PER KOMPONEN /
ANALISIS COMMON SIZE
Analisis persentase per komponen: merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
persentase terhadap masing- masing komponen yang
ada dalam laporan keuangan
Tujuan:
1. Mengetahui persentase investasi terhadap masing-masing aktiva atau terhadap
passiva
2. Mengetahui komposisi biaya terhadap penjualan
𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑹𝒑.540
× 100 % × 100 % = 18 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑅𝑝.3000
Artinya piutang tahun 2016 berjumlah 18% dari jumlah aktiva. Dengan kata
lain bahwa setiap Rp. 1 aktiva yang dimiliki perusahaan, maka Rp. 0,18
adalah piutang dagang
𝑹𝒑.680 𝑹𝒑.500
× 100 % = 20 % × 100 % = 14 %
𝑅𝑝.3400 𝑅𝑝.3650
Artinya utang jangka pendek tahun 2016 berjumlah 17% dari jumlah passiva. Dengan
kata lain bahwa setiap Rp. 1 passiva yang dimiliki perusahaan maka terdapat utang
jangka pendek sebesar Rp. 0,17.
𝑹𝒑.530 𝑹𝒑.570
× 100 % = 16 % × 100 % = 16 %
𝑅𝑝.3400 𝑅𝑝.3650
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa utang jangka pendek di tahun 2017
menurun dibanding tahun 2016 sebesar 1% dan dari tahun 2017 ke 2018 tidak
terjadi penurunan atau kenaikan
Dari komponen utang jangka pendek dengan
total passiva, ini dapat mengindikasikan bahwa
jumlah utang jangka pendek pada setiap
tahunnya masih dikatakan normal, karena dari
porsi utang secara keseluruhan, terdapat jumlah
persentase yang kecil untuk utang jangka
pendek. Hal ini kemungkinan bahwa perusahaan
memiliki perputaran persediaan yang tinggi
pada tahun bersangkutan, sehingga dapat
meminimalisir pembelian bahan baku secara
kredit.
Antara Komponen Persediaan Dengan Total Aktiva
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑹𝒑.420
× 100 % × 100 % = 14 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑅𝑝.3000
Artinya persediaan tahun 2016 berjumlah 14% dari jumlah aktiva. Dengan
kata lain bahwa setiap Rp. 1 aktiva yang dimiliki perusahaan maka, terdapat
Rp. 0,14 persediaan.
𝑹𝒑.560 𝑹𝒑.800
× 100 % = 16 % × 100 % = 22 %
𝑅𝑝.3400 𝑅𝑝.3650
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa porsi persediaan pada total
aktiva pada tahun 2017 terus meningkat sebesar 2 % dari tahun 2016
dan meningkat 6 % ditahun 2018.
Dari komponen persediaan dengan total
aktiva, ini dapat mengindikasikan bahwa
persediaan mengalami peningkatan setiap
tahunnya, ini termasuk cukup baik, karena
seiring dengan meningkatnya penjualan
disetiap tahun yang artinya semakin
bertambahnya permintaan setiap tahunnya.
Antara Komponen Harga Pokok Penjualan Dengan
Penjualan Bersih
𝐻𝑃𝑃 𝑹𝒑.1.200
× 100 % × 100 % = 46 %
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑅𝑝.2.600
Artinya HPP tahun 2016 berjumlah 46% dari jumlah penjualan bersih.
Dengan kata lain setiap Rp. 1 penjualan bersih terdapat didalamnya Rp. 0,46
HPP. Artinya setiap Rp. 1 penjualan bersih didapatkan labanya Rp. 0,54
𝑹𝒑.1.350 𝑹𝒑.1.400
× 100 % = 47 % × 100 % = 47 %
𝑅𝑝.2.850 𝑅𝑝.3.000
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa porsi HPP pada penjualan
bersih meningkat 1% dari tahun 2016 ke tahun 2017. demikian tahun
2018 dengan jumlah yang sama.
Dari komponen HPP dengan penjualan
bersih, yang mengindikasikan bahwa
perusahaan mampu menstabilkan penjualan.
Hal ini berarti perusahaan masih dapat
memaksimalkan penjualan, meskipun HPP
meningkat setiap tahunnya.
Antara Komponen Laba Operasional Dengan Penjualan
Bersih
𝑹𝒑.700 𝑹𝒑.780
× 100 % = 25 % × 100 % = 26 %
𝑅𝑝.2.850 𝑅𝑝.3.000