Anda di halaman 1dari 5

Kamis, 03 Februari 2011

Pemikiran Ibn Sina dalam Ekonomi Islam


Pemikiran Ibn Sina dalam Ekonomi Islam
( Coretan Diskusi ISEFID)

Sang moderator mengawali wacana siang ini dengan beberapa pertanyaan, siapakah Ibn Sina itu?
Moderator langsung menjawab pertanyaan yang ia lontarkan dengan memaparkan sedikit tentang
biografi Ibn Sina. Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia
‫ ابوعلى سينا‬Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab : ‫)أبو علي الحسين بن عبد ا بن سينا‬. Ibnu Sina lahir pada
980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan
meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).

Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya
memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai "bapak
kedokteran modern." George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal dari Islam dan
salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu." pekerjaannya yang paling
terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai
Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).

Kalau melihat biografi Ibn Sina, kontribusi keilmuannya lebih dikenal dalam bidang kedokteran,
sehingga tentunya rasa penasaran timbul dalam benak kita yaitu Apakah Ibnu Sina mempunyai
pemikiran yang khas dalam bidang ekonomi islam? Jawabannya dikupas langsung oleh pembicara
kali ini yaitu Bang Nurizal Ismail. Sebelum membahas pemikiran Ibn Sina tentang ekonomi islam,
Bang Rizal memberikan sedikit pemanasan dulu dengan membahas posisi ekonomi islam dalam
sejarah pemikiran ekonomi kemudian definisi dan sumber-sumber sejarah pemikiran ekonomi
islam

Dimanakah posisi ekonomi islam dalam sejarah pemikiran ekonomi? Menurut Bang Rizal ada
beberapa penulis seperti Sabri Orman, Yasin Essid, dan Aghari yang membahas tentang literatur
Tadbir al-Manzil. Tadbir al-manzil berasal dari bahasa arab, yaitu tadbir dan manzil. Asal kata
tadbir berasal dari dabbara-yudabbiru-tadbiran, yang berarti susunan peraturan. Sedangkan manzil
mempunyai arti rumah tangga, maka ‘ilm Tadbir al-Manzil adalah ilmu mengatur rumah tangga
(Mahmud Yunus, 1989).

Hal ini hampir sama dengan definisi ekonomi yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu oicos (rumah
tangga atau keluarga) dan nomos (peraturan, undang-undang,atau hukum, maka ekonomi adalah
ilmu pengaturan rumah tangga atau keluarga. Menurut Sabri Orman (2009), meskipun ada banyak
kesamaan yang dapat ditemukan antara 'ilm Tadbir al-Manzil dan oikonomia, tetapi perbedaan itu
terletak pada sisi prinsip bahwa ilm Tadbir al-Manzil berlandaskan pada Syariah.

Kemudian terkait dengan definisi dan sumber-sumber sejarah pemikiran ekonomi islam, Bang
Rizal mengutip pendapatnya Sabri Orman (1997) yang mengatakan bahwa
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (SPEI) adalah kumpulan teks- teks Islam yang secara eksplisit
berhubungan dengan ide-ide ekonomi. Sumber-sumber SPEI ini dapat diklasifikasikan menjadi 2
bagian, yaitu: sumber-sumber yang umum (general sources) and sumber-sumber yang khusus
(special sources). Sumber-sumber umum (general sources) terdiri dari: 1) Al-Qur’an, 2) Hadist, 3)
Tafsir, 4) Fiqh, 5) Ilmu Kalam, 6) Sufi, 7) Filsafat, dan 8) Sejarah. Sedangkan Sumber-sumber
khusus (specific sources) terdiri dari:
1) literatur al-hisbah seperti al-hisbah fil Islam oleh Ibn Taimiyah, ahkam al-suq oleh
Yahya bin Omar, dan Risalah fi al-Hisbah oleh al-jarsifi.

2) literatur al-kharaj, diantara penulisnya adalah Abu Yusuf, Yahya ibn Adam, Qudama ibn
Ja’far (al-kharaj wa Sinaat al-Kitabah), dan ‘Abdurrahman ibn Ahmad Ibn Rajab al-Hanbali (al-
Istikhraj li-Ahkam al-kharaj)
3) literatur al-amwal, diantara penulisnya adalah Abu Ubayd dan Abu Ja’far al-Dawudi.
4) Literatur al-Kasb, yaitu: al-Barakah fi Fadl al-Sa’y wa al-harakah oleh al-Hubaishi,
kitab al-hats ‘ala al-Tijarah wa al-Sinaah wa al-’amal wa al-inkar ‘ala man yadda’I al-tawakkul
wa Tark al-’amal wa al-Hujjah ‘alaihim fi dhalik oleh Abu Bakar al-Khallal, dan al-iktisab fi al-
Rizq al-Mustasab oleh al-Shaibani.
5) Literatur tentang nuqud (uang) yaitu: kitab al-Dirham wa al-Dinar oleh Abu Hilal
Hasan Ibn Abdillah al-Askari (1004), al-Nuqud al-Qadimah wa al-Islamiyah oleh al-Maqrizi dan
al-Nuqud wa al-Makayil wa al-Mawazin oleh al-Munawi.
6) Literatur tentang perdagangan, yaitu: Kitab al-Tabassur bi al-Tijarah dan Fi Madh al-
Tujjar wa Dhamm ‘amal al-Sulthan oleh al-Jahiz (869), dan kitab al-Isharah ila Mahasin al-Tijarah
oleh Abu al-Fadl Ja’far ibn Ali al-Dimashqi.

Sekarang tiba saatnya kita mengupas tentang pemikiran ekonomi islam Ibn Sina. Menurut Bang
Rizal Konsep ekonomi Ibnu Sina bisa ditelusuri melalui pembagian ilmu filsafat praktis. Yang
dapat dilihat dari karya-karya besarnya, seperti:
Ø Aqsam fi al-'Ulum al-'aqliyah: Judul ini telah dimasukkan dalam koleksi sembilan risalah (Tis'u
al-Rasail) dari Ibnu Sina. Telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Muhsin Mahdi dalam
Filsafat Politik di Abad Pertengahan, yang diedit oleh Ralph Muhler dan Muhsin Mahdi
(Diterbitkan oleh Cornell Micmillan, Kanada: 1963).
Ø Istbat sebuah-Nubuwwat: Hal ini juga termasuk dalam risalah koleksi sembilan (Tis'u al-
Rasail) dari Ibnu Sina. Telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Michael E. Marmura
dalam Filsafat Politik Abad Pertengahan diedit oleh Ralph Muhler dan Muhsin Mahdi (Diterbitkan
oleh Pers Bebas Glenceo, Cornell Micmillan, Kanada: 1963).
Ø Al-Shifa di bab artikel, kesepuluh 2 4 dan 5 Kitab. Tiga bab ini telah diterjemahkan oleh
Michael E. Marmura dalam buku "Filsafat Politik Abad Pertengahan" seperti disebutkan diatas.
Ø Kitab al-Siyāsah yang diedit oleh Louis Ma'luf dalam Maqālat Falsafiyyah Qadīmah li Ba'di
Masyāhīrih Fālāsifah'arab al-Muslimin wa Nasara, diterbitkan oleh al-Kātsūlīkiyyah lil al-Matba
'yasū'iyyin Abai al-pada tahun 1911.

Terkait dengan pemikiran ekonomi islam Ibn Sina, Bang Rizal menggaris bawahi dua hal yaitu
Manusia dan Motif Ekonomi, Pembagian Kerja (Division of Labor) dan Manajemen Harta
A. Manusia dan Motif Ekonomi

Konsep ekonomi Ibnu Sina yang pertama membahas hubungan manusia dan tatanan ekonomi.
Ada dua aspek yang sangat fundamental yang berkenaan dengan hal ini, yaitu sebagaimana yang
disebutkan dalam "al-Shifa" dalam pasal kesepuluh (maqōlah) pasal dua sebagai berikut: (1)
Kebutuhan untuk kerjasama dan saling membantu dan (2) kebutuhan manusia akan hukum dalam
aktivitas berekonomi.

1. Kebutuhan untuk kerjasama dan saling membantu

“‫ انه من المعلوم ان النسان يفارق سائر الحيوانات بانه ل يحسن معيشته لوانفرد وحده شخصا واحدا يتولي تدبير امره مممن‬:‫ونقول الن‬
‫ فيكممون مثل هممذا‬,‫ و انه ل بد من ان يكون النسان باخر من نوعه يكون ذالك مكفيا بنظيممره‬,‫غير شريك يعاونه علي ضروريات حاجاته‬
‫و لهممذا ممما اضممطروا الممي عقممد‬.‫ حتي اذا اجتمعوا كممان امرهممم مكفيمما‬,‫ والخر يتخز البرة لهذا‬,‫ و هذا يحيط لخر‬,‫ وذاك يخبز لهذ‬,‫لذالك‬
‫”المدن والجتماع‬

Ibnu Sina mengatakan bahwa manusia sebagai manusia sosial berbeda dari hewan lain dalam
artian merekatidak dapat membentuk kehidupan yang layak ketika terisolasi sebagai individu
dalam mengelola urusannya untuk memenuhi keinginan dasarnya. Selanjutnya, manusia dalam
hidupnya harus saling melengkapi satu dengan yang lainnya antara sesama manusia. Akibatnya,
orang itu memerlukan kemitraan yang hanya dicapai melalui hubungan timbal balik, serta melalui
berbagai perdagangan yang dilakukan oleh manusia. Kecenderungan manusia untuk bertahan
hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk membuat beberapa kegiatan
ekonomi. Ibnu Sina. Ibnu Sina berkata:, "Seorang pria akan memberikan sayuran, sementara
lainnya akan memasaknya; satu orang akan menjahit untuk yang lain sementara yang lain akan
memberikan dia jarum"

2. kebutuhan manusia akan hukum dalam aktivitas berekonomi.

‫ كما ل بد في ذالك من سائر السباب التي‬,‫ ولتتم المشاركة ال بمعاملة‬,‫فاذا كان هذا ظاهرا فل بد في وجود النسان وبقائه من مشاركته‬
‫ ول بد من للسنة والعد ل من سان و معدول‬,‫ ول بد في المعاملة من سنة وعدل‬,‫تكون له‬.

Keberadaan dan kelangsungan hidup manusia memerlukan kemitraan (musyarakah). Kemitraan


dicapai melalui hubungan al-mu'āmalah serta melalui berbagai perdagangan yang dilakukan oleh
manusia. Untuk dapat dikelola dengan baik dan efektif, maka manusia memerlukan hukum
(sunnah) dan keadilan ('adl). Ini pada gilirannya mememrlukan adanya pemberi hukum (Sann) dan
penegak keadilan (mu'addil).

B. Pembagian Kerja (Division of Labor)

Menurut Ibnu Sina, Kehidupan bisa diperoleh ke dalam dua cara: warisan (al-warātsah) dan
produktif (al-kasb). Mereka yang memperoleh dari warisan, mereka tidak perlu mengupayakan
untuk mendapatkan kekayaan. Warisan ini diperoleh oleh dari ayahnya atau leluhurnya dengan
kondisi dapat memberika kecukupan hidup, tanpa perlu bekerja. Bagi mereka yang harus bekerja,
mereka harus bekerja dan berjuang untuk mendapatkan rizq tersebut. Perbedaan-perbedaan ini
tidak berniat untuk memanjakan mereka yang menerima warisan, tetapi bermaksud untuk
membedakan dua kelompok utama yang menerima kekayaan (Sumber: kitab al-Siyasah Li Ibn
Sina).

Pembagian kerja menurutnya terdiri dari dua kategori: perdagangan (al-tijarah) dan profesi (al-
sinā'at). Baginya, profesi ini lebih kuat dan lebih stabil daripada perdagangan, karena perdagangan
kurang dapat diandalkan karena bergantung pada kekayaan, yang cenderung hilang karena
disebabkan kegagalan dan bencana.

Pembagian kerja menurut Ibn Sina:


Dari lingkup intelektual (hiyaz al-'aql) termasuk pendapat yang baik dan saran yang tepat dan tata
pemerintahan yang baik, seperti profesi menteri, manajer, pembuat kebijakan , dan raja-raja.
Dari bidang sastra (hiyaz al-adab), yang diwujudkan dalam menulis kreatif, al-Balaghah,
astronomi, dan kedokteran. Ini disebut sebagai al-udabā, atau dalam kontek kekinian bisa kita
kenal sebagai profesi akademisi.
Dari bidang kekuatan fisik dan keberanian (hiyaz wa al-yad-syajā'a) adalah seperti ksatria dan
profesi pengrajin
C. Manajemen Harta

Pengelolaan kekayaan dibagi menjadi 2 bagian:


1. Sisi penghasilan; mencari atau menghasilkan kekayaan (kasb).
2. Sisi pengeluaran; menggunakan atau menghabiskan kekayaan yang diperoleh (infaq)

Infaq (pengeluaran) menurutnya dapat dibagi menjadi tiga kategori:


1. Infaq (pengeluaran) untuk manusia itu sendiri dan keluarganya tanpa kekikiran, kelalaian
dan pemborosan. Pengeluaran disebut sebagai infaq ijtimā'I atau 'Am.
2. Infaq (pengeluaran) untuk pintu kebajikan (abwāb al-ma'ruf), shodaqoh, dan zakat.
Pengeluaran disebut sebagai infaq Khas Dini.
3. Al-iddikhār (tabungan) untuk peramalan peristiwa yang terjadi di masa mendatang dan
waktu bencana dan kecelakaan lainnya

Terakhir kesimpulan dari pembahasan Bang Rizal adalah

v Dalam sejarah pemikiran ekonomi secara keseluruhan, tadbir al-manzil telah memberikan
kontibusi yang signifikan terhadap perkembangan sejarah perkembangan ekonomi Islam. Ilmu
banyak dikembangkan oleh para filusuf Muslim pada abad pertengahan.
v Konsep-konsep ekonomi yang diperkenalkan oleh Ibnu Sina banyak merujuk pada literatur
ekonomi Yunani, walaupun secara prinsip berbeda. Ibnu Sina dalam konsep ekonomi memasukan
nilai-nilai ketuhanan di dalamnya.
v Konsep ekonomi rumah tangganya dalam hal ini berbicara mengenai motif ekonomi manusia,
pembagian kerja dan pengelolaan kekayaan dalam rumah tangga. Kemudian konsep-konsepnya
sangat aplicable untuk dikembangkan di dunia kontemporer ini.
v Perlu adanya kajian lebih mendalam tentang sejarah pemikiran ekonomi Islam, karena masih
banyak lagi literatur-literur klasik yang harus di kaji untuk memperkaya khazanah kelimuwan
Islam. Wallahu’alam

Anda mungkin juga menyukai