Anda di halaman 1dari 14

Laporan Perubahan Modal

PT. Cahaya Citra Alumindo


Periode 2019
Modal awal Laporan Laba Rugi 24,000,000,000
Laba Bersih PT. Cahaya Citra Alumindo
- 130,686,290  
Prive Periode 2019-2020
-
Modal akhir   Tahun
23,869,313,710
Keterangan
2019 2020
Penjualan Bersih 2,572,700,000 3,380,369,500
Beban Pokok Penjualan 2,084,626,672 2,441,388,448
Laba Kotor 488,073,328 938,981,052

Beban Operasional :
Beban Usaha 120,278,580 62,479,336
Beban Adm dan Umum 480,546,776 492,266,451
Jumlah Beban Operasional 600,825,356 554,745,787
Laba Operasional - 112,752,028 384,235,265

Pendapatan lain-lain 6,279,834 16,607,357


Beban lain-lain - 24,214,096 - 309,857,240
Jumlah - 17,934,262 - 293,249,883
Laba Bersih - 130,686,290 90,985,382

(Sumber: dikelola penulis, 2021)

2.8.1 Laporan Perubahan Modal


Struktur Modal pada PT. Cahaya Citra Alumindo. Modal di awal periode tiap
tahun adalah modal akhir dari periode sebelumnya.

Laporan Perubahan Modal 2019


(Sumber: dikelola penulis, 2021)

Laporan Perubahan Modal 2020

Laporan Perubahan Modal


PT. Cahaya Citra Alumindo
Periode 2020
Modal awal 24,000,000,000
Laba Bersih 90,985,382  
Prive -  
Modal akhir   24,090,985,382

(Sumber: dikelola penulis, 2021)


Neraca
PT. Cahaya Citra Alumindo
Periode 2019-2020
Tahun
Deskripsi
2019 2020
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas 350,329,312 474,431,911
Piutang Usaha 15,850,749,220 17,473,813,379
Persediaan 4,039,035,828 2,895,708,416
Uang Muka Pembelian 18,000,000 -
PPN Pembelian 7,778,400 58,401,917
Jumlah Aktiva Lancar 20,265,892,760 20,902,355,623
 
AKTIVA TETAP
Harga Perolehan 30,378,182,180 30,987,180,680
Akumulasi Penyusutan 28,023,026,285 29,009,754,486
Jumlah Aktiva Tetap 2,355,155,895 1,977,426,194

AKTIVA TIDAK BERWUJUD


Harga Perolehan 1,054,691,112 1,054,691,112
Akumulasi Penyusutan 758,416,925 872,410,348
Jumlah Aktiva Tidak
Berwujud 296,274,187 182,280,764
TOTAL AKTIVA 22,917,322,842 23,062,062,581
 
PASSIVA
HUTANG LANCAR
Hutang Usaha 1,668,541,332 2,614,490,870
Hutang Afiliasi 35,755,214,538 36,236,359,723
Cadangan THR 70,000,000 125,000,000
Jumlah Hutang Lancar 37,493,755,871 38,975,850,593

MODAL USAHA
Modal Saham 24,000,000,000 24,000,000,000
Laba Ditahan -38,035,040,940 -39,796,498,854
Laba Berjalan -541,392,089 -117,289,158
Jumlah Modal Usaha -14,576,433,029 -15,913,788,012
TOTAL PASSIVA 22,917,322,842 23,062,062,581
2.8.2 Rasio Keuangan
Di dalam keuangan terdapat beberapa ratio yang digunakan untuk mengetahui dan
menentukan keadaan keuangan suatu perusahaan, sehingga perusahaan dapat
menentukan tindak lanjut yang harus dilakukan supaya kondisi keuangan perusahaan
dapat dikendalikan dan berjalan dengan baik.
Untuk mengetahui kondisi keuangan PT. Cahaya Citra Alumindo, berikut telah
disajikan beberapa ratio keuangan dari data keuangan perusahaan pada tahun 2019 –
2020 :

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)


a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Aktiva Lancar
Current Ratio = x 100%
Hutang Lancar
20,265,892,760
CR 2019 = x 100%
37,493,755,871
CR 2019 = 540%
20,902,355,623
CR 2020 = x 100%
38,975,850,593
CR 2020 = 536%

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Aktiva Lancar−Persediaan
Quick Ratio = x 100%
Hutang Lancar
20,265,892,760−4,039,035,828
QR 2019 = x 100%
37,493,755,871
QR 2019 = 432%
20,902,355,623−2,895,708,416
QR 2020 = x 100%
38,975,850,593
QR 2020 = 461%

Dari hasil analisis rasio likuiditas diatas dapat dilihat lebih jelas pada tabel
berikut:

Rasio Likuiditas PT. Cahaya Citra Alumindo


Tahun Current Ratio Quick Ratio
2019 540% 432%
2020 536% 461%
(Sumber: dikelola penulis, 2021)

Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :


a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Menurut Kasmir (2015), Rasio lancar atau current ratio merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk
mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan. Ukuran kesehatan rasio
lancar memiliki standar 200% (2:1) sudah dianggap baik dalam perusahaan
melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Hasil perhitungan rasio lancar pada tahun 2019 PT. Cahaya Citra
Alumindo diperoleh 540% yang berarti setiap 1 rupiah hutang lancar
dijamin oleh Rp 5,40 harta lancar, maka rasio lancar di tahun 2019
tergolong baik. Selanjutnya pada tahun 2020 perhitungan rasio lancar
diperoleh 536% atau 5,36:1, maka pada tahun 2020 rasio lancar masih
tergolong baik.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Menurut Athanasius (2012), rasio cepat merupakan sarana untuk
mengukur apakah perusahaan memiliki dana kas atau setara kas untuk dapat
memenuhi kewajiban lancarnya. Menurut Kasmir, ukuran kesehatan rasio
cepat memiliki standar 150% sudah dianggap baik.
Hasil perhitung rasio cepat pada PT. Cahaya Citra Alumindo di tahun
2019 diperoleh 432% artinya setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh Rp
4,32 aktiva lancar di luar persediaan. Selanjutnya di tahun 2020 diperoleh
rasio cepat sebesar 461%. Dari hasil rasio cepat pada kedua tahun tersebut
dapat diketahui bahwa rasio cepat pada PT. Cahaya Citra Alumindo berada
di atas standar yaitu di atas 150%, artinya PT. Cahaya Citra Alumindo
termasuk perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik. Kondisi ini
menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual persediaan bila hendak
melunasi hutang lancar, melainkan dengan memanfaatkan aktiva lancar
lainnya.

2. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)


a. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Penjualan
Receivable Turnover =
Piutang Usaha
2,572,700,000
RT 2019 =
15,850,749,220
RT 2019 = 0,16 X
3,380,369,500
RT 2020 =
17,473,813,379
RT 2020 = 0,19 X

b. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)


Harga Pokok Penjualan
Inventory Turnover =
Persediaan
2,084,626,672
IT 2019 =
4,039,035,828
IT 2019 = 0,51
2,441,388,448
IT 2020 =
2,895,708,416
IT 2020 = 0,84

c. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)


Penjualan Bersih
Total Assets Turnover =
Total Aktiva
2,572,700,000
TATO 2019 =
22,917,322,842
TATO 2019 = 0,11
3,380,369,500
TATO 2020 =
23,062,062,581
TATO 2020 = 0,14

Dari hasil analisis rasio aktivitas diatas dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut:

Rasio Aktivitas PT. Cahaya Citra Alumindo

Receivable Inventory Total Assets


Tahun
Turnover Turnover Turnover
2019 0,16 kali 0,51 kali 0,11 kali
2020 0,19 kali 0,84 kali 0,14 kali
(Sumber: dikelola penulis, 2021)

a. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover)


Menurut Kasmir (2015) rasio perputaran piutang adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar
dalam satu periode. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan, bahwa modal
kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan
rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin
baik. Sebaliknya semakin rendah rasio ini maka perputaran piutang
memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan
piutang.
Hasil perhitungan rasio perputaran piutang PT. Cahaya Citra
Alumindo pada tahun 2019 diperoleh 0,16 kali yang berarti kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan modal tersebut kurang efisien, tetapi pada
tahun 2020 ada peningkatan menjadi 0,19 kali.
b. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Menurut Kasmir (2015) rasio perputaran persediaan merupakan rasio
yang digunakan untuk megukur berapa kali dana yang ditanam dalam
persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Dapat diartikan
pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa
kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio
ini, semakin buruk demikian pula sebaliknya.
Hasil perhitungan perputaran persediaan PT. Cahaya Citra Alumindo
pada tahun 2019 diperoleh 0,51 kali berikutnya di tahun 2020 diperoleh 0,84
kali. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2019 PT. Cahaya Citra
Alumindo mengalami penurunan dalam perputaran persediaan, tetapi pada
tahun 2020 mengalami sedikit kenaikan artinya manajemen persediaan
perusahaan mengalami kemajuan.
c. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)
Menurut Kasmir (2015) rasio perputaran total aktiva adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki
perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap
rupiah aktiva. Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana tingkat
efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk
menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Rata-rata industri untuk total
asset turnover ratio yakni 2 kali.
Hasil perhitungan rasio diatas tidak bagus karena di tahun 2019 hasil
TATO diperoleh sebesar 0,11 kali. Berikutnya di tahun 2020 hasil TATO
diperoleh sebesar 0,14 kali. Dari kedua periode ini PT. Cahaya Citra
Alumindo belum memenuhi rata-rata industri pada umumnya yakni 2 kali.

3. Rasio Hutang / Solvabilitas (Leverage {Debt} Ratio)


a. Rasio Hutang (Debt to Total Assets Ratio)
Total Hutang
Debt to Total Assets Ratio = x 100%
Total Aktiva
37,493,755,871
DTA 2019 = x 100%
22,917,322,842
DTA 2019 = 1,63 %
38,975,850,593
DTA 2020 = x 100%
23,062,062,581
DTA 2020 = 1,69 %
b. Rasio Total Hutang terhadap Modal Sendiri (Total Debt to Equity Ratio)
Total Hutang
Debt to Equity Ratio = x 100%
Modal
37,493,755,871
DTE 2019 = x 100%
24,000,000,000
DTE 2019 = 1,56 %
38,975,850,593
DTE 2020 = x 100%
24,000,000,000
DTE 2020 = 1,62 %

Dari hasil analisis rasio hutang diatas dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut:

Rasio Hutang PT. Cahaya Citra Alumindo

Tahun Debt to Total Assets Ratio Debt to Equity Ratio

2019 1,63 % 1,56 %


2020 1,69 % 1,62 %
(Sumber: dikelola penulis, 2021)

a. Rasio Hutang (Debt to Total Assets Ratio)


Menurut Kasmir (2015) rasio hutang terhadap total aset merupakan
rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total
hutang dengan total aktiva yang dimiliki. Dengan kata lain, untuk menilai
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar
utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.  Semakin tinggi
rasio ini maka pendanaan dengan hutang akan semakin banyak, maka
semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman
karena akan dikhawatirkan perusahaan tersebut tidak mampu menutupi
hutangnya dengan aktiva yang dimilikinya begitu pula sebaliknya. Rata-rata
industri untuk rasio hutang terhadap total aset ini adalah 35%.
Hasil perhitungan pada tahun 2019 diperoleh 1,63% pendanaan PT.
Cahaya Citra Alumindo dibiayai dengan hutang. Artinya setiap Rp 100
pendanaan perusahaan Rp 1,64 dibiayai dengan hutang dan Rp 98,37
disediakan oleh perusahaan. Berikutnya di tahun 2020 diperoleh hasil 1,69%
artinya setiap tahun pendanaan perusahaan yang dibiayai dengan hutang
semakin meningkat. Artinya, PT. Cahaya Citra Alumindo akan sulit jika
berencana akan mengajukan hutang lagi.
b. Ratio Total Hutang terhadap Modal Sendiri (Total Debt to Equity Ratio)
Menurut Kasmir (2010) Debt to equity ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
untuk jaminan utang. Standar umum rata-rata industri sebesar 90%, bila
diatas rata-rata perusahaan dianggap kuran baik.

Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa ratio hutang terhadap modal


dari tahun 2019 1,56% dan sampai tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar
1,62, data tersebut menunjukkan hasil bahwa PT. Cahaya Citra Alumindo
masih belum mampu untuk membayar hutang.

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)


a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Laba Kotor
Gross Profit Margin = x 100%
Penjualan Bersih
488,073,328
GPM 2019 = x 100%
2,572,700,000
GPM 2019 = 18%
938,981,052
GPM 2020 = x 100%
3,380,369,500
GPM 2019 = 27%

b. ROA (Return on Asset)


Pendapatan Bersih
Return On Asset = x 100%
Total Aktiva
2,572,700,000
ROA 2019 = x 100%
22,917,322,842
ROA 2019 = 11%
3,380,369,500
ROA 2020 = x 100%
23,062,062,581
ROA 2020 = 14%

Dari hasil analisis rasio profitabilitas diatas dapat dilihat lebih jelas pada tabel
berikut:

Rasio Profitabilitas PT. Cahaya Citra Alumindo

Tahun Gross Profit Margin Return on Asset

2019 18 % 11 %
2020 27% 14 %
(Sumber: dikelola penulis, 2021)

Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)


Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang
akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Rata-rata yang
harus dipenuhi agar perusahaan dapat mengetahui keuntungan laba kotornya
adalah 30% (Kasmir; 2015).
PT. Cahaya Citra Alumindo memiliki laba kotor yang cukup rendah di
bawah rata-rata industri. Pada tahun 2019 margin laba kotor yang diperoleh
perusahaan sebesar 18%. Pada tahun 2020 perusahaan mengalami
peningkatan sebesar 9% untuk laba kotor menjadi 27%. Melalui ukuran laba
kotor yang diperoleh dari penjualan tersebut, PT. Cahaya Citra Alumindo
termasuk perusahaan yang belum mampu menghasilkan keuntungan dengan
baik untuk di atas rata-rata industri.
b. ROA (Return On Assets)
Menurut Athanasius (2012:64) rasio ini menunjukkan seberapa jauh
aset perusahaan digunakan secara efektif untuk menghasilkan laba. Semakin
besar rasio ini, maka semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan.
Menurut Kasmir (2015), rata-rata industri untuk return on asset yaitu 30%.
PT. Cahaya Citra Alumindo memperoleh ROA di tahun 2019 sebesar
11% dan mengalami peningkatan yang cukup baik di tahun 2020 hingga
memperoleh ROA sebesar 14% . Kondisi ini cukup memuaskan dikarenakan
pada tahun 2020 perusahaan mampu meningkatkan efektivitas dalam
memperoleh penghasilan atas sejumlah aktiva yang dimiliki. Melalui hasil
ROA dari kedua tahun tersebut PT. Cahaya Citra Alumindo mengalami
situasi yang kurang baik karena rasio masih di bawah rata-rata industri.

4.1.4 Bidang Keuangan


1. Kekuatan
a. Memiliki likuiditas tinggi, sehingga perusahaan dapat menjamin hutang
jangka pendeknya dengan aset yang dimiliki.
b. Kondisi Activity perusahaan baik, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
nilai rasio perputaran piutang, dan nilai rasio perputaran persediaan pada
perusahaan.
c. Margin laba kotor dalam kondisi baik, hal ini menunjukan bahwa
perusahaan mampu menjalankan produksinya secara efisien, karena
besarnya harga pokok penjualannya relatif rendah jika dibandingkan
dengan besarnya penjualan.

2. Kelemahan
a. Perusahaan kurang optimal dalam mengelola aktiva, hal ini dapat dilihat
pada nilai rata-rata rasio perputaran total aktiva yang belum memenuhi
nilai minimal standar industry
b. Tingginya rasio hutang terhadap total aset mengakibatkan perusahaan
akan sulit jika berencana akan mengajukan hutang lagi.
c. ROA dalam kondisi yang kurang baik, karena rasio masih di bawah rata-
rata industri

(Policy)

3.4.4 Bidang Keuangan


1. Meningkatkan laba penjualan untuk kelangsungan operasional dan menarik
investor untuk menanamkan modal
2. Memperketat penggunaan anggaran, dengan cara bagian keuangan membuat
rencana- rencana pengeluaran dana untuk masing-masing divisi.
3. Melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap catatan keuangan, perencanaan
dan pengelolaan anggaran dana perusahaan agar pengeluaran sesuai dengan
kebutuhan yang telah direncanakan berdasarkan tingkat urgensinya sehingga
memudahkan untuk memantau setiap perputaran arus kas.
```

(Implementasi strategi)

6.1 Program Bidang Keuangan


1. Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada
perusahaan.
2. Meningkatkan laba perusahaan untuk menjamin kelangsungan perusahaan dan
merangsang investor dalam menanamkan```````````````````````````````````````````
modalnya.
3. Memperketat penggunaan anggaran, dengan cara bagian keuangan membuat
rencana- rencana pengeluaran dana untuk masing-masing divisi.
4. Melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap catatan keuangan, perencanaan dan
pengelolaan anggaran dana perusahaan agar pengeluaran sesuai dengan kebutuhan
yang telah direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai