NPM: 2102020021
TUGAS 2
Analisis Bisnis Menggunakan Laporan Keuangan
Berdasarkan perhitungan di atas, terlihat bahwa current ratio dari tahun 2019 sampai 2020
mengalami penurunan. Meski aset lancar mengalami kenaikan, akan tetapi liabilitas selama
periode tersebutpun mengalami kenaikan.
Pada tahun 2019, nilai rasio lancarnya sebesar 0,71 atau kurang dari 1. Nilai ini dapat dikatakan
bahwa perusahaan kurang mampu dalam memenuhi atau membayar kewajiban jangka
pendeknya dari aset lancar yang dimilikinya. Sama halnya dengan tahun 2020 yang memiliki
rasio 0,67 atau kurang dari 1, bahkan nilai rasionya lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya.
b. Quick Ratio (Rasio cepat) ukuran likuiditas yang haya membandingkan aset-aset yang sagat
likuid dengan liabilitas lancar.
aset lancar− persediaan
Rasio cepat ( qiuck ratio )=
liabilitaslancar
Berikut ini merupakan hasil perhitungan quick ratio PT Telekomuikasi Indonesia Tbk, untuk
tahun 2019 hingga 2020:
Rp69.093.000.000.0
2020 Rp45.520.000.000.000 00 0,66
Serupa dengan perhitungan current ratio sebelumnya, nilai quick ratio juga mengalami
penurunan dari tahun 2019 hingga tahun 2020. Quick ratio berdasarkan perhitungan di atas
adalah 0,70 di tahun 2019, dan 0,66 di tahun 2020. Quick ratio mengukur bagaimana aset likuid
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dapat menyelesaikan kewajiban lancar yang kemungkinan
besar harus dibayar dalam periode yang lebih pendek dari satu tahun. Quick ratio dua tahun
berturut-turut ini lebih rendah dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa perseroan tidak
memiliki alat likuid yang cukup untuk membayar kewajiban lancar.
2. Rasio Solvabilitas
a. Debt Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur jumlah aset perusahaan yang dibiayai oleh utang atau
modal yang berasal dari kreditur. Jika persentase aset yang didanai kreditur meningkat maka
risiko perusahaan juga meningkat. Debt ratio mengukur persentase ini dan dihitung sebagai
berikut:
Total Liabilitas
Rasio Hutang ( debt ratio )=
Total Aset
Hasil perhitungan debt ratio untuk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk disajikan pada tabel berikut
ini:
Pada tahun 2019 nilai debt ratio yaitu sebesar 0,47, artinya 47% persen aset PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk didanai oleh kreditur. Sedangkan pada tahun 2020 nilai debt ratio sebesar 0,51
yang menunjukkan bahwa aset perusahaan sebesar 51% didanai oleh kreditur. Nilai debt ratio
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dari tahun 2019 sampai 2020 mengalami kenaikan , hal itu
berarti semakin banyak aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang.
Rasio lain yang berguna dalam penilaian leverage yang digunakan oleh perusahaan adalah debt
to equity ratio. Rasio ini membandingkan jumlah hutang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan. Perhitungan debt to equity ratio menunjukkan kemampuan modal sendiri
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Total Liabilitas
Debt ¿ Equity Ratio=
Total Ekuitas
Hasil perhitungan debt to equity ratio untuk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk pada periode
2019-2020 ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Debt to equity ratio pada tahun 2019 sebesar 0,89. Artinya, setiap Rp. 1,- yang diberikan oleh
pemegang saham, kreditur memberikan Rp. 0,89 pendanaan (utang). Sedangkan pada tahun
2020 meningkat menjadi 1,04. Semakin rendah rasio ini maka semakin besar jumlah modal
pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang. Atau dengan kata lain semakin rendah rasio
ini, semakin tinggi tingat pendanaan perusahan yang disediakan oleh pemegang saham, dan
semakin besar perlindungan bagi kreditur jika terjadi kerugian besar.
3. Rasio Profitabilitas
a. Net Profit Margin
Net profit margin atau imbal hasil atas penjualan adalah margin laba atas penjualan. Rasio ini
digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan.
Net profit margin adalah salah satu ukuran efesiensi perusahaan dan dihitung sebagai berikut:
Laba bersih setelah pajak
Net Profit Margin=
Penjualanbersih
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka didapatkan hasil seperti yang tertera pada tabel di
bawah ini:
Net profit margin pada tahun 2019 adalah 0,20, artinya besarnya laba bersih adalah 20% dari
total penjualan bersih. Atau dengan kata lain, setiap Rp100 penjualan bersih turut berkontribusi
menciptakan Rp20 laba bersih. Pada tahun 2020 net profit margin yaitu sebesar 0,22, berarti
terdapat 22% laba bersih dari total penjualan bersih. Nilai net profit margin dari tahun 2019
sampai 2020 mengalami peningkatan, hal tersebut bisa mengindikasikasikan bahwa terjadi
peningkatan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba rugi perusahaan.
Nama: Lilik Bayyinah
NPM: 2102020021
TUGAS 2
Analisis Bisnis Menggunakan Laporan Keuangan
Tahun 2019 menunjukkan nilai gross profit margin sebesar 31%, sedangkan pada tahun 2020
nilai GPM mencapai 32%. Hal ini berarti untuk setiap Rp. 100,- penjualan memberikan
penghasilan kotor sebesar Rp. 31,- di tahun 2019 dan Rp. 32,- penghasilan kotor di tahun 2020.
c. Return On Asset
ROA (Return On Asset) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang telah ditanamkan pada aktiva untuk operasi perusahaan dalam
memperoleh keuntungan. Rasio ini juga menunjukan produktivitas dari seluruh dana
perusahaan. Nilai ROA dapat dihitung sebagai berikut:
Laba bersih setelah pajak
Return On Asset (ROA)=
Total Aset
Nilai ROA dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yaitu sebesar 12 % baik di tahun 2019 maupun
di tahun 2020. Artinya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mampu menghasilkan laba bersih
sebesar 12% dai total asset yang dimilikinya. Atau dapat dikatakan bahwa setiap Rp. 1,- dari
asset perusahaan mampu menghasilkan laba bersih sebanyak Rp. 0,12,-
d. Return On Equity
ROE (Return On Equity) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi modal mandiri (ekuitas) dan
menunjukkan laba bersih yang dapat diperoleh dari modal pemilik perusahaan. Nilai ROA dapat
dihitung sebagai berikut:
Laba bersih setelah pajak
Return On Equity ( ROE)=
Ekuitas Pemegang Saham
Rp27.592.000.000.00
2019 0 Rp117.250.000.000.000 0,24
Rp29.563.000.000.00
2020 0 Rp120.889.000.000.000 0,24
Nilai ROA dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yaitu sebesar 24 % untuk tahun 2019 maupun di
tahun 2020. Artinya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mampu menghasilkan laba bersih sebesar
24% dai total ekuitas atau modal yang dimiliki perusahaan. Atau dapat dikatakan bahwa setiap
Rp. 1,- dari ekuitas perusahaan mampu menghasilkan laba bersih sebanyak Rp. 0,24,-