A. Analisis Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stagnan, sektor
perbankan, multifinance dan asuransi masih bisa bertumbuh baik pada semester I-2019.
Berdasarkan data OJK, hingga semester I-2019 dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 7,42%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tertinggi dalam 8 bulan terakhir. Kredit
perbankan juga tumbuh 9,92% dengan ditopang oleh sektor listrik, air, gas, kontruksi dan
tambang."Piutang pembiayaan tumbuh 4,29% yoy yang ditopang sektor pengolahan tambang
dan rumah tangga," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam paparan kondisi
terkini sektor keuangan Indonesia di Jakarta, Rabu(24/7/2019).
Dari sisi risiko, non performing loan (NPL) berada di level 2,5% atau terendah dalam 5 tahun
terakhir.NPL Multifinance 2,82%. Wimboh Santoso menambahkan intermediasi perbankan
didukung likuiditas dan permodalan. Hal ini terlihat dari rasio alat likuid dibandingkan non-core
deposito (AL/NCD) berada di level 90,09% dengan rasio kecukupan permodalan atau CAR
23,18%.
"Rasio solvabilitas asuransi jauh diambang batas ketentua dengan asuransi jiwa dan asuransi
umum masing-masing 313,5% dan 662%," tambah Wimboh.
B. Analisis Perusahaan
Analisis Fundamental
1. Net Profit
Net Profit merupakan laba bersih dimana untuk seluruh pendapatan atas
seluruh biaya untuk suatu periode tertentu setelah dikurangi biaya lain-lain. Untuk Net
Profit di BBRI dari tahun 2016 sampai 2019 ini terus mengalami kenaikan nilai. Yang
tadinya 18950,9 sekarang sudah mencapai 33040,7. Tanda nya disetiap tahunnya
perusahaan BBRI mengalami pertumbuhan yang baik
2. EPS (Earning Per Share)
Tahun 2019 = 270,60 Tahun 2017 = 840,50
EPS digunakan untuk menunjukkan seberapa besar laba yang dihasilakan per
lembar saham yang beredar atau seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor
berdasarkan per lembar sahamnya. Jika EPS meningkat maka laba bersih yang dihasilkan
meningkat sehingga keuntungan yang diperoleh investor per lembar saham semakin
besar, dan sebaliknya. EPS PT Bank Rakyat Indonesia(persero) Tbk. Dari tahun 2016
sampai 2017 terus mengalami kenaikan nilai. Yang tadinya 776,67 sekarang menjadi
840,50. Dan pada tahun 2018 mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sebesar
648,27. Namun EPS dapat kembali naik lagi pada tahun 2019 menjadi 270,60.
3. PER (Price to Earning Ratio)
PE
PER adalah rasio yang digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian modal
yang diinvestasikan pada suatu saham. Semakin kecil nilai PER semakin baik karena
tingkat pengembalian investasi di saham tersebut akan semakin cepat karena EPS yang
dihasilkan semakin besar. Semakin kecil PER juga mengindikasikan bahwa kinerja
perusahaan tersebut semakin efisien dan efektif. PER juga digunakan untuk menganalisa
saham suatu perusahaan dihargai mahal (over value) atau dihargai murah (under value).
Semakin kecil PER maka semakin baik karena mengindikasikan saham tersebut dihargai
murah dan sebaliknya jika PER semakin besar maka saham tersebut dianggap mahal.
PER PT Elnusa Tbk. Tahun 2016 dan 2019 mengalami perubahan yang wajar namun
pada tahun 2017 kenaikannya cukup signifikan sebesar 18,17Xdan pada tahun 2019
mengalami penurunan kembali yaitu menjadi 15,08x. ini menunjukkan saat ini harga
saham BBRI murah dan kemunginan bisa naik lagi.
4. ROE (Return Of Equity)
Yaitu rasio jumlah hutang dan kewajiban yang dimiliki perusahaan dibandingkan
dengan modal bersihnya bila DER < 1 maka menunjukkan perusahaan memiliki hutang
lebih sedikit dibandingkan modal bersihnya sedangkan bila DER > 1 maka perusahaan
memiliki risiko keuangan yang besar. Nilai DER dari tahun 2016 sampai 2019 terus
mengalami penurunan. Yang pada awalnya 5,61 dan sekarang menjadi 5,38. Nilai DER
dari perusahaan BBRI melebihi angka 1. Ini berarti saham BBRI memiliki utang banyak
dan dan saham BBRI ini kurang rekomendit.
C. Analisis Teknikal
1. Bollinger band
Berdasarkan chart diatas pada tanggal 28 November 2019 chart masih berada dalam garis
middle boling band dimana disini menandakan bahwasannya saham ini masih wit and see.
2. Moving Average
Candlestick pada tanggal 28 November 2019 jika dilihat dari MA nya ini belum menujukkan
adanya perpotongan antara MA 20 dengan MA 50 yang dimana ini tandanya kita masih Wait
and see
3. Sthocastick
sthocastick pada tanggal 28 November 2019 ini menunjukkan bahwa garis k belum
menembus garis d yang dimana menunjukkan saham ini masih wait and see. Namun pada
tanggal 25 november saham BBRI ini terjadi golden gross.
4. Volume
Dilihat dari volumenya ini sangat kuat banyak terjadi pembelian dan penjualan yang hampir
stabil pergerakannya
5. Parabollic SAR
Jika dilihat dari chandlestick pada tanggal 28 november 2019 ini akan menunjukkan
terjadinya uptren karena lingkaran para boliknya masih dibawah trnd dan belum menyentuh
parabollic
Kesimpulan
Berdasarkan analisis fundamental dengan indikator EPS, PER, PBV, ROE, DER kinerja
perusahaan dan laporan keuangan BBRI lumayan bagus dan terus mengalami keniakan di laba
bersihnya. Meskipun dalam analisis ekonomi terjadi pertambatan ekonomi sektor ini berhasil
catatkan kinerja yang positif. Pada analisis teknikal dengan indikator bollinger band, moving
average, stochastic dan volume serta parabollic masih belum ada tanda-tanda yang berarti kita
harus wait and see. Jadi saham BBRI ini layak untuk investasi