Anda di halaman 1dari 4

Nama : Restika Eka Pratiwi

NIM : 2261101019

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Bank Syariah

Nama Dosen : Dr. IGN Oka Widana, S.E., M.M.

ANALISIS RASIO KEUANGAN

1. Analisis Keuangan

Berdasarkan rasio secara umum pada Bank tersebut terlihat bahwa tingkat kesehatan bank
dalam kategori kurang sehat, walaupun terdapat beberapa rasio yang terlihat baik.

a. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio - CAR)


Rasio kecukupan modal bank tersebut sepanjang tahun 2020-2022 mengalami
penurunan namun masih berada di atas rasio minimum berdasarkan standar BIS (Bank
for International Settlements) yaitu sebesar 8%. Hal ini artinya bank tersebut memiliki
kemampuan dalam menghadapi resiko kerugian dengan kecukupan modal yang kuat
dan Bank masuk dalam kategori sehat.
b. Pembiayaan Bermasalah Kotor (Non Performing Financing Gross – NPF Gross)
NPF Gross adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan
kolektibilitas 3 sampai dengan 5 (Kurang lancar, diragukan, Macet) dibandingkan
dengan total kredit yang diberikan oleh Bank. Rasio Pembiayaan Bermasalah Kotor
bank tersebut sepanjang tahun 2020-2022 mengalami fluktuasi namun masih masuk
dalam kategori sehat, karena masih dibawah nilai maksimum sebesar 5% yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal ini artinya bank tersebut memiliki pembiayaan
masih dalam batas wajar.
c. Pembiayaan Bermasalah Bersih (Non Performing Financing - NPF Net)
NPF Net adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan
kolektibilitas 3 sampai dengan 5 (Kurang lancar, diragukan, Macet) dikurangi
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) kolektibilitas 3 sampai dengan 5
(Kurang lancar, diragukan, Macet) dibandingkan dengan total kredit yang diberikan
oleh Bank. Rasio Pembiayaan Bermasalah bersih bank tersebut sepanjang tahun 2020-
2022 mengalami fluktuasi namun masih masuk dalam kategori sehat, karena masih
dibawah nilai maksimum sebesar 5% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal ini
artinya bank tersebut memiliki pembiayaan masih dalam batas wajar.
d. Tingkat Pengembalian Aset (Return on Assets-ROA)
Tingkat pengembalian aset bank tersebut sepanjang tahun 2020-2022 memperoleh nilai
yang relatif kecil dan berfluktuasi. Pada tahun 2020 bank tersebut mendapatkan ROA
sebesar 0,06% karena masih mendapatkan laba namun pada tahun 2021 mengalami
penurunan menjadi -6,72% akibat terjadinya kerugian. Akan tetapi pada tahun 2022,
Bank tersebut mampu kembali menciptakan laba dan memperoleh ROA sebesar 1,79%
yang berarti bahwa terjadi perbaikan kinerja keuangan dengan memperoleh ROA di
atas batas minimum ROA sebesar 1,5% yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
bank tersebut sudah dalam kondisi sehat karena mampu memanfaatkan aset untuk
menciptakan laba.
e. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return on Equity-ROE)
Tingkat pengembalian ekuitas bank tersebut sepanjang tahun 2020-2022 memperoleh
nilai yang relatif kecil dan berfluktuasi. Pada tahun 2020 bank tersebut mendapatkan
ROE sebesar 0,01% karena masih mendapatkan laba namun pada tahun 2021
mengalami penurunan menjadi -31,76% akibat terjadinya kerugian. Akan tetapi pada
tahun 2022, Bank tersebut mampu kembali menciptakan laba dan memperoleh ROE
sebesar 11,51% yang berarti bahwa terjadi perbaikan kinerja keuangan. Namun nilai
ini masih dibawah batas minimum yang ditetapkan Peraturan Bank Indonesia No
13/24/DPNP/2011 standar industri yang baik untuk ROE adalah sebesar 15%, hal ini
berarti kinerja perusahaan diukur melalui ROE kurang sehat, kondisi ini menjelaskan
bahwa perusahaan pada tahun tersebut tidak mampu memanfaatkan ekuitas dalam
menghasilkan laba.
f. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Dalam hal efisiensi, Bank ini juga terlihat tidak sehat karena rasio BOPO sepanjang
tahun 2020-2021 masih berada di atas nilai BOPO Ideal menurut Bank Indonesia yang
maksimal sebesar 85% Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12
/PBI/2013. Pada Tahun 2022 telah dilakukan perbaikan kinerja keuangan dimana
terjadi penurunan BOPO menjadi 76,99%, berada dibawah nilai maksimum yang telah
ditetapkan sehingga bank sudah mulai masuk dalam kategori sehat namun perlu terus
diawasi dan dikendalikan.
g. Pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (LDR)
Disisi lain, dalam hal rasio LDR yaitu kinerja penyaluran kredit dibandingkan dengan
simpanan dana di Bank ini tercatat cukup fluktuatif dimana Nilai LDR Bank pada tahun
2020-2021 sebesar 111,71% dan 107,56% diatas rata-rata minimal LDR yang sehat
yaitu minimal 80% dan pada tahun 2022 cukup terkendali dilihat dari menurunnya nilai
LDR menjadi 87,32%. Referensi LDR yang sehat menurut BI adalah 80% -100%
namun kondisi LDR 100% pun perlu dihindari karena Bank terlalu berisiko (tidak
memiliki cadangan dana). Secara praktek LDR ideal ada 80% s.d 95%.
h. Giro Wajib Minimum (GWM)
Pada tahun 2022, GWM bank ini telah mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2020-2021. Nilai GWM sebesar 6,91% pada tahun 2022 menunjukan bahwa bank telah
memenuhi kewajiban minimum GWM sesuai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
minimal 6%. GWM merupakan ketentuan yang mewajibkan bank menyisihkan
sebagian dananya untuk dipergunakan sebagai simpanan alat likuid dengan presentase
tertentu. GWM difungsikan sebagai cadangan apabila bank mengalami kesulitan dalam
hal likuiditas. GWM dimaksudkan agar semua kewajiban likuiditas bank dapat segera
terpenuhi, kewajiban tersebut antara lain penarikan dana melalui kliring, penarikan
dana pemerintah, penarikan dana kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dan
kewajiban-kewajiban lainnya (Kuncoro, 2012:198). Dalam hal ini, Bank memiliki
kategori sehat dan mampu memenuhi likuiditasnya.
i. Persentase Pelanggaran Batas Maksimum Penyediaan Dana (BMPD)
Bank tersebut tidak memiliki pelanggaran batas maksimum penyediaan dana karena
rasio BMPD dari tahun 2020-2022 sebesar 0,00% berada di bawah batas maksimum
pemberian kredit sebesar 10% menurut peraturan OJK. Hal ini artinya bank dalam
kategori sehat.

2. Permasalahan Utama yang dihadapi Perusahaan


Permasalahan utama yang dihadapi perusahaan adalah beban operasional yang kurang
efisien dibandingkan perolehan pendapatan operasional sehingga menyebabkan laba yang
dihasilkan oleh perusahaan menjadi kecil pada tahun 2020 dan 2022, bahkan sempat
mengalami kerugian pada tahun 2021. Hal ini tentu akan berdampak pada kinerja keuangan
perusahaan dari sisi rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
tingkat pengembalian aset (ROA) dan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) sebagai
pertimbangan para pihak berkepentingan dalam menilai kemampuan perusahaan dalam
menciptakan keuntungan (profitabilitas).
3. Rekomendasi Finance Manager

Finance manager dapat memberi rekomendasi kepada manajemen untuk meningkatkan


kinerja keuangan bank dengan melakukan efisiensi terhadap beban operasional dan
memaksimalkan pendapatan operasionalnya agar mampu memperoleh laba maksimal yang
dapat meningkatkan rasio profitabilitas dari tingkat pengembalian aset (ROA) dan tingkat
pengembalian ekuitas (ROE) agar mampu melampaui batas minimal yang telah ditentukan
oleh Bank Indonesia, yaitu ROA dengan nilai minimal 1,5% dan ROE dengan nilai
minimal 15%. Selanjutnya, perusahaan dapat meminimalisir rasio Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) agar dibawah dari batas maksimal yang telah
ditentukan menurut Bank Indonesia yang maksimal sebesar 85% Berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 15/12 /PBI/2013.

Anda mungkin juga menyukai