Anda di halaman 1dari 3

Analisa Rasio Permodalan

A. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio -CAR)

Riyadi (2006:171) mengatakan bahwa setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan
untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Tinggi rendahnya Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum atau CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu
besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang
dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada
rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Penilaian faktor capital diukur
dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan rumus sebagai berikut :

CAR = (modal bank)/(aktiva tertimbang menurut risiko) x 100%

Tabel 3.6 Kriteria Penetapan Peringkat Permodalan (CAR)


Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat CAR > 12%
2 Sehat 9% ≤ CAR < 12%
3 Cukup Sehat 8% ≤ CAR < 9%
4 Kurang Sehat 6% < CAR < 8%
5 Tidak Sehat CAR ≤ 6%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004
Mengikuti ketentuan yang ditetapkan pemerintah, Capital Adequacy Ratio  perbankan untuk tahun 2002
minimal sebesar 8%, yaitu menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001 Pasal 2 Tentang
Kewajiban Minimum Bank, yang kemudian diperbarui dalam Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
dalam pasal 2. 

Ketentuan 8% Capital Adequacy Ratio untuk kewajiban penyediaan modal minimum bank terbagi ke
dalam 2, yaitu:

 4% modal inti (tier  1), terdiri dari shareholders equity, preferred stock,  dan reserves.
 4% modal sekunder (tier  2), terdiri dari subordinate debt, loan loss provisions, hybrid securities,
dan revaluation reserves.
Dalam laporan keuangan Bank BCA tahun 2019 tersebut, pada bagian rasio keuangaan terdapat Rasio
Permodalan yang terdiri dari Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio) dan Rasio Aset Tetap
terhadap Modal.

Pada tahun 2019, Rasio Kecukupan Modal Bank BCA sebesar 23,8% secara keseluruhan yang
terdiri dari CAR Tier 1 sebanyak 22,8% dan CAR Tier 2 sebanyak 1,0%. Rasio tersebut menunjukkan
bahwa kecukupan modal di Bank BCA selama 2019 sebesar 22,8% dari modal inti dan 1,0% dari
modal sekunder. Dimana rasio tersebut dapat dikatakan Sangat Sehat berdasar ketentuan Surat Edaran
Bank Indonesia, yang mana pada tingkat pertama dikatakan sangat sehat apabila CAR > 12%. Modal
inti pada Bank BCA di tahun 2019 dapat menutupi terhadap aktiva tetap yang mengandung resiko,
walau terdapat 1% dari Modal Sekunder, hal ini tetap tercukupi dan tergolong sangat sehat. Modal
Sekunder sebanyak 1% berarti hanya terdapat 1% dari modal yang berasal dari eksternal seperti
Obligasi Subordinasi, Efek Utang yang diterbitkan, dan pinjaman diterima dari Bank Indonesia
maupun Bank Lainnya. Dari hal tersebut, dapat dikatakan kekuatan modal pada Bank BCA terletak
pada Modal Inti yang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan permodalan di bank jika sewaktu-
waktu terdapat kerugian dari aktiva tetap.

Dengan terpenuhinya CAR oleh bank maka bank tersebut dapat menyerap kerugian-kerugian
yang dialami, sehingga kegiatan yang dilakukan akan berjalan secara efisien, dan pada akhirnya laba
yang diperoleh bank tersebut semakin meningkat. Dengan meningkatnya laba, maka akan berdampak
juga pada meningkatnya kinerja keuangan bank tersebut.

B. Aset Tetap Terhadap Modal


Rasio ini mengukur kemampuan manajemen lembaga keuangan dalam menentukan besarnya
aktiva tetap dan inventaris yang dimiliki bank yang bersangkutan terhadap modal. Semakin tinggi
rasio ini artinya modal yang dimiliki bank kurang mencukupi dalam menunjang aktiva tetap dan
inventaris sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:

ATTM = (Aktiva Tetap + Inventoris)/ Modal

Dalam laporan keuangan Bank BCA di tahun 2019, diketahui rasio Aset Tetap Terhadap Modal
sebesar 18,5%. Angka tersebut menunjukkan bahwa investasi perusahaan terhadap Aset Tetap
termasuk normal dan tidak berlebihan, karena rasionya kurang dari 50%. Jika nilai yang didapatkan
dari perhitungan tersebut lebih tinggi dari 0.75 atau 75% menandakan bahwa perusahaan berinvestasi
berlebihan dalam aset non-likuid. Hal ini berarti bahwa uang tunai yang tersisa terlalu sedikit untuk
menjalankan operasional perusahaan. Hasil nilai yang tinggi juga berarti perusahaan tidak dapat
memanfaatkan aktiva tetapnya secara efisien. Idealnya, perusahaan dengan nisbah aktiva tetap
terhadap modal bersih 0.50 atau 50% atau lebih rendah dianggap baik. Sehingga pada tahun 2019,
Aset Tetap pada Bank BCA tergolong normal dan tidak terlalu tinggi untuk dijadikan investasi dalam
perusahaan.

http://bagibahankuliah.blogspot.com/2009/06/rasio-rasio-camel.html

https://kamus.tokopedia.com/c/car/

https://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/ketentuan%20perbankan.aspx

https://kamus.tokopedia.com/n/nisbah-aktiva-tetap-terhadap-modal-bersih/

Anda mungkin juga menyukai