Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PT Unilever Indonesia Tbk


Periode 2018-2020

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Muhammad Azis, M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Lismayani Mutmainnah 220901500020


Indika Nurul Aulia 220901500021
Asmaul Husna
Syabilla Afiyah Azzahra 220901502040

Program Studi Akuntansi S1


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Negeri Makassar
Tahun Ajaran 2023/2024
Analisis Rasio Keuangan PT Unilever Indonesia Tbk
Periode 2018-2022

A. Analisis Rasio Likduilitas


Rasio likuiditas merupakan suatu pengukuran terhadap kemampuan aset perusahaan
untuk membiayai kewajiban atau utang jangka pendeknya. Tujuan rasio likuiditas adalah
untuk mengukur mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban yang segera
jatuh tempo atau pada saat ditagih.
 Current Ratio
Tahun Aset Lancar Utang Lancar CR
2018 8.325.029 11.134.786 74,76%
2019 8.530.334 13.065.308 65,28 %
2020 8.828.360 13.357.536 66,09%
2021 7.642.280 12.445.125 61,40%
2022 7.567.768 12.442.223 60,82%

Dari tabel yang telah dianalisi dijelaskan bahwa PT Unilever Indonesia Tbk,
pada tahun 2018 nilai CR 74,76%, kemudian turun sebesar 9,48% pada tahun 2019,
tahun 2020 terjadi kenaikan CR sebesar 0,81%, kemudian tahun 2021 dan 2022
kembali mengalami penurunan sebesar 4,69% dan 0,58% dengan rata-rata 5 tahun
terakhir yaitu 65,67%. Jika dibandingkan dengan rata-rata standar industry yang
digunakan yaitu 200% sesuai dengan pernyataan Halim & Hanafi (2016 : 77),
bahwa untuk standar CR berkisar 200% menunjukkan perusahaan dalam keadaan
yang sangat baik. Hal ini berarti nilai CR perusahaan ini masih jauh dibawah standar
industry, dimana nilai utang lancar lebih besar dari asset lancar, yang berarti bahwa
Perusahaan kekurangan modal untuk membayar utangnya, hal ini juga berarti bahwa
Perusahaan dalam kondisi likuid dikarenakan Perusahaan tidak mampu melunasi
utang lancar dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya.
 Quick Ratio
Tahun Aset Lancar Persediaan Utang Lancar QR
2018 8.325.029 2.658.073 11.134.786 50,89%
2019 8.530.334 2.429.234 13.065.308 46,69%
2020 8.828.360 2.463.104 13.357.536 47,65%
2021 7.642.280 2.453.871 12.445.125 41,69%
2022 7.567.768 2.625.116 12.442.223 39,72%

Dari tabel yang dianalisi dijelaskan bahwa PT Unilver Indonesia Tbk, pada
tahun 2018 memiliki nilai QR sebesar 50,89% namun pada tahun 2019 mengalami
penurunan sebesar 4,2% tahun 2020 kembali mengalami kenaikan nilai QR sebesar
0,96%, tahun 2021 kembali mengalami penurunan sebesar 5,96% begitu juga
dengan tshun 2022 sebesar 1,97%, dengan rata-rata 5 tahun terakhirnya yaitu
45,32%. Jika dibandingkan dengan rata-rata standar industry yang digunakan yaitu
sebesar 150%, hal ini berarti bahwa QR Perusahaan ini masih jauh dibawah dari
standar industry, artinya kinerja keuangan Perusahaan tidak mampu untuk membayar
utang lancarnya dengan asset lancar yang dimiliki tanpa memperhitungkan nilai
persediaannya.

 Cash Ratio
Tahun Kas dan Setara Kas Utang Lancar CR
2018 351.667 11.134.786 3,15%
2019 628.649 13.065.308 4,81%
2020 844.076 13.357.536 6,31%
2021 325.197 12.445.125 2,61%
2022 502.882 12.442.223 4,04%
Dari tabel yang telah dianalisis dijelaskan bahwa PT Unilever IndoensiaT bk, pada
tahun 2018 nilai CR adalah 3,15%, tahun 2019 dan 2020 mengalami kenaikan
masing-masing sebesar 1,03% dan 2,13%, namun pada tahun 2021 mengalami
penurunan drastis sebesar 3,7% dan tahun 2022 kembali mengalami kenaikan 1,43%
dengan rata-rata 5 tahun terakhirnya sebesar 4,18%. Jika dibandingkan dengan rata-
rata standar industry yang digunakan yaitu 50%, hal ini berarti nilai CR Perusahaan
masih jauh dibawah standar industry, artinya kinerja keuangan Perusahaan tidak
mampu melunasi utang lancarnya menggunakan kas dan setara kas yang
dimilikinya, padahal rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi
Perusahaan untuk membayar utang lancar tanpa perlu menunggu untuk menjual
asset atau menagih piutang lainnya.

B. Analisis Rasio Solvabilitas


Rasio solvabilitas digunakan untuk menilai dan menghitung apakah kas perusahaan
mampu untuk membayar kewajiban jangka panjang yang dimilikinya. Untuk rasio
solvabilitas, jenis rasio yang digunakan ialah debt to asset ratio, debt to equity, dan total
asset to total debt.
 Debt to Assets Ratio
Total Total Debt to
Tahun
Utang Aset Assets Ratio
2018 11.944.837 19.552.970 61,09%
2019 15.367.509 20.649.371 74,42%
2020 15.597.264 20.534.632 75,96%
2021 14.747.263 19.068.532 77,34%
2022 14.320.858 18.318.114 78,18%

Perhitungan rasio di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2018 debt to assets
ratio sebesar 61,09% artinya total aset yang dibiayai oleh hutang sebesar 61,09%
atau setiap Rp1 aset mengandung hutang sebesar Rp0,6109. Debt to assets ratio pada
tahun 2019 sebesar 74,42% artinya total aset yang dibiayai oleh hutang sebesar
74,42% atau setiap Rp1 aset mengandung hutang sebesar Rp0,7442. Debt to assets
ratio pada tahun 2020 sebesar 75,96% artinya total aset yang dibiayai oleh hutang
sebesar 75,96% atau setiap Rp1 aset mengandung hutang sebesar Rp0,7596. Debt to
assets ratio pada tahun 2021 sebesar 77,34% artinya total aset yang dibiayai oleh
hutang sebesar 77,34% atau setiap Rp1 aset mengandung hutang sebesar Rp0,7734.
Debt to assets ratio pada tahun 2022 sebesar 78,18% artinya total aset yang dibiayai
oleh hutang sebesar 78,18% atau setiap Rp1 aset mengandung hutang sebesar
Rp0,7818.
Berdasarkan analisis rasio di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2018 debt to
assets ratio sebesar 61,09%. Nilai debt to assets ratio perusahaan pada tahun 2019
naik sebesar 13,33% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2020 debt to assets ratio
perusahaan juga naik sebanyak 1,54% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2021 debt
to assets ratio perusahaan juga naik sebanyak 1,38%. Pada tahun 2022 debt to assets
ratio perusahaan juga naik sebanyak 0,84%.
Maka, dapat dikatakan bahwa debt to assets ratio perusahaan dalam kondisi
kurang baik karena nilai rasio dari tahun 2018 sampai tahun 2022 terus mengalami
kenaikan. Semakin tinggi debt to assets ratio, berarti semakin banyak pendanaan
dengan hutang, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya
dengan aset yang dimilikinya.

 Debt to Equity Ratio


Total Debt to
Tahun Modal
Utang Equity Ratio
2018 11.944.837 7.578.133 157,62%
2019 15.367.509 5.281.862 290,95%
2020 15.597.264 4.937.368 315,90%
2021 14.747.263 4.321.269 341,27%
2022 14.320.858 3.997.256 358,27%

Perhitungan rasio diatas menunjukkan debt to equity ratio mengalami


kenaikan setiap tahun. Debt to equity ratio pada tahun 2018 mengalami peningkatan
dimana persentase hutang terhadap modal adalah 157,62% artinya jumlah hutang
adalah 157,62% dari jumlah Equity. Pada tahun 2019 debt to equity ratio mengalami
peningkatan dimana persentase hutang terhadap modal adalah 290,95%, artinya
jumlah hutang adalah 290,95% dari jumlah equity. Pada tahun 2020 debt to equity
ratio juga mengalami peningkatan dimana persentase hutang terhadap modal adalah
315,90% artinya jumlah hutang adalah 315,90% dari jumlah equity. Pada tahun 2021
juga meningkat dimana persentase hutang terhadap modal adalah 341,27%, artinya
jumlah hutang adalah 341,27% dari jumlah equity. Pada tahun 2022 juga meningkat
dimana persentase hutang terhadap modal adalah 358,27%, artinya jumlah hutang
adalah 358,27% dari jumlah equity.
Berdasarkan analisis rasio diatas menunjukkan debt to equity ratio mengalami
kenaikan setiap tahun. Debt to equity ratio pada tahun 2018 adalah 157,62%. Pada
tahun 2019 nilai debt to equity ratio meningkat dari tahun sebelumnya sebesar
133,33%, hal ini disebabkan jumlah hutang yang meningkat dari tahun sebelumnya
sedangkan modal menurun dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2020 debt to equity
ratio juga terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 24,95%, hal tersebut
juga disebabkan jumlah hutang yang meningkat dari tahun sebelumnya sedangkan
modal menurun dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2021 debt to equity rasio juga
terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 25,37%, hal tersebut juga
disebabkan jumlah hutang yang meningkat dari tahun sebelumnya sedangkan modal
menurun dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2022 debt to equity rasio juga terjadi
peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 17%.
Maka, dapat dikatakan bahwa debt to equity ratio perusahaan dalam kondisi
kurang baik karena nilai rasionya dari tahun 2018 sampai tahun 2022 terus
mengalami kenaikan, semakin tinggi debt to equity ratio maka semakin besar
pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang.

 Total Asset to Total Debt


Total Total Total Asset
Tahun
Aset Utang to Total Debt
2018 19.552.970 11.944.837 165,69%
2019 20.649.371 15.367.509 134,37%
2020 20.534.632 15.597.264 131,66%
2021 19.068.532 14.747.263 129,30%
2022 18.318.114 14.320.858 127,91%

Perhitungan rasio di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2018 total asset to
total debt sebesar 165,69% artinya setiap Rp1 hutang dijamin oleh aset sebesar
Rp1.6569 atau kemampuan aset dalam membayar hutang sebesar 165,69%. Pada
tahun 2019 total asset to total debt sebesar 134,37% artinya setiap Rp1 hutang
dijamin oleh aset sebesar Rp1.3437 atau kemampuan aset dalam membayar hutang
sebesar 134,37%. Pada tahun 2020 total asset to total debt sebesar 131,66% artinya
setiap Rp1 hutang dijamin oleh aset sebesar Rp1.3166 atau kemampuan aset dalam
membayar hutang sebesar 131,66%. Pada tahun 2021 total asset to total debt sebesar
129,30% artinya setiap Rp1 hutang dijamin oleh aset sebesar Rp1.2930 atau
kemampuan aset dalam membayar hutang sebesar 129,30%. Pada tahun 2022 total
asset to total debt sebesar 127,91% artinya setiap Rp1 hutang dijamin oleh aset
sebesar Rp1.2791 atau kemampuan aset dalam membayar hutang sebesar 127,91%.
Berdasarkan analisis rasio di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2018 total
asset to total debt sebesar 157,05%. Pada tahun 2019 total asset to total debt terjadi
penurunan sebesar 22,68%. Pada tahun 2020 total asset to total debt juga menurun
dari tahun sebelumnya sebesar 2,71%. Pada tahun 2021 total asset to total debt juga
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 2,36%. Pada tahun 2022 total
asset to total debt juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 1,39%.
Maka, dapat disimpulkan bahwa total asset to total debt perusahaan berada
dalam kondisi kurang baik karena nilai rasionya dari tahun 2018 sampai tahun 2022
terus mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk melunasi seluruh kewajiban dengan menggunakan aset terus mengalami
penurunan.

C. Analisis Rasio Profitabilitas


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas)
pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang sering
dibicarakan, yaitu: profit margin, eturn on total asset (ROA), dan return on equity
(ROE).
 Profit Margin
Profit
Tahun Laba Bersih Penjualan Bersih
Margin
2018 9.109.445 41.802.073 21,8%
2019 7.392.837 42.922.563 17,2%
2020 7.163.536 42.972.474 16,7%
2021 5.758.148 39.545.959 14,6%
2022 5.364.761 41.218.881 13,0%

Nilai Net Profit Margin PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2018 adalah
21,8%, tahun 2019 terjadi penurunan sebesar 4,6%, begitupun tahun 2020 dan tahun
2021 masing-masing sebesar 0,6% dan 2,1%, dengan rata-rata selama 5 tahun
terakhir yaitu sebesar 16,7%, jika dibandingkan dengan rata-rata standar industri
yang digunakan yaitu sebesar 20%, hal ini berarti bahwa pada tahun 2018 nilai Net
Profit Margin berada diatas standar industri, yang berarti bahwa kinerja keuangan
perusahaan pada 2018 dinilai baik, sementara itu nilai Net Profit Margin. Pada
Tahun 2019-2022 serta rata-rata selama 5 tahun terakhir berada dibawah standar
industri, yang berarti bahwa kinerja keuangan perushaan dinilai kurang baik, atau
dapat diartikan juga bahwa harga barang perusahaan relatif rendah atau biayabiaya
yang relatif tinggi ataupun keduanya. Nilai Net Profit Margin yang rendah juga
disebabkan karena perusahaan kurang maksimal dalam mendapatkan keuntungan
dari penjualan yang telah dilakukan, penurunan juga disebakan oleh peningkatan
biaya operasional perusahaan dan kemampuan perushaan yang rendah dalam
meminimalkan biaya operasional

 Return On Asset
Tahun Laba Bersih Total Aset ROA
2018 9.109.445 19.522.970 46,7%
2019 7.392.837 20.649.371 35,8%
2020 7.163.536 20.534.623 34,9%
2021 5.758.148 19.068.532 30,2%
2022 5.364.761 18.318.114 29,3%

Nilai Return On Investment PT Unilever Indonesia Tbk pada periode 2018


adalah 46,7%, namun pada tahun-tahun selanjutnya mengalami penurunan, tahun
2019 terjadi penurunan yang signifikan yaitu sebesar 10,9%, tahun 2020 turun
sebesar 0,9%, tahun 2021 sebesar 4,7% dan tahun 2022 sebesar 0,9%, serta rata-rata
selama 5 tahun terakhir sebesar 35,4%, jika dibandingkan dengan rata-rata standar
industri yang digunakan yaitu sebesar 30%, hal ini berarti bahwa selama periode
2018-2021 dan rata-rata selama 5 tahun terakhir nilai Return On Investment berada
diatas standar Industri, sehingga kinerja keuangan dinilai baik, walaupun nilai
Return On Investment berada diatas standar industri namun mengalami penurunan
setiap tahunnya, hal ini menunjukkan ketidakmampuan manajemen dalam
memperoleh ROI, sementara itu pada tahun 2022 nilai Return On Investmen berada
dibawah standar industri, yang berati bahwa kinerja keuangan perusahaan pada
tahun 2022 dinilai kurang baik. Rendahnya rasio ini disebabkan karena rendahnya
margin laba dikarenakan rendahnya perputaran aktiva.
 Return On Equity
Tahun Laba Bersih Modal Saham ROE
2018 9.109.445 76.300 119,39%
2019 7.392.837 76.300 96,89%
2020 7.163.536 76.300 93,89%
2021 5.758.148 76.300 75,47%
2022 5.364.761 76.300 70,31%

Nilai Return Of Equity PT Unilever Indonesia Tbk pada periode 2018 adalah
sebesar 119,39%, tahun 2019 dan 2020 terjadi penurunan persentase Return Of Equity
yaitu sebesar 22,50% dan 3,01%, tahun 2021 terjadi penurunan lagi sebesar 18,42%,
tahun 2021 kembali mengalami penurunan sebesar 5,16%, serta rata-rata selama 5
tahun terakhir sebesar 91,19%, jika dibandingkan dengan rata-rata standar industri
yang digunakan yaitu sebesar 40%, hal ini berarti bahwa nilai Return Of Equity
berada sangat jauh dari standar industri yang mengindikasikan bahwa kinerja
keuangan PT Unilever Indonesia Tbk periode 2018-2022 dinilai baik.

D. Analisis Rasio Aktivitas


Rasio aktivitas adalah salah satu rasio yang membandingkan antara tingkat penjualan
dan investasi pada semua aktiva yang dimiliki perusahaan.
 Account Receivable Turnover
Perputaran
Tahun Penjualan Piutang
Piutang
2018 41.802.073 4.983.471 8,38 kali
2019 42.922.563 5.335.489 8,04 kali
2020 42.972.474 5.296.288 8,20 kali
2021 39.545.959 4.516.555 8,75 kali
2022 41.218.881 3.924.499 10,50 kali

Nilai pwerputaran piutang PT Unilever Indonesia Tbk selama periode 2018-


2022 berturut-turut adalah 8,38 kali, 8,04 kali, 8,10 kali, 8,75 kali dan 10,5 kali
dengan rata-rata selama 5 tahun terakhir 8,75 kali. Jika dibandingkan dengan rata-
rata industry yang digunakan yaitu 15 kali, hal ini berarti bahwa nilai perputaran
piutang berada dibawah standar industry yang berarti bahwa kinerja keuangan
Perusahaan ini yang dinilai dengan menggunakan perputaran piutang dinilai kurang
baik, atau penagihan piutang yang dilakukan manajemen dianggap tidak berhasil.

 Inventory Turnover
Perputaran
Tahun HPP Persediaan
Persediaan
2018 20.709.800 2.658.073 7,79 kali
2019 20.893.870 2.429.234 8,60 kali
2020 20.515.484 2.463.104 8,32 kali
2021 19.919.572 2.453.871 8,11 kali
2022 22.153.944 2.625.116 8,43 kali

Nilai perputaran persediaan PT Unilever Indonesia Tbk pada periode 2018-


2022 berturut-turut adalah 7,79 kali, 8,60 kali, 8,32 kali, 8,11 kali dan 8,43 kali
dengan rata-raata selama 5 tahun terakhir adalah 8,25 kali. Jika dibandingkan
dengan rata-rata industry yang digunakan yaitu sebesar 20 kali, hal ini berarti bahwa
nilai perputaran piutang persediaan berada dibawah standar industry, yaitu artinya
kinerja keuangan perusahaan ini dinilai kurang baik, atau perusahaan menahan
persediaan dalam jumlah yang berlebihan (tidak produktif).

 Total Asset turnover


Perputaran
Tahun Penjualan Total Aset
Total Aset
2018 41.802.073 19.552.970 2,14 kali
2019 42.922.563 20.649.371 2,07 kali
2020 42.972.474 20.534.632 2,09 kali
2021 39.545.959 19.068.532 2,07 kali
2022 41.218.881 18.318.114 2,05 kali

Nilai perputaran total aktiva PT Unilever Indonesia Tbk pada periode 2018-2022
secara berturut-turut adalah 2,14 kali, 2,07 kali, 2,09 kali, 2,07 kali dan 2,05 kali dengan
rata-rata selama 5 tahun terakhir adalh 2,1 kali. Jika dibandingkan dengan standar
industry yang digunakan yaitu sebesar 2 kali, hal ini berarti bahwa nilai perputaran total
aktiva berada diatas standar industry yang berarti bahwa kinerja perusahaan ini mampu
memaksimalkan aktiva yang dimilikinya.

E. Analisis Rasio Pasar


Rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relative terhadap nilai buku.
Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon inestor),
meskipun pihak manajemen juga berkepentinganterhaadap rasio-rasio ini. Ada beberapa
rasio yang bisa dihitung: PER (Price Earning Ratio), dividend yield, dan pembayaran
dividen (dividend payout).
 PER (Price Earning Ratio)
Harga Lembar Earning per
Tahun PER
per Saham Lembar
2018 10 1194 0,0083
2019 10 194 0,051
2020 2 188 0,010
2021 2 151 0,013
2022 2 141 0,014

Dapat disimpulkan bahwa rasio PER PT Unilever secara signifikan menurun


dari tahun 2018 hingga tahun 2019, dan kemudian tetap rendah pada tahun-tahun
berikutnya. Interpretasi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2018, saham PT
Unilever mungkin memiliki valuasi yang lebih tinggi, yang berarti investor harus
membayar lebih mahal untuk setiap dolar laba yang dihasilkan perusahaan. Namun,
dalam tahun-tahun berikutnya, rasio PER menurun secara dramatis, yang bisa
mengindikasikan bahwa saham PT Unilever menjadi lebih terjangkau dari sudut
pandang valuasi.
Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan dalam kinerja
keuangan perusahaan, sentimen pasar, atau faktor-faktor eksternal lainnya. Namun,
secara logika, penurunan PER biasanya mengindikasikan bahwa investor mungkin
lebih tertarik pada saham PT Unilever karena mereka dapat membeli saham dengan
harga yang lebih rendah dibandingkan dengan laba yang dihasilkan perusahaan pada
tahun-tahun terakhir. Ini dapat menggambarkan saham PT Unilever sebagai investasi
yang lebih menarik dalam hal valuasi. Tetapi, selalu penting untuk melihat faktor-
faktor lain seperti fundamental perusahaan dan situasi pasar secara keseluruhan
sebelum membuat keputusan investasi.

 Dividend Yield
Deviden per Harga Pasar per Devidend
Tahun
Lembar Lembar Yield
2018 775 10 77,5 %
2019 107 10 10,7 %
2020 100 2 50 %
2021 84 2 42 %
2022 69 2 34,5 %

Dapat dilihat bahwa Dividend Yield PT Unilever juga mengalami fluktuasi


yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018, Dividend Yield sangat tinggi,
mencapai 77,5%, yang mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut, perusahaan
membayar dividen besar dalam hubungannya dengan harga sahamnya. Namun, pada
tahun 2019, Dividend Yield turun secara dramatis menjadi hanya 10,7%, dan
kemudian mengalami fluktuasi yang lebih kecil pada tahun-tahun berikutnya.
Interpretasi logis dari fluktuasi ini dapat mencerminkan perubahan dalam kebijakan
dividen PT Unilever. Pada tahun 2018, mereka mungkin memutuskan untuk
membayar dividen yang besar kepada pemegang saham. Namun, pada tahun 2019,
perusahaan mungkin telah mengurangi pembayaran dividen atau fokus pada
reinvestasi laba ke dalam perusahaan, yang menyebabkan penurunan Dividend
Yield. Penting untuk diingat bahwa tingginya Dividend Yield pada tahun 2018
mungkin telah menjadi anomali atau situasi khusus, dan bukan representasi yang
berkelanjutan dari kebijakan dividen perusahaan.
 Dividend Payout
Deviden per Earning per Devidend
Tahun
Lembar Lembar Payout
2018 775 1194 64%
2019 107 194 55%
2020 100 188 53%
2021 84 151 55%
2022 69 141 48%

Dapat disimpulkan bahwa PT Unilever secara konsisten membayar sebagian besar


laba bersihnya kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Namun, ada fluktuasi
dalam rasio Pembayaran Dividen dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018, perusahaan
membayar 64% dari laba bersihnya kepada pemegang saham sebagai dividen. Ini
mengindikasikan bahwa perusahaan pada tahun tersebut memiliki kebijakan pembayaran
dividen yang cukup besar. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, perusahaan secara
bertahap mengurangi rasio Pembayaran Dividen, dan pada tahun 2022, rasio tersebut
turun menjadi 48%. Interpretasi logis dari fluktuasi ini dapat mencerminkan perubahan
dalam kebijakan dividen PT Unilever. Perusahaan mungkin telah memilih untuk
memprioritaskan penggunaan laba bersihnya untuk keperluan lain seperti pertumbuhan
bisnis atau investasi dalam rangka memaksimalkan nilai jangka panjang bagi pemegang
saham. Perubahan ini juga bisa dipengaruhi oleh perubahan dalam kinerja perusahaan
atau perubahan dalam strategi keuangan.

Anda mungkin juga menyukai