Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan Contoh.
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan Komponen Laporan Keuangan 2019 2020
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
Total utang (debt) 2.050 1.900
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang. Total ekuitas (equity) 2.250 2.100
Bagi peminjam (kreditor), semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan Untuk tahun 2019:
yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar 2.050
Debt to equity ratio = 2.250 = 0,911 (91%)
rasio akan semakin baik. Sebaliknya, dengan rasio yang rendah, semakin tinggi
Untuk tahun 2020:
tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan
1.900
Debt to equity ratio = 2.100 = 0.904 (90%)
bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva.
Rumus untuk mencari debt to equity ratio: Rasio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp91,- pada tahun 2019 untuk setiap
Rp100,- yang disediakan pemegang saham. Atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒅𝒆𝒃𝒕 91%. Demikian pula, untuk tahun 2020, perusahaan dibiayai oleh utang sebesar 90%. Atau
Debt to equity ratio = 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚
kreditor menyediakan Rp90,- untuk setiap Rp100,- yang disediakan oleh pemegang saham.
LONG TERM DEBT TO EQUITY RATIO (LTDtER)
Contoh.
Long term debt to equity ratio (LTDtER) merupakan rasio antara
Komponen Laporan Keuangan 2019 2020
utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah
untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri Total utang jangka panjang (long term debt) 1.300 1.150
yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara Total ekuitas (equity) 2.250 2.100
Menurut J. Fred Weston, times interest earned merupakan rasio untuk Contoh.
mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini diartikan oleh James C. Van Komponen Laporan Keuangan 2019 2020
Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerupai Contoh.
times interest earned ratio, hanya saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan Komponen Laporan Keuangan 2019 2020
apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang untuk menyewa aktiva
Earning Before Tax (EBT) 1.620 1.130
berdasarkan kontrak sewa (lease contract).
Biaya Bunga 180 170
Rasio ini memberikan informasi kepada perusahaan, investor dan kreditor
Kewajiban Sewa / Lease 40 30
mengenai kemampuan perusahaan dalam membayar biaya tetap. Semakin tinggi
angka fixed charge coverage ratio, maka semakin bagus rasio tersebut. Artinya, Untuk tahun 2019:
semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar beban-beban tetapnya 1.620+180+40
FCC = 180+40
= 8,4 𝑘𝑎𝑙𝑖
menggunakan laba yang dihasilkan. Dengan kata lain, biya tetap bukan masalah
Untuk tahun 2020:
bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil angka fixed charge ratio, maka
1.130+170+30
semakin kecil kemampuan perusahaan dalam membayar beban tetapnya. FCC = 170+30
= 6,6 𝑘𝑎𝑙𝑖
Rumus untuk mencari fixed charge coverage (FCC) : Rasio ini menunjukkan bahwa fixed charge coverage pada tahun 2019 sebanyak 8,4 kali.
Artinya, perusahaan mampu membayar beban tetapnya sebanyak 8,4 kali dari laba
FCC =
𝑬𝑩𝑻+𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂+𝑲𝒆𝒘𝒂𝒋𝒊𝒃𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒘𝒂 (𝑳𝒆𝒂𝒔𝒆)
perusahaan. Sedangkan, pada tahun 2020 terjadi penurunan, yakni sebanyak 6,6 kali.
𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂+𝑲𝒆𝒘𝒂𝒋𝒊𝒃𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒘𝒂 (𝑳𝒆𝒂𝒔𝒆)
Artinya, perusahaan hanya mampu membayar beban tetapnya sebanyak 6,6 kali dari
laba perusahaan.
HASIL PENGUKURAN