TEORI AKUNTANSI
DOSEN PENGAJAR:
ZENI RUSMAWATI
KELOMPOK 6:
SARIYATUSOLEHAH 20141220034
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Laporan Keuangan Neraca” ini dengan baik. Dan juga saya berterima kasih
kepada Ibu Zeni, selaku Dosen mata kuliah Teori Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Surabaya yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan kami
mengenai Laporan Keuangan Neraca, dan juga bagaimana cara mempraktekkan nya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Ibu Zeni demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………...…………..II
DAFTAR ISI…………………………………………..…………………………....III
BAB I PENDAHULUAN………..............................………………………………1
1.1.Latar Belakang……………………………………....……………………...........1
1.2.Rumusan Masalah………………………………………………………………..1
1.3.Tujuan ..............……………....…………………….……………………………2
BAB II PEMBAHASAN.......………………………..……………………………...3
Peristiwa kemudian.........................................................................................37
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaporan keuangan di Indonesia saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting
bagi semua entitas, tak terkecuali entitas nirlaba. Pada perusahaan terbuka atau
perusahaan yang mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan
keuangan menjadi suatu alat yang digunakan investor untuk mengambil keputusan
penting terhadap sebuah perusahaan, misalnya tentang pembagian deviden, potensi
meningkatnya valuasi saham yang dimiliki investor dan adanya potensi pertumbuhan
berkesinambungan yang positif dari perusahaan tersebut.
Potensi ekonomi di Indonesia yang cukup besar serta mulai tingginya minat
investor asing untuk menanamkan dananya di Indonesia mengisyaratkan adanya
penyesuaian terhadap pelaporan keuangan yang ada di Indonesia, apalagi saat ini
sudah banyak Negara yang menerapkan IFRS (International Financial Reporting
Standard), sehingga IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) perlu melakukan penyesuaian
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) menuju IFRS.
1
B. Topik Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, kami membuat topik permasalahan terkait
makalah “Laporan Keuangan Neraca” sebagai berikut:
a. Apakah pengertian dari laporan posisi keuangan?
b. Apa saja jenis laporan keuangan?
c. Apa saja elemen dan isi dari laporan posisi keuangan?
d. Apa saja laporan periodik yang diwajibkan oleh SEC (Securities and Exchange
Comission)?
e. Bagaimana penjelasan Catatan atas Laporan Keuangan?
f. Bagaimana penjelasan tentang peristiwa kemudian(subsequent event)?
g. Apa saja keterbatasan Laporan Keuangan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memperluas pemahaman
terkait laporan posisi keuangan. Kami mengharapkan pembahasan dalam makalah ini
dapat menambah pengetahuan dalam memahami dan menganalisa laporan posisi
keuangan yang dimiliki suatu perusahaan.
.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Asset
2. Liabilitas
3. Ekuitas
4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik
6. Arus kas
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan
dan, khususnya dalam hal waktu dan kepastian di perolehnya kas dan setara
3
kas. Catatan atas laporan keuangan itu sendiri berisi informasi tambahan atas apa
yang di sajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif,
laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus
kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos
yang di sajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos
yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan
Sedangkan menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal 15
Desember 2009 dan mulai efektif berlaku untuk periode tahun buku yang di mulai
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus
meliputi komponen-komponen berikut ini:
4
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi pentig
dan informasi penjelasan lain
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang di sajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Jika kita bandingkan PSAK No. 1 (Revisi 1998) dengan PSAK No. 1( Revisi
2009), terkait komponen laporan keuangan, maka terdapat dua perbedaan utama
yaitu:
Perlu ditekankan bahwa antara laporan laba rugi engan laporan laba reugi
komprehensif memiliki perbedaan. Laporan laba rugi adalah total pendapatan
dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif
lain. Sedangkan laporan laba rugi komprehensif termasuk di dalamnya laporan laba
rugi dan pendapatan komprehensif. Pendapatan komprehensif mencakup:
1. Perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK No.16 (Revisi 2007) : Aset
Tetap dan PSAK No. 19 (Revisi 2009) : Aset Tidak Berwujud)
2. Keuntungan dan kerugian actuarial atas program manfaat pasti yang di akui
sesuai dengan PSAK No. 24: Imbalan Kerja
5
3. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari
entitas asing (lihat PSAK No. 10 (Revisi 2009) : Pengaruh Perubahan Nilai
Tukar Valuta Asing)
4. Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang di
kategorikan sebagai ‘tersedia untuk di jual’ (lihat PSAK NO 55 (Revisi 2006)
: Intrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran
5. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam
rangka lindung nilai arus kas (lihat PSAK No.55 (Revisi 2006) : Instrumen
Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran)
6
3. Paragraf 84 PSAK 1 (Revisi 2009) tidak memperkenankan penyajian “pos
luar biasa” dalam laporan laba rugi komprehensif (akan dibahas spada bagian
berikutnya).
4. Dalam paragraf 78 PSAK 1 (Revisi 2009) mensyaratkan bahwa seluruh pos
penghasilan dan beban yang diakui dalam satu periode dapat disajikan dengan
dengan memilih salah satu format berikut:
7
oleh perusahaan di Indonesia (yang jarang terjadi gempa) dapat dikatakan sebagai
kejadian yang luar biasa. Ini mengandung makna kriteria “luar biasa” akan berbeda
antara satu perusahaan dengan perusahana lainnya sehingga perlu menetapkan suatu
kriteria untuk dapat mengkategorikan suatu kejadian masuk dalam “pos luar biasa”.
Suatu aktivitas dikategorikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi 2 persyaratan
berikut:
8
keuangan. sebelumnya, penyajian pos luar biasa dalam laporan laba rugi perusahaan
diatur berdasarkan PSAK No. 25 mengenai ‘Laba atau Rugi Bersih untuk Periode
Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi’, paragraf 10 –
14.
Pertanyaan yang timbul adalah mengapa pos luar biasa tidak diperkenankan lagi
disajikan dalam laporan keuangan? Jika melihat ke belakang ketika terjadi tragedi
serangan teroris di Amerika tanggal 11 september 2001 dan peristiwa terjadinya badai
Katrina tahun 2005, seluruh media di Amerika mengkatagorikan dua peristiwa
tersebut sebagai “extraordinary.” Namun FASB’s Emerging Issues Task
Forces (EITF) menyatakan bahwa melampirkan kerugian yang berasal dari kejadian
tanggal 11 September akan menjadi tidak efektif dalam mengkomunikasikan akibat
dari adanya serangan tanggal 11 September sehingga hal ini bertentangan dengan
tujuan luas dari disediakannya laporan keuangan yaitu mengkomunikasikan secara
efektif dan jelas (informasi laporan keuangan). Alasan lain yang dikemukakan oleh
EITF adalah sulitnya “menangkap” akibat-akibat finansial dari serangan teroris pada
satu item laporan keuangan. Sementara menurut IAS, dikeluarkannya extraordinary
items dari laporan keuangan karena terdapat kesulitan dalam memisahkan efek-efek
finansial dari satu kejadian dengan kejadian lain secara objektif.
Secara umum, alasan eliminasi extraordinary items dari laporan keuangan dapat
dirangkum sebagai berikut:
1) Terdapat kesuliatan untuk menentukan apakah suatu peristiwa/transaksi dapat
dikatagorkan sebagai pos luar biasa. Hal ini disebabkan karena kriteria penentuan pos
luar biasa masih membutuhkan judgement.
2) Terdapat kesulitan untuk memisahkan efek finansial yang terjadi karena adanya
serangan teroris dengan efek finansial yang terjadi karena adanya kegiatan ekonomi
yang lemah sebelum terjadinya serangan teroris. Dengan kata lain, terdapat kesulitan
untuk memisahkan efek finansial akibat adanya kejadian yang diduga
sebagai extraordinary dengan kejadian lain sebelum adanyaextraordinary.
9
3) Memisahkan kos yang termasuk dalam extraordinary item dengan yang tidak
termasuk dalam extraordinary items bukan saja merupakan hal yang tidak praktis[2] ,
tetapi juga merupakan hal yang tdak berguna bagi pengguna laporan keuangan yang
berfokus pada informasi yang dapat membantu prediksi future earnings dan
akibat cash flow dari adanya kejadian–kejadian tersebut. Sehingga udaha untuk
memisahkan kos dalam ordinary atau extraordinary akan menghalangi (bukan
meningkatkan) komunikasi informasi keuangan
4) Salah satu katagori extraordinary items adalah tidak sering terjadi (infrequently
in practice) sehingga karena tidak sering terjadi makan sebaiknya dieliminasi.
Secara umum penulis sependapat dengan Massoud et al. (2007) bahwa memang
sudah saatnya extraordinary items dihilangkan karena telah cukup lama manfaat dari
disajikannya extraordinary item menjadi tidak jelas. Mengapa? Dengan
mengklasifikasikan suatu kejadian dalam extraordinary items tidak akan mengubah
efek bottom-line atas kejadian tersebut terhadap organisasi, karenaextraordinary
items hanya sebagian kecil dari semua pos yang ada dalam kaporan keuangan yang
bisa dijadikan pertimbangan organisasi.
Karakteristik Umum
10
Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap PSAK membuat
pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap PSAK
tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak boleh menyebutkan
bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap PSAK kecuali laporan keuangan
tersebut telah patuh terhadap semua yang di persyaratkan dalam PSAK.
Entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang tidak tepat baik
dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang di gunakan atau pengungkapan
dalam catatan atas laporan keuangan atau materi penjelasan.
2. Kelangsungan Usaha
11
menghasilkan laba dan mempunyai akses ke sumber pembiayaan, maka dapat
disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai tanpa melalui analisis
rinci.
3. Dasar Akrual
Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus
kas. Ketika akuntansi berbasis akrual yang digunakan, entitas mengakui pos-pos
sebagai aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan
keuangan) ketika pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan unsur-
unsur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.
5. Saling Hapus
12
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan laibilitas atau
pendapatan dan beban, kecuali di syaratkan atau di ijinkan oleh suatu PSAK. Entitas
melaporkan secara terpisah utuk aset dan liabiliatas serta pendapatan dan beban.
Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau
dalam laporan laba rugi terpisah (jika di sajikan) mengurangi kemampuan
penggunaan laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, persitiwa dan
kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan,
kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa.
Pengukuran aset secara neto setelah di kurangi dengan penyisihan penilaian
(misalnya, penyisihan keuangan atas persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih)
tidak termasuk kategori saling hapus.
6. Frekuensi Pelaporan
7. Informasi Komparatif
13
kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. Entitas
yang mengungkapkan informasi komparatif menyajikan minimal dua laporan posisi
keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas laporan
keuangan. Jika entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali secara retrospektif atas pos-pos dalam laporan keuangan
atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas menyajikan
minimal tiga laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya,
dan catatan atas laporan keuangan Entitas menyajikan laporan posisi keuangan pada :
8. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali :
a. Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review
atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian
yang lain akan lebih tepat untuk di gunakan dengan mempertimbangkan criteria untuk
penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK No. 25
b. Perubahan tersebut di perkenankan oleh suatu PSAK.
14
2. Perhitungan Laba Rugi yang menggambarkan jumlah Hasil, Biaya, dan Laba/Rugi
perusahaan pada suatu periode tertentu.
3. Laporan Arus Kas. Di sini di muat sumber dan pengeluaran Kas perusahaan selama
satu periode.
Dulu dikenal Laporan Sumber dan Penggunaan Data. Dana di sini diartiakn
bermacam-macam:
1. Dana di artikan sebagai Kas
2. Dana di artikan sebagai Aset Cepat ( Quick Assets)
3. Dana di artikan sebagai Monetary Assets
4. Dana di artikan sebagai Aset Lancar
5. Dana di artikan sebagai Modal Kerja ( Aset Lancar di kurangi Utang Lancar)
6. Dana di artikan sebagai keseluruhan aset
Di Indonesia laporan arus kas dimuat dalam PSAK NO. 2 sedangkan di USA
dengan keluarnya FASB NO. 95 yang wajib sekarang adalah Laporan Sumber
Penggunaan Dana dalam arti Kas. Laporan ini ( Cash Flow Statement) merupakan
ikhtisar Arus Kas Masuk dan Arus kas Keluar yang di bagi dalam kelompok-
kelompok:
1. Kegiatan Operasi
2. Kegiatan Investasi
3. Kegiatan Pendanaan (Keuangan)
15
2. Daftar Peruabahan Modal (Capital Statement)
3. Daftar Perhitungan Harga Pokok ( Cost of Good Manufactured Statement).
1. Aset tetap
2. Properti investasi
3. Aset tidak berwujud
4. Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang di sajikan pada (5), (8) dan (9)
5. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
6. Aset biolojik
7. Persediaan
8. Piutang dagang dan piutang lainnya
9. Kas dan setara kas
10. Total aset yang di klasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk di jual untuk aset
yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki
untuk di jual sesuai dengan PSAK No. 58
11. Utang dagang dan terutang lainnya
12. Kewajiban di estimasi
13. Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang di sajikan dalam (11) dan (12)
16
14. Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana di definisikan dalam PSAK No.46
15. Liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana di definisikan dalam PSAK No.
46
16. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang di lepaskan yang diklasifikasikan
sebagai yang dimiliki untuk di jual sesuai dengan PSAK No. 58
17. Kepentingan non pengendali, di sajikan sebagai bagian dari ekuitas
18. Modal saham dan cadangan yang dapat di atribusikan kepada pemilik entitas induk.
Aset Lancar
Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika :
1. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual
atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal
2. Entitas memiliki aset untuk tujuan di perdaganggkan
3. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan atau
4. Kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK No. 2 : Laporan Arus
Kas) kecuali aset tersebut di batasi pertukarannya atau penggunaannya untuk
menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai
aset tidak lancar.
17
1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi
normalnya
2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk bertujuan di perdagangkan
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut
sebagai liabilitas jangka panjang.
18
a. Laba rugi setelah pajak dari operasi yang di hentikan
b. Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang di akui dengan pengukuran nilai
wajar di kurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang
dilepaskan dalam rangka operasi yang di hentikan.
6. Laba rugi
7. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai
dengan sifat (selain dalam jumlah huruf (8))
8. Bagian pendapatan Komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang
dicatat dengan menggunakan metode ekuitas
9. Total laba rugi komprehensif.
19
Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan
atas laporan keuangan, jumlah deviden yang di akui sebagai distribusi kepada pemilik
selama periode, dan nilai deviden per saham.
20
3. Nilai aset, liabilities, equity di anggap berubah akibat pengaruh revenue, expense,
gain, loss. Dengan demikian laporan keuangan di anggap memiliki kaitan antara satu
dengan yang lain.
Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.6 elemen
akuntansi itu adalah Asset, Liabilities, Owners’Equity, Revenues, Gains, Expenses,
dan Losses.
Dalam mengkaji elemen akuntansi dan hubungan laporan laba rugi dengan
neraca di kenal dua pendekatan:
1. Articulated Approach : kedua laporan dianggap sebagai memiliki hubungan
matematis, dimana laba rugi hanya merupakan perubahan modal pada periode itu
dengan asumsi tidak ada transaksi modal dan transaksi penyesuaian modal.
2. Non Articulated Approach : hubungan antara neraca dan laba rugi dianggap tidak
ada minimal tidak otomatis dan masing-masing berdiri sendiri antara satu sama lain.
Kendatipun konsep ini tidak banyak di bahas dalam literature, namun bukan
tidak ada pengaruhnya dalam akuntansi kontemporer. Pencatatan unrealized
capital atau transaksi lainnya seperti transaksi valuta asing yang tidak di bukukan
langsung ke laporan laba rugi, tetapi langsung di catat dalam perkiraan modal
membuktikan pengaruh konsep ini.
21
1. Definisi Harta
Definisi tentang harta ini telah berkembang dan berubah, Definisi aset
menurut tiga sumber. Committee on Terminology (1953, halaman 26) mendefiniskan
aset sebagai berikut:
Definisi tentang harta ini telah berkembang dan berubah, mari kita lihat definisi aset
menurut tiga sumber. Committee on Terminology (1953, halaman
26)
“Sesuatu yang akan di sajikan di saldo debit yang akan di pindahkan setelah tutup
buku sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi (bukan karena saldo negatif yang akan
di nilai sebagai utang), saldo debit ini merupakan hak milik atau nilai yang di beli
atau pengeluaran yang di buat untuk mendapatkan kekayaan di masa yang akan
datang”.
Sedangkan APB Statement (1970, halaman 132) mendefinisikan aset sebagai :
“Kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk di dalamnya pembebanan yang di tunda,
yang di nilai dan di akui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.”
Sedangkan FASB (1985) memberikan definisi sebagai berikut :
“Aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang di peroleh atau di kuasai di
masa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian
yang sudah berlaku”.
Dari definisi ketiga ini diketahui bahwa sesuatu yang di anggap sebagai aset
jika di masa yang akan datang dapat di harapkan memberikan net cash inflow yang
positif kepada perusahaan. Untuk perkiraan deffered charge di anggap bahwa karena
pembayaran telah dilakukan maka di masa yang akan datang tidak perlu lagi cash
flow. Definisi terakhir ini di anggap lebih luas dari definisi pertama.
Mengenai executory contract sering terjadi perdebatan. Executory contract adalah
perjanjian yang belum dilaksanakan. Dalam prinsip akuntansi yang berlaku sekarang
tidak ada pencatatan atas jenis kontrak seperti ini dalam laporan keuangan, misalnya
kontrak dengan pegawai, dan kontrak pembelian jangka panjang.
22
2. Pengakuan dan Penilaian Aset dan Kewajiban
Prinsip yang berlaku sekarang dalam pengakuan dan penilain aset dan
kewajiban sesuai yang di gariskan APB adalah sebagai berikut :
“Pencatatan aset di dasarkan pada kejadian kapan perusahaan mendapatkan kekayaan
atau aset itu dari pihak lain sedangkan kewajiban kapan muncul kepada pihak lain.
Penilaian keduanya di dasarkan pada nilai tukar, nilai pengorbanan
(exchange atau market price) pada pengalihan terjadi. Nilai ini disebut acquisition
cost”.
Dalam hal pengorbanan yang di berikan adalah aset bukan uang (non-
moneter) maka niali yang di pakai adalah harga pasar barang yang di serahkan. Di
samping nilai pertukaran ini atau historical cost, dalam prinsip akuntansi dikenal juga
berbagai nilai yang sering di pakai dalam penilaian aset. Nilai itu adalah :
a. Book value adalah harga buku yang diperoleh dari nilai perolehan historis di kurangi
akumulasi penyusutan yang telah di bebankan kepada pendapatan.
b. Replacement cost adalah nilai barang yang dimaksudkan jika dig anti dengan barang
lain yang sama.
c. Selling price adalah harga penjualan.
d. Net Realizable Value adalah harga jual di kurangi biaya penjualan atau di kurangi
tingkat margin yang normal.
Nilai ini sering dianggap tidak konsisten dengan konsep teori pengukuran ang
murni. Nilai-nilai yang disebutkan di atas telah di terapkan pada berbagai macam
jenis aset yang dianggap telah di bahas dalam akuntansi intermediate.
23
Beberapa metode penilaian aset digambarkan oleh Wolk, et.al. sebagai berikut
:
Asset Metode Penilaian
Piutang Taksiran nilai net relizable value
24
Definisi berikutnya di berikan oleh APB adalah :
“Kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang di akui dan di nilai sesuai prinsip
akuntansi. Kewajiban disini termasuk juga saldo kredit yang di tunda yang bukan
merupakan utang atau kewajiban”.
Pengertian kewajiban di sini lebih luas dari yang pertama karena menyangkut
kewajiban ekonomis yang di artikan sebagai penyerahan harta atau jasa di masa yang
akan datang.
FASB memberikan definisi kewajiban sebagai berikut :
“… kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis di masa yang akan datang yang
timbul akibat kewajiban perusahaan sekrang untuk di masa yang akan datang sebagai
akibat suatu transaksi atau kejadian yang sudah terjadi.
Dari definisi Wolk, et, al ini kita melihat 3 sifat kewajiban :
Dalam membahas kewajiban ini kita mengenal beberapa istilah penting, yaitu
25
dicatat. Kerugian (kewajiban) ini mempunyai persyaratan untuk bisa di catat.
Persyaratan ini adalah sebagai berikut :
a. Kewajiban itu sangat mungkin terjadi atau kekayaan perusahaan telah digunakan
atau telah di korbankan.
b. Kewajiban itu dapat di ukur secara terpercaya.
Contingent liabilities ini misalnya jaminan yang di berikan terhadap produk
perusahaan yang di jual, hadiah yang di tawarkan atau produk yang di jual, tuntutan
di pengadilan dan lain-lain.
5. Deferred Credit, adalah sejenis kewajiban tetapi bukan dalam pengertian
memberikan pengorbanan di masa yang akan datang. Deferred credit ini ada dua
jenis:
a. Prepaid revenue, adalah penerimaan free di muka yang belum sepenuhnya diimbangi
dengan pemberian jasa atau produk yang di bayar.
b. Deferred revenue akibat peraturan pengakuan pendapatan, misalnya adalah
investment tax credit dan laba rugi dari transaksi lease back.
6. Executory contract adalah perjanjian yang belum dilaksanakan tetapi kita sudah
terikat dengan perjanjian baik untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang
maupun yang akan menerima kekayaan atau jasa di masa yang akan datang. Misalnya
adalah kontrk pembelian di masa yang akan datang dimana perusahaan harus
menyediakan barang di masa yang akan datang – kontrak pekerjaan dengan pegawai
– dimana perusahaan harus membayar gaji di masa yang akan datang. Masalah ini
sudah lama menjadi bahan controversial di kalangan akuntan. Apakah kontrak di
catat dan di akui dalam laporan keuangan atau tidak. Namun dalam akuntansi
konvensional executory contract ini tidak diakui dalam laporan keuangan.
4. Pengakuan dan Penilaian Aset dan Kewajiban
Menurut APB Statement No. 4 serta SFAC No. 5 kewajiban di nilai sebesar
kejadian dalam transaksi, biasanya jumlah yang akan di bayarkan di masa yang akan
datang biasanya di diskontokan (di nilai berdasarkan present value – untuk yang
jangka panjang), sejumlah nilai pertukaran, atau sejumlah nilai normal.
26
Modal Pemilik (Owner’s Equity)
Equity adalah “suatu hak yang tersisa atas aset suatu lembaga (entity) setelah
di kurangi kewajibannya”. Dalam perusahaan, equity adalah modal pemilik. Definisi
ini cenderung menganut proprietory theory.
Dalam perusahaan perseorangan, nilai modal ini merupakan modal
pemiliknya sendiri. Sedangkan dalam perusahaan perseroan perlu di bedakan antara
modal setor dengan modal karena pendapatan (Retained Earning). Deviden hanya di
bayarkan dari laba di tahan bukan dari modal setor. Modal setor atau Contributed
Capital dapat di bagi dalam Modal statuter (legal capital) dan modal lainnya. Modal
statute adalah jumlah batas kewajiban pemilik. Modal statute ini di nilai sebesar harga
pari atau harga nominal. Disamping modal statute ini, ada lagi modal lainnya, seperti
agio saham, modal donasi, modal dari pengeluaran kembali treasury stock, stock
option, dan sebagainya. Di Indonesia mungkin juga harus dimasukkan kenaikan
modal akibat revaluasi.
Laba Ditahan
Laba ditahan terdiri dari laba tahunan, peneyesuaian atau koreksi tahun
sebelumnya, dan besaran deviden. Komponen berikutnya darimodal saham ini adalah
Laba Rugi yang belum di realisasi. Dalam beberapa hal perubahan aset perusahaan
tidak dilaporkan di laba rugi, tetapi langsung dilaporkan di neraca, misalnya Rugi dari
perubahan harga surat berharga jangka panjang, Laba Rugi dari transaksi luar negri
dalam mata uang asing.
Cadangan (Reserve)
Dalam laporan keuangan di Indonesia sering kita melihat istilah cadangan ini
dan terlihat salah dalam menggunakannnya. Dalam arti umum cadangan berarti
sesuatu yang di simpan untuk maksud tertentu. Dalam akuntansi sering pula dianggap
sebagai pos penilaian atau taksiran kewajiban, misalnya cadangan piutang ragu-ragu,
cadangan penghapusan, cadangan utang pajak, dan lain sebagainya. Pengertian yang
27
sebaiknya dalam akuntansi adalah merupakan laba ditahan yang ditetapkan untuk
maksud tertentu, jadi tidak boleh digunakan untuk tujuan lain. Atau bisa juga istilah
cadangan ini digunakan untuk menjelaskan dana tertentu yang dicadangkan dan
diperuntukkan bagi maksud tertentu. Misalnya cadangan untuk membayar obligasi,
cadangan dana untuk membeli aset tetap, dan sebagainya. Kalau ini yang
dimaksudkan, maka cadangan ini harus dimasukkan ke dalam pos harta dan
dikelompokkan sebagai aset tidak lancar. Fungsinya seperti kas atau bank yang di
batasi penggunaannya untuk maksud tertentu.
28
b. Hak untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya misalnya plafon kredit
(pembiayaan) yang belum digunakan.
c. Hak untuk menukarkan aset keuangan lainnya yang lebih menguntungkan.
Instrumen modal perusahaan lainnya.
Bentuk Neraca
Neraca biasanya disajikan berdasarkan likuiditas perkiraannya. Biasanya
perkiraan yang paling lancar dan paling dekat dengan konversi ke kas dicatat paling
atas. Kewajiban yang paling cepat harus dibayar, harus dicantumkan paling atas
dalam kelompoknya. Modal yang harus ditunaikan terlebih dahulu harus di
tempatkan di atas.
Dalam menyajikan neraca dapat di bagi dalam tiga bentuk :
a. Bentuk Neraca Staffel atau Report Form
Neraca ini dilaporkan satu halaman vertical. Di sebelah atas dicantumkan total aset
dan di bawahnya di sajikan pos kewajiban dan mos modal.
b. Bentuk Kedua Neraca Skontro atau T-Account Form
Di sini aset disajikan di sebelah kiri (di Inggris di kanan) dan kewajiban serta modal
ditempatkan di sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah menyebelah.
c. Bentuk yang menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form)
Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk sebelumnya
yang berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama-tama
dicantumkan aset lancar dikurangi utang lancar dan pengurangannya diketahui modal
kerja. Modal kerja ditambah aset tetap dan aset lainnya kemudian dikurangi utang
29
jangka panjang, maka akan diperoleh modal pemilik. Dalam bentuk ini informasi
disajikan satu halaman dengan urutan sebagai berikut :
Aset Lancar :
Kas dana bank Rp ……………………………
Piutang dagang Rp ……………………………
Persediaan Barang Rp ……………………………
Biaya Dibayar Dimuka
Total Aset Lancar Rp …………
Dikurangi :
Kewajiban Lancar
Utang Dagang (Rp ………………………….)
Utang Biaya Rp………
Utang Pajak Rp……..
Penerimaan Dimuka (Rp ……………………………)
Total Kewajiban Lancar Rp…….....
MODAL KERJA Rp…………………..
Di tambah :
Aset Tetap (net) :
Lahan Rp …………………..
Bangunan Rp …………………..
Mesin dan Peralatan Rp …………………..
Furniture Rp …………………..
Total Aset (net) Rp ………………………..
Aset Lain :
30
Paten Rp……………………
Goodwill Rp ……………………
Total Aset Lain Rp …………………………
Modal Kerja dan Aset Rp ………………………….
Di kurangi
Kewajiban Jangka Panjang :
Obligasi Rp ………………………….
Modal (Ekuitas) Rp……………….
Modal (Ekuitas) terdiri dari :
Saham Biasa Rp ………………
Saham Prefern Rp ……………….
Premium Saham Biasa Rp ……………….
Laba di tahan Rp ……………….
Total Modal Rp…………………………
Kelemahan konsep ini adalah jika ada perkiraan perkiraan yang memiliki
ambivalensi di dua kelompok. Misalnya preferred stock tertentu yang dalam hal
tertentu di perlakukan sebagai Capital, tetapi di lain pihak disebut juga Liabilities
(resembles bond).
Dalam pendekatan articulated di kenal dua konsep:
1. Revenue – Expense Approach
2. Asset Liability Approach
Konsep pertama menganggap bahwa laporan utama adalah laporan laba rugi.
Laba rugi di peroleh dari pengurangan ( matching) biaya dari hasil yang di akui.
Neraca hanya merupakan “by product” dari proses pengakuan, pengukuran laba tadi.
Sehingga Neraca hanya merupakan kumpulan “deferred charges dan deferred
credits”. Kelemahan konsep ini adalah bahwa ternyata dalam sifatnya tidak
semua deferred charges ( pembebanan yang di tunda dalam laporan laba rugi)
31
merupakan perkiraan aset sebagaimana definisi aset yang kita ketahui. Misalnya
Biaya Organisasi, biaya ini adalah sunk cost yang tidak mungkin lagi di-recovered.
Konsep kedua menganggap bahwa langkah pertama bukan mengukur laba
tetapi mengukur harta dan kewajiban. Di sini income di definisikan sebagai
perubahan dalam net aset. Sehingga laporan laba rugi di anggap merupakan
pengelompokan dan pelaporan perubahan yang terjadi dalam net asset. Laba rugi atau
perubahan net asset itu di anggap sebagai “by product” dari
pengukuran asset dan liabilities. Net income itu adalah berasal dari
perubahan asset dan liabilities, bukan sebaliknya seperti konsep Revenue –Expense.
Di sini di anggap bahwa asset dan liabilities adalah benar-benar riil dan ada sehinnga
di nilai lebih logis jika pengukuran di mulai dari asset dan liabilities ini.
32
E. LAPORAN TAHUNAN
Laporan tahunan biasanya harus disusun oleh perusahaan go public setiap
selesai akhir tahun periode pembukuan. Biasanya ini laporan tahunan adalah:
1. Neraca yang sudah diaudit untuk dua tahun terakhir.
2. Laporan laba rugi untuk tiga tahun terakhir.
3. Laporan keuangan penting selama 5 tahun terakhir, seperti penjualan, laba operasi,
laba per lembar saham, jumlah aset, utang jangka panjang, saham istimewa, saham
biasa, dividen per lembar saham biasa, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan
data keuangan yang dianggap perlu.
4. Penjelasan manajemen tentang situasi keuangan perusahaan, hasil operasi,
likuiditas, sumber dana modal, trend yang baik dan yang kurang baik, kejadian yang
bersifat tidak pasti, penyebab perubahan dalam laporan keuangan, pengaruh inflasi
dan perubahan harga, dan proyeksi masa depan.
5. Ikhtisar informasi keuangan interim untuk tiap kuartal pada akhir tahun yang
bersangkutan.
6. Data penting yang menyangkut segmen industry, kegiatan perusahaan domestik dan
luar negeri dan penjualan ekspor.
33
5. Membuat referensi silang atas setiap pos untuk informasi yang berhubungan dalam
catatan atas laporan keuangan.
Disamping Notes to Financial Statement ada lagi Footnote yaitu catatan kaki yang
dibuat di halaman neraca paling bawah. Ini bisa juga dimaksudkan untuk
menambah disclosure.
34
1. Pernyataan kepatuhan dengan IFRS
2. Ringkasan kebijakan akuntansi organisasi yang signifikan
3. Informasi pendukung untuk perkiraan dalam laporan keuangan, dengan urutan
dimana berbagai laporan disajikan
4. Pengungkapan lain, seperti informasi non-keuangan
35
· Umur. Jika entitas memiliki umur terbatas, buat catatan umur
organisasi/perusahaan.
· Manajemen penilaian. Manajemen telah membuat penilaian ketika menerapkan
kebijakan akuntansi, dan yang memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil
keuangan.
· Nama. Nama dari entitas induk dan dari induk kelompok.
· Operasional. Kegiatan utama entitas.
· Informasi lain. Informasi lain yang tidak disajikan dalam lapoaan keuangan,
tetapi berkaitan.
Perusahaan harus memberi keterangan pada perkiraan dalam berbagai laporan
keuangan dengan catatan ini.
36
keuangan tak dapat melaporkan dikarenakan hal-hal tersebuttidak dapat diukur secara
kuantitatif dan objektif.
b. Pertimbangan dan estimasi yang digunakan perusahaan yang masih sulit ditentukan,
misalnya untuk masa manfaat aset, jumlah piutang tak tertagih dan beban garansi
yang harus dicadangkan.
Adjustment perlu jika jumlah yang ada dalam laporan keuangan harus
disesuaikan karena adanya peristiwa kemudian yang memberikan bukti yang
berkaitan dengan keadaan yang terjadi pada tanggal neraca dan mempengaruhi
laporan keuangan secara materiil. Misalnya debitur yang bangkrut bisa
mempengaruhi taksiran piutang ragu yang sebelumnya sudah ada indikasi ke arah
bangkrut pada tanggal neraca.
Pengungkapan perlu jika peristiwa kemudian memberikan bukti yang
berkaitan dengan persyaratan yang tidak ada pada tanggal neraca. Misalnya debitur
yang mengalami musibah banjir yang tidak diduga dan tidak ada tanda-tanda pada
tanggal neraca tidak perluadjustment penyisihan piutang. Misal yang lain adalah:
1. Penjualan saham dan obligasi cukup besar.
2. Pembelian atau penjualan aset yang cukup besar termasuk adanya
penggabungan usaha.
3. Laba rugi dari realized dan unrealized surat berharga dari investasi.
37
4. Pengajuan perkara atau penyelesaian perkara di pengadilan.
5. Penurunan nilai persediaan yang tidak ada indikasi pada tanggal neraca.
6. Kerugian akibat keadaan yang tidak diduga seperti banjir, kebakaran, pencurian,
gempa bumi, dan lain sebagainya.
7. Pergantian pengurus perusahaan.
38
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan Posisi Keuangan telah mengalami perkembangan yang cukup di
masa sekarang, khususnya semenjak diterapkannya IFRS. Semua perkembangan yang
terjadi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas Laporan Posisi Keuangan sehingga
menjadi informatif di mata para penggunanya dan dapat dijadikan salah pertimbangan
mengenai prospek dari sebuah perusahaan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Januarsi, Yeni. 2012. PSAK No.1 (Revisi 2009) komponen laporan keuangan lengkap
penyajian laporan keuangan dan extraordinary items. From,
http://santirianingrum.dosen.narotama.ac.id/2012/04/17/psak-no-1-revisi-2009-
komponen-laporan-keuangan-lengkap-penyajian-laporan-keuangan-dan-
extraordinary-items/, 31 Mei 2013
40
_________. 2013. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca dan efeknya terhadap penyajian laporan
keuangan, [online]. (http://auditme-post.blogspot.com/2008/08/peristiwa-setelah-
tanggal-neraca.html, diakses 2 November 2012).
_________. 2013. Laporan Keuangan Tahunan PT United Tractors Tbk Tahun 2012.
41