NIM: 200502060
Kelompok: 2
BAB 2
Dalam bisnis dan ekonomi, pengertian ROE adalah metriks guna membandingkan jumlah
pendapatan bersih (net income) perusahaan dan jumlah total modal investor/pemilik di
dalamnya. Sementara itu di dunia saham, pengertian ROE adalah jumlah pendapatan bisnis
bersih per dana investor yang masuk.
Rumus :
Laba Bersih
Ekuitas Pemegang Saham
Bank BCA
28.599.974
Return on Equity 2019 =
174.143.156
27.147 .109
Return on Equity 2020 =
184.714 .709
31.440 .159
Return on Equity 2021 =
202.848.934
Return on Equity
TAHUN BCA
2019 0,164
2020 0,146
2021 0,154
Bank Mandiri
28.455 .592
Return on Equity 2019 =
209.034 .525
17.645 .624
Return on Equity 2020 =
193.796 .083
30.551.097
Return on Equity 2021 =
222.111.282
Return on Equity
TAHUN MANDIRI
2019 0,136
2020 0,091
2021 0,137
Bank BCA yang memiliki Return of Equity lebih baik dari bank Mandiri. Bank BCA
dapat menghasilkan Return of Equity yang lebih besar selama tiga tahun berturut-turut. Hal ini
menandakan bahwa kinerja perusahaan BCA lebih dari bank Mandiri dalam menghasilkan laba.
Hal ini tentunya menyebabkan investor akan lebih memilih bank BCA daripada bank Mandiri
untuk menginvestasikan dana mereka karena lebih menguntungkan. Apalagi banyak sumber
yang menyatakan bahwa jika ingin berinvestasi di sektor perbankan sebaiknya ROE di atas 15%.
Hal ini menyebabkan harga saham BBCA lebih tinggi dari BMRI di Bursa Efek Indonesia.
2.2 NET PROFIT MARGIN
Net profit margin adalah rasio yang membandingkan keuntungan perusahaan dengan
jumlah total uang yang dihasilkannya. Ini mengukur seberapa efektif perusahaan beroperasi.
Rasio ini digunakan untuk memberi analis gambaran tentang stabilitas keuangan perusahaan.
Perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih besar per nilai dari penjualan berarti lebih
efisien. Efisiensi itu membuat perusahaan lebih mungkin bertahan ketika lini produk tidak
memenuhi harapan, atau ketika periode kontraksi ekonomi menghantam perekonomian yang
lebih luas.
Rumus :
Laba Bersih
Revenue
Bank BCA
28.599.974
Net Profit Margin 2019 =
63.837 .795
27.147 .109
Net Profit Margin 2020 =
65.403 .161
31.440 .159
Net Profit Margin 2021 =
65.626 .976
28.455 .592
Net Profit Margin 2019 =
91.525 .090
17.645.624
Net Profit Margin 2020 =
87.321 .117
30.551.097
Net Profit Margin 2021 =
97.749 .086
Bank BCA memiliki laba bersih yang lebih besar daripada bank Mandiri. Bank BCA
memiliki kinerja mengatur keuangan yang lebih efisien. Jarak yang jauh menunjukkan bahwa
bank BCA memiliki efisiensi pengaturan keuangan yang sangat baik dibanding bank Mandiri.
Bank BCA mampu mengendalikan pengeluaran dan keputusan bisnis yang mendatangkan
keuntungan yang lebih baik daripada bank Mandiri.
EBIT merupakan singkatan dari Earning Before Interest and Taxes yang dalam bahasa
indonesia merupakan laba sebelum dikenakan beban pajak dan bunga. EBIT Margin merupakan
margin yang digunakan untuk mengukur pendapatan perusahaan dari kegiatan operasionalnya
tanpa dikenakan pajak dan beban bunga.
Rumus :
EBIT
EBIT MARGIN =
Revenue
Bank BCA
36.288 .998
Ebit Margin 2019 =
63.837 .795
33.568.507
Ebit Margin 2020 =
65.403 .161
38.841.174
Ebit Margin 2021 =
65.626 .976
EBIT MARGIN
TAHUN BCA
2019 0,568
2020 0,513
2021 0,591
Berdasarkan data terlihat bahwa Bank BCA menghasilkan EBIT yang cukup besar yang
menandakan bahwa perusahaan ini dapat menghasilkan laba dari operasionalnya. Laba yang
dihasilkan juga meningkat konsisten seiring tahun berjalan yang menandakan penjualan dan
pendapatan meningkat secara konsisten dan hal tersebut merupakan indikator perusahaan yang
baik. EBIT Margin yang sudah berada di atas 50% menandakan bahwa Bank BCA sudah mampu
mengelola pengeluaraan selama operasional dengan efektif
Bank MANDIRI
36.441.440
Ebit Margin 2019 =
91.525 .090
23.298.041
Ebit Margin 2020 =
87.321 .117
38.358 .421
Ebit Margin 2021 =
97.749 .086
EBIT MARGIN
TAHUN MANDIRI
2019 0,398
2020 0,266
2021 0,392
Berdasarkan data terlihat bahwa Bank Mandiri menghasilkan EBIT yang tidak lebih
besar dari Bank BCA. Bahkan pada tahun 2020 sempat mengalami penurunan hampir 10%, hal
ini menandakan bahwa Bank Mandiri kurang konsisten dalam penjualan mereka. Dengan
keadaan yang seperti ini, keuangan perusahaan dapat dikatakan tidak dalam kondisi yang baik
dan investor akan sulit berinvestasi di perusahaan ini.
EBITDA MARGIN
EBITDA merupakan singkatan dari Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation and
Amortization dan merupakan metrik yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja operasi
perusahaan. Dalam bahasa Indonesiam EBITDA adalah pendapatan sebelum bunga, pajak,
depresiasi dan amortisasi. Hal ini dapat dilihat sebagai wakil arus kas dari seluruh operasi
perusahaan.
Rumus :
EBITDA
EBITDA MARGIN =
Revenue
Bank BCA
36.288 .998
EBITDA Margin 2019 =
63.837 .795
33.568.507
EBITDA Margin 2020 =
65.403 .161
38.841.174
EBITDA Margin 2021 =
65.626 .976
EBITDA MARGIN
TAHUN BCA
2019 0,600
2020 0,552
2021 0,629
Berdasarkan data, Bank BCA mengalami kenaikan pada EBITDA Margin pada tahun
2021, tetapi mengalami penurunan pada tahun 2020. namun, perlu diperhatikan bahwa
penurunan tersebut tidak terlalu signifikan. Ini menandakan adanya peningkatan pada efektivitas
perusahaan, yaitu dalam upaya pemotongan biaya. Semakin tinggi EBITDA ini menunjukkan
bahwa perusahaan ini semakin menghemat biaya operasionalnya dari biaya pendapatan total
EBIT dari tahun 2019.
Bank MANDIRI
38.510 .900
EBITDA Margin 2019 =
91.525 .090
26.026 .300
EBITDA Margin 2020 =
87.321 .117
41.998 .200
EBITDA Margin 2021 =
97.749 .086
EBITDA MARGIN
TAHUN MANDIRI
2019 0,420
2020 0,298
2021 0,429
Berdasarkan data, Bank Mandiri mengalami penurunan pada Margin EBITDA dari
42,07% di tahun 2019 menjadi 29,805 di tahun 2020. tetapi naik kembali diangka 42,96%. Pola
ini sam dengan Bank BCA, faktor penyebabnya adalah pandemi Covid-19, tetapi Bank Mandiri
mengalami penurunan yang signifikan yaitu kurang lebih 12%. Hal ini menandakan bahwa Bank
Mandiri tidak lebih baik dar Bank BCA untuk menghadapi tantangan yang datang secara tiba-
tiba, akhirnya membuat terjadinya ketidakefektifan pada operasional perusahaan.
2.4 ASSET TURNOVER
Pada dasarnya, total asset turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa
jumlah penjualan yang bisa dihasilkan dari setiap rupiah yang tertanam dalam total aset
perusahaan.
Rumus :
Laba Bersih
Total Aset
Bank BCA
28.599.974
Asset Turnover 2019 =
871.888 .615
27.147 .109
Asset Turnover 2020 =
997.279 .784
31.440.159
Asset Turnover 2021 =
1.151.957 .468
ASSET TURNOVER
TAHUN BCA
2019 0,032
2020 0,027
2021 0,027
Di tahun 2019, terjadi perputaran total aktiva sebesar 0,032 kali, yang berarti bahwa setiap
1 rupiah total aktiva di tahun 2019 akan menghasilkan penjualan sebesar 0,032 rupiah. Di tahun
2020, terjadi perputaran total aktiva sebesar 0,02722 kali, yang berarti bahwa setiap 1 rupiah
total aktiva di tahun 2020 akan menghasilkan penjualan sebesar 0,02722 rupiah. Di tahun 2021,
terjadi perputaran total aktiva sebesar 0,02729 kali, yang berarti bahwa setiap 1 rupiah total
aktiva di tahun 2021 akan menghasilkan penjualan sebesar 0,02722 rupiah.
Bank MANDIRI
28.455.592
Asset Turnover 2019 =
1.260.249 .215
17.645 .624
Asset Turnover 2020 =
1.373.790 .410
30.551.097
Asset Turnover 2021 =
1.577 .472.806
ASSET TURNOVER
TAHUN MANDIRI
2019 0,022
2020 0,012
2021 0,019
Di tahun 2019, terjadi perputaran total aktiva sebesar 0,022 kali, yang berarti bahwa
setiap 1 rupiah total aktiva di tahun 2019 akan menghasilkan penjualan sebesar 0,022 rupiah. Di
tahun 2020, terjadi perputaran total aktiva sebesar 0,012 kali, yang berarti bahwa setiap 1 rupiah
total aktiva di tahun 2020 akan menghasilkan penjualan sebesar 0,012 rupiah. Di tahun 2021,
terjadi perputaran total aktiva sebesar 0,019 kali, yang berarti bahwa setiap 1 rupiah total aktiva
di tahun 2021 akan menghasilkan penjualan sebesar 0,019 rupiah.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas juga, bisa disimpulkan bahwa kemampuan Bank
BCA dan Bank Mandiri untuk menghasilkan penjualan dari total aktiva yang dimiliki cukup
rendah karena total aktiva yang dimiliki lebih besar dari jumlah penjualan yang dihasilkan setiap
tahunnya. Namun, bank BCA memiliki Asset Turnover yang lebih baik dari bank Mandiri.
Return on invesment (ROI) adalah rasio yang menunjukkan hasil dari jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Rasio ini
menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikan dengan mengabaikan sumber
pendanaan, rasio ini biasanya diukur dengan persentase.
Rumus :
EBIT
Total Aset
Bank BCA
36.288 .998
Return on Invesment 2019 =
871.888 .615
33.568 .507
Return on Invesment 2020 =
997.279 .784
38.841 .174
Return on Invesment 2021 =
1.151.957 .468
RETURN ON INVESMENT
TAHUN MANDIRI
2019 0,041
2020 0,033
2021 0,033
Bank MANDIRI
36.441.440
Return on Invesment 2019 =
1.260.249 .215
23.298.041
Return on Invesment 2020 =
1.373.790 .410
38.358.421
Return on Invesment 2021 =
1.577 .472.806
RETURN ON INVESMENT
TAHUN MANDIRI
2019 0,028
2020 0,016
2021 0,024
Bank BCA memiliki Return on Investment yang lebih baik daripada bank Mandiri.
Manajemen BCA melakunan efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi, dan
efisiensi bagian penjualan yang lebih baik daripada bank Mandiri.Tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh masing-masing divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan
modal ke dalam bagian yang bersangkutan bank BCA lebih baik daripada bank Mandiri.
Rumus ROA akan memberi gambar bagi manajer, investor, atau analis mengenai
seberapa efisien manajemen perusahaan dalam menggunakan aset untuk menghasilkan
pendapatan.
Dalam hal ini, melalui ROA, bisa terlihat kemampuan perusahaan berdasarkan
penghasilannya di masa lalu. Sehingga, hal tersebut bisa dimanfaatkan diperiode sebelumnya.
Berbeda dengan Return on Equity (ROE), ROA tidak tidak memasukkan komponen utang
perusahaan.
Rumus :
Bank BCA
36.288.998
Return on Asset 2019 =
918.989 .312
33.568.507
Return on Invesment 2020 =
1.075.570 .256
38.841.174
Return on Invesment 2021 =
1.228.344 .680
RETURN ON ASSET
TAHUN BCA
2019 0,039
2020 0,0312
2021 0,0316
Bank MANDIRI
36.441.440
Return on Asset 2019 =
1.318.246 .335
23.298 .041
Return on Asset 2020 =
1.429.334 .484
38.358 .421
Return on Asset 2021 =
1.725.611.128
RETURN ON ASSET
TAHUN MANDIRI
2019 0,027
2020 0,0162
2021 0,022
Bank BCA lebih efisien daripada bank Mandiri padahal aset bank Mandiri lebih besar
dari bank BCA. Bank Mandiri yang memiliki aset lebih besar dari bank Mandiri tidak mampu
mencetak laba yang nilainya lebih besar daripada bank BCA. ROA bank BCA cenderung stabil
karena tidak pernah kurang dari 3%. ROA bank Mandiri pada tahun 2020 mengalami penurunan
yang signifikan. Hal ini menandakan bahwa bank BCA memiliki keunggulan karena mampu
menggunakan aset yang lebih sedikit dari bank Mandiri, tetapi memiliki laba yang nilainya lebih
tinggi daripada bank Mandiri dan memiliki perbedaan sebanyak 1,20%. ROA bank BCA dan
bank Mandiri tergolong sangat sehat karena lebih dari 1,5%.
ROCE adalah rasio keuangan yang mengukur profitabilitas dan efisiensi dari modal yang
digunakan. Dengan kata lain, ROCE mengukur kinerja dalam menghasilkan profit berdasarkan
modal. Rasio ini digunakan untuk menganalisa investasi modal kerja.
Rumus :
Bank BCA
36.288.998
Return on Capital Employed 2019 =
918.989 .312
33.568.507
Return on Capital Employed 2020 =
1.075.570 .256
38.841.174
Return on Capital Employed 2021 =
1.228.344 .680
Bank MANDIRI
36.441.440
Return on Capital Employed 2019 =
1.318.246 .335
23.298 .041
Return on Capital Employed 2020 =
1.429.334 .484
38.358 .421
Return on Capital Employed 2021 =
1.725.611.128
Rasio ini membandingkan arus kas operasi perusahaan dengan pendapatan penjualannya.
Rasio ini memberikan indikasi kepada analis dan investor tentang kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan uang tunai dari penjualannya. Dengan kata lain, ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk mengubah penjualannya menjadi uang tunai. Ini dinyatakan sebagai
persentase. Idealnya harus ada peningkatan paralel dalam arus kas operasi dengan peningkatan
penjualan.Oleh karena itu, uang tunai sama pentingnya dengan penjualan dan keuntungan. Rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menerjemahkan penjualannya menjadi uang
tunai.
Rumus :
Bank BCA
113.067 .545
Cash Flow Ratio 2019 =
28.565 .053
106.271.237
Cash Flow Ratio 2020 =
27.131.109
177.268.685
Cash Flow Ratio 2021 =
31.422.260
Bank MANDIRI
123.792.750
Cash Flow Ratio 2019 =
27.482.133
177.634 .584
Cash Flow Ratio 2020 =
17.119 .253
193.631.712
Cash Flow Ratio 2021 =
28.028 .155
Pada tahun 2020, CFTSR Bank Mandiri mengalami kenaikan yang signifikan dari 4,50%
ke 10,30%, tetapi turun lagi menjadi 6,90%. Sementara CFTSR mengalami kenaika pada 2021
dari 3,91% ke 5,64%.
BAB 3
Equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengevaluasi struktur modal suatu
perusahaan. Keuangan yang stabil dan tidaknya sebuah perusahaan terhadap resiko kegagalan
membayar hutang, dapat ditelusuri dari struktur ekuitasnya.
'
shareholde r s equity
Equity ratio =
balance total
EQUITY RATIO
TAHUN MANDIRI
2019 56,8%
2020 61,6%
2021 57,3%
Pada Bank MANDIRI equity rationya menunjukkan angka 56,8%, 61,6% dan 57,3%
dimana hal ini menandakan bahwa perusahaan baik dalam manajemen ekuitasnya. Semakin
rendah rasio ekuitasnya maka semakin baik manajemen ekuitas suatu perusahaan. Bank
MANDIRI perlu menurunkan lagi equity rationya agar lebih baik lagi.
EQUITY RATIO
TAHUN BCA
2019 32,3%
2020 47,2%
2021 29,1%
Pada Bank BCA equity rationya menunjukkan angka 32,3% kemudian naik menjadi 47,2%
dan kemudian turun menjadi 29,1%. Equity ratio Bank BCA lebih baik daripada equity ratio
pada Bank MANDIRI. Bank BCA perlu mempertahankan tingkat rasio ekuitasnya agar tetap
rendah, sehingga kinerja perusahaan akan menjadi semakin baik.
3.2 GEARING
Gearing merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk mengukur leverange atau
pengaruh keuangan perusahaan serta tingkat kewajiban berbunga dalam struktur modalnya.
Rasio gearing lebih tinggi dari 50% biasanya tergolong sebagai leverange yang tinggi. Rasio
gearing yang lebih rendah dari 25% pada umumnya dianggap berisiko rendah oleh para investor
dan pemberi pinjaman. Rasio gearing yang berada di antara 25% - 50% pada umumnya dianggap
optimal atau normal untuk suatu perusahaan.
Rumus :
financial liabilities−cash∧equivalents
Gearing = '
shareholde s equity
GEARING
TAHUN MANDIRI
2019 41,1%
2020 54,2%
2021 49,6%
Bank MANDIRI pada tahun 2019 memperoleh gearing sebesar 41%, lalu pada tahun 2020
naik menjadi 54,2% dan pada tahun 2021 turun menjadi 49,6%. Karena pada tahun 2020 naik
sebesar 54,2% artinya gearing yang diperoleh diatas 50%, dimana 50% artinya tergolong sebagai
revelange yang tinggi. Tetapi pada tahun 2019 dan 2020 gearingnya berada di antara 25% - 50%
yang dimaan artinya dianggap optimal atau normal untuk sebuah perusahaan.
GEARING
TAHUN BCA
2019 27,3%
2020 32,6%
2021 46,8%
Bank BCA menerima gearing pada tahun 2019 sebesar 27,3% lalu pada tahun 2020 naik
menjadi 32,6% dan untuk tahun 2021 naik kembali menjadi 46,8%. Walaupun dalam tiga tahun
mengalami kenaikan terus menerus tetapi gearing yang diperoleh masih berada di antara skala
25% - 50%. Yang mana artinya masih dianggap optimal atau norma untuk sebuah perusahaan.
Rasio ini menunjukkan periode pembayaran utang teoritis dalam beberapa tahun, selama
seluruh arus kas bebas digunakan untuk melunasi kewajiban keuangan. Karena arus kas bebas
dapat sangat berfluktuasi. Berkenaan dengan rasio ini, nilai dua tahun dianggap sangat baik,
tetapi mulai lima tahun ke depan harus dipandang kritis.
Rumus :
financial liabilities−cash∧equivalents
Dynamic gearing ratio =
free cash flow
DYNAMIC GEARINGRATIO
TAHUN MANDIRI
2019 1,51
2020 1,86
2021 1,34
Dynamic Gearing Ratio yang diperoleh Bank MANDIRI pada tahun 2019 adalah 1,51,
untuk tahun 2020 naik sedikit menjadi 1,86 dan untuk tahun 2021 turun menjadi 1,34. Dimana
seperti dijelaskan di atas bahwa jika nilainya 2 tahun atau mendekati 2 tahun dianggap baik dan
optimal. Jadi Bank MANDIRI dianggap baik dan optimal dalam dynamic gearing ratio.
Dynamic Gearing Ratio yang diperoleh Bank BCA pada tahun 2019 adalah 1,62 untuk
tahun 2020 turun menjadi 1,54 dan untuk tahun 2021 naik menjadi 1,87. Yang dimana artinya
sama seperti Bank Mandiri yang memperoleh nilai yang mendekati nilai 2 tahun dianggap baik
dan optimal. Jadi Bank BCA dianggap baik dan optimal juga dalam dynamic gearing ratio.
Rasio utang bersih / EBITDA yaitu membandingkan utang bersih perusahaan, yaitu
kewajiban keuangan, uang tunai ke pendapatan sebelum bunga, pajak dan depresiasi. Rasio
utang bersih dapat digunakan untuk mengukur keandalan pelunasan kewajiban keuangan. Secara
umum, Net Debt.EBITDA dibawah 1 akan dianggap sebagai hasil yang sangat baik dan nilai di
atas 3, mengisyaratkan kualitas kredit kurang baik.
Pada tahun 2019, Bank BCA memperoleh Net Debt/EBITDA nya adalah 0,74, lalu Net
Debt / EBITDA pada tahun 2020 naik sebesar 0,75 dan Net Debt/EBITDA Bank BCA pada
tahun 2021 naik juga menjadi 0,77. Walaupun Bank BCA setiap tahunnya mengalami kenaikan,
tetapi angkanya tidak lebih dari 1. Dimana artinya jika memperoleh Net Debt/EBITDA dibawah
angka 1 dianggap sebagai hasil yang sangat baik. Jadi Bank BCA, Nt Debt/EBITDA nya sangat
baik.
Rasio belanja modal menggambarkan alokasi uang yang direncanakan untuk memperoleh
aset tetap yang memiliki masa manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi seperti
properti, pabrik, dan peralatan, tanah, gedung yang akan menjadi aset perusahaan. Aset – aset
modal tersebut memiliki umur manfaat yang panjang dan berpengaruh pada peningkatan
kapasitas produksi bisnis. Investasi dalam aset tetap memungkinkan bisnis meningkatkan
produksi.
Rumus :
capital expenditures
Capex ratio =
operating cash flow
CAPEX RATIO
TAHUN MANDIRI
2019 0,31
2020 0,32
2021 0,29
Pada Bank MANDIRI dapat dilihat pada tahun 2019 capex rationya sebesar 0,31, di tahun
2020 naik menjadi 0,32 dan pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 0,29. Hal ini
bertanda baik, karna perusahaan dapat menurunkan capex rationya. Walaupun pada tahun 2021
mengalami penurunan, tetapi dibandingkan dengan capex rationya Bank BCA, masih lebih baik
Bank BCA karena pada 3 tahun terakhir capex rationya mengalami penurunan secara berturut –
turut.
CAPEX RATIO
TAHUN BCA
2019 0,27
2020 0,22
2021 0,19
Pada Bank BCA dapat dilihat bahwa pada tahun 2019 capex ratio yang diperoleh adalah
0,29, di tahun 2020 capex rationya mengalami penurunan yaitu mencapai 0,22, lalu pada tahun
2021 capex rationya mengalami penurunan lagi menjadi 0,19. Hal ini bertanda sangat baik,
karena perusahaannya dapat menurunkan capex ratio selama tiga tahun berturut – turut.
Rumus :
ASSETS DEPRECIATION
RATIO
TAHUN MANDIRI
2019 6,6%
2020 7,6%
2021 7,2%
ASSETS DEPRECIATION
RATIO
TAHUN BCA
2019 7,1%
2020 8,1%
2021 7,2%
Antara tahun 2019 hingga 2021 pada Bank MANDIRI dan Bank BCA, keduanya tidak
menunjukkan adanya penurunann yang signifikan. Tetapi pada Bank BCA tahun 2020 dengan
rasio penyusutan 8,1% yang merupakan persentase rasio yang paling besar yang menjelaskan
bahwa Bank BCA telah terjadi pengurangan volume investasi secara artifisial, yang seharusnya
dianggap negatif.
Capital expenditures
Productive asset investment rasio =
Depreciationexpenses
MANDIRI:
BCA:
Dalam dunia bisnis istilah ini disebut juga sebuah aliran arus kas yang negatif. Penyebabnya
adalah dana perusahaan yang banyak berasal dari venture capital belum mengalir secara
maksimal. Hanya ada pengeluaran-pengeluaran di bulan awal perusahaan berdiri.
Shareholders ’ equity
Cash burn rate =
׀net loss׀
MANDIRI:
BCA:
Non-current asset adalah lawan kata dari current asset. Bila current account adalah aset
yang dalam kurun waktu singkat bisa dikonversi menjadi uang, maka non-current asset adalah
aset perusahaan jangka panjang yang tidak bisa dikonversi ke dalam mata uang dalam periode
jangka waktu pendek.
Current assets
Current assets to total assets rasio =
Total assets
Non−current asset
Non-current assets to total assets rasio =
Total assets
MANDIRI:
BCA:
3.10 Equity to fixed assets ratio and equity and long-term liabilities to fixed assets rasio
Equity to fixed assets ratio menunjukkan kepada analis eksposur relatif pemegang saham
dan pemegang utang terhadap aset tetap perusahaan. Jadi, jika rasio “equity to fixed assets”
adalah 0,9, ini berarti pemegang saham telah membiayai 90% dari aset tetap perusahaan. Sisanya
10% serta aset lancar dan investasi semuanya telah dibiayai oleh pemegang utang.
Shareholders ’ equity
Equity to fixed assets rasio =
Non−current assets
Equity to fixed assets ratio menggambarkan persentase aset tidak lancar ditutupi oleh ekuitas
pemegang saham.
MANDIRI:
Equity to fixed assets rasio
2019 17,70839827
2020 17,06021157
2021 18,42172335
BCA:
Goodwill
Goodwill rasio =
Shareholders ’ equity
MANDIRI: BCA :
Goodwill rasio
201
9 0,000321
202
0 0,000511
202
1 0,000456
Goodwill rasio
2019 0,000931
2020 0,001077
2021 0,000943
BAB 4
Ratios for Working Capital Management
4.1 Days sales outstanding and days payables outstanding
Days payable outstanding (DPO) adalah waktu rata-rata bagi perusahaan untuk
membayar tagihannya. Sebaliknya, days sales outstanding (DSO) adalah rata-rata lama waktu
penjualan harus dibayar kembali ke perusahaan. Ketika DSO tinggi, ini menunjukkan bahwa
perusahaan menunggu waktu yang lama untuk mengumpulkan uang untuk produk yang dijual
secara kredit. Sebaliknya, DPO yang tinggi dapat ditafsirkan dengan berbagai cara, baik yang
menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan kas yang ada untuk menciptakan lebih banyak
modal kerja, atau menunjukkan pengelolaan arus kas bebas yang buruk.
Rasio kas adalah kas dan aset likuid dan surat berharga perusahaan (aset yang dapat
dilikuidasi dengan cepat dan mudah) sebanding dengan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini
(seperti cepat rasio dan rasio lancar) berasal dari konsep bahwa utang jangka pendek harus cukup
ditutupi oleh aset yang dapat dikonversi menjadi uang tunai dengan cukup cepat. Pengertian lain
dari cash ratio adalah rasio likuiditas yang bersifat konservatif yang di dalamnya terdapat
kemampuan perusahaan untuk mampu menutupi hutang dalam jangka waktu pendeknya dengan
dibandingkan rasio lain.
Bank BCA
Cash Ratio
TAHUN BCA
2019 0,156
2020 0,123
2021 0,177
Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa cash ratio adalah rasio likuiditas yang
paling ketat karena di dalamnya hanya akan menggunakan aset yang likuiditasnya paling tinggi,
yaitu kas setara. Suatu perusahaan akan dikatakan memiliki uang yang cukup untuk membayar
tagihan jangka pendeknya jika nilai cash ratio nya adalah 1,0. Pada tahun 2019 dan 2020 Bank
BCA memiliki cash ratio yang kurang dari 1.0 yaitu 0,156 dan 0,123. Artinya perusahaan tidak
memiliki kas dan setara kas yang cukup untuk membayar tagihannya. Namun, pada tahun 2021
Bank BCA memiliki cash ratio yang lebih dari 1,0 yaitu 1,774. artinya perusahaan dapat
membayar tagihannya dengan kas dan setara kas bahkan berlehih. Dari hasil perhitungan di atas
Sebenarnya, tidak ada nilai pasti tentang berapa angka minimal cash ratio yang diperlukan oleh
perusahaan, tapi umumnya rasio antara 0,5 hingga 1,0 bisa diterima oleh para investor dan
kreditur. Oleh karena itu, tahun 2019 dan 2020 merupakan tahun yang kurang baik.
Bank Mandiri
Cash Ratio
TAHUN Mandiri
2019 0,128
2020 0,178
2021 0,151
Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa cash ratio adalah rasio likuiditas yang
paling ketat karena di dalamnya hanya akan menggunakan aset yang likuiditasnya paling tinggi,
yaitu kas setara. Suatu perusahaan akan dikatakan memiliki uang yang cukup untuk membayar
tagihan jangka pendeknya jika nilai cash ratio nya adalah 1,0. Pada tahun 2019, 2020 dan 2021
memiliki cash ratio yang kurang dari 1.0 yaitu 0,128, 0,178 dan 0,151. Artinya perusahaan tidak
memiliki kas dan setara kas yang cukup untuk membayar tagihannya. Umumnya rasio antara 0,5
hingga 1,0 bisa diterima oleh para investor dan kreditur. Oleh karena itu, Bank Mandiri perlu
memerhatikan Cash Ratio mereka karena kurang baik di bawah 0,5.
Selain aset yang sudah menjadi kas atau dapat diubah menjadi kas dalam satu atau dua
hari, rasio cepat juga memungkinkan piutang untuk diperhitungkan di antara aset jangka
pendeknya. Signifikansi penambahan piutang sebagai aset jangka pendek sampai batas tertentu
tergantung pada keadaan khusus dari bisnis yang terlibat. quick ratio hanya memperhitungkan
aset yang paling likuid, maka rasio cepat dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Namun, rasio cepat
mungkin masih belum menjadi indikator likuiditas langsung yang akurat atau realistis, karena
perusahaan tidak selalu dapat melikuidasi aset lancar yang termasuk dalam rasio cepat.
Bank BCA
113.067.545+296.709
Quick Ratio 2019 =
721.220 .547
106.271.237+ 407.175
Quick Ratio 2020 =
862.371.048
177.268.685+ 606.760
Quick Ratio 2021 =
998.991 .290
Quick Ratio
TAHUN BCA
2019 0,184
2020 0,123
2021 0,178
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, quick ratio tahun 2019, 2020 dan 2021 adalah
0,184, 0,123 dan 0,178. Rasio cepat mengukur bagaimana Aset Likuid Perusahaan BCA dapat
menyelesaikan Kewajiban Lancar yang kemungkinan besar harus dibayar dalam periode yang
lebih pendek dari satu tahun. Hal ini jelas terlihat bahwa Bank BCA tidak memiliki Alat Likuid
yang cukup untuk membayar Kewajiban Lancar. Ini memberi tahu kita bahwa BCA berpotensi
memiliki masalah Likuiditas. Setiap tahun quick ratio semakin meningkat. Namun, Quick Ratio
adalahrasio yang mengukur jangka waktu pendek dari posisi likuiditas dan bukan berarti BCA
mengalami masalah likuiditas.
Bank Mandiri
Quick Ratio
TAHUN Mandiri
2019 0,16
2020 0,2
2021 0,17
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, quick ratio tahun 2019, 2020 dan 2021 adalah
0,16, 0,2 dan 0,17. Rasio cepat mengukur bagaimana Aset Likuid Perusahaan Mandiri dapat
menyelesaikan Kewajiban Lancar yang kemungkinan besar harus dibayar dalam periode yang
lebih pendek dari satu tahun. Hal ini jelas terlihat bahwa Bank Mandiri tidak memiliki Alat
Likuid yang cukup untuk membayar Kewajiban Lancar. Bank Mandiri berpotensi memiliki
masalah Likuiditas. Tahun 2020 quick ratio sempat meningkat, tetapi pada tahun 2021 quick
ratio turun 0,03. Namun, Quick Ratio adalah rasio yang mengukur jangka waktu pendek dari
posisi likuiditas dan bukan berarti BCA mengalami masalah likuiditas.
Current ratio atau rasio lancar adalah salah satu Rasio Likuiditas yang digunakan untuk
menilai posisi likuiditas suatu entitas dengan menggunakan hubungan antara Aktiva Lancar dan
Liabilitas Lancar. Dengan kata lain, ini adalah alat yang digunakan untuk menilai apakah aset
lancar dapat melunasi kewajiban lancar atau tidak.
Aktiva Lancar
Rumus = Kewajiban Lancar
Bank BCA
146.985.093.000.000
Current Ratio 2019 = 721.220.547.000.000
277.039.027.000.000
Current Ratio 2020 = 862.371.048.000.000
356.299.708.000.000
Current Ratio 2021 = 998.991.290.000.000
TAHUN BCA
2019 0,20
2020 0,32
2021 0,36
Berdasarkan perhitungan di atas, pada tahun 2019 rasio modal kerja yang dimiliki oleh
BCA adalah sebesar 0,20. Artinya, bahwa setiap kewajiban lancar senilai satu rupiah hanya akan
dijamin dengan aktiva lancar sebesar 0,20. Ditahun 2020 rasio modal kerja mengalami
peningkatan sebesar 0,12 dari tahun sebelumnya, rasio modal kerja pada tahun 2020 adalah
sebesar 0,32. Artinya setiap kewajiban lancar senilai satu rupiah hanya akan dijamin oleh aset
lancar sebesar 0,32. Ditahun 2021 rasio modal kerja BCA mengalami peningkatan 0,04 dari
tahun sebelumnya. Rasio modal kerja pada tahun 2021 adalah sebesar 0,36. Artinya, kewajiban
lancar senilai satu rupiah akan dijamin oleh aset sebesar 0,36. Rasio modal kerja yang sehat
adalah tidak terlalu kecil tetapi juga tidak terlalu berlebihan. Jika kata lain dari rasio likuiditas itu
kecil atau aset lancar perusahaan kurang dari utang lancar, maka artinya perusahaan
kemungkinan mengalami kesulitan untuk berkembang, bahkan berpotensi bangkrut. Sebaliknya,
jika rasio modal kerja terlalu besar atau modal kerja berlebihan menunjukkan adanya aset yang
menganggur. Namun, Bank BCA memiliki rasio modal kerja yang kurang dari satu. Rasio
kurang dari 1 dianggap berisiko oleh investor dan kreditor karena menunjukkan bahwa
perusahaan mungkin tidak dapat menutupi utangnya jika diperlukan. Rasio lancar kurang dari 1
sama dengan modal kerja negatif.
Bank Mandiri
187,110,873,000,000
Current Ratio 2019 = 963,924,084,000,000
308,752,693,000,000
Current Ratio 2020 = 1,122,886,099,000,000
289,479,489,000,000
Current Ratio 2021 = 1,278,754,834,000,000
TAHUN MANDIRI
2019 0,19
2020 0,27
2021 0,23
Berdasarkan perhitungan di atas, pada tahun 2019 rasio modal kerja yang dimiliki oleh
Mandiri adalah sebesar 0,19. Artinya, bahwa setiap kewajiban lancar senilai satu rupiah hanya
akan dijamin dengan aktiva lancar sebesar 0,19. Ditahun 2020 rasio modal kerja mengalami
peningkatan sebesar 0,8 dari tahun sebelumnya, rasio modal kerja pada tahun 2020 adalah
sebesar 0,27. Artinya setiap kewajiban lancar senilai satu rupiah hanya akan dijamin oleh aset
lancar sebesar 0,27. Ditahun 2021 rasio modal kerja mengalami penurunan 0,04 dari tahun
sebelumnya. Rasio modal kerja pada tahun 2021 adalah sebesar 0,24. Artinya, kewajiban lancar
senilai satu rupiah akan dijamin oleh aset sebesar 0,24. Bank Mandiri memiliki rasio modal kerja
yang kurang dari satu dan mengalami penurunan pada tahun 2021. Rasio kurang dari 1 dianggap
berisiko oleh investor dan kreditor karena menunjukkan bahwa perusahaan mungkin tidak dapat
menutupi utangnya jika diperlukan. Rasio lancar kurang dari 1 sama dengan modal kerja negatif.
Biaya Penjualan
Rumus =
Persediaan
Cash Conversion Cycle atau Siklus Konversi Kas merupakan sebuah metrik yang
menunjukkan waktu perusahaan dalam mengubah investasi dalam persediaan menjadi uang
tunai. Siklus konversi tunai memiliki formula mengukur jumlah waktu, hari, kemudian
perusahaan menggunakannya untuk mengubah input sumber dayanya menjadi uang tunai. Bisa
juga dikatakan bahwa cash conversion cycle atau CCC merupakan sebuah perhitungan untuk
mengukur seberapa lama kas diikat dalam inventaris sebelum inventaris tersebut dijual dan uang
tunai dikumpulkan dari pelanggan.
Backlog adalah to-do-list permintaan, daftar pekerjaan, pesanan barang atau jasa yang
belum ditangani atau dikerjakan. Dalam istilah properti, backlog adalah kesenjangan antara
permintaan dan pasokan hunian yang tersedia. Serta Order Intake digunakan mengacu pada
semua pemesanan baru dan pesanan perubahan yang dipesan selama periode pelaksanaan,
termasuk bagian pesanan.
Order Backlog
Forward Order Book= x 360
penjualan 12bulan terakhir
Order∈take
Back ¿ Bill Ratio=
Penjualan
Analisis Inventory turnover, cash convension cycle, dan Ratio for order backlog dan order intake
terhadap Bank Mandiri dan Bank BCA tidak dapat dilakukan karena kedua perusahaan tersebut
bergerak di bidang jasa keuangan, bukan perusahaan barang dagang sehingga keempat
komponen tersebut tidak dapat dihitung.
BAB 6
Perusahaan dengan nilai Dividend Payout Ratio yang rendah biasanya akan
menjadi pilihan bagi investor cenderung tertarik pada pertumbuhan modal (investasi
jangka panjang). Sebaliknya, investor yang ingin investasi jangka pendek biasanya lebih
suka memilih perusahaan dengan nilai DPR tinggi. Dividend payout ratio yang tinggi
tidak selalu menarik bagi investor. Apabila terlalu tinggi, menandakan bahwa perusahaan
mencoba menutupi situasi bisnis yang buruk dari investor dengan menawarkan dividen
yang berlebihan.
- Tahun 2021
Dividen
= x 100 %
Laba Bersih
16.489.279 .937 .593 , 92
= x 100 %
28.028 .155 .000 .000
= 58%
2) Bank BCA
- Tahun 2019 :
Dividen
= x 100 %
Laba Bersih
13.682.660 .387 .000
= x 100 %
28.565.053 .000 .000
= 47,9%
- Tahun 2020 :
Dividen
= x 100 %
Laba Bersih
13.077 .194 .538 .000
= x 100 %
27.131 .109.000 .000
= 48,2%
- Tahun 2021 :
Dividen
= x 100 %
Laba Bersih
17.879.459 .400 .000
= x 100 %
31.422.600 .000 .000
= 56,9%
E. DIVIDEN YIELD
Dividen yield adalah cara untuk mengukur berapa banyak arus kas yang Anda
peroleh untuk setiap rupiah yang diinvestasikan dalam posisi ekuitas. Jika tidak ada
capital gain, dividen diperlakukan sebagai laba atas investasi saham. Dividen yield adalah
metode yang digunakan untuk mengukur jumlah arus kas yang Anda peroleh untuk setiap
uang yang Anda investasikan dalam posisi ekuitas. Perusahaan yang lebih mapan
biasanya memberikan persentase dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan yang
lebih muda, dan riwayat dividen perusahaan yang lebih tua juga umumnya lebih
konsisten.
Rumus :
Dividen per lembar saham
DividenYield= x 100 %
Nilai pasar per saham
- Tahun 2020 :
Dividen per lembar saham
= x 100 %
Nilai pasar per saham
220 ,27
= x 100 %
6.525
= 3,30%
- Tahun 2021
Dividen per lembar saham
= x 100 %
Nilai pasar per saham
360 ,63
= x 100 %
7.925 , 9
= 4,55%
2) Bank BCA
- Tahun 2019 :
Dividen per lembar saham
= x 100 %
Nilai pasar per saham
555
= x 100 %
30.050
= 1,70%
- Tahun 2020 :
Dividen per lembar saham
= x 100 %
Nilai pasar per saham
530
= x 100 %
31.176 , 4
= 1,70%
- Tahun 2021
Dividen per lembar saham
= x 100 %
Nilai pasar per saham
431
= x 100 %
31.075
= 1,39%
Pembelian kembali saham merupakan bentuk utama kedua dari distribusi laba. Ketika
saham sendiri dibeli kembali di pasar terbuka, saham tersebut dapat dibatalkan atau disimpan
sebagai saham treasury sebagai mata uang akuisisi. Terutama ketika dibatalkan, pengurangan
jumlah total saham yang beredar meningkatkan proporsi yang dimiliki setiap pemegang saham
yang ada di perusahaan. Terdapat beberapa alasan perusahaan melakukan buyback, misalnya saja
untuk meningkatkan nilai dari saham yang masih beredar atau mengurangi peredaran saham,
atau untuk mencegah pemegang saham untuk mengontrol pergerakan harga saham dari
perusahaan yang bersangkutan. Dengan membeli saham kembali atau melakukan buyback,
emiten bisa meningkatkan nilai atau harga saham karena jumlah saham yang beredar di pasar
menjadi lebih sedikit. Biasanya, buyback saham dilakukan oleh perusahaan ketika merasa harga
saham mereka undervalued atau terlalu murah. Buyback dilakukan sehingga investor bisa
mendapatkan imbal hasil yang lebih besar. Dengan buyback saham, nilai saham yang diberi oleh
investor pun juga akan meningkat.
6.3 CONCLUSION
BAB 7
VALUTION RATIOS
B. Analisis Price to Earnings Ratio bank Mandiri dan BCA tahun 2019-2021
1) Bank Mandiri
- Tahun 2019 :
Share Price
=
Earnings per Share
7.975
=
580
= 13,75 kali
- Tahun 2020 :
Share Price
=
Earnings per Share
6.150
=
401
= 15,34 kali
- Tahun 2021 :
Share Price
=
Earnings per Share
6.425
=
367
= 17,50 kali
2) Bank BCA
- Tahun 2019 :
Share Price
=
Earnings per Share
33.370
=
1.159
= 28,8 kali
- Tahun 2020 :
Share Price
=
Earnings per Share
33.880
=
1.100
= 30,8 kali
- Tahun 2021 :
Share Price
=
Earnings per Share
38.000
=
1.214
= 31,3 kali
- Tahun 2020 :
Share Price
=
Book Value per Share
6.150
=
3.967
= 1,55 kali
- Tahun 2021 :
Share Price
=
Book Value per Share
6.425
=
4.040
= 1,59 kali
2) Bank BCA
- Tahun 2019 :
Share Price
=
Book Value per Share
33.370
=
7.100
= 4,7 kali
- Tahun 2020 :
Share Price
=
Book Value per Share
33.880
=
7.528
= 4,5 kali
- Tahun 2021 :
Share Price
=
Book Value per Share
36.200
=
8.418
= 4,3 kali
B. Analisis Price to Cash Flow Ratio bank Mandiri dan BCA tahun 2019-2021
1) Bank Mandiri
- Tahun 2019 :
Share Price
=
OperatingCash Flow per Share
7.975
=
513 ,5
= 15,5 kali
- Tahun 2020 :
Share Price
=
OperatingCash Flow per Share
6.150
=
2.187
= 2,81 kali
- Tahun 2021 :
Share Price
=
OperatingCash Flow per Share
6.425
=
2.783
= 2,3 kali
- Tahun 2020 :
Share Price
=
OperatingCash Flow per Share
33.880
=
2.068
= 16,3 kali
- Tahun 2021 :
Share Price
=
OperatingCash Flow per Share
36.200
=
5.118
= 7,07 kali
Nilai rata-rata Price to Sales Ratio untuk BCA dan Mandiri dari tahun 2019-2021 adalah
0,014331. Dengan demikian, harga saham bank BCA untuk tahun 2019-2021 adalah
undervalued karena nilainya di bawah nilai rata-rata dan nilai tersebut dianggap optimal
sedangkan pada bank Mandiri, nilai Price to Sales Ratio pada tahun 2019-2021 berada di atas
nilai rata-rata maka harga saham bank Mandiri overvalued dari pasar. Maka dapat disimpulkan,
harga saham bank Mandiri pada tahun 2019-2021 yang mengalami overvalued mengindikasikan
bahwa harga saham bank Mandiri relatif lebih mahal daripada harga saham bank BCA di tahun
yang sama. Oleh sebab itu, investor perlu mengetahui rasio ini untuk mengevaluasi suatu
perusahaan.
Namun, pebisnis juga dapat menggunakan rumus yang telah diperluas, yaitu:
Nilai Enterprise Value Approach (EV) pada bank BCA dan bank Mandiri pada tahun
2019-2021 mengalami peningkatan yang signifikan akan tetapi nilai EV bank Mandiri selalu
menjukkan nilai yang lebih besar daripada nilai EV bank BCA pada tahun 2019-2021. Hal ini
mengindikasikan bahwa nilai total dari bank Mandiri lebih besar daripada bank BCA. Besarnya
nilai perusahaan (Enterprise Value) ini juga dapat menjadi tolak ukur bagi para investor.
Sederhananya, semakin baik angka EV perusahaan, semakin besar jumlah untung yang dapat
dihasilkan. Dengan demikian, investor akan mendapatkan jumlah untung yang lebih besar dari
bank Mandiri daripada bank BCA pada tahun 2019-2021 karena nilai EV bank Mandiri selama
tiga tahun tersebut lebih besar dan lebih baik daripada bank BCA.
7.6. EV/EBITDA
EV/EBITDA yang juga bisa disebut dengan Enterprise Value Multiple (EVM) adalah
salah satu rasio analisis keuangan perusahaan, di mana EV (Enterprise Value) dibandingkan
dengan EBITDA (Earning Before Interest, Tax, Depreciation, and Amortisation).
EV to EBITDA adalah rasio valuasi yang digunakan untuk menilai mahal murahnya suatu
perusahaan berdasarkan kemampuannya menghasilkan laba usaha atau kas operasi.
EV Kapitalisasi pasar +Utang−Uang Kas
EVM = =
EBITDA Laba Bersih+ Bunga+ Pajak + Depresiasi+ Amortisasi
Tahun BCA Mandiri
2019 16,409008 23,723763
2020 21,620934 37,868230
2021 20,442691 27,254196
Nilai EV/EBITDA pada bank BCA di tahun 2019-2020 mengalami peningkatan dan
menurun pada tahun 2021. Hal yang sama juga terjadi pada bank Mandiri yang mengalami
peningkatan nilai EV/EBITDA di tahun 2019-2020 dan menurun pada tahun 2021. Para analis
berpendapat bahwa rasio EV/EBITDA yang murah berada di bawah 10. Meskipun pada tahun
2021 bank BCA dan bank Mandiri mengalami nilai yang menurun, akan tetapi nilai tersebut
tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai EVM (EV/EBITDA) yang paling kecil
pada bank BCA dan bank Mandiri berada pada tahun 2019. Makin rendah angka EVM-nya, ini
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan tersebut menjadi semakin baik dan harga saham
semakin murah sehingga akan mempercepat BEP. Oleh sebab itu, kinerja terbaik dari bank BCA
dan bank Mandiri berada pada tahun 2019 dan tahun 2021 (karena pada tahun 2021 nilai EVM
kembali menurun dari tahun 2020).
7.7. EV/EBIT
Rasio nilai perusahaan terhadap pendapatan sebelum bunga dan pajak (EV/EBIT) adalah
metrik yang digunakan untuk menentukan apakah suatu saham dihargai terlalu tinggi atau terlalu
rendah dalam kaitannya dengan saham setara dan pasar secara keseluruhan.
EV Nilai Perusahaan
=
EBIT Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Tahun BCA Mandiri
2019 17,320415 25,071004
2020 23,260123 42,302695
2021 21,730702 29,840310
Nilai EV/EBIT pada tahun 2019-2021 bank Mandiri selalu lebih besar daripada bank
BCA meskipun pada tahun 2021 nilai kedua bank tersebut megalami penurunan. Dari nilai
tersebut dapat diindikasikan bahwa nilai saham bank Mandiri lebih tinggi atau mahal daripada
bank BCA. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa saham perusahaan mungkin dinilai terlalu
tinggi. Meskipun menguntungkan bagi bank Mandiri untuk penjualan saham segera untuk
pengambilan keuntungan, situasi seperti itu dapat menimbulkan bencana jika harga pasar
berbalik yang menyebabkan harga saham anjlok. Sebaliknya, rasio EV/EBIT yang rendah
menunjukkan bahwa saham perusahaan mungkin undervalued. Harga saham bank BCA mungkin
lebih rendah daripada bank Mandiri, namun ketika pasar akhirnya memberikan nilai yang lebih
tepat untuk bisnis, harga saham dan laba bank BCA akan dapat naik.
7.8. EV/FCF
Nilai EV (Enterprise Value)/FCF (Free Cash Flow) membandingkan penilaian
perusahaan dengan potensinya untuk membuat laporan arus kas positif.
EV Nilai Perusahaan
=
FCF Arus Kas Bebas
Tahun BCA Mandiri
2019 -10,236985 -198,001763
2020 113,803249 14,898044
2021 9,937147 768,141727
Nilai EV/FCF pada bank BCA dan bank Mandiri menunjukkan nilai yang negatif pada
tahun 2019, itu menunjukkan bahwa pada tahun 2019, nilai perusahaan dan arus kas bebas pada
bank BCA dan bank Mandiri tidak mampu untuk membuat laporan arus kas yang positif.
Pada tahun 2019-2021, nilai EV/FCF bank BCA berfluktuasi. Rasio ini meningkat signifikan
pada tahun 2020 dan menurun secara signifikan pada tahun 2021, yaitu dari 113,803249 menjadi
9,937147.
Pada tahun 2019-2021, nilai EV/FCF bank Mandiri selalu meningkat. Rasio ini meningkat di
tahun 2020 dan meningkat lagi dengan sangat signifikan pada tahun 2021, yaitu dari 14,898044
menjadi 768,141727.
7.9. EV/Sales
EV/Sales adalah rasio keuangan yang membandingkan nilai total perusahaan dengan
penjualannya. Secara umum, semakin rendah rasio perusahaan, semakin murah nilai perusahaan
tersebut.
EV Nilai Perusahaan
=
Sales Penjualan
Tahun BCA Mandiri
2019 249,192711 249,089249
2020 293,097933 323,989721
2021 256,514399 353,298098
Nilai EV/Sales bank BCA mengalami peningkatan pada tahun 2020 dan menurun pada
tahun 2021 sedangkan pada bank Mandiri menunjukkan nilai yang selalu meningkat dari tahun
2019-2021. Rasio bank Mandiri lebih besar dari bank BCA pada tahun 2020-2021. Hal ini
menunjukkan bahwa harga saham bank Mandiri lebih mahal daripada bank BCA pada tahun
2020-2021 dan harga saham bank BCA lebih mahal daripada bank Mandiri pada tahun 2019.