Dengan dua langkah pertama (langkah 1 &2 ), cash availability ( ketersediaan kas )
diharapkan akan meningkat. Semakin besar ketersediaan kas ( atau kas yang bisa
dipegang oleh perusahaan ), semakin baik untuk perusahaan. Manajer keuangan
kemudian mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memanfaatkan kas yang
dipegang tersebut. Karena itu tugas manajemen keuangan yang ketiga adalah memelihara
saldo kas yang optimal, yaitu saldo kas yang tidak terlalu tinggi ( kas menganggur
berkurang ), tetapi bisa memenuhi likuiditas perusahaan.
Bagan berikut ini menjelaskan tugas Manajemen Kas
Meningkatkan Cash
Availability
(3) Mengoptimalkan
Cash Availibility
Setelah kas dipegang oleh perusahaan, langkah berikutnya adalah menentukan saldo kas
yang optimal. Kas merupakan aset yang tidak menghasilkan tingkat keuntungan. Karena itu
kas yang terlalu tinggi akan cenderung menurunkan produktivitas. Tetapi kas yang terlalu
kecil akan meningkatkan resiko likuiditas, yaitu resiko perusahaan tidak bisa mendanai
aktivitasnya. Saldo kas yang optimal dengan demikian perlu ditentukan.
14*100*Rp100.000,00*(0,15/360)*0,7 = Rp 40.833,00
Jika biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari rp40.833,00, maka alternatif
desentralisasi pusat penerimaan pembayaran tersebut layak dilakukan.
Misalkan kita ingin menentukan beberapa volume poswesel minimal supaya alternatif
mempercepat pemasukan kas tersebut bisa dilakukan. Tambahan biaya yang diperlukan
adalag Rp 10.00,00 per hari. Tingkat bunga 15 % per tahun, pajak perusahaan 30%, total
penghematan waktu 14 hari. Berapa volume poswesel minimal agar alternatif tersebut
bisa diilakukan ?
Tambahan biaya = tambahan manfaat
10.000 = 14*(poswesel minimal)*(0,15/360)*0,7
Poswesel minimal= Rp 2.448.980,00
Jika poswesel yang dikirimkan mempunyai rata-rata nilai sebesar sekitar Rp 2,4 juta per
hari, maka alternatif desentralisasi pusat penerimaan pembayaran layak
dilakukan.Sebaliknya, jika saldo optimal kecil, perusahaan akan semakin sering mengisi
kas, yang berarti semakin tinggi biaya transaksi pengadaan kas, tetapi biaya simpan
menjadi semakin kecil, karena rata-rata persediaan menjadi lebih kecil. Kas optimal
diperoleh sedemikian rupa sehingga total biaya transaksi bisa diminimalkan. Bagan
berikut ini menggambarkan trade-off tersebut.
Bagan 3. Trade-off Total Biaya Kas
Untuk menghitung saldo kas optimal, kita bisa mendiferensialkan persamaan
(1) diatas (turunan pertama), dan menyamakan hasil diferensial tersebut dengan nol,
sebagai berikut ini.
δ TC / δ C = -bT / C2 + i / 2 = 0 atau
bT / C2 = i / 2 atau
C2 = 2 bT / i atau
C = ( 2 bT / i )1/2
Misalkan kebutuhan kas perusahaan selama satu bulan Rp. 20 juta. Perusahaan
memperoleh kas dengan menjual surat berharga. Biaya transaksi perolehan kas adalah
Rp. 10 ribu, sedangkan tingkat bunga adalah 18% per tahun, atau 1,5% per bulan.
Saldo kas bisa dihitung sebagai berikut ini.
Saldo kas yang optimal adalah Rp. 5.163.978. Dalam periode satu bulan, perusahaan
melakukan order pengisian kas sebanyak Rp 20 juta / 5.163 juta = 3,9 kali, atau
sekitar empat kali. Jika kas menyentuh angka nol, maka kas baru sebesar Rp. 5.163
juta segera datang.
Kas akan diisi kembali ketika saldo kas menyentuh saldo besi tersebut. Model
persediaan untuk kas memberi semacam patokan mengenai saldo kas optimal. Tetapi
penggunaanya tidak perlu dijalankan secara ketat atau tepat, karena banyak asumsi
yang melandasi model tersebut. Asumsi tersebut tidak selalu bisa dipenuhi dalam
prakteknya.
4. Model Random Aliran Kas (Model Miller-Orr)
Jika ketidakpastian aliran kas cukup besar, maka model persediaan untuk kas tidak bisa
digunakan lagi. Model Miller-Orr mengasumsikan saldo aliran kas harian yang bernilai
random, tidak konstan seperti pada model persediaan diatas. Gambar berikut ini menyajikan
saldo aliran kas dalam model Miller-Orr (Bagan 4).
Gambar tersebut menunjukkan fluktuasi aliran kas harian. Garis h menunjukkan batas
atas, sedangkan garis z menunjukkan batas tengah. Jika saldo kas harian berfluktuasi di
antara h dengan z, maka tidak ada tindakan apa-apa yang perlu dilakukan. Jika saldo kas
harian menyentuh saldo nol, maka surat berharga senilai z dijual (sehingga saldo kas
bertambah dengan z). Jika saldo kas menyentuh h, maka surat berharga senilai h – z dibeli
(sehingga saldo kas turun senilai h – z), agar saldo kas kembali ke level z (tidak terlalu
besar).
Perhitungan batas h dengan z akan dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, biaya
transaksi pengalihan kas dari dan ke surat berharga. Kedua, biaya simpan yang berupa biaya
kesempatan yang hilang karena dana tertanam di kas (pendapatan bunga yang hilang karena
dana tidak diinvestasikan di surat berharga). Ketiga, fluktuasi saldo kas harian. Nilai z bisa
dihitung melalui formula berikut ini.
z = ( 3 b σ2 / 4 i)1/3
h=3z
C=4Z/3
dimana z = batas bawah yang akan dicari
h = batas atas
b = biaya transaksi (tetap) pembelian/penjualan surat berharga
σ2 = varians aliran kas bersih harian
i = tingkat bunga harian pada surat berharga
C = rata-rata saldo kas
Misalkan varians aliran kas bersih harian adalah Rp. 2.000,00, tingkat bunga adalah 10% per
tahun, biaya transaksi pembelian/penjualan surat berharga adalah Rp. 100.000,00. Berapa
batas atas dan bawah? Tingkat bunga harian, dengan mengasumsikan satu tahun ada 365 hari,
bisa dihitung sebagai berikut.
Batas bawah (z) dan batas atas (h) dihitung sebagai berikut ini.
Jika kita ingin menetapkan batas minimal yang bernilai bukan 0, kita bisa menambahkan
batas tersebut ke nilai z. Misalkan batas minimal tersebut adalah L, formula di atas bisa
diubah sebagai berikut ini.
Z* = (3 b σ2 / 4 i)1/3 + L
h = 3 Z* - 2 L
C = (4 Z – L) / 3
Misalkan kita menetapkan batas minimal adalah Rp. 100.000,00, sehingga saldo kas tidak
akan pernah menyentuh nilai 0. Nilai z, h, dan C dengan memasukkan batas minimal Rp.
100.000,00 adalah.
Untuk menghitung saldo kas dengan menggunakan model Miller-Orr, berikut ini
ringkasan langkah-langkah yang harus dilakukan.
1. Menentukan batas minimal, apakah 0 atau jumlah tertentu yang menjadi jumlah minimal
yang aman (minimum safety)
2. Menghitung standar deviasi aliran kas harian. Standar deviasi tersebut bisa dihitung
dengan menggunakan data historis aliran kas bersih harian.
3. Menentukan tingkat bunga harian
4. Memperkirakan biaya transaksi pembelian/penjualan surat berharga.
Miller dan Orr melakukan empat langkah tersebut untuk menguji model mereka, dengan
menggunakan data sembilan bulan untuk saldo kas perusahaan besar. Model mereka bisa
menghasilkan rata-rata kas harian yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan saldo kas
sesungguhnya yang diperoleh oleh perusahaan. Dengan kata lain, modal mereka bisa
menghasilkan saldo kas yang lebih optimal dibandingkan saldo kas yang dipunyai oleh
perusahaan-perusahaan dalam penelitian mereka.