Disusun oleh:
1. Analisis Makro
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan rendahnya inflasi pada 2019 karena harga-harga relatif
terkendali, khususnya pada komponen harga yang diatur pemerintah. Pada 2019 inflasi pada
harga yang diatur pemerintah sebesar 0,51 persen dengan andil terhadap inflasi hanya 0,1 persen
berbeda dengan tahun lalu yang mencatatkan inflasi 3,36 persen dengan andil inflasi 0,66 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 tidak terlalu menggembirakan karena
terdampak oleh perlambatan kondisi perekonomian global dan juga melambatnya perekonomian
negara mitra dagang utama. Data pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut BPS baru sampai
pada angka pertumbuhan di triwulan III yang sebesar 5,02 persen. Angka pertumbuhan ini terus
melambat dari triwulan I yang sebesar 5,07 persen dan juga triwulan II yang sebesar 5,05 persen.
Bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2018 yang sebesar 5,17
persen, angka pertumbuhan pada triwulan III 2019 sangat melambat. Bahkan pertumbuhan
tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017
yang sebesar 5,06 persen dan triwulan III 2016 sebesar 5,03 persen. Sektor industri menjadi
kontributor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi triwulan III 2019 berdasarkan lapangan usaha
dengan kontribusi 19,62 persen dan disusul pertanian sebesar 13,45 persen kemudian
perdagangan 13,02 persen. Sementara berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih
memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III yakni 56,52 persen,
investasi 32,32 persen, dan ekspor 18,75 persen. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada tahun
ini relatif stabil dan menguat dengan berada di level Rp. 13.878-13.901 per dolar AS. Stabilitas
tersebut antara lain ditunjang oleh terus masuknya aliran modal asing dalam investasi portofolio
yang menurut data Bank Indonesia sejak 1 Januari hingga 26 desember 2019 telah masuk
sebanyak Rp. 226 triliun. Aliran modal asing tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara sebesar
Rp. 171,6 triliun, saham Rp48,9 triliun, obligasi korporasi Rp. 2,9 triliun, dan Sertifikat Bank
Indonesia Rp. 2,6 triliun. Berdasarkan data dari Bank Indonesia hingga akhir November, posisi
cadangan devisa Indonesia sebesar USD126,6 miliar yang setara dengan pembiayaan 7,5 bulan
impor atau 7,2 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah dan berada di atas
standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
2. Analisis Mikro
Data Badan Pusat Statistik mencatat bahwa konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2019
hanya tumbuh 5,01% secara tahunan (year on year/YoY).
Konsumsi rumah tangga menyumbang sebesar 55,7% perekonomian Indonesia.
3. Analisis Saham Consumer Goods
Di tengah arus sentimen negatif Covid-19, saham konsumsi rumah tangga (consumer goods)
punya prospek cerah. Apalagi secara historis, saham-saham sektor konsumsi mampu bertahan di
tengah perlambatan ekonomi.
“Sektor consumer, khususnya yang staples dan sektor infrastruktur, terutama telekomunikasi,
earning per share (EPS)-nya selalu stabil,” ujar Equity Analyst Phillip Sekuritas, Anugerah
Zamzami kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dia menjelaskan, saham consumer goods mencatatkan penurunan terendah dibanding sektor
lainnya selama tahun berjalan (year to date/ytd). Malah, sejak indeks harga saham gabungan
(IHSG) terpeleset dari level 4.000 pada 24 Maret, sebagian saham consumer goods sudah
positif.
Zamzami menambahkan, ketika pasar mengalami bearish seperti sekarang, semua sektor
terkoreksi sangat dalam. Namun, sektor konsumsi mengalami penurunan paling sedikit, hanya
11% (ytd).
Zamzami menyarankan investor mencermati saham INDF, ICBP, GGRM, HMSP, TLKM,
EXCL, UNVR, SIDO, dan TBIG. Saham-saham ini undervalued, padahal berada di sektor
defensif dan punya deviden yield yang lumayan baik.
“Nanti menjelang pandemi berakhir, investor boleh masuk ke index mover dan saham-saham
berkapitalisasi besar di sektor lainnya,” tandas dia.
Menurut Zamzami, kondisi saat ini adalah new normal bagi pasar saham Indonesia, di mana
terjadi volatilitas tinggi dan swing yang besar pada harga saham. Kondisi new normal akan usai
setelah pandemi Covid-19 berakhir.
Pekan ini, Zamzami memprediksi IHSG bergerak cenderung datar (sideways) dengan level
support 4.440 dan resistance 4.580. “Nilai transaksi masih tipis, net sell asing masih terjadi,
apalagi hari bursa lebih pendek. Investor akan menanti rapat dewan gubernur BI pada Senin dan
Selasa besok,” ujar dia.
4. Analisis Perusahaan
4.1. Analisis MYOR (PT. Mayora Indah Tbk.)
EPS tiga tahun terakhir MYOR menunjukkan kenaikan berturut-turut. Di tahun 2019 besar EPS
yaitu 89. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal
ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. EPS merupakan rasio yang
menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham
per lembar saham.
Salah satu indikator fundamental dari sebuah saham adalah price per book value (PBV) yang
banyak digunakan oleh investor maupun analis untuk mengetahui nilai wajar saham.Indikator ini
didapat dengan membagi harga saham yang ada di pasar saham dengan nilai book value dari
saham tersebut. PBV tahun 2020 MYOR yaitu 5,34. Dengan kata lain, Rasio Price to Book
Value ini dapat menunjukan apa yang akan didapatkan oleh pemegang saham setelah perusahaan
terjual dengan semua hutangnya telah dilunasi.
Rasio PBV yang rendah merupakan tanda yang baik bagi perusahaan. Dibandingkan dengan
rata-rata PBV di Industry Consumer Goods sebesar 3,86. PBV MYOR termasuk lumayan besar
dibanding ICBP dan INDF.
Return on Equity
ROE dengan rasio 100% berarti bahwa setiap 1 rupiah dari ekuitas pemegang saham dapat
menghasilkan 1 rupiah dari laba bersih. Return on Equity atau ROE ini merupakan pengukuran
penting bagi calon investor karena dapat mengetahui seberapa efisien sebuah perusahaan akan
menggunakan uang yang mereka investasikan tersebut untuk menghasilkan laba bersih. ROE
juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai efektifitas manajemen dalam menggunakan
pembiayaan ekuitas untuk mendanai operasi dan menumbuhkan perusahaannya. MYOR
memiliki ROE di tahun 2020 sebesar 19,65%.
Current Ratio
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1
atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi seluruh hutang lancar. Jadi, dikatakan
sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar haruslah jauh di atas
jumlah hutang lancar. CR yang dimiliki MYOR 2020 sebesar 390,66%. Ini berarti kemampuan
untuk membayar utang yang segera harus dipenuhidengan aktiva lancar pada tahun 2020 ialah
setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh aktiva lancar Rp 39,066.
Analisis SWOT PT. Mayora Indah Tbk.
4.2. Analisis ICBP (PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.)
EPS tiga tahun terakhir ICBP menunjukkan kenaikan berturut-turut. Di tahun 2019 besar EPS
yaitu 432. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal
ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. EPS merupakan rasio yang
menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham
per lembar saham.
Salah satu indikator fundamental dari sebuah saham adalah price per book value (PBV) yang
banyak digunakan oleh investor maupun analis untuk mengetahui nilai wajar saham.Indikator ini
didapat dengan membagi harga saham yang ada di pasar saham dengan nilai book value dari
saham tersebut. PBV tahun 2020 ICBP yaitu 4,3. Dengan kata lain, Rasio Price to Book Value
ini dapat menunjukan apa yang akan didapatkan oleh pemegang saham setelah perusahaan terjual
dengan semua hutangnya telah dilunasi.
Rasio PBV yang rendah merupakan tanda yang baik bagi perusahaan. Dibandingkan dengan
rata-rata PBV di Industry Consumer Goods sebesar 3,86. PBV ICBP termasuk lebih kecil
dibanding MYOR.
Return on Equity
ROE dengan rasio 100% berarti bahwa setiap 1 rupiah dari ekuitas pemegang saham dapat
menghasilkan 1 rupiah dari laba bersih. Return on Equity atau ROE ini merupakan pengukuran
penting bagi calon investor karena dapat mengetahui seberapa efisien sebuah perusahaan akan
menggunakan uang yang mereka investasikan tersebut untuk menghasilkan laba bersih. ROE
juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai efektifitas manajemen dalam menggunakan
pembiayaan ekuitas untuk mendanai operasi dan menumbuhkan perusahaannya. ICBP memiliki
ROE di tahun 2020 sebesar 19,59%.
Current Ratio
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1
atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi seluruh hutang lancar. Jadi, dikatakan
sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar haruslah jauh di atas
jumlah hutang lancar. CR yang dimiliki ICBP 2020 sebesar 225,85%. Ini berarti kemampuan
untuk membayar utang yang segera harus dipenuhidengan aktiva lancar pada tahun 2020 ialah
setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh aktiva lancar Rp 22,585.
EPS tiga tahun terakhir INDF menunjukkan kenaikan berturut-turut. Di tahun 2019 besar EPS
yaitu 559. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal
ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. EPS merupakan rasio yang
menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham
per lembar saham.
Price to Book Value
Salah satu indikator fundamental dari sebuah saham adalah price per book value (PBV) yang
banyak digunakan oleh investor maupun analis untuk mengetahui nilai wajar saham.Indikator ini
didapat dengan membagi harga saham yang ada di pasar saham dengan nilai book value dari
saham tersebut. PBV tahun 2020 INDF yaitu 1,55. Dengan kata lain, Rasio Price to Book Value
ini dapat menunjukan apa yang akan didapatkan oleh pemegang saham setelah perusahaan terjual
dengan semua hutangnya telah dilunasi.
Rasio PBV yang rendah merupakan tanda yang baik bagi perusahaan. Dibandingkan dengan
rata-rata PBV di Industry Consumer Goods sebesar 3,86. PBV ICBP termasuk lebih kecil
dibanding MYOR dan ICBP.
Return on Equity
ROE dengan rasio 100% berarti bahwa setiap 1 rupiah dari ekuitas pemegang saham dapat
menghasilkan 1 rupiah dari laba bersih. Return on Equity atau ROE ini merupakan pengukuran
penting bagi calon investor karena dapat mengetahui seberapa efisien sebuah perusahaan akan
menggunakan uang yang mereka investasikan tersebut untuk menghasilkan laba bersih. ROE
juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai efektifitas manajemen dalam menggunakan
pembiayaan ekuitas untuk mendanai operasi dan menumbuhkan perusahaannya. ICBP memiliki
ROE di tahun 2020 sebesar 12,61%.
Current Ratio
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1
atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi seluruh hutang lancar. Jadi, dikatakan
sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar haruslah jauh di atas
jumlah hutang lancar. CR yang dimiliki INDF 2020 sebesar 130,32%. Ini berarti kemampuan
untuk membayar utang yang segera harus dipenuhidengan aktiva lancar pada tahun 2020 ialah
setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh aktiva lancar Rp 13,032.
Strength
Weakness
1. Terlalu banyak Brand yang dikeluarkan.
2. Terlalu banyak inovasi rasa yang dibuat oleh Indofood.
3. Permintaan pasar yang belum terpenuhi.
Opportunity
Treath
1. Ketatnya persaingan yang dilakukan pesaing dalam hal iklan maupun inovasi.
2. Tidak fokus terhadap satu jenis produk.
5. Analisa Teknikal
5.1. Saham Mayora Indah Tbk.
Grafik saham MYOR
Pada Pertengahan tahun 2017 Saham Mayora mengalami naik turun harga dari 2400 menjadi
1800. lalu Terjadi Peningkatan harga saham cukup tinggi pada tahun 2018 Sebesar Rp. 3000.
Dan tepatnya pada bulan Juli 2019 saham Mayora mengalami penurunan harga kembali sebesar
Rp. 2400. Jadi kisaran harga saham mayora dihitung 3 tahun terakhir (dimulai dari tahun 2020)
diantara 1500-2500 yang mana dianggap perubahannya cukup signifikan.
5.2. Saham Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Grafik saham ICBP
Pada tahun 2017 saham Indofood CBP mengalami penurunan harga saham sebesar Rp.7500
yang tadinya mencapai Rp. 9500 dipertengahan tahun 2016. Lalu saham Indofood CBP
mengalami naik turun harga hingga tepatnya pada tahun 2019 awal mengalami kenaikan harga
saham yang cukup signifikan sebesar Rp.10.500 sempat kembali turun di 2019 akhir dan pada
puncak nya ditahun 2020 harga saham Indofood CBP mengalami kenaikan harga saham yang
tinggi sebesar Rp.12.000.
Menurut kami,dari ketiga grafik saham di industri barang konsumen yang bergerak cepat
(Consumer goods) yang paling baik untuk dibeli untuk jangka pendek hingga jangka panjang
adalah Saham Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Karena dari ketiga saham tersebut saham ini
merupakan paling aman ketika naik dan turun harga yang terlalu signifikan jatuhnya dihitung
dari tiga tahun kebelakang dari tahun 2020.