tujuan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan antara lain:
1. Menyajikan informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
: dasar pengukuran, kebijakan yang relevan, asumsi dalam estimasi.
2. Mengungkapkan informasi yang diisyaratkan yang tidak disajikan di bagian
manapun dalam laporan keuangan.
3. Memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan
keuangan : (pengelolaan modal).
4. Sepanjang praktis, penyajian catatan atas laporan keuangan dilakukan secara
sistematis.

33
5. Membuat referensi silang atas setiap pos untuk informasi yang berhubungan dalam
catatan atas laporan keuangan.

G. CATATAN DAN PENJELASAN LAPORAN KEUANGAN


Catatan dan penjelasan laporan keuangan (Notes to Financial Statement)
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Biasanya hal-hal yang
diungkapkan dalam catatan dan penjelasan laporan keuangan ini adalah:
1. Kebijaksanaan akuntansi, misalnya metode laporan konsolidasi, metode
penyusutan, persediaan barang, pengakuan hasil, perubahan akuntansi dan
sebagainya.
2. Penjelasan tentang perkara di pengadilan jika ada, kewajiban contingent laba rugi
kontigensi dan komitmen yang tidak biasa.
3. Rencana penggabungan usaha, penjelasan transaksi yang tidak biasa related party
transactions (hubungan istimewa) dengan perusahaan anak, induk, direksi, pemegang
saham, dan lain-lain.
4. Penjelasan tentang jenis saham, program pemberian saham kepada pegawai
(ESOP=Employee Stock Ownership Plan), dividen saham, dan lain-lain.
5. Jumlah penyusutan dan biaya riset dan pengembangan.
6. Penjelasan pos penting seperti: umur piutang, perincian persediaan, aset tetap,
penjualan, pembelian barang, daftar biaya produksi dan lain-lain.
7. Penjelasan tentang pajak penghasilan, komposisi, restitusi, perkara di majilis
perpajakan.

Disamping Notes to Financial Statement ada lagi Footnote yaitu catatan kaki yang
dibuat di halaman neraca paling bawah. Ini bisa juga dimaksudkan untuk
menambah disclosure.

Perusahaan harus menyajikan catatan laporan keuangan dengan urutan


berikut:

34
1. Pernyataan kepatuhan dengan IFRS
2. Ringkasan kebijakan akuntansi organisasi yang signifikan
3. Informasi pendukung untuk perkiraan dalam laporan keuangan, dengan urutan
dimana berbagai laporan disajikan
4. Pengungkapan lain, seperti informasi non-keuangan

Perusahaan juga harus memasukkan informasi berikut dalam catatan laporan


keuangan:
· Asumsi. Informasi tentang asumsi pokok yang berkaitan dengan mas depan.
· Dasar penyusunan. Dasar pengukuran yang digunakan untuk menyusun laporan
(contoh: biaya historis, biaya kini, nilai realisasi bersih, nilai wajar, atau jumlah yang
dapat dipulihkan), dan penggunaan kebijakan akuntansi lain yang terkait untuk
memahami laporan.
· Manajemen modal. Penjelasan modal yang entitas kelola, bagaimana memenuhi
tujuan manajemen modal, sifat dari setiap kebutuhan modal eksternal yang
ditentukan, dan ringkasan tentang apa yang dikelola entitas sebagai modal, dan
bagaimana tingkat modal telah berubah selama periode berjalan.

Beberapa informasi dan catatan yang harus dimasukan saat menyajikan


laporan keuangan antara lain: asumsi, dasar penyusunan, manajemen modal, dividen,
domisili, estimasi ketidakpastian, badan hukum, umur, manajemen penilaian, nama,
operasional, dan informasi lain.
· Dividen. Jumlah dividen yang tidak diakui untuk dibagikan, tetapi diusulkan atau
dideklarasikan sebelum laporan keuangan telah disetujui untuk penerbitan.
· Domisili. Kedudukan entitas, negara pendiriannya dan alamat kantor terdaftar.
· Estimasi ketidakpastian. Sumber utama estimasi ketidakpastian yang dapat
mengakibatkan penyesuaian yang signifikan dari nilai tercatat dalam aset dan
kewajiban entitas dalam tahun fiskal berikutnya.
· Badan hukum. Badan hukum entitas.

35
· Umur. Jika entitas memiliki umur terbatas, buat catatan umur
organisasi/perusahaan.
· Manajemen penilaian. Manajemen telah membuat penilaian ketika menerapkan
kebijakan akuntansi, dan yang memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil
keuangan.
· Nama. Nama dari entitas induk dan dari induk kelompok.
· Operasional. Kegiatan utama entitas.
· Informasi lain. Informasi lain yang tidak disajikan dalam lapoaan keuangan,
tetapi berkaitan.
Perusahaan harus memberi keterangan pada perkiraan dalam berbagai laporan
keuangan dengan catatan ini.

H. KETERBATASAN LAPORAN POSISI KEUANGAN


Pada awalnya, para pengguna laporan keuangan fokus pada kegunaan laporan
posisi keuangan perusahaan, namun belakangan mereka, khususnya para investor,
lebih memilih untuk memperhatikan rasio yang berkaitan dengan laba, salah
satunya earning per share. Hal tersebut mereka lakukan untuk mengetahui potensi
keuntungan yang akan mereka terima dari investasi yang telah dilakukan. Pada saat
ini perhatian mereka kembali pada kegunaan neraca, meliputi rasio pada aset,
kewajiban, dan modal. Rasio likuiditas,leverage, ROA (return on assets), ROE
(return on equity), merupakan rasio-rasio yang saat ini menjadi bagian dari
pertimbangan para pengguna laporan keuangan dalam menilai sebuah perusahaan.

Peningkatan kegunaan laporan posisi keuangan menjadi fokus utama para


akuntan. Hal tersebut dilakukan mulai dari metode penilaian, penyajian yang
komparatif, sampai pada akuntansi inflasi. Namun laporan posisi keuangan masih
memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
a. Sumber daya manusia yang handal, produk yang unggul dan pelayanan yang prima
merupakan beberapa aset penting yang dimiliki perusahaan, namun laporan posisi

36
keuangan tak dapat melaporkan dikarenakan hal-hal tersebuttidak dapat diukur secara
kuantitatif dan objektif.
b. Pertimbangan dan estimasi yang digunakan perusahaan yang masih sulit ditentukan,
misalnya untuk masa manfaat aset, jumlah piutang tak tertagih dan beban garansi
yang harus dicadangkan.

I. PERISTIWA KEMUDIAN (SUBSEQUENT EVENT)


Menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:78),peristiwa kemudian adalah
transaksi atau kejadian yang terjadi sesudah tanggal laporan posisi keuangan sebelum
laporan keuangan dikeluarkan atau diumumkan. Peristiwa kemudian ada
kemungkinan:
a. Menimbulkan penyesuaian terhadap laporan keuangan.
b. Memerlukan disclosure.
c. Tidak memerlukan apa-apa.

Adjustment perlu jika jumlah yang ada dalam laporan keuangan harus
disesuaikan karena adanya peristiwa kemudian yang memberikan bukti yang
berkaitan dengan keadaan yang terjadi pada tanggal neraca dan mempengaruhi
laporan keuangan secara materiil. Misalnya debitur yang bangkrut bisa
mempengaruhi taksiran piutang ragu yang sebelumnya sudah ada indikasi ke arah
bangkrut pada tanggal neraca.
Pengungkapan perlu jika peristiwa kemudian memberikan bukti yang
berkaitan dengan persyaratan yang tidak ada pada tanggal neraca. Misalnya debitur
yang mengalami musibah banjir yang tidak diduga dan tidak ada tanda-tanda pada
tanggal neraca tidak perluadjustment penyisihan piutang. Misal yang lain adalah:
1. Penjualan saham dan obligasi cukup besar.
2. Pembelian atau penjualan aset yang cukup besar termasuk adanya
penggabungan usaha.
3. Laba rugi dari realized dan unrealized surat berharga dari investasi.

37
4. Pengajuan perkara atau penyelesaian perkara di pengadilan.
5. Penurunan nilai persediaan yang tidak ada indikasi pada tanggal neraca.
6. Kerugian akibat keadaan yang tidak diduga seperti banjir, kebakaran, pencurian,
gempa bumi, dan lain sebagainya.
7. Pergantian pengurus perusahaan.

38
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan Posisi Keuangan telah mengalami perkembangan yang cukup di
masa sekarang, khususnya semenjak diterapkannya IFRS. Semua perkembangan yang
terjadi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas Laporan Posisi Keuangan sehingga
menjadi informatif di mata para penggunanya dan dapat dijadikan salah pertimbangan
mengenai prospek dari sebuah perusahaan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Bragg, Steven M. Panduan IFRS. Halaman: 23-25

Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Januarsi, Yeni. 2012. PSAK No.1 (Revisi 2009) komponen laporan keuangan lengkap
penyajian laporan keuangan dan extraordinary items. From,
http://santirianingrum.dosen.narotama.ac.id/2012/04/17/psak-no-1-revisi-2009-
komponen-laporan-keuangan-lengkap-penyajian-laporan-keuangan-dan-
extraordinary-items/, 31 Mei 2013

_________. 2013. Neraca dan Laporan Arus Kas. [online],


(http://kodokebo.blogspot.com/2011/06/arus-kas.html, diakses tanggal 25 Mei 2013).

_________. 2013. The Balance Sheet (Neraca). [online],


(http://deriaprianto74.blogspot.com/2012/12/the-balance-sheet-neraca.html.
diakses 25 Mei 2013).

_________. 2013. Neraca dan Statemen Arus Kas. [online],


(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/akuntansi%20keuangan%20menengah%
201/h.Bab%204%20Neraca%20dan%20Statemen%20Aliran%20Kas.pdf. diakses
tanggal 25 Mei 2013).

40
_________. 2013. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca dan efeknya terhadap penyajian laporan
keuangan, [online]. (http://auditme-post.blogspot.com/2008/08/peristiwa-setelah-
tanggal-neraca.html, diakses 2 November 2012).

_________. 2013. Laporan Keuangan Konsolidasian PT United Tractors Tbk per 31


Desember 2012 dan 2011.

_________. 2013. Laporan Keuangan Tahunan PT United Tractors Tbk Tahun 2012.

41

Anda mungkin juga menyukai