Anda di halaman 1dari 9

Tifany Anis Fitria 3EC01

62221050

Analisa tingkat kesehatan Bank Permata Syariah


Menggunakan Analisa RGEC
UTS Analisis Laporan Keuangan Syariah
I. Teknik Analisis data

Dari data-data yang terkumpul, kemudian data tersebut dianalisis menggunakan teknik
analisis kesehatan dengan menggunakan metode RGEC (Risk profile, Good corporate
governance, Earnings, Capital). Aplikasi dalam penelitian ini adalah menilai tingkat kesehatan
bank Permata Syariah, serta menganalisa hasil penilaian kesehatan bank Permata Syariah
menggunakan metode RGEC dengan data yang telah dikumpulkan peneliti melalui dokumentasi,
kemudian ditarik kesimpulan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti “Analisis
Kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode RGEC pada Bank Permata Syariah
Tahun 2019-2021.”

II. Hasil dan pembahasan


A. Risk Profile Bank Permata Syariah

Penilaian profil resiko menilai seberapa baik penerapan manajemen resiko dalam aktivitas
operasional bank. Rasio yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank ditinjau dari
aspek risk profile adalah sebagai berikut

1. Risiko Kredit (Risiko Pembiayaan)

Pada Analisis ini untuk mengetahui risiko kredit menggunakan rasio Non-Performing
Loan (NPL). Dalam Rasio Keuangan menjelaskan bahwa NPL/NPF (Non Performing
Financing) berasal dari pembiayaan bermasalah, yaitu pembiayaan kepada pihak ketiga
bukan bank yang dianggap tidak lancar, diragukan, atau macet, dibagi dengan total
pembiayaan kepada pihak ketiga bukan bank. Sebagai contoh, rumusnya adalah sebagai
berikut:

Kredit Bermasalah
NPL = x 100 %
Total Pembiayaan
Tabel 1
Non-Performing Loan Bank Permata Syariah

Tahun NPL (%) Kriteria Peringkat Keteranngan


2019 2.8% 2% ≤ NPL < 5% 2 Sehat
2020 2.9% 2% ≤ NPL < 5% 2 Sehat
2021 3.2% 5% ≤ NPL < 8% 3 Cukup sehat
Sumber: Laporan Keuangan Bank Permata Syariah 2019-2021

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa Rasio NPL Bank Permata Syariah tahun 2019
dan 2020 memperoleh predikat sehat karena rasio NPL berada di antara 2% dan 5%
Sedangkan pada tahun 2021 NPL Bank Permata Syariah mengalami penurunan sehingga
memperoleh predikat cukup sehat karena rasio NPL menjadi 3.2% mendekati batas
kategori sehat. NPL Bank Permata Syariah mengalami penurunan yang menunjukan
adanya peningkatan dalam upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah namun tingkat
risiko yang masih dapat diterima atau masih terkendali tetapi bank lebih baik berhati-hati
dalam menyalurkan pembiayaan.

2. Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas untuk mengetahui risiko kredit menggunakan rasio Loan to Debt
ratio (LDR). Rasio keuangan ini digunakann untuk menilai likuiditas suatu bank dengan
membandingkan antara total pembiyaan yang diberikan oleh bank dengan total dana
pihak ketiga. Rumus untuk menghitung LDR adalah sebagai berikut:

Total Pembiayaan
LDR = x 100 %
Dana Pihak Ketiga

Tabel 2
Loan to Debt ratio (LDR)
Tahun LDR (%) Kriteria Peringkat Keteranngan
2019 86.3% 85% ≤ LDR < 100% 3 Cukup Sehat
2020 78.7% 75% ≤ LDR < 85% 2 Sehat
2021 69.0% LDR < 75% 1 Sangat Sehat
Rasio LDR yang tinggi menandakan pertumbuhan pembiayaan lebih cepat daripada
pertumbuhan sumber dana, potensial mengganggu penyaluran dana karena keterbatasan
likuiditas. Bank Permata Syariah mencatat peningkatan berturut-turut pada rasio LDR,
dari 86.3% pada 2019 (cukup sehat), 78.7% pada 2020 (sehat), hingga 69.0% pada 2021
(sangat sehat). Rasio LDR yang rendah menunjukkan penggunaan yang efisien dari total
DPK untuk penyaluran dana, sementara LDR di bawah 85% menandakan likuiditas yang
baik dan kemampuan memenuhi kewajiban tepat waktu. Tingkat LDR yang lebih rendah
mencerminkan likuiditas yang baik, sedangkan LDR yang lebih tinggi meningkatkan
risiko likuiditas dan menunjukkan penyaluran dana yang lebih agresif.
B. Good Corporate Governance Bank Permata Syariah
Faktor Good Corporate Governance (GCG) diperoleh dari hasil laporan pelaksanaan Good
Corporate Governance Bank Pernata Syariah 2019-2021 adapun hasil dari laporan tersebut
adalah
Tabel 3
Good Corporate Governance (GCG)

Tahun GCG Kriteria Peringkat Keteranngan


2019 1.80 1,5 ≤ Nilai Komposit < 2,5 2 Baik
2020 1.80 1,5 ≤ Nilai Komposit < 2,5 2 Baik
2021 1.80 1,5 ≤ Nilai Komposit < 2,5 2 Baik
Berdasarkan tabel diatas, Bank Permata Syariah telah memperoleh peringkat 2 untuk
penerapan GCG selama tiga tahun terakhir, yaitu 2019, 2020, dan 2021. Peringkat 2 berarti
bahwa penerapan GCG di Bank Permata Syariah sudah baik, Bank Permata Syariah telah
memiliki struktur tata kelola yang baik, dengan Dewan Komisaris yang independen dan
kompeten, serta Direksi yang profesional. namun masih perlu ditingkatkan, seperti Bank
Permata Syariah perlu memperkuat fungsi komunikasi dan hubungan masyarakat (humas) untuk
meningkatkan komunikasi dan transparansi kepada pemangku kepentingan. Bank Permata
Syariah perlu membentuk komite whistleblowing yang independen untuk menangani laporan
dugaan pelanggaran GCG. Bank Permata Syariah perlu membentuk unit audit internal yang
independen untuk melakukan evaluasi dan perbaikan penerapan GCG secara berkala.
C. Earning (Rentabilitas) Bank Permata Syariah
Dalam analisis ini digunakan 4 komponen untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
menghasilkan laba, rasio tersebut adalah, ROA, ROE dan BOPO, NIM
1. Return On Asset (ROA)
ROA adalah rasio yang mencerminkan kemampuan bank dalam menghasilkan
keuntungan dari dana yang diinvestasikan dalam total asetnya. Rumus ROA dapat
dilihat sebagai berikut.
Laba Sebelum Pajak
ROA = x 100 %
Rata−Rata Total Aset

Tabel 4
Pengukuran Return On Asset (ROA)
Tahun ROA (%) Kriteria Peringkat Keteranngan
2019 1.3% 1,25% ≤ ROA < 1,5% 2 Sehat
2020 1.0% 0,5% ≤ ROA < 1,5% 3 Cukup Sehat
2021 0.7% 0,5% ≤ ROA < 1,5% 3 Cukup Sehat

Berdasarkan Tabel 4, Bank Permata Syariah mengalami penurunan dari tahun


2019 hingga tahun 2021. Pada tahun 2019, ROA Bank Permata Syariah sebesar 1,3%.
ROA tersebut mengalami penurunan menjadi 1,0% pada tahun 2020 dan menjadi 0,7%
pada tahun 2021. Meskipun Bank Permata Syariah mengalami penurunan, namun
masih berhasil mempertahankan kategori kesehatan finansial yang cukup. Ini
menunjukkan bahwa bank tersebut masih mampu menghasilkan pendapatan yang
cukup dari asetnya untuk menutupi biaya operasionalnya. Meskipun demikian, tingkat
pengembalian yang diperoleh oleh Bank Permata Syariah masih berada di bawah rata-
rata kriteria industri.
2. Return On Equity (ROE)
Rasio yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan sebuah bank dalam
memperoleh keuntungan bersih yang berhubungan dengan pembayaran dividen. Rasio
ini dirumuskan dengan:

Laba Setelah Pajak


ROE = x 100 %
Total Modal
Tabel 5
Nilai ROE Bank Permata Syariah

Periode ROE (%) Kriteria Peringkat Keteranngan


7.2% 7.2% 5,1% ≤ ROE < 12,5% 3 Cukup Sehat
3.1% 3.1% 0% ≤ ROE < 5 4 Kurang Sehat
2.9% 2.9% 0% ≤ ROE < 5 4 Kurang Sehat

Berdasarkan tabel pengukuran ROE diatas ROE Bank Permata Syariah


mengalami penurunan dari tahun 2019 ke tahun 2021. Pada tahun 2019 rasio ROE
sebesar 7.2% mendapatkan predikat sehat namun kemudian menuun pada tahun 2020
menjadi kurang sehat dengan rasio ROE 3.1% dan menurun lagi menjadi 2.9% tetapi
predikat rasio sama kurang sehat. ROE yang rendah menunjukkan bahwa bank
tersebut memiliki kinerja yang buruk dalam menghasilkan laba.
3. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional digunakan untuk
menilai efisiensi dan kemampuan operasional bank. Rumus rasio ini dapat dijelaskan
sebagai berikut. :
Biaya Operasional
BOPO = x 100 %
Pendapatan Operasional

Tabel 6
Pengukuran BOPO

Berdasarkan pengukuran BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan


Operasional) Bank Permata Syariah selama tiga tahun terakhir (2019-2021), terlihat
bahwa BOPO mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu 85.7% pada tahun
2019, 88.8% pada tahun 2020, dan 90.1% pada tahun 2021. Analisis menunjukkan
bahwa BOPO selalu berada di atas ambang batas yang ditetapkan, yaitu BOPO > 83%,
dan bank memperoleh peringkat 1 dengan kriteria "Sangat Sehat" setiap tahun.
Peningkatan BOPO ini menunjukkan bahwa Bank Permata Syariah memiliki biaya
operasional yang tinggi dibandingkan dengan pendapatan operasionalnya.
4. Net Interest Margin (NIM)
Merupakan perbandingan antara pendapatan bagi hasil terhadap rata-rata aktiva
produktif. Untuk mendapatkan nilai NIM terlebih dahulu harus diketahui adalah
pendapatan bagi hasil bersih dibagi dengan rata-rata total earning aset dengan rumus
sebagai berikut:
Pendapatan Bagi Hasil Bersih
NIM = x 100 %
Pendapatan Operasional

Tabel 7
Nilai NIM Bank Permata Syariah
Tahun NIM (%) Kriteria Peringkat Keteranngan
2019 4.5% NIM < 5% 1 Sangat Sehat
2020 4.6% NIM < 5% 1 Sangat Sehat
2021 4.0% NIM < 5% 1 Sangat Sehat

Berdasarkan tabel pengukuran NIM diatas bahwa NIM bank permata syariah
2019-2021 memperoleh predikat sehat. Hal ini menunjukkan bahwa bank Permata
Syariah berhasil menjaga efisiensi dalam pengelolaan selisih bunga, yang dapat
diartikan sebagai kemampuan bank permata syariah dalam menghasilkan pendapatan
bersih yang memadai dari aset produktifnya.
D. Capital Bank Permata Syariah
Rasio yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat permodalan disebut Capital Adequacy
Ratio (CAR). CAR digunakan untuk menilai sejauh mana bank mampu memenuhi kebutuhan
cadangan modal dan kemampuannya dalam mengelola modal yang dimilikinya. Rumus untuk
menghitung CAR adalah sebagai berikut:

Modal
CAR = x 100 %
Aset Tertimbang Menurut Risiko
Tabel 8
Nilai CAR Bank Permata Syariah

Tahun CAR(%) Kriteria Peringkat Keteranngan


2019 19.9% CAR > 12% 1 Sangat Sehat
2020 35.7% CAR > 12% 1 Sangat Sehat
2021 34.9% CAR > 12% 1 Sangat Sehat

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa rasio CAR Bank Permata Syariah tahun 2019
sampai tahun 2021 memperoleh peringkat sangat sehat karena rasio CAR berada diatas 12% hal
ini menunjukan bahwa permodalan yang dimiliki PT. Bank Permata Syariah dapat
mengantisipasi kemungkinan risiko kredit dan resiko kerugian.
Pembahasan
Dalam menentukan tingkat kesehatan bank secara umum dari seluruh rasio tersebut, maka
diperlukan pengukuran terhadap peringkat komposit pada tabel berikut.
Tabel 9. Bobot Nilai dan Pengukuran Peringkat Komposit
Tingkat Kesehatan Bank Syariah

Pengukuran Peringkat
Bobot Peringkat
Kategori Keterangan Skor
(%) Komposit
86 – 100 PK 1 Sangat Sehat 1 5
71 – 85 PK 2 Sehat 2 4
61 – 70 PK 3 Cukup Sehat 3 3
41 – 60 PK 4 Kurang Sehat 4 2
< 40 PK 5 Tidak Sehat 5 1

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai komposit adalah sebagai berikut:

Jumlah Nilai Komposit


Nilai Komposit Akhir = x 100 %
Total Nilai Komposit Keseluruhan
Total skor komposit bank diperoleh dari penjumlahan setiap komponen yaitu NPF, FDR,
GCG, ROA, ROE, NOM, BOPO, dan CAR pada perhitungan RGEC bank tersebut. Sedangkan
total skor komposit maksimaldiperoleh dari jumlah maksimal perhitungan RGEC sebesar
40, karena terdapat 8 (delapan) variabel RGEC dan masing-masing memiliki maksimal skor
komposit sebesar 5 (lima). Sehingga hasil penilaian tingkat kesehatan yang diperoleh pada Bank
Permata Syariah pada periode 2019-2021 adalah sebagai berikut:

Tahun
Komponen
2021 2020 2019
NPL 3 4 4
LDR 5 4 3
GCG 4 4 4
ROA 3 3 4
ROE 2 2 3
NIM 5 5 5
BOPO 5 5 5
CAR 5 5 5
Total Skor 32 32 33
Nilai (32/40)x100% (32/40)x100% (33/40)x100%
Komposit =80% =80% =82%
Keterangan Sehat Sehat Sehat
Berdasarkan tabel diatas, hasil tingkat kesehatan Bank Permata Syariah periode 2018-2021
dengan menggunakan metorde RGEC menunjukan bahwa tingkat kesehatan Bank Permata
Syariah memperoleh predikat sehat. Dimana pada tahun 2019 memperoleh nilai komposit
sebesar 82% dan pada tahun 2020-2021 memperoleh nilai komposit sebesar 80% meski
mengalami penurunan namun masih memperoleh predikat sehat.

III. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tingkat kesehatan Bank Permata Syariah menggunakan metode
RGEC dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan Bank Permata Syariah pada periode 2019-
2021 secara umum tergolong sehat. Menandakan bahwa bank permata syariah masih mampu
menjaga tingkat kesehatan dan keberlanjutan bisnisnya meskipun menghadapi dinamika
ekonomi dan perubahan kondisi pasar. Keberlanjutan predikat "Sehat" ini dapat diartikan sebagai
hasil dari upaya manajemen Bank Permata Syariah dalam menjaga berbagai aspek kesehatan,
termasuk manajemen risiko, tata kelola perusahaan, dan rentabilitas keuangan. Hal ini terlihat
dari nilai yang diperoleh Bank Permata Syariah yang berada di atas 70%, yaitu sebesar 80%
pada tahun 2020 dan 2021, serta sebesar 82% pada tahun 2019. Bank Permata Syariah memiliki
kondisi yang baik dalam hal risk profile, good corporate governance, dan capital. Rasio NPL
Bank Permata Syariah berada di bawah 5%, LDR Bank Permata Syariah berada di bawah 75%,
GCG Bank Permata Syariah berada di atas 1,5, dan CAR Bank Permata Syariah berada di atas
12%. Namun saran dari penulis, Bank Permata Syariah perlu meningkatkan kinerjanya dalam hal
earning. Rasio ROA dan ROE Bank Permata Syariah masih berada di bawah 5%, sehingga perlu
ditingkatkan agar dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi. Dengan meningkatkan kinerjanya
dalam hal earning, Bank Permata Syariah dapat meningkatkan nilai kompositnya dan mencapai
tingkat kesehatan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai