Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PERSENTASE

PER KOMPONEN /
ANALISIS COMMON SIZE
Analisis persentase per komponen: merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
persentase terhadap masing- masing komponen yang
ada dalam laporan keuangan

Tujuan:
1. Mengetahui persentase investasi terhadap masing-masing aktiva atau terhadap
passiva
2. Mengetahui komposisi biaya terhadap penjualan

Analisis persentase perkomponen yang akan di ambil diantaranya:


1. Antara komponen piutang dengan total aktiva
2. Antara komponen hutang jangka pendek dengan total passiva
3. Antara komponen persediaan dengan total aktiva
4. Antara komponan harga pokok penjualan dengan penjualan bersih
5. Antara komponan laba operasional dengan penjualan bersih
CONTOH:
Antara Komponen Piutang Dengan Total Aktiva

Untuk tahun 2016:

𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑹𝒑.540
× 100 % × 100 % = 18 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑅𝑝.3000

Artinya piutang tahun 2016 berjumlah 18% dari jumlah aktiva. Dengan kata
lain bahwa setiap Rp. 1 aktiva yang dimiliki perusahaan, maka Rp. 0,18
adalah piutang dagang

Untuk tahun 2017: Untuk tahun 2018:

𝑹𝒑.680 𝑹𝒑.500
× 100 % = 20 % × 100 % = 14 %
𝑅𝑝.3400 𝑅𝑝.3650

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa diaktiva terjadi kenaikan


piutang sebesar 2 % ditahun 2017, kemudian turun menjadi 6 % pada
tahun 2018, jika dibandingkan dengan tahun 2017.
 Dari komponen piutang terhadap total aktiva,
ini dapat mengindikasikan bahwa jumlah
piutang mengalami fluktuasi, dapat dilihat
pada tahun 2018 perusahaan telah berhasil
menurunkan jumlah piutang nya dibanding
tahun sebelumnya, hal ini dapat dikatakan
perusahaan berhasil dalam penagihan
piutang sesuai dengan target jangka waktu
penagihan piutang.
Antara Komponen Utang Jangka Pendek Dengan Total
Passiva

Untuk tahun 2016:

𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 𝑹𝒑.500


× 100 % × 100 % = 17 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑠𝑠𝑖𝑣𝑎 𝑅𝑝.3000

Artinya utang jangka pendek tahun 2016 berjumlah 17% dari jumlah passiva. Dengan
kata lain bahwa setiap Rp. 1 passiva yang dimiliki perusahaan maka terdapat utang
jangka pendek sebesar Rp. 0,17.

Untuk tahun 2017: Untuk tahun 2018:

𝑹𝒑.530 𝑹𝒑.570
× 100 % = 16 % × 100 % = 16 %
𝑅𝑝.3400 𝑅𝑝.3650

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa utang jangka pendek di tahun 2017
menurun dibanding tahun 2016 sebesar 1% dan dari tahun 2017 ke 2018 tidak
terjadi penurunan atau kenaikan
 Dari komponen utang jangka pendek dengan
total passiva, ini dapat mengindikasikan bahwa
jumlah utang jangka pendek pada setiap
tahunnya masih dikatakan normal, karena dari
porsi utang secara keseluruhan, terdapat jumlah
persentase yang kecil untuk utang jangka
pendek. Hal ini kemungkinan bahwa perusahaan
memiliki perputaran persediaan yang tinggi
pada tahun bersangkutan, sehingga dapat
meminimalisir pembelian bahan baku secara
kredit.
Antara Komponen Persediaan Dengan Total Aktiva

Untuk tahun 2016:

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑹𝒑.420
× 100 % × 100 % = 14 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑅𝑝.3000

Artinya persediaan tahun 2016 berjumlah 14% dari jumlah aktiva. Dengan
kata lain bahwa setiap Rp. 1 aktiva yang dimiliki perusahaan maka, terdapat
Rp. 0,14 persediaan.

Untuk tahun 2017: Untuk tahun 2018:

𝑹𝒑.560 𝑹𝒑.800
× 100 % = 16 % × 100 % = 22 %
𝑅𝑝.3400 𝑅𝑝.3650

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa porsi persediaan pada total
aktiva pada tahun 2017 terus meningkat sebesar 2 % dari tahun 2016
dan meningkat 6 % ditahun 2018.
 Dari komponen persediaan dengan total
aktiva, ini dapat mengindikasikan bahwa
persediaan mengalami peningkatan setiap
tahunnya, ini termasuk cukup baik, karena
seiring dengan meningkatnya penjualan
disetiap tahun yang artinya semakin
bertambahnya permintaan setiap tahunnya.
Antara Komponen Harga Pokok Penjualan Dengan
Penjualan Bersih

Untuk tahun 2016:

𝐻𝑃𝑃 𝑹𝒑.1.200
× 100 % × 100 % = 46 %
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑅𝑝.2.600

Artinya HPP tahun 2016 berjumlah 46% dari jumlah penjualan bersih.
Dengan kata lain setiap Rp. 1 penjualan bersih terdapat didalamnya Rp. 0,46
HPP. Artinya setiap Rp. 1 penjualan bersih didapatkan labanya Rp. 0,54

Untuk tahun 2017: Untuk tahun 2018:

𝑹𝒑.1.350 𝑹𝒑.1.400
× 100 % = 47 % × 100 % = 47 %
𝑅𝑝.2.850 𝑅𝑝.3.000

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa porsi HPP pada penjualan
bersih meningkat 1% dari tahun 2016 ke tahun 2017. demikian tahun
2018 dengan jumlah yang sama.
 Dari komponen HPP dengan penjualan
bersih, yang mengindikasikan bahwa
perusahaan mampu menstabilkan penjualan.
Hal ini berarti perusahaan masih dapat
memaksimalkan penjualan, meskipun HPP
meningkat setiap tahunnya.
Antara Komponen Laba Operasional Dengan Penjualan
Bersih

Untuk tahun 2016:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑹𝒑.640


× 100 % × 100 % = 25 %
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑅𝑝.2.600
Artinya laba operasional tahun 2016 berjumlah 25% dari jumlah penjualan
bersih. Dengan kata lain setiap Rp. 1 penjualan bersih diperoleh Rp. 0,25
laba operasional.

Untuk tahun 2017: Untuk tahun 2018:

𝑹𝒑.700 𝑹𝒑.780
× 100 % = 25 % × 100 % = 26 %
𝑅𝑝.2.850 𝑅𝑝.3.000

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa laba operasional perusahaan


tidak ada kenaikan atau penurunan dari tahun 2016 ke tahun 2017.
dan dari tahun 2017 ke tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 1%.
 Dari komponen laba operasional dengan
penjualan bersih, yang mengindikasikan
bahwa laba operasi masih bisa dikatakan
stabil pada setiap tahunnya. Meskipun biaya
operasi meningkat setiap tahun. Disarankan
perusahaan lebih mengefisienkan lagi biaya
operasi sehingga dapat lebih memaksimalkan
penjualan.
LATIHAN

Analisislah laporan keuangan PT Unilever tahun 2017 dan


2018 dengan menggunakan analisis common size
diantaranya:

1. Antara komponen piutang dengan total aktiva


2. Antara komponen hutang jangka pendek dengan
total passiva
3. Antara komponen persediaan dengan total aktiva
4. Antara komponan harga pokok penjualan dengan
penjualan bersih
5. Antara komponan laba operasional dengan
penjualan bersih

Anda mungkin juga menyukai