Anda di halaman 1dari 9

Nama : Vero Tanjung

Nim : 19059116

UAS Analisis Informasi Keuangan

ANALISIS ARUS KAS

Pengertian Laporan Arus Kas

Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai laporan keuangan
sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dan menilai kebutuhan perusahaan untuk
menggunakan arus kas tersebut.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.2) pengertian laporan arus kas
adalah :
“Memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu
perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan (financing) selama
suatu periode akuntansi.”

Analisis Komparatif Laporan Arus Kas

 Pada arus kas dari aktivitas operasi


Kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi berdasarkan analisis year to year dan indexs
pada tahun 2019-2020 mengalami kenaikan sebesar Rp. 2..208.223 dengan persentase 11676%,
sedangkan pada tahun 2020-2021 mengalami penurunan sebesar Rp. 3.398.194 dengan
persentase -82289%

Hal ini dapat diaanalisis pada item dalam asset lancer ini, sebagai berikut:

- Pada akun penerimaan kas dari pelanggan pada tahun 2019--2020 mengalami
penurunan sebesar Rp. 1.461.332 dengan persentase -378%, sedangkan pada tahun
2020-2021 mengalami kenaikan sebesar Rp. 7.264.429 dengan persentase 1954%.
- Pada akun pembayaran kas kepada pemasok dan beban pada tahun 2019--2020
mengalami penurunan sebesar Rp. 2.865.610 dengan persentase -921%, dan pada
tahun 2020-2021 juga mengalami kenaikan sebesar Rp. 10.108.284 dengan persentase
357%.
- Pada akun pembayaran kepada karyawan pada tahun 2019-2020 mengalami
penurunan sebesar Rp. 176.497 dengan persentase 480%, dan pada tahunn 2020-2021
akun ini juga mengalami penurunan sebesar Rp. 47.438 dengan persentase 123%.
- Pada akun pembayaran biaya keuangan pada tahun 2019-2020 mengalami penurunan
sebesar Rp. 55.766 dengan persentase 677%, dan pada tahun 2020-2021 mengalami
kenaikan sebesar 94.477 dengan persentase 1074%
- Pada akun pembayaran pajak penghasilan berjalan pada tahun 2019-2020 mengalami
kenaikan sebesar 886.699 dengan persentase -7256% dan pada tahun 2020-2021 akun
ini mmengalami penurunan sebesar Rp. 461.502 dengan persentase 13760%.

 Arus kas dari aktivitas investasi


Aktivitas investasi pada tahun 2019-2020 mengalami kenaikan sebesar Rp.
1.167.328 dengan persentase 3708% dan pada tahun 2020-2021 juga mengalami
penurunan sebesar Rp. 417.521 dengan persentase -2108%

 Arus kas dari aktivitas pendanaan


Kas bersihnya pada aktivitas pendanaan pada tahun 2019-2020 mengalami
penurunan sebesar Rp. 2.922.957 dengan persentase 25904%, dan pada tahun mengalami
kenaikan sebesar Rp. 2.559.386 dengan persentase 14262%.

 Untuk kas dan setara kas akhir tahun pada perusahaan ini mengalami kenaikan pada
tahun 2019-2020 sebesar Rp.331.631 dengan persentase 3302% dan mengalami
penurunan pada tahun 2020-2021 sebesar Rp.925.988 dengan persentase -69932%.

ANALISIS KREDIT

Analisis kredit adalah analisis rasio keuangan yang mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

RASIO LIKUIDITAS

Rasio likuiditas merupakan perbandingan aktiva lancar dengan kewajiban lancar.


Rasio ini dapat menjadi alat atau informasi yang dapat membantu perusahaan untuk
meningkatkan manajemennya. Rasio ini tidak hanya penting untuk membuat performa
perusahaan terlihat bagus di mata investor, namun juga dapat digunakan untuk
menganalisis trend, membandingkan dengan perusahaan kompetitor, dan mengukur
kemajuan atau pencapaian target yang telah di tetapkan.

1. Current rasio
Pada tahun 2020, current rasio berada di angka 1,66% lebih rendah dari tahun
sebelumnya yaitu 2019 sebesar 1,73%. Hal ini disebabkan oleh kewajiban lancar nya
yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sehingga pada tahun 2021 curent
rasio turun menjadi 0,24%.

2. Quick rasio
Pada tahun 2019, quick rasio berada di 0,89%, sedangkan pada tahun 2020 menurun
menjadi 0,860%. Hal ini di sebabkan oleh aktiva lancar dan kewajiban lancar yang
mengalami penurunan sangat signifka dari tahun sebelumnya .Sementara itu, pada tahun
2021 quick ratio mengalami penurunan lagi dari tahun sehingga menjadi 0,11%. Hal ini
disebabkan oleh menurunnya aktiva lancar serta meningkatnya persediaan dan kewajiban
lancar.

3. Cash ratio
Pada tahun 2020, cash rasio berada di angka 0,189% dimana pada tahun ini cash ratio
lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya (2019) yang berada di angka 0,133%. Hal ini
disebabkan pada tahun 2019, kewajiban lancar yang cukup besar di bandingkan pada
tahun 2020. Kemudian pada tahun 2021 cash rasio mengalami penurunan lagi sebesar
0,018% dimana pada tahun ini lebih rendah dari pada tahun-tahun sebelum nya, hal ini di
karenakan kas yang menurun sedangkan kewajiban lancar meningkat cukup tinggi.

RASIO SOLVABILITAS

Rasio solvabilitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi


kewajiban finansial jangka panjangnya. Rasio solvabilitas dari prusahaan ini cukup
buruk, hal ini dapat dilihat dari rasio-rasio (Debt Ratio, DER, Long Term Debt Equity,
dan Time Interest Earning) yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

1. Debt Ratio
Pada tahun 2020, Debt Ratio perusahaan berada di 0,56% yang mengalami sedikit
peningkatan sebesar 0,01% di banding tahun sebelumnya yang sebesar 0,55%. Dan pada
tahun 2021 juga mengalami penurunan rasio sebesar 0,01% dengan nilai rasionya 0,54%.
Dengan meningkatnya presentase ini setiap tahun maka hal ini berarti perusahaan
memiliki kondisi rasio yang buruk karena perusahaan akan semakin besar
ketergantunganya terhadap hutang untuk pembiayaan operasi perusahaan dan risiko
kebangkrutan perusahaan juga semakin tinggi. Hal ini disebabakan oleh perusahaan yang
tidak efisien dalam penanganan hutang mereka dan bahkan aktivanya juga tidak bisa
mereka tingkatkan dengan baik, dimana pada tahun 2020 mengalami peningkatan yang
sedikit, bahkan pada tahun 2021 aktiva perusahaan mengalami penurunan yang
diakibatkan penjualan perusahaan yang cukup buruk. Hal ini tentu nya merupakan
ancaman buruk oleh peruahaan meskipun peningkatan debt ratio perusahaan bisa tebilang
kecil, namun perusahaan tatap belum bisa menangani penggunaan hutang mereka dengan
baik.

2. Debt Equity Ratio (DER)


Pada tahun 2020, DER perusahaan berada di 0,56% yang mengalami penurunan sebesar
1,20%. Dan pada tahun 2021 nya juga mengalami penurunan rasio dengan nilai 0,54%.
Dengan menurunnya presentase ini setiap tahunya maka berarti perusahaan memiliki
kondisi rasio yang baik karena perusahaan akan berkurang ketergantunganya terhadap
sumber dana hutang untuk membiayai operasional perusahaan dan juga semakin rendah
risiko kebangkrutan perusahaan. Hal ini disebabakan oleh perusahaan yang efisien dalam
penanganan hutang mereka dan bahkan sumber dana peruasahan juga bisa mereka
tingkatkan dengan baik dimana setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan.

3. Long Term Debt Equity Ratio


Pada tahun 2020, berada di 0,23% yang mengalami penurunan dibanding tahun
sebelumnya yang presentasenya 0,59%. Dan pada tahun 2021 nya juga mengalami
peningkatan rasio dengan presentase 0,25%. Pada tahun 2019 dilihat dari presentasenya
kondisi rasionya cukup bagus, namun pada tahun 2020 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan sehingga kondisi rasio perusahaan tergolong buruk. Begitu juga tahun
2021 yang mengalami peningkatan dari kondisi sebelumnya. Peningkatan secara drastis
ini terjadi katena utang jangka panjang perusahaan yang meningkat secara darastis pada
tahun 2020.
Dengan meningkatnya presentase ini di tahun 2020 dan 2021 maka berarti perusahaan
memiliki kondisi rasio yang buruk karena perusahaan akan semakin besar
ketergantunganya terhadap hutang jangka panjang untuk membiayai investasi jangka
panjang perusahaan dan juga semakin tinggi risiko kebangkrutan perusahaan. Hal ini
disebabakan oleh perusahaan yang tidak efisien dalam penanganan hutang mereka dan
bahkan sumber dana peruasahan juga tidak bisa mereka tingkatkan dengan baik dimana
setiap tahunnya mengalami penurunan.

4. Time interest Earning


Pada tahun 2020, rasio perusahaan berada di 15,60% yang mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya dengan persentase 59,79%. Dan pada tahun 2021 memiliki rasio yang
naik dari periode/tahun sebelumnya yaitu 31,11%. Pada tahun tahun 2020 rasio yang
mengalami peningkatan ini berarti kemampuan perusahaan yang sedikit meningkat dalam
membayar bunga hutangnya dengan laba operasi yang dihasilkan.

rasionya minus yang artinya ini kondisi yang tidak sehat bagi perusahaan disebabkan
keuntungan operasional perusahaan mengalami kerugian, begitupun peningkatan pada
tahun 2020 juga bukan berarti baik karena peningkatanya hanya sedikit dan masih belum
bisa di anggap baik, bahkan di tahun 2021 perusahaan juga tidak sanggup meningkatkan
kemampuan dalam membayar hutang bunga peruahaan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki kondisi yang sangat buruk dalam
pembayaran hutang bunga dengan laba operasionalnya dan bahkan semakin memiliki
risiko untuk gagal bayar. Hal ini disebabkan perusahaan yang rugi dari sisi keuntungan
operasionalnya, dan juga beban bunga yang cukup besar.

ANALISIS EKUITAS DAN NILAS PASAR

RASIO PASAR

  2019 2020 2021


Harga Saham
(Rp) 136 122 254
Laba per saham 62.2 7.1 1
Price Earning
Ratio (PER) 2.19 17.18 254.00

  2019 2020 2021


645,724,973,34
Total ekuitas 5 519,851,307,184 487,352,062,152
Jumlah saham
yang beredar 166800 2025100 342546400
Book Value per
share 3871252.838 256704.0182 1422.732985
Harga Saham 136 122 254
Book Value per
share 28465.0944 2104.131296 5.601310964
Market To Book
Value (MTBV) 0.005 0.058 45.347

  2019 2020 2021


Dividend (Rp)      
  2019 2020 2021
Total dividend      
Jumlah lembar
saham      
Dividend Per
Share      

ANALISIS EKUITAS DAN NILAI PASAR

1. PER (Price Earning Ratio)

Rasio harga perolehan (price earning ratio) merupakan alat analisis yang
digunakan investor untuk menentukan kelayakan pembelian suatu saham. Rasio ini
menginformasikan banyaknya uang yang harus diinvestasikan untuk memperoleh Rp. 1
laba. Tingkat rasio lebih rendah dianggap lebih baik, karena lebih sedikit biaya investasi
untuk tiap Rp. 1 laba lebih sedikit.

Pada tahun 2020, nilai PER perusahaan berada di 2,19x yang mengalami
peningkatan yang cukup signifikan sebesar 14,99x di banding tahun sebelumnya yang
sebesar 17,18x. Dan pada tahun 2021 juga mengalami peningkatan rasio yang sangat
signifikan sebesar 236,88x dengan nilai rasionya 254x.

Dengan meningkatnya/tingginya rasio ini setiap tahun maka perusahaan memiliki


kondisi rasio yang buruk karena semakin besar/ tinggi PER menujukkan bahwa saham
perusahaan relatif mahal dan kurang menguntungkan bagi para investor.

2. Market To Book Value (MTBV)

Market to book value menunjukkan penilaian pasar terhadap manajemen dan


organisasi perusahaan. Pada tahun 2020, nilai MTBV perusahaan berada di 0,058 yang
mengalami peningkatan di banding tahun sebelumnya yang sebesar 0,053 dan pada tahun
2021 juga mengalami peningkatan rasio yang sangat signifikan sebesar 45,289 dengan
nilai 45,347.
Dengan meningkat atau tingginya rasio secara signifikan pada tahun 2021 maka
artinya harga pasar saham perusahaan tersebut meningkat lebih cepat daripada nilai
bukunya. Hal ini dapat menunjukkan adanya pertumbuhan perusahaan yang positif atau
meningkatnya ekspektasi pasar terhadap kinerja masa depan perusahaan. Kenaikan
MTBV juga dapat menunjukkan adanya potensi keuntungan bagi investor jika harga
saham tersebut kemudian naik sesuai dengan nilai bukunya.

2. Dividen Per Share (DPS)

Dividen per share adalah pembagian keuntungan atau laba perusahaan pada setiap
pemegang saham berdasarkan banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang
saham. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa apabila semakin tinggi nilai DPS
maka dinilai semakin baik juga perusahaan. Namun, sebaliknya jika nilai DPS rendah
maka perusahaan juga dinilai tidak baik.

Pada perusahaan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk dalam laporan keuangannya
memang tidak membagikan dividen, karena perusahaan ini selama tahun 2019 hingga
2021 mengalami kerugian.

Anda mungkin juga menyukai