62221050
Dari data-data yang terkumpul, kemudian data tersebut dianalisis menggunakan teknik
analisis kesehatan dengan menggunakan metode RGEC (Risk profile, Good corporate
governance, Earnings, Capital). Aplikasi dalam penelitian ini adalah menilai tingkat kesehatan
bank Permata Syariah, serta menganalisa hasil penilaian kesehatan bank Permata Syariah
menggunakan metode RGEC dengan data yang telah dikumpulkan peneliti melalui dokumentasi,
kemudian ditarik kesimpulan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti “Analisis
Kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode RGEC pada Bank Permata Syariah
Tahun 2019-2021.”
Penilaian profil resiko menilai seberapa baik penerapan manajemen resiko dalam aktivitas
operasional bank. Rasio yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank ditinjau dari
aspek risk profile adalah sebagai berikut
Pada Analisis ini untuk mengetahui risiko kredit menggunakan rasio Non-Performing
Loan (NPL). Dalam Rasio Keuangan menjelaskan bahwa NPL/NPF (Non Performing
Financing) berasal dari pembiayaan bermasalah, yaitu pembiayaan kepada pihak ketiga
bukan bank yang dianggap tidak lancar, diragukan, atau macet, dibagi dengan total
pembiayaan kepada pihak ketiga bukan bank. Sebagai contoh, rumusnya adalah sebagai
berikut:
Kredit Bermasalah
NPL = x 100 %
Total Pembiayaan
Tabel 1
Non-Performing Loan Bank Permata Syariah
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa Rasio NPL Bank Permata Syariah tahun 2019
dan 2020 memperoleh predikat sehat karena rasio NPL berada di antara 2% dan 5%
Sedangkan pada tahun 2021 NPL Bank Permata Syariah mengalami penurunan sehingga
memperoleh predikat cukup sehat karena rasio NPL menjadi 3.2% mendekati batas
kategori sehat. NPL Bank Permata Syariah mengalami penurunan yang menunjukan
adanya peningkatan dalam upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah namun tingkat
risiko yang masih dapat diterima atau masih terkendali tetapi bank lebih baik berhati-hati
dalam menyalurkan pembiayaan.
2. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas untuk mengetahui risiko kredit menggunakan rasio Loan to Debt
ratio (LDR). Rasio keuangan ini digunakann untuk menilai likuiditas suatu bank dengan
membandingkan antara total pembiyaan yang diberikan oleh bank dengan total dana
pihak ketiga. Rumus untuk menghitung LDR adalah sebagai berikut:
Total Pembiayaan
LDR = x 100 %
Dana Pihak Ketiga
Tabel 2
Loan to Debt ratio (LDR)
Tahun LDR (%) Kriteria Peringkat Keteranngan
2019 86.3% 85% ≤ LDR < 100% 3 Cukup Sehat
2020 78.7% 75% ≤ LDR < 85% 2 Sehat
2021 69.0% LDR < 75% 1 Sangat Sehat
Rasio LDR yang tinggi menandakan pertumbuhan pembiayaan lebih cepat daripada
pertumbuhan sumber dana, potensial mengganggu penyaluran dana karena keterbatasan
likuiditas. Bank Permata Syariah mencatat peningkatan berturut-turut pada rasio LDR,
dari 86.3% pada 2019 (cukup sehat), 78.7% pada 2020 (sehat), hingga 69.0% pada 2021
(sangat sehat). Rasio LDR yang rendah menunjukkan penggunaan yang efisien dari total
DPK untuk penyaluran dana, sementara LDR di bawah 85% menandakan likuiditas yang
baik dan kemampuan memenuhi kewajiban tepat waktu. Tingkat LDR yang lebih rendah
mencerminkan likuiditas yang baik, sedangkan LDR yang lebih tinggi meningkatkan
risiko likuiditas dan menunjukkan penyaluran dana yang lebih agresif.
B. Good Corporate Governance Bank Permata Syariah
Faktor Good Corporate Governance (GCG) diperoleh dari hasil laporan pelaksanaan Good
Corporate Governance Bank Pernata Syariah 2019-2021 adapun hasil dari laporan tersebut
adalah
Tabel 3
Good Corporate Governance (GCG)
Tabel 4
Pengukuran Return On Asset (ROA)
Tahun ROA (%) Kriteria Peringkat Keteranngan
2019 1.3% 1,25% ≤ ROA < 1,5% 2 Sehat
2020 1.0% 0,5% ≤ ROA < 1,5% 3 Cukup Sehat
2021 0.7% 0,5% ≤ ROA < 1,5% 3 Cukup Sehat
Tabel 6
Pengukuran BOPO
Tabel 7
Nilai NIM Bank Permata Syariah
Tahun NIM (%) Kriteria Peringkat Keteranngan
2019 4.5% NIM < 5% 1 Sangat Sehat
2020 4.6% NIM < 5% 1 Sangat Sehat
2021 4.0% NIM < 5% 1 Sangat Sehat
Berdasarkan tabel pengukuran NIM diatas bahwa NIM bank permata syariah
2019-2021 memperoleh predikat sehat. Hal ini menunjukkan bahwa bank Permata
Syariah berhasil menjaga efisiensi dalam pengelolaan selisih bunga, yang dapat
diartikan sebagai kemampuan bank permata syariah dalam menghasilkan pendapatan
bersih yang memadai dari aset produktifnya.
D. Capital Bank Permata Syariah
Rasio yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat permodalan disebut Capital Adequacy
Ratio (CAR). CAR digunakan untuk menilai sejauh mana bank mampu memenuhi kebutuhan
cadangan modal dan kemampuannya dalam mengelola modal yang dimilikinya. Rumus untuk
menghitung CAR adalah sebagai berikut:
Modal
CAR = x 100 %
Aset Tertimbang Menurut Risiko
Tabel 8
Nilai CAR Bank Permata Syariah
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa rasio CAR Bank Permata Syariah tahun 2019
sampai tahun 2021 memperoleh peringkat sangat sehat karena rasio CAR berada diatas 12% hal
ini menunjukan bahwa permodalan yang dimiliki PT. Bank Permata Syariah dapat
mengantisipasi kemungkinan risiko kredit dan resiko kerugian.
Pembahasan
Dalam menentukan tingkat kesehatan bank secara umum dari seluruh rasio tersebut, maka
diperlukan pengukuran terhadap peringkat komposit pada tabel berikut.
Tabel 9. Bobot Nilai dan Pengukuran Peringkat Komposit
Tingkat Kesehatan Bank Syariah
Pengukuran Peringkat
Bobot Peringkat
Kategori Keterangan Skor
(%) Komposit
86 – 100 PK 1 Sangat Sehat 1 5
71 – 85 PK 2 Sehat 2 4
61 – 70 PK 3 Cukup Sehat 3 3
41 – 60 PK 4 Kurang Sehat 4 2
< 40 PK 5 Tidak Sehat 5 1
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai komposit adalah sebagai berikut:
Tahun
Komponen
2021 2020 2019
NPL 3 4 4
LDR 5 4 3
GCG 4 4 4
ROA 3 3 4
ROE 2 2 3
NIM 5 5 5
BOPO 5 5 5
CAR 5 5 5
Total Skor 32 32 33
Nilai (32/40)x100% (32/40)x100% (33/40)x100%
Komposit =80% =80% =82%
Keterangan Sehat Sehat Sehat
Berdasarkan tabel diatas, hasil tingkat kesehatan Bank Permata Syariah periode 2018-2021
dengan menggunakan metorde RGEC menunjukan bahwa tingkat kesehatan Bank Permata
Syariah memperoleh predikat sehat. Dimana pada tahun 2019 memperoleh nilai komposit
sebesar 82% dan pada tahun 2020-2021 memperoleh nilai komposit sebesar 80% meski
mengalami penurunan namun masih memperoleh predikat sehat.
III. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tingkat kesehatan Bank Permata Syariah menggunakan metode
RGEC dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan Bank Permata Syariah pada periode 2019-
2021 secara umum tergolong sehat. Menandakan bahwa bank permata syariah masih mampu
menjaga tingkat kesehatan dan keberlanjutan bisnisnya meskipun menghadapi dinamika
ekonomi dan perubahan kondisi pasar. Keberlanjutan predikat "Sehat" ini dapat diartikan sebagai
hasil dari upaya manajemen Bank Permata Syariah dalam menjaga berbagai aspek kesehatan,
termasuk manajemen risiko, tata kelola perusahaan, dan rentabilitas keuangan. Hal ini terlihat
dari nilai yang diperoleh Bank Permata Syariah yang berada di atas 70%, yaitu sebesar 80%
pada tahun 2020 dan 2021, serta sebesar 82% pada tahun 2019. Bank Permata Syariah memiliki
kondisi yang baik dalam hal risk profile, good corporate governance, dan capital. Rasio NPL
Bank Permata Syariah berada di bawah 5%, LDR Bank Permata Syariah berada di bawah 75%,
GCG Bank Permata Syariah berada di atas 1,5, dan CAR Bank Permata Syariah berada di atas
12%. Namun saran dari penulis, Bank Permata Syariah perlu meningkatkan kinerjanya dalam hal
earning. Rasio ROA dan ROE Bank Permata Syariah masih berada di bawah 5%, sehingga perlu
ditingkatkan agar dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi. Dengan meningkatkan kinerjanya
dalam hal earning, Bank Permata Syariah dapat meningkatkan nilai kompositnya dan mencapai
tingkat kesehatan yang lebih baik.