Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:154) Earning per Share (EPS) merupakan
rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. Semakin tinggi nilai
EPS maka akan semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham dan
kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang dapat diperoleh pemegang saham.
Rasio Earning Per Share (EPS) dirumuskan sebagai berikut:
Menurut Munawir (2012 dalam Welas dan Duci 2015:3) Current Ratio yaitu
perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio ini
menunjukkan tingkat keamanan (Margin of Safety) kreditor jangka pendek, atau
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Current Ratio
(CR) dirumuskan sebagai berikut :
Aktiva Lancar
CR= x 100 %
Hutang Lancar
Menurut Suharli (2006:307) rasio ini ditunjukkan dari perbandingan total utang
dan total modal. DER dianggap rasio yang penting karena berhubungan dengan
masalah trading on equity yaitu perdagangan modal, yang dapat membuat
pengaruh positif dan negatif terhadap rentabilitas modal sendiri dan perusahaan
tersebut. Debt to Equity Ratio (DER) dirumuskan sebagai berikut:
Total Hutang
DER= x 100 %
Modal Sendiri
Menurut Fadli (2019:78) rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio yang
menunjukkan besarnya aktiva sebuah perusahaan yang didanai dengan utang.
Debt To Asset Ratio (DAR) dihitung dengan mengambil total kewajiban utang
(kewajiban) dan membaginya dengan total aset (aset). Debt To Assets Ratio
(DAR) dirumuskan sebagai berikut :
Total Hutang
DAR= x 100 %
Total Aset
Hubungan
Current Ratio adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang
ketika jatuh tempo. Jika perusahaan dapat memenuhi kewajibannya pada saat
jatuh tempo, maka perusahaan dapat mengembangkan usahanya sehingga dapat
meningkatkan laba perusahaan. ketika laba perusahaan meningkat maka EPS
perusahaan juga meningkat. CR yang rendah biasanya dianggap menunjukkan
terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya CR yang terlalu tinggi juga kurang
bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. ketika laba perusahaan menurun
maka EPS perusahaan juga akan menurun.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara utang dan modal
perusahaan. DER yang semakin tinggi menunjukkan bahwa risiko investasi yang
semakin tinggi pula. Tingginya DER menunjukkan bahwa perusahaan tidak
solvabel, dikarenakan total utang lebih besar dibandingkan dengan total
modalnya. Hal ini berarti, naiknya nilai DER mengakibatkan penurunan kinerja
keuangan perusahaan yang dianggap sebagai informasi yang buruk oleh investor,
sehingga permintaan saham menurun dan harga saham pun menurun, sehingga
berakibat pada menurunnya EPS perusahaan. Dan sebaliknya jika tingkat DER
rendah maka akan meningkatkan EPS. Karena apabila perusahaan memperoleh
laba perusahaan akan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk
membayar hutang. Sehingga ketika laba perusahaan turun maka EPS juga akan
ikut menurun.
Debt to Asset Ratio (DAR) yang tinggi dapat menunjukkan keadaan perusahaan
yang buruk dikarenakan tingginya DAR mencerminkan bahwa total aset yang
dimiliki perusahaan sebagian besar didanai oleh utang. Apabila utang perusahaan
semakin tinggi maka laba bersih yang diperoleh perusahaan harus digunakan
untuk membayar utang terlebih dahulu, sehingga laba bersih yang akan dibagikan
kepada pemegang saham akan berkurang yang kemudian menyebabkan Earning
EPS menjadi rendah. Sehingga DAR yang semakin tinggi akan berdampak buruk
pada perusahaan karena perusahaan memiliki aset yang dibiayai oleh utang
semakin tinggi, sehingga mempengaruhi menurunnya nilai EPS. Dan sebaliknya
jika DAR yang rendah akan mempengaruhi naiknya nilai EPS.