Disusun Oleh:
Kelompok 3
Dari tabel yang telah dianalisi dijelaskan bahwa PT Unilever Indonesia Tbk,
pada tahun 2018 nilai CR 74,76%, kemudian turun sebesar 9,48% pada tahun 2019,
tahun 2020 terjadi kenaikan CR sebesar 0,81%, kemudian tahun 2021 dan 2022
kembali mengalami penurunan sebesar 4,69% dan 0,58% dengan rata-rata 5 tahun
terakhir yaitu 65,67%. Jika dibandingkan dengan rata-rata standar industry yang
digunakan yaitu 200% sesuai dengan pernyataan Halim & Hanafi (2016 : 77),
bahwa untuk standar CR berkisar 200% menunjukkan perusahaan dalam keadaan
yang sangat baik. Hal ini berarti nilai CR perusahaan ini masih jauh dibawah standar
industry, dimana nilai utang lancar lebih besar dari asset lancar, yang berarti bahwa
Perusahaan kekurangan modal untuk membayar utangnya, hal ini juga berarti bahwa
Perusahaan dalam kondisi likuid dikarenakan Perusahaan tidak mampu melunasi
utang lancar dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya.
Quick Ratio
Tahun Aset Lancar Persediaan Utang Lancar QR
2018 8.325.029 2.658.073 11.134.786 50,89%
2019 8.530.334 2.429.234 13.065.308 46,69%
2020 8.828.360 2.463.104 13.357.536 47,65%
2021 7.642.280 2.453.871 12.445.125 41,69%
2022 7.567.768 2.625.116 12.442.223 39,72%
Dari tabel yang dianalisi dijelaskan bahwa PT Unilver Indonesia Tbk, pada
tahun 2018 memiliki nilai QR sebesar 50,89% namun pada tahun 2019 mengalami
penurunan sebesar 4,2% tahun 2020 kembali mengalami kenaikan nilai QR sebesar
0,96%, tahun 2021 kembali mengalami penurunan sebesar 5,96% begitu juga
dengan tshun 2022 sebesar 1,97%, dengan rata-rata 5 tahun terakhirnya yaitu
45,32%. Jika dibandingkan dengan rata-rata standar industry yang digunakan yaitu
sebesar 150%, hal ini berarti bahwa QR Perusahaan ini masih jauh dibawah dari
standar industry, artinya kinerja keuangan Perusahaan tidak mampu untuk membayar
utang lancarnya dengan asset lancar yang dimiliki tanpa memperhitungkan nilai
persediaannya.
Cash Ratio
Tahun Kas dan Setara Kas Utang Lancar CR
2018 351.667 11.134.786 3,15%
2019 628.649 13.065.308 4,81%
2020 844.076 13.357.536 6,31%
2021 325.197 12.445.125 2,61%
2022 502.882 12.442.223 4,04%
Dari tabel yang telah dianalisis dijelaskan bahwa PT Unilever IndoensiaT bk, pada
tahun 2018 nilai CR adalah 3,15%, tahun 2019 dan 2020 mengalami kenaikan
masing-masing sebesar 1,03% dan 2,13%, namun pada tahun 2021 mengalami
penurunan drastis sebesar 3,7% dan tahun 2022 kembali mengalami kenaikan 1,43%
dengan rata-rata 5 tahun terakhirnya sebesar 4,18%. Jika dibandingkan dengan rata-
rata standar industry yang digunakan yaitu 50%, hal ini berarti nilai CR Perusahaan
masih jauh dibawah standar industry, artinya kinerja keuangan Perusahaan tidak
mampu melunasi utang lancarnya menggunakan kas dan setara kas yang
dimilikinya, padahal rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi
Perusahaan untuk membayar utang lancar tanpa perlu menunggu untuk menjual
asset atau menagih piutang lainnya.
Perhitungan rasio di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2018 debt to assets
ratio sebesar 61,09% artinya total aset yang dibiayai oleh hutang sebesar 61,09%
atau setiap Rp1 aset mengandung hutang sebesar Rp0,6109. Debt to assets ratio pada
tahun 2019 sebesar 74,42% artinya total aset yang dibiayai oleh hutang sebesar
74,42% atau setiap Rp1 aset mengandung hutang sebesar Rp0,7442. Debt to assets
ratio pada tahun 2020 sebesar 75,96% artinya total aset yang dibiayai oleh hutang
sebesar 75,96% atau setiap Rp1 aset mengandung hutang sebesar Rp0,7596. Debt to
assets ratio pada tahun 2021 sebesar 77,34% artinya total aset yang dibiayai oleh
hutang sebesar 77,34% atau setiap Rp1 aset mengandung hutang sebesar Rp0,7734.
Debt to assets ratio pada tahun 2022 sebesar 78,18% artinya total aset yang dibiayai
oleh hutang sebesar 78,18% atau setiap Rp1 aset mengandung hutang sebesar
Rp0,7818.
Berdasarkan analisis rasio di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2018 debt to
assets ratio sebesar 61,09%. Nilai debt to assets ratio perusahaan pada tahun 2019
naik sebesar 13,33% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2020 debt to assets ratio
perusahaan juga naik sebanyak 1,54% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2021 debt
to assets ratio perusahaan juga naik sebanyak 1,38%. Pada tahun 2022 debt to assets
ratio perusahaan juga naik sebanyak 0,84%.
Maka, dapat dikatakan bahwa debt to assets ratio perusahaan dalam kondisi
kurang baik karena nilai rasio dari tahun 2018 sampai tahun 2022 terus mengalami
kenaikan. Semakin tinggi debt to assets ratio, berarti semakin banyak pendanaan
dengan hutang, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya
dengan aset yang dimilikinya.
Perhitungan rasio di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2018 total asset to
total debt sebesar 165,69% artinya setiap Rp1 hutang dijamin oleh aset sebesar
Rp1.6569 atau kemampuan aset dalam membayar hutang sebesar 165,69%. Pada
tahun 2019 total asset to total debt sebesar 134,37% artinya setiap Rp1 hutang
dijamin oleh aset sebesar Rp1.3437 atau kemampuan aset dalam membayar hutang
sebesar 134,37%. Pada tahun 2020 total asset to total debt sebesar 131,66% artinya
setiap Rp1 hutang dijamin oleh aset sebesar Rp1.3166 atau kemampuan aset dalam
membayar hutang sebesar 131,66%. Pada tahun 2021 total asset to total debt sebesar
129,30% artinya setiap Rp1 hutang dijamin oleh aset sebesar Rp1.2930 atau
kemampuan aset dalam membayar hutang sebesar 129,30%. Pada tahun 2022 total
asset to total debt sebesar 127,91% artinya setiap Rp1 hutang dijamin oleh aset
sebesar Rp1.2791 atau kemampuan aset dalam membayar hutang sebesar 127,91%.
Berdasarkan analisis rasio di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2018 total
asset to total debt sebesar 157,05%. Pada tahun 2019 total asset to total debt terjadi
penurunan sebesar 22,68%. Pada tahun 2020 total asset to total debt juga menurun
dari tahun sebelumnya sebesar 2,71%. Pada tahun 2021 total asset to total debt juga
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 2,36%. Pada tahun 2022 total
asset to total debt juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 1,39%.
Maka, dapat disimpulkan bahwa total asset to total debt perusahaan berada
dalam kondisi kurang baik karena nilai rasionya dari tahun 2018 sampai tahun 2022
terus mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk melunasi seluruh kewajiban dengan menggunakan aset terus mengalami
penurunan.
Nilai Net Profit Margin PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2018 adalah
21,8%, tahun 2019 terjadi penurunan sebesar 4,6%, begitupun tahun 2020 dan tahun
2021 masing-masing sebesar 0,6% dan 2,1%, dengan rata-rata selama 5 tahun
terakhir yaitu sebesar 16,7%, jika dibandingkan dengan rata-rata standar industri
yang digunakan yaitu sebesar 20%, hal ini berarti bahwa pada tahun 2018 nilai Net
Profit Margin berada diatas standar industri, yang berarti bahwa kinerja keuangan
perusahaan pada 2018 dinilai baik, sementara itu nilai Net Profit Margin. Pada
Tahun 2019-2022 serta rata-rata selama 5 tahun terakhir berada dibawah standar
industri, yang berarti bahwa kinerja keuangan perushaan dinilai kurang baik, atau
dapat diartikan juga bahwa harga barang perusahaan relatif rendah atau biayabiaya
yang relatif tinggi ataupun keduanya. Nilai Net Profit Margin yang rendah juga
disebabkan karena perusahaan kurang maksimal dalam mendapatkan keuntungan
dari penjualan yang telah dilakukan, penurunan juga disebakan oleh peningkatan
biaya operasional perusahaan dan kemampuan perushaan yang rendah dalam
meminimalkan biaya operasional
Return On Asset
Tahun Laba Bersih Total Aset ROA
2018 9.109.445 19.522.970 46,7%
2019 7.392.837 20.649.371 35,8%
2020 7.163.536 20.534.623 34,9%
2021 5.758.148 19.068.532 30,2%
2022 5.364.761 18.318.114 29,3%
Nilai Return Of Equity PT Unilever Indonesia Tbk pada periode 2018 adalah
sebesar 119,39%, tahun 2019 dan 2020 terjadi penurunan persentase Return Of Equity
yaitu sebesar 22,50% dan 3,01%, tahun 2021 terjadi penurunan lagi sebesar 18,42%,
tahun 2021 kembali mengalami penurunan sebesar 5,16%, serta rata-rata selama 5
tahun terakhir sebesar 91,19%, jika dibandingkan dengan rata-rata standar industri
yang digunakan yaitu sebesar 40%, hal ini berarti bahwa nilai Return Of Equity
berada sangat jauh dari standar industri yang mengindikasikan bahwa kinerja
keuangan PT Unilever Indonesia Tbk periode 2018-2022 dinilai baik.
Inventory Turnover
Perputaran
Tahun HPP Persediaan
Persediaan
2018 20.709.800 2.658.073 7,79 kali
2019 20.893.870 2.429.234 8,60 kali
2020 20.515.484 2.463.104 8,32 kali
2021 19.919.572 2.453.871 8,11 kali
2022 22.153.944 2.625.116 8,43 kali
Nilai perputaran total aktiva PT Unilever Indonesia Tbk pada periode 2018-2022
secara berturut-turut adalah 2,14 kali, 2,07 kali, 2,09 kali, 2,07 kali dan 2,05 kali dengan
rata-rata selama 5 tahun terakhir adalh 2,1 kali. Jika dibandingkan dengan standar
industry yang digunakan yaitu sebesar 2 kali, hal ini berarti bahwa nilai perputaran total
aktiva berada diatas standar industry yang berarti bahwa kinerja perusahaan ini mampu
memaksimalkan aktiva yang dimilikinya.
Dividend Yield
Deviden per Harga Pasar per Devidend
Tahun
Lembar Lembar Yield
2018 775 10 77,5 %
2019 107 10 10,7 %
2020 100 2 50 %
2021 84 2 42 %
2022 69 2 34,5 %