Anda di halaman 1dari 63

Investasi di Tengah

Pandemik

Kenali, Pahami, Miliki!


Kinerja Emiten InvestMI
Secara umum pergerakan harga saham yang sehat akan dipengaruhi kinerja perusahaan atau emiten itu
sendiri, untuk itu penting bagi Investor dapat mengetahui kondisi serta kinerja perusahaan salah satunya
melalui kinerja keuangan perusahaan tersebut.
InvestMI merupakan ulasan fundamental saham-saham di Bursa Efek Indonesia yang bisa dijadikan
panduan investasi terutama bagi pemula. Berisikan analisa saham-saham yang telah melalui proses
pemilihan yang ketat serta dipilih salah satunya berdasarkan kinerja keuangan perusahaan tersebut,
selain itu InvestMI juga dilengkapi dengan berbagai update informasi Ekonomi dan Industri serta update
kinerja Reksa Dana.
Sejak diluncurkan pertama kali di akhir April 2020, InvestMI menunjukan kinerja yang cukup positif,
diantaranya karena market mengapresiasi kinerja dari saham-saham dalam e-book InvestMI yang
merupakan saham terpilih yang telah lolos dari berbagai kriteria uji sehingga dianggap cukup aman
terutama bagi para investor pemula.
Berikut adalah gambaran kinerja saham-saham InvestMI dibandingkan dengan kinerja IHSG dan LQ45
hingga 22 Januari 2021, dimana InvestMI mampu mengungguli kinerja IHSG maupun indeks LQ45 sejauh
ini.

Return InvestMI (Weighted Index)


Sumber: data TICMI per 22 Januari 2021
60.00%

50.00% INVESTMI, 49.83%

40.00%
LQ45, 35.16%
30.00% IHSG, 30.30%

20.00%

10.00%

0.00%

-10.00%

-20.00%
Apr-20 May-20 Jun-20 Jul-20 Aug-20 Sep-20 Oct-20 Nov-20 Dec-20

Keterangan :
• Return tertimbang dari 10 saham terpilih
• Return dihitung sejak launching perdana "InvestMIFY19" (Close price)
• 10 saham pilihan pada InvestMI akan mengalami perubahan saat rilis InvestMI versi terbaru

Dapatkan InvestMI terbaru hanya di:


ticmi.co.id/investmi
Dear TICMate

Terima kasih telah membeli e-book InvestMI Yearly 2019 yang berisi kumpulan saham undervalued
dengan kinerja keuangan baik yang kemudian dapat kamu jadikan sebagai rujukan dan panduan dalam
berinvestasi di pasar modal di tahun 2020.

Kami sadari dalam penyusunan InvestMI masih banyak kekurangan ataupun ketidaksempurnaan, oleh
sebab itu kami selaku tim penyusun terbuka akan berbagai saran dan masukan terkait e-book InvestMI
perdana ini untuk perbaikan berkesinambungan melalui link berikut ini:

https://bit.ly/surveiinvestmi

InvestMI ditujukan bagi TICMate yang sudah menyelesaikan seluruh proses transaksi terkait dengan
pembelian produk InvestMI seperti yang tertera di website ticmi.co.id (https://ticmi.co.id/investmi)

Dilarang keras untuk menyebarkan, memperbanyak, ataupun menjual kembali tanpa izin tertulis dari
TICMI. Pelanggaran atas hak cipta e-book ini berpotensi dikenakan hukuman sesuai Undang-Undang
No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Adapun, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam e-book ini, yaitu:

1. Emiten terpilih dalam e-book ini adalah emiten-emiten yang laporan keuangan tahunannya
sudah terbit pra-pembuatan e-book (Sebelum 20 April 2020).
2. Analisis dilakukan berdasarkan sejumlah filter yang aman terutama bagi pemula dan milenial,
sedangkan yang belum teruji/terlalu berisiko kami eliminasi melalui kriteria-kriteria utama di
antaranya rasio likuiditas1, rasio profitabilitas2, rasio solvabilitas3, rasio pasar4, serta
berdasarkan seasonal5, dan lain sebagainya.
3. Data yang digunakan untuk analisis adalah adalah data-data resmi di database TICMI
(https://ticmi.co.id/datapasarmodal) dan sejumlah sumber kredibel lainya.
4. Menggunakan skenario optimis6, moderat7, dan pesimis8 dalam analisis emiten meskipun
yang dicantumkan dalam e-book ini adalah skenario yang paling realistis dengan kondisi pasar
saat ini.
5. Menggunakan metode valuasi seperti DCF9, DDM10, dan Multiple/Relative Valuation11 dan
excess return12, atau lainnya dalam mencari harga wajar (nilai intrinsik) emiten. Namun dalam
e-book ini tidak semua metode valuasi dicantumkan, hanya yang relevan dengan emiten.
6. Saham-saham yang terdapat di e-book InvestMI ini dianalisis oleh analis profesional yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan pasar modal yang mumpuni dan certified di bidangnya
seperti CSA, WPEE, WPPE, WMI, dan sebagainya.
7. Mindset seorang Investor senantiasa berorientasi jangka panjang, umumnya minimal 2–10
tahun atau bahkan lebih, sehingga biasanya tidak terlalu terganggu dengan pergerakan harga
saham sesaat di market.
8. Disclaimer: Dokumen InvestMI disajikan sebagai referensi bagi investor untuk lebih mudah
dalam mencerna informasi, namun demikian tetap diperlukan pemantauan berkala terhadap
kinerja dan kondisi fundamental dari masing-masing perusahaan dan TICMI tidak
bertanggung jawab atas segala keputusan investasi yang diambil masing-masing investor.

Akhir kata kami mengucapkan, happy learning happy investing!

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 1


Sekilas Pandang

Sektor pasar modal Indonesia terus mengalami pertumbuhan, hal ini tercermin dari jumlah
investor pasar modal Indonesia yang per akhir Februari 2020 mencapai 2,6 juta investor
berdasarkan data SID (Single Investor Identification) dari KSEI. Jika dibandingkan dengan
tahun 2017 yang masih 1,1 juta SID. Maka dalam 3 tahun terakhir, jumlah investor pasar
modal Indonesia telah tumbuh sekitar 150%. Yang menarik, pertumbuhan jumlah investor di
pasar modal Indonesia didominasi oleh para milenial. Hal ini tentu saja menjadi kabar positif
untuk keberlangsungan pasar modal Indonesia ke depan, ya siapa tau dua atau tiga tahun
kedepan kita bisa sejajar dengan negara seperti Singapura, Malaysia, atau Thailand dalam hal
persentase jumlah investor pasar modal.
Di balik fenomena bertumbuhnya pasar modal Indonesia, kami melihat masih sering terjadi
perdebatan di lini masa oleh banyak kalangan investor mengenai metode mana yang harus
digunakan dalam berinvestasi saham, teknikal atau fundamental? Jangka pendek atau jangka
panjang? Akibatnya, informasi yang ada semakin mendistorsi, hal ini tentu kurang kondusif
terutama bagi yang baru saja melek terhadap dunia pasar modal, khususnya mereka para
milenial yang masih belum cukup bekal pengetahuan dan terombang-ambing tergiring opini-
opini kurang relevan dan berujung pada kesalahan dalam mengambil keputusan investasi.
Akibatnya terjadi trauma dan terjebak dalam anekdot “investasi saham rugi”.

Berangkat dari kekhawatiran di atas, InvestMI hadir sebagai referensi untuk membantu
pengambilan keputusan dan bukan jalan pintas pengambilan keputusan investasi. Dalam
penyajiannya, InvestMI fokus kepada dua konsep, fundamental dan teknikal (tentative).
Secara fundamental InvestMI menggambarkan kinerja perusahaan di masa lalu dan
melakukan proyeksi, salah satunya berdasarkan laporan keuangan terkini yang telah
diterbitkan. Dari sisi teknikal, InvestMI mengestimasi mengenai kemungkinan-kemungkinan
momen yang lebih optimal untuk masuk (dan atau keluar) dari emiten yang dibahas.
Kami berharap e-book ini bisa bermanfaat dan bisa menjembatani kebutuhan para investor
yang selama ini belum terpenuhi, sehingga literasi dan pemahaman pasar modal masyarakat
Indonesia terus meningkat industri pasar modal yang lebih baik.

InvestMI; Kenali, Pahami, Miliki!

Salam,
InvesTeam

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 2


Pada kesempatan ini Sonya juga ingin mengundang kakak untuk bergabung bersama grup telegram Kampung
Pasar Modal (KPM) (https://t.me/kpmtcm), banyak artikel menarik, analisa, dan update info ekonomi terbaru
pasar modal di sana.

Untuk informasi lebih lanjut bisa mengunjungi website KPM di kampungpasarmodal.com

Join KPM:

Dapatkan InvestMI terbaru hanya di:


ticmi.co.id/investmi
MARKET OUTLOOK 2020
“SERANGAN CORONA DAN DILEMA IHSG”

Highlights:
• Kilas Balik Pertumbuhan Ekonomi di Tahun 2019
• Proyeksi Ekonomi di Tengah Pandemi
• Sektor Terdampak Pandemi: The Winners Vs The Losers
• Dilema IHSG di Awal Tahun: Saatnya Berinvestasi untuk Jangka Panjang
• Tips Investasi di Kala Pandemi

I. Kilas Balik Pertumbuhan Ekonomi di Tahun 2019


Ekonomi Indonesia sepanjang
tahun 2019 tumbuh 5,02%, Ekonomi Indonesia
lebih rendah dibanding 5,17%
capaian tahun 2018 sebesar
5,07%
5,17%. Perlambatan terjadi 5,01% 5,03% 5,02%
karena dampak ketidakpastian
global yang menghambat 4,88%
kinerja industri dan berimbas
pada ekonomi nasional.
2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: BPS

Pertumbuhan ekonomi terjadi pada seluruh lapangan usaha Indonesia. Pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 10,55%, diikuti Jasa Perusahaan sebesar 10,25%, dan
Informasi dan Komunikasi sebesar 9,4%. Meskipun mengalami peningkatan yang cukup baik, namun
segmen-segmen usaha tersebut memiliki persentase yang cukup kecil terhadap total PDB Indonesia
(Kurang dari 5%), sehingga tidak mampu berpengaruh besar terhadap pertumbuhan PDB Indonesia.
Sebaliknya, segmen-segmen penyumbang terbesar PDB Indonesia justru tidak tumbuh lebih besar dari
tahun 2018, sebut saja segmen Industri yang hanya mampu tumbuh 3,8%, perdagangan tumbuh
4,62% dan pertambangan yang hanya tumbuh 1,2%. Masing-masing segmen tersebut
merepresentasikan PDB sebesar 19,7%, 13,1%, dan 8%.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 3


Sumber: BPS

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial tahun 2019 masih didominasi oleh kelompok provinsi
di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 59%, kemudian
diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,3%, Pulau Kalimantan 8%, Pulau Sulawesi 6,3%, dan sisanya
5,3% di pulau-pulau lainnya.

Sumber: BPS

Inflasi
Inflasi sepanjang tahun 2019 tercatat sebesar 2,72%,
lebih rendah dari tahun sebelumnya. Inflasi tahunan ini Inflasi (%)
merupakan yang terendah dalam 20 tahun. Inflasi
terendah sebelumnya tercatat pada 1999, yakni sebesar 20
2,01%, pasca Indonesia dilanda krisis finansial. Laju inflasi 15
didorong oleh kenaikan indeks harga barang. Antara lain,
10
kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 4,28%;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 5
3,97%; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
0
1,75%; dan kelompok sandang sebesar 4,93%. Secara
umum inflasi Indonesia tahun 2019 terbilang cukup baik,
00
02
04
06
08
10
12
14
16
18
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

bahkan lebih rendah dari inflasi dalam 10 tahun terakhir.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 4


II. Proyeksi Ekonomi di Tengah Pandemi
Corona atau Covid-19 adalah virus yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada Desember
2019, tidak perlu waktu lama setelah penyebarannya, WHO menetapkan status wabah global atau
pandemik Covid-19. Berdasarkan data dari WHO per 1 April 2020 jumlah pasien yang dinyatakan
positif terkena virus corona sudah hampir mencapai 1 juta jiwa dan terus bertambah setiap harinya.
Pandemi ini kemudian berdampak pada kondisi ekonomi global termasuk Indonesia.

Sumber: IMF

Berbagai lembaga internastional memprediksi proyeksi ekonomi global tahun ini akan mengalami
penurunan.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 5


International Monetary Fund (IMF) menyebutkan
penyebaran virus corona yang cepat akan menghapus
harapan pertumbuhan ekonomi 2020. IMF memprediksi
pertumbuhan ekonomi global 2020 akan berada di level
2.9% bahkan negatif. Untuk Indonesia sendiri, IMF
memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun
2020 hanya di angka 0,5%, jauh dari proyeksi Bank
Indonesia yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi
Indonesia menjadi 4,2% - 4,6%. Akan tetapi jika kita lihat
report yang dirilis oleh IMF pada awal April 2020, ada
sinyal bagus untuk para investor, di mana pada 2021,
ekonomi Indonesia diproyeksikan akan tumbuh di angka
8,2%, nomor dua tertinggi di ASEAN setelah Malaysia.
Outlook positif yang diberikan oleh IMF ini tentu saja akan
membuat para investor untuk kembali berpikir dan masuk
ke pasar saham Indonesia setelah pandemic berakhir.
Sumber: IMF

III. Sektor Terdampak Pandemi: The Winners & The Losers

Pandemik Covid-19 telah membuat beberapa sektor usaha mengalami penurunan produktifitas yang
berujung kepada penurunan kinerja keuangan. Sektor-sektor usaha di bidang pariwasata, konstruksi
& real estate, penerbangan, manufaktur, otomotif, dan pertambangan merupakan sektor yang
mengalami dampak paling signifikan dari pandemik ini. Beberapa dari mereka terpaksa menutup
pabriknya dan menghentikan produksi. Sebaliknya, sektor usaha di bidang telekomunikasi, retail
berbasis e-commerce, agriculture, healthcare, medical supply, dan online education justru
mencatatkan pertumbuhan pendapatan di tengah wabah pandemik ini. Diproyeksikan, setelah
pandemik ini berakhir, akan ada disrupsi besar-besaran di dunia usaha. Sektor-sektor usaha yang bisa
memanfaatkan dan cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi akan tetap hidup, sebaliknya
sektor usaha yang masih alergi digitalisasi akan sulit untuk bersaing.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 6


IV. Dilema IHSG Di Kala Pandemi: Saatnya Berinvestasi Untuk Jangka Panjang
Sejak akhir tahun 2019 hingga awal April 2020, kinerja Indeks harga saham gabungan (IHSG) terus
mengalami penurunan bahkan sempat sampai ke batas paling bawahnya dalam 5 tahun terakhir.
Mengutip data dari Bursa efek Indonesia, secara year to date, IHSG telah turun sebesar 26,43%.
Penurunan terhadap kinerja IHSG juga berdampak kepada beberapa saham bluechip yang ada di pasar
modal Indonesia yang saat ini diperdagangkan di bawah nilai pasar. Melihat hal tersebut, ini
merupakan waktu yang tepat bagi investor untuk memilah-milah potensi profit yang ada, dan jika
proyeksi dari IMF tepat, tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di angka 8,2%, mungkin
dalam beberapa tahun ke depan kita akan melihat banyak Lo Kheng Hong baru di pasar modal
Indonesia.

Sumber: TICMI

V. Tips Investasi Di Kala Pandemi


Ada tiga cara terbaik berinvestasi di kala pandemik dan ketidakpastian ekonomi seperti sekarang ini.
Pertama, siapakan cash yang banyak di RDN Anda, saat ini CASH is the King. Apalagi di bulan-bulan
seperti ini, sebagian dari kita akan mendapatkan bonus, THR dari perusahaan, atau lainnya. Duit
tersebut akan sangat berguna di masa depan jika diinvestasikan dengan tepat. Kedua, lihatlah sektor-
sector mana saja yang tetap bisa bertumbuh di tengah pandemik dan sector yang akan cepat kembali
bertumbuh setelah pandemik berakhir. Terakhir, jika kamu sudah menemukan sektornya, lihatlah
saham-saham undervalued di sektor tersebut untuk kemudian kamu investasikan. Ingat, jangan lupa
diversifikasi "
%
$
#

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 7


Line Up InvestMI

No. Emiten Judul Margin of Risiko


Safety Investasi
(MOS)*
1 KINO Rajin Ekspansi, Apakah Saham KINO Layak 40%-50% Low
Dijadikan Pilihan Investasi?
2 BBNI Bank Besar dengan Valuasi yang Murah 25%-30% Medium
3 INDF Melirik Cuan Indomie di Tengah Pandemi 25%-35% Low
4 JPFA Menarik Laba dari Wabah Corona 35%-45% Medium
5 PTBA Emiten Batubara dengan Dividen Payout 30%-40% High
Tinggi, Layak Dikoleksi
6 UNTR Alat Berat vs Tambang Emas 20%-30% High
7 ASII Sektor Otomotif Masih jadi Kunci 50%-60% Medium
8 BBRI Bank Rakyat yang Siap Mendunia 30%-40% Medium
9 WIKA Emiten Konstruksi yang Rendah Secara Valuasi 50%-60% High
10 EXCL Siap Menjemput Profit Setelah Covid-19 20%-30% Medium
• MOS: Prosentase Margin of safety yang ditampilkan dalam e-book ini adalah berdasarkan
penutupan harga saham setiap emiten pada 3 April 2020.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 8


Info Istilah/Istilah Penting

1. Rasio Likuiditas = Rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
lancarnya (utang jangka pendek).
2. Rasio Profitabilitas = Rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba.
3. Rasio Solvabilitas = Rasio yang digunakan untuk mengetahui besaran aktiva (asset perusahaan)
yang didanai dengan utang.
4. Rasio Pasar = Rasio yang digunakan untuk melihat sejauh mana kelayakan harga saham
perusahaan untuk dapat dibeli oleh investor saham.
5. Seasonal Stock = saham-saham pilihan yang disesuaikan dengan periode (musim) tertentu.
6. Skenario Optimis = Skenario pertumbuhan pendapatan perusahaan paling maksimal yang dapat
perusahaan capai.
7. Skenario Moderat = Skenario pertumbuhan pendapatan perusahaan relative terhadap skenario
optimis dan pesimis.
8. Skenario Pesimis = Skenario pertumbuhan pendapatan perusahaan paling minimum yang dapat
perusahaan capai.
9. DCF Valuation = Discounted Cash Flow adalah metode valuasi saham yang didasarkan pada arus
kas di masa mendatang.
10. DDM Valuation = Dividend Discounted Models adalah metode valuasi yang didasarkan pada
potensi penerimaan dividen pada masa mendatang dengan tetap mempertimbangkan historikal
pembagian dividennya.
11. Multiple/Relative Valuation = Metode valuasi yang didasarkan pada perbandingan antara nilai
pasar dengan nilai aset suatu perusahaan. Metode ini menampilkan dua analisis yaitu:
- PER (Price Earnings Ratio) = Yaitu rasio yang membandingkan antara harga saham pada
periode tertentu dengan laba per lembar saham di periode yang sama. PER yang besar
cenderung menunjukan harga saham yang sudah mahal dibandingkan dengan laba per saham
pada periode tertentu.
- PBV (Price to Book Value) = Yaitu rasio yang membandingkan antara harga saham pada
periode tertentu dengan nilai buku (ekuitas/modal perusahaan) per lembar saham di periode
yang sama. PBV yang besar cenderung menunjukan harga saham yang sudah mahal
dibandingkan dengan nilai buku per saham pada periode tertentu.
12. Excess Return = Metode valuasi saham yang didasarkan pada jumlah ekuitas saat ini dan excess
return yang diharapkan di masa mendatang.
13. Nilai/Harga Wajar = Nilai atau dalam hal ini adalah harga wajar per lembar saham yang
didasarkan pada risiko dan potensi/prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Nilai/harga
wajar sering disebut sebagai nilai intrinsik, nilai intrinsik berbeda dengan harga yang ada di pasar.
Idealnya harga yang ada di pasar akan bergerak mengikuti nilai wajar perusahaan karena nilai
wajar dihitung berdasarkan risiko dan potensi perusahaan di masa yang akan datang. Pergerakan
ini tentunya membutuhkan waktu dan mengikuti kinerja perusahaan ke depan. Harga wajar (nilai
intrinsik) saham dapat berubah jika risiko dan potensi perusahaan di masa yang akan datang juga
berubah (sesuai kondisi ekonomi, industri, dan perusahaan itu sendiri).
14. Margin of Safety (MOS) = MOS berhubungan dengan harga wajar perusahaan, Margin of Safety
adalah selisih dari harga wajar dengan harga saham yang beredar di pasar pada periode tertentu.
Potensi Margin of Safety adalah potensi kenaikan atau penurunan harga saham di pasaran
menuju ke harga wajar suatu saham. Margin of safety dapat berubah-ubah sesuai harga wajar
saham dan harga saham di pasar.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 9


https://ticmi.co.id/investmi

InvestMI Q1 2021 InvestMI FY 2020


Beli Sekarang! Beli Sekarang!

Klik “Beli Sekarang!” untuk mendapatkan InvestMI edisi lainnya:

InvestMI Q3 2020 InvestMI Q2 2020 Update InvestMI FY 2019


Beli Sekarang! Beli Sekarang! Beli Sekarang!

Dapatkan InvestMI terbaru hanya di:


ticmi.co.id/investmi
KINO: Rajin Ekspansi, Apakah Saham KINO Layak Dijadikan Pilihan Investasi?

Kenal minuman Larutan Cap Kaki Tiga pereda panas dalam? Vitamin rambut Elips? Sleek Baby? Atau
produk kecantikan Oval?

Ya, produk-produk tersebut adalah beberapa


produk andalan KINO atau PT Kino Indonesia
Tbk. Perusahaan ini telah berdiri sejak 1991
dan terus berkembang pesat hingga saat ini.

Perusahaan yang termasuk dalam industri


fast moving consumer goods (FMCG) ini
terbilang cukup rajin melakukan ekspansi
bisnis sejak pertama didirikan.

1. Mendirikan perusahaan yang fokus memasarkan produk dengan merek Cap


memproduksi permen, makanan ringan dan Kaki Tiga.
minuman bubuk pada 1997 dan diberi 6. Mendirikan PT Morinaga Kino Indonesia
nama PT Kino Sentra Industrindo. (saat ini PT Kino Food Indonesia) hasil
2. Mendirikan PT Kinocare Era Kosmetindo patungan dengan Morinaga & Co Ltd.,
untuk memproduksi produk perlengkapan Jepang pada 2013.
mandi, produk pemeliharaan, dan 7. Tahun yang sama di 2013, perusahaan
perawatan tubuh, minuman dan farmasi di mendirikan Kino International Pte. Ltd.,
1999. Singapura dan Kino Vietnam.
3. Perusahaan mendirikan Kino Care (M) Sdn, 8. Tahun 2017 perseroan mendirikan PT Kino
Bhd, Malaysia pada 2003. Ecomm Solusindo, PT Kino Malee Indonesia
4. Perusahaan mendirikan Kino Consumer dan Malee Kino (Thailand) Co.
Philippines Inc di Filipina pada 2004. 9. Perseroan mendirikan PT Kino Pet World
5. 2011 perusahaan mendapatkan lisensi Wen Indonesia dan PT Kino Pet World Marketing
Ken Drug Co, Pte, Ltd Singapura untuk Indonesia tahun 2018.

Per Desember 2019 KINO memiliki 186 gerai distributor yang tersebar dari Sabang sampai Merauke
dan memiliki lebih dari 25 distributor international.

Tahun 2019, KINO berhasil mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp4,67 triliun atau naik sebesar
29,5% dari pendapatan tahun 2018. Dari peningkatan pendapatan perusahaan tersebut, KINO
mencatatkan laba bersih hingga 243% dari laba bersih tahun 2018.

Namun, perlu diketahui bahwa laba bersih perusahaan tahun 2019 tidak sepenuhnya berasal dari
pendapatan perusahaan, namun juga diperoleh dari keuntungan diskon atas akuisisi PT Morinaga Kino
(PT Kino Food Indonesia) pada akhir tahun 2018 sebesar Rp264 Miliar.

Meskipun begitu jika pendapatan dari diskon tersebut dianggap tidak ada, KINO masih mencatatkan
pertumbuhan laba bersih yang cukup besar yaitu sebesar 67% jauh lebih tinggi dari pertumbuhan laba
bersih tahun 2018 yang hanya sebesar 37%.

Tingginya laba bersih perusahaan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang baik dan efisien,
tercermin dari prosentase cost of good sales yang semakin kecil dari tahun ke tahun.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 10


Cost of good sales (COGS) yang rendah di tengah
COGS/REVENUE pertumbuhan pendapatan yang tinggi,
menunjukan perusahaan mampu menekan biaya
2015 2016 2017 2018 2019
produksi dan memaksimalkan laba perusahaan.
Dampak lain dari rendahnya biaya produksi adalah
60% laba yang tinggi, membuat perusahaan menjadi
59%

58%
sangat likuid.

55%
Artinya perusahaan tidak akan mengalami

53%
kesulitan dalam membayar kewajiban-kewajiban
(utang) baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Dengan laba usaha yang besar juga
COGS/PENDAPATAN memudahkan perusahaan untuk melakukan
investasi dan ekspansi bisnis.

Pendapatan perusahaan masih didominasi oleh produk dari segmen perawatan tubuh (46%), disusul
oleh produk minuman (37,6%), makanan (9,07%), farmasi (6,07%), dan makanan hewan (0,46%).

Farmasi
0,75%
2018 Farmasi 2019
6,07%
Makanan Hewan Makanan
0,12% Hewan
Makanan 0,46%
Makanan
9,07%
6,94%

Minuman
Perawatan 37,65% Perawatan
Minuman Tubuh
42,32% Tubuh
49,88% 46,76%

Produk farmasi menjadi salah satu segmen yang mencatatkan pertumbuhan pendapatan paling besar
dari segmen usaha lainya. Tahun 2019 pendapatan dari segmen farmasi naik hingga 9x lipat (952%)
atau setara Rp256 miliar dari pendapatan segmen farmasi yang sebelumnya hanya sebesar Rp26,9
miliar.

Peningkatan pendapatan segmen farmasi ini Berdasarkan fakta tersebut dapat dikatakan
bahkan mengungguli peningkatan pendapatan bahwa sektor farmasi akan mampu menopang
dari sektor minuman dan makanan yang hanya kinerja perseroan yang dimungkinkan sedikit
sebesar Rp233 miliar dan Rp173 miliar. melemah di tahun 2020, sebagai dampak
Prosentase pendapatan dari segmen farmasi pandemik Covid-19.
juga meningkat dari yang sebelumnya (2018)
hanya sebesar 0,75% menjadi sebesar 6,07%
terhadap total pendapatan KINO.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 11


Pendapat ini dikonfirmasi oleh data-data
Farmasi
8% yang diterbitkan Nielsen.com bahwa
Perawatan Rumah 4% pertumbuhan produk Fast Moving
Perawatan Tubuh 6% Consumer Goods (FMCG) farmasi
Minuman 4% memberikan pertumbuhan yang lebih
Makanan 3% besar dari segmen-segmen produk KINO
lainnya.

Nielsen.com juga menunjukan fakta bahwa di tengah pandemik Covid-19 saat ini, produk-produk yang
memberikan perlindungan dari kuman (seperti hand sanitizer) menjadi yang paling utama bagi
konsumen di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Sumber: Nielsen

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 12


Menanggapi fenomena ini, KINO yang juga salah satu produsen produk perlindungan kesehatan
berpeluang meraup keuntungan di tengah pandemik. Permintaan yang tinggi, kondisi keuangan yang
likuid dan kapasitas atau utilitas produksi yang masih besar menjadi peluang tersendiri bagi emiten
ini.

Sampai tahun 2019 utilitas produksi farmasi dan produk perawatan tubuh KINO masih di bawah 40%.
Artinya KINO masih sangat mampu menaikan produksi di tengah permintaan yang tinggi.

Utilitas Produksi

32,68%

41,07%

52,16%

33,18%

Farmasi Makanan Minuman Perawatan Tubuh

Berdasarkan fakta-fakta di atas dan melalui penilaian kinerja fundamental, KINO dapat digolongkan
sebagai salah satu emiten yang memiliki prospek bisnis cerah dengan kinerja historikal yang baik.
Return on Equity (ROE) yang meningkat dari tahun ke tahun, Debt to Equity Ratio (DER) yang cukup
stabil dan tidak terlalu besar serta Price to Earning Ratio (PER) tahun 2019 yang masih rendah terlebih
saat pendapatan perusahaan sedang dalam tren positif membuat emiten ini sangat menarik.

ROE DER PER


0,74
19,08%

27,61

26,65
0,64
0,58
6,86%
5,34%

9,5

ROE DER PER

2017 2018 2019 2017 2018 2019 2017 2018 2019

Harga per lembar saham KINO juga masih undervalued berdasarkan penilaian harga wajar saham
dengan metode Discounted Cash Flow (DCF).

Margin of safety (MOS) yang dihasilkan pun cukup tebal, terlebih karena sentimen Covid-19 ini yaitu
di angka 40%-50% pada harga penutupan 3 April 2020 (Rp1.960).

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 13


Analisis Teknikal

Pergerakan emiten berkode saham KINO pada Selasa 20 April 2020 terlihat berada dalam tren
penurunan, hal tersebut merupakan konfirmasi dari “Death Cross” yang terjadi sebelumnya, paling
tidak ada 2 skenario yang mungkin terjadi:

1. Saat ini tanda-tanda penurunan mulai 2. Skenario kedua adalah penurunan saat ini
terkonfirmasi pasca “Death Cross” bersifat sementara (retracement), dan
(lingkaran kuning), dan penurunan saat ini melanjutkan kenaikan hingga
bisa jadi akan breakdown support terdekat mengkonfirmasi perubahan tren. Jika hal ini
baik secara langsung maupun sideway terjadi, maka pergerakan KINO akan
sesaat sambil membentuk New Lower Low melanjutkan kenaikannya, dalam kondisi ini
(titik terendah baru). Jika ini terjadi, patut boleh dipertimbangkan untuk menjadikan
dicermati saat pergerakan harga area lingkaran hijau maupun support (garis
menunjukkan tanda-tanda reversal hijau putus-putus) sebagai titik pembalikan
berikutnya yang lebih jelas baik berupa arah.
divergence maupun lainnya (expected).

Dari sudut pandang analisa fundamental 2019, harga saham KINO saat ini masih tergolong
undervalue, investor boleh mempertimbangkan untuk menunggu hingga tanda/momen pembalikan
arah terjadi (breakout, dll) demi mengoptimalkan potensi capital gain yang tersedia.

Keputusan dan risiko akhir investasi ada di tangan Anda para investor.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 14


BBNI:
BBNI: Bank
Bank Besar
Besar dengan
dengan Valuasi
Valuasi yang
yang Murah
Murah

Luar Negeri
9,54%

Kecil
17,28%

Korporasi
56,53%

Komersial
Menengah
16,65%

Sebagai salah satu bank plat merah, BBNI atau Bank BNI menjadi satu dari 5 bank dengan kapitalisasi
terbesar di sektor keuangan dan perbankan. Berfokus pada pembiayaan korporasi, BNI mampu
mencatatkan kinerja positif setiap tahunnya. Menggarap segmen korporasi, kinerja perusahaan akan
banyak dipengaruhi oleh kondisi nasabah korporasi. Segmen korporasi BNI utamanya masuk ke sektor
perindustrian, perdagangan, restoran, dan hotel.

Komposisi Kredit Berdasarkan Sektor 2019


Pertambangan 2,23%

Jasa Pelayanan Sosial 3,60%

Pengangkutan, Pergudangan, Komunikasi 5,21%

Listrik, Gas, Air 5,57%

Konstruksi 7,40%

Jasa Dunia Usaha 9,92%

Pertanian 10,23%

Perdagangan, Restoran, Hotel 17,54%

Lain-lain 19,08%

Perindustrian 19,24%

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 15


Meskipun total pinjaman korporasi pada tahun 2019 masih tumbuh sebesar 8,5%, pinjaman business
banking dari korporasi belum dapat dikatakan bagus sepenuhnya, terlebih karena pertumbuhan
pinjaman business banking dari korporasi tahun 2018 yang jauh lebih besar yaitu 16%. Penurunan
pinjaman tersebut disebabkan karena kinerja beberapa sektor yang juga ikut turun, di antaranya
sektor perindustrian yang pertumbuhan pinjamannya turun sebesar 9% dari tahun sebelumnya
sebesar 18%.

Pinjaman dari industri perdagangan, restoran, dan hotel turun 24% dari yang sebelumnya 26%
menjadi hanya sebesar 1,37%. Konstruksi, pengangkutan, dan pertambangan juga mengalami
penurunan sebesar 8,4% hingga 31%.

Namun, faktanya, penurunan pendapatan terjadi hampir pada semua perbankan di Indonesia.

ROE Perbankan
17,04% 16,40% 17,46% 16,48%
13,67% 12,40% 13,98% 13,61%
11,78%

0,87%

BBCA BBNI BBRI BBTN BMRI

2018 2019

Artinya penurunan kinerja dimungkinkan Penyebaran virus yang masif di berbagai


terjadi lebih banyak karena faktor eksternal negara kemudian memengaruhi banyak
atau kondisi pasar, bukan disebabkan oleh sektor, terutama perdagangan, restoran, dan
performa perusahaan yang buruk. hotel.

Meskipun bukan karena performa perusahaan Sebagaimana diketahui industri pariwisata


yang buruk, implementasi PSAK 71 pada tahun merupakan industri yang paling terdampak
2020 tentang Cadangan Kerugian Penurunan oleh pandemik Covid-19. Perhimpunan Hotel
Nilai (CKPN) akan mempengaruhi laba bersih dan Restoran Indonesia (PHRI) mengatakan
perbankan. PSAK 71 mengharuskan perbankan okupansi hotel anjlok hingga 40%. Efek domino
memiliki CKPN yang lebih besar dibandingkan dari turunnya okupansi hotel akan
sebelumnya. BNI sendiri telah menghitung mempengaruhi industri ritel seperti UMKM.
kenaikan biaya yang akan dialokasikan untuk Berdasarkan laporan keuangan perusahaan,
PSAK tersebut sebesar 13-15 triliun rupiah. diketahui sektor perdagangan, restoran, dan
Karena termasuk dalam instrumen biaya, hotel menyumbang sekitar 17,5% dari total
besarnya CKPN akan mengurangi laba bersih pinjaman bisnis perbankan dari korporasi
perusahaan pada tahun 2020. Dampak jangka sepanjang 2019, sehingga jika situasi ini
panjang dari kebijakan ini adalah tertekannya berlanjut dalam jangka panjang, maka risiko
risiko kredit perbankan atas pembiayaan yang kredit yang dimiliki BBNI akan semakin besar
dilakukan. dan bukan tidak mungkin akan mempengaruhi
pendapatan perusahaan. Terlebih lagi
Tahun 2020 juga akan menjadi tahun yang
distribusi pinjaman BBNI banyak disumbang
berat bagi perbankan di Indonesia khususnya
oleh segmen-segmen yang berpotensi
bagi BBNI. Pelemahan ekonomi global dan
terdampak pandemi Covid-19.
domestik karena isu pandemik Covid-19
menjadi salah satu penyebabnya.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 16


Sumber: Annual Report BBNI 2019

Risiko dari ketidakpastian


BBNI Price ekonomi dan industri saat ini
12000 kemudian tercermin dari harga
saham BBNI yang terkoreksi 49%
10000
per 3 April 2020 sejak harga
8000 penutupan tahun 2019.
6000

4000

2000

0
01/01/15
01/05/15
01/09/15
01/01/16
01/05/16
01/09/16
01/01/17
01/05/17
01/09/17
01/01/18
01/05/18
01/09/18
01/01/19
01/05/19
01/09/19
01/01/20

Sumber: TICMI

Besarnya persentase pinjaman dari sektor jasa menjadikan BBNI sangat berpotensi mengalami
perlambatan kinerja hingga akhir tahun 2020 mendatang.

Selain itu, kebijakan restrukturisasi dan relaksasi utang bagi perusahaan dan nasabah terdampak
Covid-19 juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Mengingat pandemik Covid-19 ini
mempengaruhi proses bisnis terutama sektor UMKM.

Dampak adanya kebijakan ini dalam jangka pendek (2020) tentunya akan mempengaruhi pendapatan
perusahaan. Namun jika dibandingkan dengan bank-bank lain, persentase kredit sektor UMKM BBNI

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 17


hanya berkisar 17%, sehingga risiko gagal bayar dari sektor ini tidak akan terlalu besar pengaruhnya
terhadap perusahaan.

Kinerja BNI dari pinjaman bisnis korporasi diprediksikan akan kembali tumbuh positif setelah tahun
2020-2021. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh sektor pertanian, sektor jasa, dan sektor listrik gas
dan air. Tahun 2019 pembiayaan dari sektor-sektor tersebut tumbuh lebih besar dari 15% dan akan
melanjutkan tren positif, terutama setelah recovery industri terdampak corona.

Meskipun akan cukup tertekan di tahun 2020, namun harga saham bank BNI masih dikategorikan
undervalued dan layak menjadi pilihan investasi untuk jangka panjang.

Margin of Safety (MOS) berdasarkan prospek dan risiko BNI saat ini adalah sebesar 25%-30% dari
harga penutupan 3 April 2020 (Rp4.010/saham). Asumsi ini didasarkan pada kondisi fundamental yang
cukup baik pada tahun-tahun sebelumnya. Yaitu PER dan PBV yang masih di bawah rata-rata industri,
historikal ROA dan ROE yang positif, NPL dan LDR yang masih dalam batas aman.

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
1,87

13,41
1,52

10,87
10,18

9,44
1,22

1,19
1,18

9,03

PBV PER
91,50%
6,40%

6,20%
1,20%

90,40%
5,50%

5,30%

4,90%

88,80%
0,90%

87,80%
0,80%
0,70%

85,60%
0,40%

NPL NIM LDR

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 18


16,10%
2,80%

15,60%
15,50%
2,70%

2,70%
2,60%

14,20%

14,00%
2,40%
ROA ROE
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

AnalisisTeknikal
Analisis Teknikal

Berdasarkan pergerakan candle hingga Selasa Dari sudut pandang analisa teknikal,
20 April 2020, pergerakan saham BBNI masih pergerakan harga emiten BBNI perlu diamati
berada dalam kondisi tren penurunan, secara berkala untuk menentukan langkah
meskipun saat ini BBNI sudah berada di yang harus dilakukan.
wilayah oversold, namun tanda-tanda
Meskipun posisi BBNI berdasarkan kondisi Full
pembalikan arah masih belum terlihat.
Year 2019 dalam kondisi undervalue, namun
Estimasi jika terjadi momen pembalikan arah,
investor boleh mempertimbangkan untuk
cenderung hanya techical rebound yang
menunggu momen yang lebih tepat dan tanda
bersifat sementara, chart di atas merupakan
yang lebih jelas untuk masuk.
ilustrasi dari pergerakan BBNI.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 19


Dapatkan InvestMI terbaru hanya di:
ticmi.co.id/investmi
INDF:
INDF: Melirik
Melirik Cuan
Cuan Indomie
Indomie di
di Tengah
Tengah Pandemi
Pandemi

Indofood atau INDF adalah satu dari sedikit perusahaan Food & Beverage yang memiliki kegiatan
operasional dari hulu ke hilir, mulai dari proses produksi makanan, produksi pengolahan bahan baku,
hingga mengelola produk menjadi produk akhir siap jual. INDF membagi model bisnisnya dalam empat
kelompok usaha strategis yaitu:

Sampai akhir tahun 2019 pendapatan INDF masih ditopang oleh produk konsumen bermerek (55%),
disusul oleh produk bogasari (23,83%), agribisnis (15,30%) dan dari bisnis distribusi (5,4%). Sepanjang
tahun 2019 INDF menunjukan kinerja positif untuk sektor produk konsumen bermerek dan produk
bogasari. Sebaliknya, sektor agribisnis menunjukan pelemahan yang diikuti oleh bisnis distribusi.

2018 2019
Distribusi Distribusi
7% 5%
Agribisnis
15%
Agribisnis
17%

Produk
Konsumen Produk
Bermerek Bogasari Konsumen
Bogasari
52% 24% Bermerek
24%
56%

Melemahnya bisnis agribisnis tahun 2019 sebagai dampak dari pelemahan harga komoditas minyak
kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil-CPO).

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 20


Penurunan pendapatan
CPO Price INDF dari sektor ini
900 mencapai 4% dari
Rp12,16 triliun pada
800
2018 menjadi hanya
700 Rp11,7 triliun di 2019.
600 Namun penurunan dari
sektor agribisnis
500
mampu diimbangi oleh
400 pertumbuhan sektor
300 konsumen bermerek
dan bogasari yang
200
masing-masing tumbuh
Jan-14

Sep-14
Jan-15

Sep-15
Jan-16

Sep-16
Jan-17

Sep-17
Jan-18

Sep-18
Jan-19

Sep-19
Jan-20
May-14

May-15

May-16

May-17

May-18

May-19
sebesar 10% dan 6%
secara tahunan.
Sumber: Investing

Secara umum total pendapatan perusahaan naik 4%, selain karena ditopang kinerja produk konsumen
bermerek dan produk bogasari yang baik, kinerja INDF yang baik juga dipengaruhi karena perusahaan
mampu menekan beban produksi perusahaan hingga 4%.

Beragamnya portofolio bisnis INDF menjadikan emiten ini menarik, selain karena setiap unit bisnisnya
mampu saling menopang kinerja satu sama lain, INDF juga salah satu emiten yang kinerja
fundamentalnya cukup stabil dalam 5 tahun terakhir. Memiliki ROE yang cukup stabil di angka 7%-11%
likuiditas yang terjaga ditunjukan lewat total aset lancar yang selalu di atas utang lancarnya (CR > 1).

ROE CURRENT RATIO


170,53%
11,04%

11,00%

10,89%

150,81%

150,27%
9,94%

127,21%
7,49%

106,63%

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 21


Beberapa ekspansi sebagai upaya Sederet fakta positif tersebut bukan berarti
pengembangan bisnis juga telah INDF lakukan emiten INDF tidak memiliki risiko. Setiap unit
sejak tahun 2018. Perluasan kapasitas produksi bisnis memiliki risiko masing-masing, salah
untuk segmen produk konsumen bermerek satunya adalah unit bogasari yang mulai
dengan membeli lahan seluas 57 hektar di terancam dan terbebani oleh pelemahan nilai
Pasuruan, Jawa Barat, mengakuisisi lahan tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat.
seluas 26 hektar untuk mengembangkan
Terutama pada tahun 2020, di mana
segmen bogasari di Bintan, Kepulauan Riau,
pelemahan mata uang rupiah terhadap USD
serta meningkatkan kapasitas fasilitas
yang sudah mencapai angka 17% dari
penyulingan untuk grup agribisnis menjadi
Rp13.926/USD pada 30 Desember 2019
sebesar 300.000 ton. Ekspansi-ekspansi
menjadi Rp16.351/USD pada 30 Maret 2020.
tersebut akan berpotensi meningkatkan
Ancaman kurs ini timbul karena mayoritas
produksi INDF yang kemudian akan menjadi
produk tepung masih mengandalkan bahan
penyumbang laba perusahaan
baku impor.

Sentimen mulai melemahnya


USD/IDR kembali harga CPO hingga adanya
17000 pandemik Covid-19 yang jika tidak
16500 tertangani sampai dengan akhir
16000 semester pertama ini akan
15500
15000 berakibat negatif dalam jangka
14500 panjang.
14000
13500 Risiko juga ada pada holding
13000 company yang memiliki utang
12500 obligasi cukup besar sekitar 2 triliun
12000
rupiah. Dari segi debt equity ratio
Jan-16
Apr-16
Jul-16
Oct-16
Jan-17
Apr-17
Jul-17
Oct-17
Jan-18
Apr-18
Jul-18
Oct-18
Jan-19
Apr-19
Jul-19
Oct-19
Jan-20

(DER) perusahaan, INDF memiliki


rasio utang sebesar 70%-90%. Rasio
Sumber: Bank Indonesia yang cukup besar jika dibandingkan
dengan perusahaan sejenis.
Meskipun begitu utang obligasi INDF tersebut masih mendapatkan peringkat “idAA+” dari Pefindo.
Peringkat Pefindo tersebut mencerminkan kemampuan perusahaan yang kuat dalam melunasi
liabilitas yang dimiliki.

Akan tetapi di balik itu, pandemik Covid-19 juga dapat menjadi salah satu sentimen positif bagi produk
andalan perusahaan yaitu Indomie.

Merebahnya isu lockdown oleh pemerintah menyebabkan adanya panic buying terutama sembako
dan produk Kesehatan. Produk Indomie adalah salah satu produk yang diburu masyarakat, selain
sebagai persediaan produk Indomie juga sebagai salah satu sembako yang umum dibagikan untuk
bantuan sosial.

Prospek yang cerah, kinerja historikal yang bagus membuat INDF menjadi saham yang cukup menarik
untuk dikoleksi. Berdasarkan risiko yang ada pada perusahaan dan potensi keuntungan yang timbul
dari analisis fundamental perusahaan, harga saham INDF saat ini masih tergolong undervalued.
Melalui metode valuasi discounted cash flow dan relative valuation, Margin of Safety (MOS) INDF
adalah sebesar 25%-35% dari harga pasar pada 3 April 2020.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 22


Analisis
AnalisisTeknikal
Teknikal

Dari ilustrasi di atas, secara umum emiten INDF memperlihatkan indikasi “Death Cross” di mana pesan
yang disampaikan kurang lebih sebagai konfirmasi bahwa akan terjadi penurunan dari emiten ini, dan
hingga 20 April 2020, INDF masih berada dalam tren penurunan, meskipun ada kemungkinan kecil
untuk berubah arah dan langsung naik.

Meskipun posisi INDF berdasarkan kondisi fundamental Full Year 2019 dalam kondisi undervalue,
namun investor boleh mempertimbangkan untuk menunggu momen yang lebih tepat jika tertarik
masuk saham INDF.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 23


JPFA: Menarik
JPFA: Menarik Laba
Laba dari
dari Wabah
Wabah Corona
Corona

Ketika mendengar kata Japfa apa sih yang langsung terngiang di pikiran kita? Ayam? Nugget? Sosis?

Yaa produk-produk tersebut adalah beberapa produk unggulan dari JPFA. Sebenarnya tidak hanya
Ayam, JPFA memiliki enam lini bisnis antara lain: peternakan dan produk konsumen (40%), pakan
ternak (36%), pembibitan ayam (9%), budidaya perairan (9%), peternakan sapi (4%), dan produk lain-
lain (2%).

Sebagai salah satu emiten Poultry, pendapatan JPFA terus meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan tingginya konsumsi masyarakat. Namun meskipun terus bertumbuh, pertumbuhan laba JPFA
terbilang cukup fluktuatif hampir untuk setiap tahun. Penyebabnya adalah fluktuasi harga ayam di
pasaran. Tahun 2019, Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) telah
memenangkan gugatan Brazil terkait masalah impor ayam atas Indonesia. Dampak dari kebijakan
tersebut adalah Indonesia mengalami kelebihan pasokan Ayam sehingga menyebabkan penurunan
harga ayam di Indonesia.

Dampak dari kelebihan pasokan ayam


Harga Ayam kemudian berimbas pada penurunan
laba bersih JPFA sebesar 18% dengan
Rp41.000
pertumbuhan pendapatan sebesar 8%,
Rp39.000
lebih kecil dari pertumbuhan tahun
Rp37.000 2018 yang mencapai 14%. Berdasarkan
Rp35.000 publikasi kinerja keuangan JPFA,
Rp33.000
penurunan laba ini dipengaruhi atas
kenaikan beban pokok penjualan
Rp31.000
sekitar 10,48% menjadi Rp29,61 triliun
Rp29.000 pada 2019 dari Rp26,8 triliun pada
Rp27.000 2018. Kenaikan beban penjualan
31/08/16 31/08/17 31/08/18 31/08/19 tersebut lebih besar dari pertumbuhan
pendapatan perusahaan yang hanya
berada di angka 8%.
Sumber: Harga Pangan Nasional

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 24


Menghadapi tantangan oversupply yang Merespon adanya potensi peningkatan
terjadi pemerintah kemudian mengeluarkan permintaan tersebut, tahun 2019 perusahaan
kebijakan untuk melakukan pengendalian menambah kapasitas produksi pakan ternak di
supply melalui pemusnahan bibit ayam atau Sumatera Utara dengan kapasitas produksi
day old chick (DOC) untuk menstabilkan harga mencapai 600.000 ton/tahun.
ayam.
Walaupun terdapat beberapa sentimen positif,
Sementara dari segmen pakan ternak ayam, industri poultry tetap memiliki risiko. Tidak
JPFA mampu menunjukan performa yang hanya risiko oversupply ayam, risiko adanya
cukup bagus. Pakan ternak adalah segmen dampak pandemik Covid-19 yang mulai masuk
usaha yang menyumbang setidaknya 36% dari ke Indonesia pada awal tahun 2020 menjadi
total pendapatan perusahaan, penyumbang risiko tersendiri bagi perusahaan. Salah satu
terbesar kedua setelah segmen peternakan risiko yang timbul adalah pelemahan daya beli
dan pengolahan ayam. Meskipun begitu masyarakat dan melemahnya mata uang
segmen ini cukup menjanjikan sebagai salah rupiah terhadap asing.
satu penyumbang pendapatan perusahaan.
Jagung dan kedelai merupakan bahan baku
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan
utama bagi Divisi Pakan Ternak. Karena itu,
Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo
ketersediaan jagung dan kedelai dengan
menyatakan pertumbuhan produksi pakan
kualitas baik menjadi sangat penting bagi
ternak bisa tumbuh hingga 6% di sepanjang
perseroan. Perseroan juga harus
2020 karena adanya peningkatan konsumsi
mengantisipasi fluktuasi harga bahan bahan
protein hewani. Adapun potensi produksinya
tersebut, terlebih karena harga bahan-bahan
bisa mencapai 20,67 juta ton.
baku tersebut masih digolongkan sebagai
komoditi Internasional.

USD - 5 Tahun Terakhir


17.000

16.500

16.000

15.500

15.000

14.500

14.000

13.500

13.000

12.500

12.000
01/01/16
01/03/16
01/05/16
01/07/16
01/09/16
01/11/16
01/01/17
01/03/17
01/05/17
01/07/17
01/09/17
01/11/17
01/01/18
01/03/18
01/05/18
01/07/18
01/09/18
01/11/18
01/01/19
01/03/19
01/05/19
01/07/19
01/09/19
01/11/19
01/01/20
01/03/20

Sumber: Bank Indonesia

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 25


Gejolak mata uang rupiah yang cukup tinggi berpotensi mengurangi laba bersih perusahaan, seperti
yang terjadi pada tahun 2015 silam, depresiasi rupiah yang mencapai 18% terhadap USD nyatanya
menggerus laba dan pendapatan perusahaan. Saat itu perusahaan hanya mampu mencatatkan
pertumbuhan pendapatan sebesar 1% dan mengalami kerugian kurs hingga 479 miliar.

Meskipun begitu terdapat fakta menarik, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan diketahui bahwa ada peningkatan ekspor ternak di tengah pandemik Covid-19 ini.
Ekspor subsektor peternakan pada Januari sampai Februari 2020 mencapai Rp1,7 triliun atau
meningkat 30% dibandingkan ekspor pada Januari sampai Februari 2019 yang tercatat sebesar Rp1,3
triliun secara year on year.

Hingga akhir Maret 2020 terdapat beberapa perusahaan yang akan melakukan ekspor ke negara-
negara tetangga salah satunya adalah JPFA. PT Japfa Comfeed Indonesia akan mengekspor Hatching
Egg ke Myanmar serta Day Old Chicken (DOC) ke Timor Leste sebanyak masing-masing 625.000 butir
dan 18.000 ekor dengan total nilai mencapai Rp3 miliar. Selain itu pada Oktober 2019, perseroan
memulai ekspor ayam karkas utuh, sosis, nugget, bakso ke Timor Leste.

Sampai akhir Maret 2020, harga saham JPFA terkoreksi hingga 45% dari harga tertinggi Rp1.715 pada
15 Januari 2020 menjadi hanya Rp950 per 31 Maret 2020.

Namun kinerja fundamental yang baik bukan tidak mungkin akan membalikkan koreksi menjadi
apresiasi. Berkaca dari tahun 2015 koreksi harga saham yang mencapai 81% hingga menyentuh angka
Rp308 per lembar saham berbalik menjadi apresiasi hingga Rp1.910 pada akhir tahun 2016. Prospek
yang cerah JPFA sebagai salah satu perusahaan besar di sektor poultry dapat terlihat dari semakin
tingginya produksi ayam nasional. Tingginya produksi ini mencerminkan tingginya minat masyarakat
terhadap sumber protein dari hewani.

Produksi Ayam (ton)


3.409.558 3.495.091
3.175.853

1.905.497
1.544.378 1.628.307

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: BPS

Melalui berbagai metode fundamental seperti discounted cash flow dan relative valuation harga
saham JPFA saat ini masih sangat undervalued terlebih karena isu pandemik awal tahun ini. Harga
wajar JPFA dari analisis historical dan forecasting kinerja di masa mendatang menunjukan bahwa
harga saham JPFA idealnya masih mampu tumbuh hingga 45% (Margin of Safety).

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 26


Analisis
AnalisisTeknikal
Teknikal

Secara teknikal, per 20 April 2020 emiten JPFA masih berada dalam tren penurunan. Meski indikator
RSI sempat berada di area oversold dan memperlihatkan sedikit tanda-tanda reversal atau pembalikan
arah minor, namun hal tersebut masih memerlukan konfirmasi lebih lanjut.

Konsep divergence, breakout dan lain-lain dapat dimanfaatkan untuk membantu mencari titik masuk
yang lebih optimal, dan semoga saja tanda-tanda tersebut segera terlihat di emiten JPFA, idealnya
setelah tren penurunan akan ada sideway untuk beberapa saat sebelum memulai rally ke atas
meskipun tidak selalu demikian.

Pergerakan sesaat ini belum menentukan apakah formasi yang dibentuk akan memulai kenaikan
hingga break trend penurunannya ataukah malah melanjutkan tren penurunan hingga menjebol
support (garis titik hijau horizontal) dan menciptakan New Lower Low, jika pun demikian semoga
setelah itu JPFA bisa menunjukkan tanda-tanda yang lebih jelas terutama terkait pembalikan arah
(reversal).

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 27


PTBA:
PTBA: Emiten
Emiten Batubara
Batubara dengan
dengan Dividen
Dividen Payout
Payout Tinggi,
Tinggi, Layak
Layak Dikoleksi
Dikoleksi

PT Bukit Asam Tbk adalah salah satu Ditinjau dari sudut pandang investor, dengan
perusahaan sektor batubara yang harga nilai Price Earnings Ratio (PER) yang kurang
sahamnya ikut naik turun karena gejolak harga dari 10x dan Return on Equity (ROE) yang lebih
batubara dunia. Pada Agustus 2018 harga besar dari 20% PTBA dapat dikatakan cukup
saham PTBA sempat menyentuh harga menarik, apalagi perusahaan juga dikenal
Rp4.980 hampir di angka Rp5.000. Namun sebagai salah satu emiten yang rajin
penurunannya juga tidak kalah fantastis, membagikan dividen dengan jumlah besar
penurunannya menyentuh angka di bawah kepada para investornya.
Rp2000.

Penurunan harga saham tersebut memang ROA


tidak semata-mata terjadi karena sentimen 32,95% 31,48%
negatif penurunan harga batubara saja, namun
23,29% 21,93%
juga karena penurunan pertumbuhan 19,18%
pendapatan perusahaan pada tahun 2018.
Pada periode 2016-2017 pendapatan
perusahaan tumbuh 38% YoY, namun pada
periode 2017-2018 perusahaan hanya mampu 2015 2016 2017 2018 2019
tumbuh sebesar 9% YoY.

Kendati demikian, berdasarkan laporan


keuangan perusahaan akhir tahun 2019,
PER
13,70
pendapatan PTBA mampu tumbuh tipis
sebesar 2% terhadap pendapatan perusahaan 9,32
6,87
tahun 2018. Pertumbuhan ini sesuai dengan 4,93
6,00
proyeksi pendapatan tim InvestMI pada soft
launching investMI kuartal III 2019 lalu. Tidak
cukup besar memang, namun jika
2015 2016 2017 2018 2019
dibandingkan dengan perusahaan lain dalam
industri sejenis, kinerja PTBA dapat dikatakan
cukup baik.

Selain memiliki laba yang cukup tinggi, historikal


DPR pembagian dividen perusahaan juga cukup rutin.
93,26% Dalam 5 tahun terakhir perusahaan terus
65,56% membagikan dividen kepada perusahaan. Tahun
2019, perusahaan bahkan membagikan 93,26%
34,64% 30,17%
13,24%
laba tahun 2018 kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen.

2015 2016 2017 2018 2019

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 28


Sementara itu, dilihat dari potensi bisnis ke depan melalui breakdown sebaran pasar produk batubara
PTBA dapat dilihat bahwa, market atau pasar terbesar perusahaan adalah untuk domestik yaitu
sebesar 59% pada 2018 dan 60% di 2019.

Meskipun gejolak harga batubara cukup tinggi, permintaan dan penawaran dari pasar domestik
cenderung lebih stabil. Hal ini menjadi kekuatan bagi perusahaan terlebih jika kita lihat proyeksi
kebutuhan batubara domestik.

Sumber: Kementerian ESDM

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 29


Potensi pertumbuhan usaha lain datang dari Selain pasar domestik, PTBA juga membidik
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik pasar ekspor dengan mekanisme penjualan
(RUPTL) oleh PT Perusahaan Listrik Negara langsung ke end user. Mekanisme penjualan ke
(Persero) “PLN” periode 2019-2028. end user dilakukan karena harga jual yang
Berdasarkan data yang ada, kebutuhan diperoleh perusahaan lebih menarik
batubara untuk tahun 2019 mencapai 97 juta dibandingkan jika menggunakan mekanisme
ton dan terus mengalami kenaikan setiap lain. Selain itu, hal ini juga merupakan dampak
tahunnya. Hingga pada tahun 2028 kebutuhan secara tidak langsung dari kebijakan
batubara untuk konsumsi PLN akan mencapai pemerintah yang mewajibkan ekspor batubara
153 juta ton, atau dalam kurun waktu 2019- harus menggunakan kapal berbendera
2028 kebutuhan PLN akan batubara akan Indonesia. Beberapa aktivitas ekspor yang
meningkat sebanyak 56 juta ton. telah dilakukan PTBA antara lain adalah
penjualan batubara ke perusahaan listrik
Prospek usaha domestik lain juga datang dari
sejenis PLN di Malaysia.
proyek gasifikasi/hilirisasi tambang coal to
DME sebagai wujud pengembangan bisnis Dalam mengupayakan keberlanjutan
hilirisasi batubara. PTBA bersama dengan bisnisnya, PTBA juga mulai fokus untuk
Pertamina selaku off taker DME dan air meningkatkan penjualan dan produksi
products selaku pemilik teknologi gasifikasi batubara kalori tinggi. Harga batubara kalori
batubara, telah menandatangani nota tinggi memiliki rata-rata sebesar US$ 95-100
kesepahaman di Allentown pada tanggal 7 per ton. Sedangkan, batubara dengan kalori di
November 2018. Kemudian pada tanggal 16 bawah enam ribu memiliki harga sebesar US$
Januari 2019 dilanjutkan dengan 46 dolar per ton. Saat ini kuantitas perusahaan
penandatanganan kerangka kerja sama dalam memproduksi batubara masih
pendirian joint venture company. DME akan didominasi oleh batubara kalori rendah
digunakan sebagai substitusi LPG sehingga sebesar 67% (BA-50).
mengurangi ketergantungan terhadap LPG.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 30


Namun meskipun memiliki prospek yang masih Pelemahan harga batubara salah satunya
cukup cerah untuk pasar domestik, risiko terjadi karena ada kelebihan pasokan
penurunan kinerja tetap besar untuk emiten terutama di Kawasan Asia Pasifik. Kelebihan
batubara ini. Awal tahun 2020 pandemik tersebut adalah dampak dari berkurangnya
Covid-19 mulai masuk ke Indonesia, konsumsi batubara di Eropa. PTBA sendiri
berdampak pada melemahnya industri hingga banyak mengekspor batubara ke Kawasan Asia
konsumsi. Dampak pandemik ini kemudian Pasifik yaitu Korea dan Jepang, sehingga efek
dapat menurunkan konsumsi batubara pelemahan harga akan sangat terasa bagi
domestik jangka menengah hingga panjang. PTBA.
Selain itu fluktuasi harga batubara yang
menjadi sentimen negatif industri juga akan
selalu menjadi isu bagi PTBA.

Melalui metode Discounted Cash Flow (DCF), relative valuation, dan dengan mempertimbangkan
kinerja historikal, prospek hingga risiko di masa yang akan datang. PTBA masih dapat dijadikan pilihan
untuk menambah saham di portofolio investor, harga yang sedang ter-discount dapat dijadikan
sebagai momen untuk mengoleksi emiten ini untuk jangka panjang. Margin of safety (MOS) dari
harga penutupan 3 April 2020 Rp2.110 berada di kisaran 30%-40%.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 31


Analisis
Analisis Teknikal
Teknikal

Saham emiten PTBA hingga hari Selasa, 21 April 2020 masih berada dalam tren penurunan, meskipun
tampak sedikit tanda reversal atau pembalikan arah, namun masih memerlukan konfirmasi. Kondisi
tren penurunan ini perlu dicermati apakah akan menjadi penurunan sementara (retracement) dan
berubah jadi kenaikan hingga breakout resisten dan berubah menjadi naik, atau malah melanjutkan
tren penurunan hingga breakdown support (expected) dan menciptakan New Lower Low.

Jika berkaca pada kondisi fundamental 2019, PTBA masuk kategori saham dengan kondisi undervalue,
namun dari sudut pandang analisa teknikal diperlukan pengamatan berkala untuk mengantisipasi
momentum PTBA yang lebih tepat sebagai titik masuk, salah satunya melalui formasi divergence,
Golden Cross, dan lain-lain.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 32


UNTR:Alat
UNTR: AlatBerat
Beratvs
vsTambang
TambangEmas
Emas

United Tractor, emiten alat berat yang kini mulai merambah ke dunia tambang dan batubara adalah
anak usaha dari PT Astra Internasional (ASII), yang rajin melakukan ekspansi, mulai dari inisiasi bisnis
baru hingga akuisisi. Sebagai emiten alat berat untuk bisnis tambang dan batubara, pendapatan UNTR
masih didominasi oleh kontrak penambangan batubara dan mesin konstruksi berupa alat berat yang
juga banyak digunakan untuk industri penambangan batubara.

ALOKASI ALAT BERAT UNTR


Kehutanan
15%

Pertambangan Perkebunan
43% 13%

Konstruksi
29%

Kondisi tersebut membuat operasional perusahaan menjadi sensitif terhadap harga batubara (HBA).
Selain alat berat yang distribusinya didominasi oleh sektor pertambangan, persentase penerimaan
total pendapatan UNTR juga diperoleh dari aktivitas penambangan batubara itu sendiri. Sampai tahun
2019 persentase pendapatan dari lini bisnis yang berhubungan dengan sektor tambang dan batubara
masih di atas 80%.

3% 2018 2019
1% 4%
8%

10%

12% 34%
43%

43%
42%

Mesin Konstruksi Kontraktor Penambangan Mesin Konstruksi Kontraktor Penambangan


Penambangan Batu Bara Penambangan Emas Penambangan Batu Bara Penambangan Emas
Industri Konstruksi Industri Konstruksi

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 33


Tahun 2019 total penjualan alat berat UNTR yaitu produk Komatsu turun signifikan hingga mencapai
-39%, dari sebelumnya sebanyak 4.748 unit menjadi hanya sebesar 2.926 unit. Penurunan ini terjadi
akibat adanya gejolak ekonomi global yang belum ada titik terangnya hingga akhir tahun 2019.
Dampak gejolak ekonomi global atau yang biasa kita sebut-sebut sebagai perang dagang kemudian
berdampak pada penurunan harga batubara acuan (HBA).

Pertanyaan yang sering ditanyakan adalah, bagaimana perang dagang antara AS dan Tiongkok
membuat harga batubara menjadi terkoreksi? Tiongkok merupakan konsumen batubara terbesar di
dunia, maka kebijakan Tiongkok berdampak signifikan pada volume permintaan batubara dunia,
terutama batubara kalori rendah.

Tahun 2019 ekonomi tiongkok hanya tumbuh sebesar 6,1%, pertumbuhan terendah dalam hampir
tiga dekade terakhir. Efek domino yang ditimbulkan atas keadaan ini adalah pelemahan performa
perusahaan sektor tambang termasuk UNTR.

Sumber: TICMI & Investing

Melemahnya industri batubara dunia rupanya juga menjadi perhatian khusus UNTR dalam beberapa
tahun ini. Selain merombak target pendapatan perusahaan dari lini bisnis yang berkaitan dengan
industri batubara, pada tahun 2019 UNTR juga menurunkan target penjualan produk Komatsu untuk
tahun 2020.

Lini Bisis sektor Realisasi Target


Keterangan
batu bara 2019 2020
Penjualan Komatsu 2.92 Unit 2.900 Unit turun 5%-10%
Produksi batu bara 131,2 juta ton 130,0 juta ton turun 1%
Pemindahan tanah 988,9 juta bcm 933,0 juta bcm Turun 6%
Penjualan batu bara 8,5 juta ton 9,8 juta ton tumbuh 13%
Sumber: Annual Report UNTR 2019

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 34


Antisipasi terhadap penurunan sektor Direktur utama UNTR, Frans Kesuma meyakini
pertambangan batubara sejatinya juga sudah bahwa emas merupakan jenis komoditas yang
dilakukan perusahaan sejak beberapa tahun masih belum bisa digantikan keberadaannya.
terakhir. Salah satu upaya tersebut adalah Harganya yang cenderung stabil dan memiliki
masifnya diversifikasi bisnis oleh UNTR. Tahun tren positif dibandingkan dengan batubara
2018 UNTR mengakuisisi tambang emas membuat komoditas ini menjadi sangat
Martabe milik PT Agincourt Resources di menjanjikan. Coba lihat perbandingan antara
Tapanuli Sumatera Utara. fluktuasi harga emas dan batubara, sangat
bertolak belakang bukan?

Sumber: Investing

Investasi tambang emas yang dilakukan UNTR berbuah manis bahkan dalam kurun waktu kurang dari
2 tahun. Saat pendapatan dari bisnis yang berkaitan dengan tambang batubara turun, penghasilan
dari tambang emas mampu menutupi kerugian yang ditimbulkan.

2018 2019 Pertumbuhan


Mesin Konstruksi 46.070.226 35.415.560 -23%
Kontraktor Penambangan 45.644.773 44.441.034 -3%
Penambangan Batu Bara 11.175.018 12.704.487 14%
Penambangan Emas 681.563 7.934.304 1064%
Industri Konstruksi 3.727.650 3.952.155 6%
Pendapatan Bersih 84.624.733 84.430.498 -0,2%

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 35


Per Desember 2019, sumber daya mineral Jumlah penduduk yang terus meningkat dan
Tambang Emas Martabe adalah 7,8 juta ons masifnya pertumbuhan infrastruktur memicu
emas dan 64 juta ons perak. Cadangan tumbuhnya Kawasan industri yang membuat
tambang Martabe 4,5 juta ons emas dan 32 kebutuhan tenaga listrik terus meningkat dari
juta ons perak, setara dengan tambahan 16 tahun ke tahun. Data PLN menunjukkan,
tahun operasi tambang. Artinya dalam kurun realisasi penjualan listrik PLN telah meningkat
waktu menengah (5–10 tahun ke depan) bisnis hingga 48,21% dalam 10 tahun terakhir dari
emas UNTR masih akan mampu menopang 157.993 GWh di 2009 menjadi 234.618 GWh
pendapatan UNTR. pada akhir 2018.

Selain bisnis penambangan emas, UNTR Upaya menyeimbangkan portofolio yang


ternyata juga sudah menyiapkan segmen berimbang antara bisnis batubara dengan
usaha baru yang akan segera menjadi mesin bisnis non batubara membuat UNTR layak jadi
pertumbuhan perseroan mulai tahun 2021 pilihan, selain juga karena kinerja fundamental
mendatang. Segmen tersebut adalah segmen emiten yang baik dalam 5 tahun terakhir.
usaha energi, yaitu proyek pembangunan PLTU Kinerja fundamental yang baik tercermin dari
Jawa-4 2x1.000 MW di Tanjung Jati B unit 5 dan rasio profitabilitas yang terus tumbuh, rasio
6, Jepara, Jawa Tengah. utang yang tidak terlalu besar bahkan turun,
serta Price Earning Ratio (PER) yang masih
Penambahan segmen energi pada portofolio
rendah.
bisnis UNTR diyakini akan semakin
mengokohkan kinerja UNTR di masa yang akan
datang.

ROA ROE
9,33% 9,89% 9,97% 20,15% 18,22%
7,98% 16,14%
11,98%
4,52% 7,11%

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

PER DER
12,39 11,48
10,33 1,04
9,16 0,83
7,23 0,73
0,57 0,50

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Berdasarkan Analisis dengan metode Discounted Cash Flow (DCF) dengan mempertimbangkan
potensi dan risiko saham UNTR, Margin of Safety (MOS) berdasarkan harga saham UNTR per 3 April
2020 (Rp17.390) adalah sebesar 20%-30%.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 36


Analisis Teknikal
Analisis Teknikal

Hingga tulisan ini dibuat, Senin 20 April 2020, saham UNTR saat ini dalam kondisi tren penurunan,
namun tanda-tanda awal pembalikan arah sedikit mulai terlihat, salah satunya melalui formasi
divergence yang terbentuk dari kenaikan beberapa waktu terakhir ini. Meskipun demikian, hal
tersebut masih memerlukan konfirmasi tambahan untuk memastikan perubahan arah.

Paling tidak ada 2 skenario yang mungkin akan terjadi:

1. Skenario pertama (expected), saat ini tanda-tanda penurunan mulai terlihat (lingkaran
kuning), patut ditunggu apakah penurunan tersebut bersifat sementara (retracement) lalu
kemudian berbalik arah menjadi naik dan mengkonfirmasi perubahan tren (pertimbangkan
faktor sideway sesaat sebelum mengkonfirmasi tren berikutnya), dalam kondisi ini boleh
dipertimbangkan untuk menjadikan area hijau (manfaatkan fibonacci) maupun titik
pembalikan arah lainnya sebagai salah satu opsi masuk awal, dan jika breakout boleh
menambah lebih banyak.
2. Jika terjadi penurunan (pertimbangkan faktor sideway sesaat sebelum mengkonfirmasi tren
berikutnya) dan melanjutkan downtrend hingga menjebol support (garis horizontal hijau
putus-putus) dan sambil membentuk New Lower Low (titik terendah baru), ada baiknya
menunggu hingga harga menunjukkan tanda-tanda reversal berikutnya yang lebih jelas.

Sejauh ini ada baiknya investor mempertimbangkan untuk menunggu hingga kondisi perubahan
arah terkonfirmasi.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 37


ASII: Sektor
ASII: Sektor Otomotif
Otomotif Masih
Masih jadi
jadi Kunci
Kunci

PT Astra International Tbk adalah perusahaan perdagangan umum yang melakukan penawaran saham
perdana pada tahun 1990 dengan kode saham ASII. Induk usaha UNTR ini memiliki setidaknya 7
segmen usaha, yaitu:

1) Otomotif
2) Jasa Keuangan
3) Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi, dan Energi
4) Agribisnis
5) Infrastruktur dan Logistik
6) Teknologi Informasi
7) Properti

Secara historikal, kinerja fundamental ASII dapat dikatakan sebagai salah satu yang terbaik. ASII
memiliki tren pertumbuhan pendapatan positif dalam 5 tahun terakhir, dengan sedikit penurunan
pada tahun 2019.

180.000

160.000

140.000

120.000

100.000

80.000

60.000

40.000

20.000

-
Penjualan Barang Jasa dan Sewa Jasa Keuangan

2015 2016 2017 2018 2019

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 38


Penurunan pendapatan terutama karena melemahnya penjualan barang di beberapa segmen
usahanya, seperti otomotif yang menyumbang 43,6% dari total pendapatan perusahaan dan
penjualan alat berat, pertambangan dan konstruksi yang menyumbang 35% dari total pendapatan
perusahaan.

Teknologi
PENDAPATAN ASII 2019 Informasi
Infrastruktur 1,98%
Agribisnis 3,37% Properti
7,26% 0,19%
Otomotif
43,60%

Alat Berat
35,11%

Jasa Keuangan
8,50%

Kondisi ekonomi global yang tidak menentu serta harga komoditas yang cukup fluktuatif menjadi salah
satu penyebabnya. Kondisi ini kemudian mempengaruhi pendapatan perusahaan yang turun sebesar
1% menjadi Rp237 triliun dari sebelumnya sebesar Rp239 triliun.

Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan
kendaraan beroda empat pada tahun 2019 mencapai 1.042.017 unit (retail sales), turun 10,6% dari
tahun 2018 yakni 1.152.641 unit.

Sumber: Gaikindo

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 39


Sebut saja Daihatsu, Honda, hingga produk Scania terlihat mengalami penurunan jumlah penjualan.

Penjualan Mobil
331797

252161
202738
162163
137339

77264

3370 2271 794 418

Toyota Daihatsu Honda UD Trucks Scania

2018 2019

Sumber: Gaikindo

Sementara segmen alat berat, pertambangan,


konstruksi dan energi mengalami sedikit Penjualan Mobil
penurunan dari tahun lalu, yaitu sebesar 0,2% Tahun 2020 (unit)
dari Rp84,6 triliun menjadi Rp84,4 triliun.
43.065
Namun jangan salah mengambil kesimpulan,
40.719
walaupun pendapatan dari segmen otomotif 39.705
turun, fakta bahwa market share Astra pada
bisnis roda empat justru naik menjadi 52%, 36.508
meningkat 1% dari tahun sebelumnya. Sentimen
positif lain juga datang dari penjualan Astra
Honda Motor (AHM) di pasar domestik,
penjualan produk meningkat 3% menjadi 4,9 Astra Group Group Lain
juta unit, dengan kenaikan pangsa pasar sebesar Januari 2020 Februari 2020
1% menjadi 76% dibandingkan tahun 2018.
Sumber: Gaikindo

Selain secara fundamental yang masih bagus dengan penurunan tipis, terdapat juga berita baik untuk
awal tahun 2020. ASII terlihat mulai comeback di bulan Februari 2020, penjualan mobil naik 5,76%
persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan penjualan produk ASTRA tersebut terjadi di tengah
penurunan penjualan mobil secara nasional (Sumber: Gaikindo).

Hal tersebut menunjukkan bahwa ASII memiliki potensi yang sangat baik untuk mencetak
pertumbuhan positif di tahun ini, dengan tetap memperhatikan risiko dari faktor eksternal yang ada
pada tahun ini, salah satunya adalah mengenai pandemik Covid-19 yang hingga saat ini belum juga
berakhir. Portofolio bisnis yang cukup variatif utamanya menjadi alasan yang cukup menarik,
mengingat kondisi industri yang tidak menentu.

Berdasarkan estimasi dengan menggunakan metode Free Cash Flow, Dividend Discount Model, harga
saham ASII masih undervalued dengan Margin of Safety (MoS) sebesar 50%-60% pada harga
penutupan 3 April 2020 (Rp3.900)

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 40


Analisis Teknikal
Analisis Teknikal

Pergerakan saham ASII saat ini, 20 April 2020, masih berada dalam tren penurunan, meskipun sempat
rebound sesaat namun hingga saat ini secara kecenderungan masih akan melanjutkan penurunan, dan
secara umum ada potensi ASII untuk sideway sesaat untuk kemudian menentukan arah lanjutan.

Patut ditunggu apakah penurunan ini akan membentuk new Lower Low (LL) ataukah sekedar
retracement biasa, namun secara umum perlu kita cermati pola-pola reversal yang lebih jelas.

Meskipun posisi saat ini ASII sudah dalam kondisi undervalue, investor boleh mempertimbangkan
untuk menunggu hingga muncul tanda yang lebih jelas.

Keputusan dan risiko akhir ada di tangan Anda para investor.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 41


BBRI: Bank
BBRI: Bank Rakyat
Rakyat yang
yang Siap
Siap Mendunia
Mendunia

Sumber: Investing

Siapa yang tidak kenal dengan Bank Rakyat


Indonesia, emiten yang biasa disebut BBRI ini
memang merupakan primadonanya emiten di
kalangan perbankan. Bagaimana tidak, selain punya
aset terbesar, emiten yang merupakan perusahaan
BUMN ini juga mampu mencetak pendapatan
terbesar pula, bahkan emiten secara konsisten
mampu mencetak pertumbuhan laba positif selama
beberapa tahun terakhir. Dengan pertumbuhan laba
bersih 6,2% menjadi Rp34,4 triliun pada tahun 2019.

STRUKTUR NERACA BBRI 2019

Utang
42%

Aset
Pasiva
50%
50%

Dana Syirkah
1%
Ekuitas
7%

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 42


Tidak hanya itu, dalam pemeringkatan
tahunan Forbes yang ke-17 pada tahun
2019 pun BBRI termasuk salah satu dari 6
perusahaan publik dari Indonesia yang
masuk daftar terbesar dunia. Emiten ini
menduduki peringkat 363 dari total 2000
perusahaan di dunia dan mengungguli
semua perusahaan publik dari Indonesia
yang masuk dalam daftar. Peringkat ini
dibagi berdasarkan skor dari komponen
pendapatan, laba, total aset, dan nilai
pasar.

Di tahun 2019, BBRI mengalami kenaikan


angka rasio efisiensi Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) menjadi
70,10% dibanding tahun sebelumnya yang
berada di angka 68,48%, yang berarti
terjadi penurunan efisiensi pada
perusahaan.

BOPO
70,10%

69,14%
68,93%
68,48%
67,96%

2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Kata Data

Hal ini terjadi karena perusahaan sedang mengembangakan sistem digitalisasi untuk semua lini
bisnisnya. Salah satu digitalisasi yang sedang dilakukan ialah dengan menambah Agen Laku Pandai
(Branchless Banking) yang dinamai Agen BRILink dan juga menjalin kerja sama dengan platform
pendanaan peer to peer lending investree untuk menambah besar pendanaan di sektor mikro dan juga
peluncuran aplikasi Pinang untuk pinjaman online berbasis UMKM. Sederet inovasi digital yang
dilakukan merupakan wujud dari target perusahaan untuk menjadi bank Indonesia. 1 di ASEAN.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 43


Selama pandemik, saham BBRI sudah terkoreksi
hampir 35% secara YTD. Sejumlah kebijakan telah
dilakukan untuk penyelamatan harga saham, salah
satunya melalui mekanisme shares buyback.
Perseroan berencana melakukan pembelian
kembali (buyback) saham sebanyak-banyaknya Rp3
triliun. Buyback saham akan dilakukan secara
bertahap mulai 13 Indonesia 2020 hingga 12 Juni
2020.

Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo


mengatakan, BRI akan mendapatkan tambahan
likuiditas hingga Rp17 triliun setelah Bank Indonesia
(BI) menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM)
sebesar 200 bps untuk Bank Umum Konvensional
per tanggal 1 Mei 2020. Stimulus ini akan
meningkatkan likuiditas perbankan di masa
pandemik Covid-19. Likuiditas yang terjaga
diharapkan mampu menjaga stabilitas bisnis
perusahaan.

Sumber: Annual Report BBRI 2019

Koreksi harga saham yang cukup besar di masa pandemik ini kemudian dapat dijadikan sebagai
peluang oleh investor. Terlebih untuk saham BBRI yang menjadi salah satu perusahaan dengan
kapitalisasi pasar terbesar.

Estimasi secara fundamental dengan menggunakan metode Free Cash Flow to Equity, Dividend
Discount Model, Excess Return Model harga saham BBRI masih undervalued dengan Margin of Safety
(MoS) sebesar 30%-40%, berdasarkan harga saham BBRI per 3 April 2020 (Rp2.890).

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 44


Analisis
AnalisisTeknikal
Teknikal

Melihat posisi per 20 April 2020, tampak bahwa BBRI masih berada dalam tren penurunan,
rebound sesaat hingga kisaran fibo 61,80% cenderung mengakhiri kenaikan BBRI sejauh ini, dan
tidak menutup kemungkinan akan melanjutkan penurunan hingga membuat New Lower Low.

Meski sempat menyentuh wilayah oversold (lingkaran hijau) sejauh ini BBRI belum
memperlihatkan tanda pembalikan tren yang lebih jelas, patut dicermati formasi-formasi reversal
yang bisa dijadikan indikasi awal pembalikan arah BBRI sebagai titik masuk, terlebih kondisi saat
ini sudah undervalue.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 45


WIKA: Emiten
WIKA: Emiten Konstruksi
Konstruksi yang
yang Rendah
Rendah Secara
Secara Valuasi
Valuasi

WIKA merupakan emiten milik pemerintah yang bergerak di bidang konstruksi. WIKA dulunya
merupakan perusahaan konstruksi milik belanda, yang kemudian oleh pemerintah dinasionalisasi.

Sumber: Annual Report WIKA 2019

Secara performa, salah satu


perusahaan BUMN ini bisa terbilang
sangat baik. Selama 5 tahun terakhir
WIKA konsisten menghasilkan
pertumbuhan laba sebesar 26%
menjadi Rp2,6 triliun pada tahun 2019,
walaupun dari segi pendapatan emiten
mengalami penurunan pada tahun
2019. Penurunan pendapatan pada
tahun tersebut disebabkan oleh faktor
politik (pemilu 2019) yang berpengaruh
terhadap operasional perusahaan
karena terjadi beberapa penundaan
aktivitas industri.

Kinerja laba yang baik tersebut, tercermin dari margin laba bersih (Net Profit Margin-NPM) yang
meningkat 2,98% (298 basis positif) menjadi sebesar 9,63% pada tahun 2019. Selain menunjukkan
besaran laba yang dihasilkan, NPM yang tinggi juga merepresentasikan kemampuan perusahaan
dalam mengelola beban operasional perusahaan. Semakin tinggi NPM maka semakin efisien beban
operasional perusahaan. Efisiensi operasional perusahaan yang terjadi karena peningkatan NPM
terutama untuk sektor konstruksi menjadi sentimen yang cukup bagus terutama di masa pandemik
seperti tahun 2020 ini. Bagi WIKA, NPM yang tinggi pada tahun 2019 dapat dijadikan sebagai antisipasi
dalam menghadapi risiko pembengkakan beban keuangan perusahaan, seperti kenaikan bahan baku,
pembayaran beban tetap peerusahaan contohnya gaji karyawan di tengah produktifitas yang
menurun karena Covid-19 dan risiko lainnya.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 46


Yang menjadi catatan di tahun 2019 adalah
tentang pencapaian kontrak baru yang hanya
tercapai 68,19% dari target perusahaan, di
mana alasannya adalah karena pada tahun
tersebut beberapa proyek ditunda karena
faktor politik, yaitu pemilihan presiden dan
sebagainya.

Namun, meskipun pencapaian kontrak baru


belum memenuhi target di 2019, WIKA optimis
akan mencapai pertumbuhan yang cukup
bagus, tentunya setelah isu pandemik saat ini.
Optimisme ini diwujudkan melalui diversifikasi
bisnis yang sedang dilakukan WIKA, yaitu
dengan berinvestasi di proyek pembangkit
listrik ramah lingkungan atau ke proyek energi
baru terbarukan. Saat ini WIKA telah memulai
dengan memproduksi solar panel dan baterai.
Investasi ini diharapkan akan meningkatkan
pendapatan berulang (recurring income) yang
akan menambah pendapatan WIKA.

Hingga saat ini tanggal 3 April 2020, harga saham WIKA sudah terkoreksi sebesar 54% YTD menjadi
Rp910, di mana pada awal tahun harga saham masih di harga Rp1.990. Penyebab utamanya adalah
faktor eksternal, yaitu sentimen negatif terkait pandemik Covid-19. Selain itu, penghentian sementara
proyek kereta cepat Jakarta-Bandung oleh Kementerian PUPR juga membuat saham terkoreksi 4%
pada hari Senin (2/3/2020).

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 47


Faktor yang membuat WIKA masih sangat menarik
adalah karena lini bisnisnya yang beragam, dimana
hal tersebut akan sangat membantu perusahaan
untuk survive. Kalau diibaratkan jumlah kaki sebagai
lini bisnisnya, WIKA mempunyai 7 kaki untuk tetap
berdiri. Ketika satu atau dua kakinya sedang sakit
atau dua bisnisnya tersebut sedang lesu, WIKA
masih mampu bertahan dengan sisa kaki lainnya
dan tetap survive. Tapi ketika suatu perusahaan
cuma punya satu lini bisnis, sekali kakinya sakit dia
akan kesusahan untuk berdiri, atau bahkan bisa
roboh dan bangkrut.

Karena saham terkoreksi cukup dalam, WIKA berencana akan mengalokasikan dana sebesar 300
milyar rupiah untuk buyback saham yang dilakukan pada 13 Maret 2020 sampai dengan 13 Juni 2020,
dengan tujuan untuk menjaga stabilitas harga saham di masa yang akan datang. Karena perusahaan
yakin bahwa saham terkoreksi akibat faktor di luar fundamental.

Tidak kalah berat seperti tahun 2019, pada tahun 2020 juga memiliki tantangan tersendiri terutama
karena kondisi global yaitu pandemik Covid-19. Adanya peraturan pembatasan aktifitas sosial menjadi
salah satu penyebabnya, beberapa proyek WIKA juga mengalami penundaan pengerjaan. Meskipun
begitu, pasca Covid-19 berakhir proyek-proyek pemerintah akan tetap berlanjut.

Berdasarkan analisis dengan metode Dividend Discount Model dan Excess Return Model, serta
menggunakan estimasi rasio PER sebesar 5,62 dan rasio PBV sebesar 0,81. Dengan
mempertimbangkan potensi dan risiko saham WIKA, Margin of Safety (MoS) berdasarkan harga
saham WIKA per 3 April 2020 (Rp910) adalah sebesar 50%-60%.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 48


AnalisisTeknikal
Analisis Teknikal

Sebagai gambaran umum posisi WIKA saat 20 April 2020 masih berada dalam tren penurunan,
meskipun sempat berada di wilayah oversold, namun kenaikan sesaat kemarin cenderung
minor/lemah.

Ada kemungkinan kecil WIKA untuk berbalik arah dan naik secara langsung sampai breakout
resisten di atasnya, akan tetapi secara umum diharapkan (expected) WIKA melanjutkan
penurunan hingga break support dan kemudian membentuk formasi-formasi pembalikan arah.

Untuk saat ini ada baiknya investor terus mencermati pergerakan WIKA untuk memanfaatkan
posisi atau momen yang tepat untuk masuk.

Dari perspektif seorang investor yang memiliki time horizon jangka panjang, pergerakan harga
sesaat tidak terlalu mempengaruhi keputusan berinvestasi, namun demikian tidak jarang analisa
teknikal dimanfaatkan untuk mengoptimalkan potensi capital gain yang tersedia berbanding
risiko emiten itu sendiri.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 49


EXCL:
EXCL: Siap
Siap Menjemput
Menjemput Profit
Profit Setelah
Setelah Covid-19
Covid-19

Raksasa operator seluler PT XL Axiata Tbk yang (EXCL), kerugian yang ditanggung oleh EXCL
dikenal dengan kartu perdana XL dan Axis pada tidak sepenuhnya berasal dari penurunan
tahun 2018 cukup disoroti karena menderita pendapatan perusahaan. Bahkan jika
rugi yang cukup besar. Tidak tanggung- dibandingkan dengan tahun 2017, pendapatan
tanggung kerugian yang diderita perusahaan EXCL naik sebesar 0,3% YoY.
ini mencapai 3,2 triliun rupiah.
Kerugian di tahun 2018 kemudian dibalas
Kebijakan registrasi kartu SIM yang dikeluarkan Keuntungan yang tinggi di tahun 2019. EXCL
pemerintah menjadi salah satu penyebab mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar
penurunan pendapatan operator di Indonesia. 9,56% dari pendapatan tahun 2018.
Bagaimana tidak, kebijakan pemerintah Pencatatan pertumbuhan keuntungan tahun
membatasi penggunaan SIM Card baru secara 2019 dapat dikatakan sebagai pertumbuhan
langsung akan menekan pendapatan tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Keuntungan
perusahaan dari pelanggan baru. atau laba bersih perusahaan tercatat sebesar
Rp663,8 miliar lebih tinggi 90% dari laba bersih
Meskipun begitu, sebenarnya jika kita analisis
tahun 2017.
lebih dalam ke laporan keuangan perusahaan

26.000.000 12,00%
9,56%
10,00%
25.000.000 7,19%
8,00%
24.000.000 6,00%

4,00%
23.000.000
2,00%
22.000.000
0,28% 0,00%
-2,49%
21.000.000 -2,00%

-4,00%
20.000.000
-6,00%
-6,71%
19.000.000 -8,00%
2015 2016 2017 2018 2019

Sales Growth

Selain karena peningkatan pendapatan yang cukup tinggi di tahun 2019, keuntungan EXCL yang besar
pada tahun 2019 juga disumbang oleh efisiensi beban penjualan perusahaan pada tahun 2019.
Efisiensi ini terlihat dari peningkatan persentase laba operasi perusahaan terhadap pendapatan.
Tingginya persentase laba operasi terhadap pendapatan menunjukan adanya efisiensi beban operasi
yang dimiliki perusahaan (laba operasi perusahaan setara dengan 13% total pendapatan perusahaan,
angka ini jauh lebih tinggi dari persentase laba operasi terhadap total pendapatan 3 tahun terakhir).

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 50


Rendahnya beban operasional ini
Laba Operasi/Pendapatan dimungkinkan karena adanya aksi korporasi
13,03% yaitu penjualan menara telekomunikasi
dengan nilai transaksi Rp4,05 triliun (lebih
7,90% dari 2000 unit menara). Penjualan ini
7,25%
berdampak pada pengurangan biaya
penyusutan dan biaya maintenance yang
akan meningkatkan cash flow atau arus kas
perusahaan.

Penetrasi pendapatan perusahaan paling


besar ditopang oleh lini bisnis data yang
naik sebesar 32%, dengan persentase
pendapatan data sebesar 76%, non data
-12,08% 15%, jasa interkoneksi 5%, dan 4% sisanya
disumbang oleh sewa menara dan jasa
2016 2017 2018 2019
telekomunikasi lainnya.

1% 1%
1% 4% 2018 1%
2% 2019
4%
6%

15%

23%

65% 77%

Data Non Data Data Non Data


Jasa Interkoneksi Sewa Menara Jasa Interkoneksi Sewa Menara
Sirkit Langganan Jasa Telekomunikasi Lainnya Sirkit Langganan Jasa Telekomunikasi Lainnya

Jika dilihat dari revenue breakdown di atas dapat dilihat bahwa penggunaan data internet menjadi
salah satu pendapatan terbesar perusahaan meningkat 12% dari persentase pendapatan tahun 2018
yang hanya sebesar 64,74%.

Kembali ke “rugi” perusahaan tahun 2018, kerugian yang ditanggung EXCL pada tahun 2018 jika
ditelisik lebih dalam lagi nyatanya beban dari beban satu waktu (one-off charger) berupa “Percepatan
Depresiasi dan amortisasi jaringan 2G sebesar 3 kali lipat”. Pembengkakan beban depresiasi tersebut
kemudian menekan pendapatan bersih perusahaan.

Percepatan depresiasi yang dilakukan perusahaan tersebut sejatinya merupakan salah satu inisiatif
EXCL dalam rangka mengubah rancangan topologi EXCL yaitu memperluas jaringan 4G dan merambah
jaringan 5G. EXCL berencana untuk melakukan fiberisasi jaringan 4G pada seluruh sites atau Menara
XL. Hingga akhir 2020 perusahaan akan menargetkan dapat menjangkau 300 kota (setara 70% end
sites XL Axiata).

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 51


Berdasarkan data yang
diterbitkan oleh APJII,
dari total penduduk
Indonesia (264,16 Juta
jiwa/2018) penetrasi
pengguna internet baru
mencapai 64,8% atau
171,17 juta pelanggan.

Sumber: APJII

Berdasarkan data dari kementerian dan Di tengah pandemik Covid-19 seperti


Informatika (Kominfo) pemerataan jaringan sekarang, sektor telekomunikasi merupakan
per tahun 2018 sudah dilakukan di 83.218 sektor yang paling tidak terkena imbas, malah
wilayah desa/kelurahan di Indonesia. Jaringan sebaliknya. Kebijakan work from home dan
seluler 4G memiliki penetrasi paling rendah school from home, membuat penggunaan
karena baru terhubung dengan 73,77% atau internet di kalangan masyarakat semakin
61.390 desa/kelurahan. Jaringan seluler 2G tinggi. Menurut GM Corporate Communication
memiliki penetrasi tertinggi yang mencakup XL Axiata, Tri Wahyuningsih Harlianti,
90,03% atau 74.921 wilayah desa/kelurahan. perusahaannya mengalami kenaikan trafik
Adapun jaringan 3G memiliki penetrasi data setiap harinya sekitar 2 persen. Hal ini
terbesar kedua yakni mencakup 76,74% atau tentu saja akan menjadi sinyal positif untuk
63.861 wilayah desa/kelurahan. kinerja EXCL di tahun ini.

Berdasarkan data-data tersebut, EXCL Sebagai salah satu emiten telekomunikasi yang
kemudian mengambil langkah untuk fokus kinerja keuangannya terus berkembang
pada penetrasi pelanggan 4G dengan mulai dengan harga saham yang masih terjangkau,
aktif melakukan fiberisasi jaringan. EXCL layak menjadi pilihan investasi.
Berdasarkan metode valuasi dengan analisis
Fiberisasi jaringan ini merupakan salah satu
fundamental harga EXCL per 3 April 2020
langkah dalam mempersiapkan jaringan 4G
(Rp2.150) masih undervalued dengan Margin
dan 5G yang mampu menghadirkan kecepatan
of Safety (MOS) sekitar 25%-30%. Margin of
data yang tinggi, jumlah pemakai yang lebih
safety ini didasarkan pada fakta bahwa
banyak, dan delay atau latency yang rendah.
perusahaan tidak mengalami kerugian “Real”
Keunggulan teknologi ini hanya bisa
pada tahun 2018 dan karena adanya upaya
didapatkan jika site atau BTS terkoneksi
perubahan topologi jaringan, strategi bisnis
dengan fiber. XL Axiata telah melaksanakan
dan ekspansi-ekspansi yang telah perusahaan
program ini secara masif di seluruh wilayah
lakukan.
Indonesia dalam 3 tahun terakhir.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 52


Analisis Teknikal

Dari ilustrasi di atas secara umum pergerakan EXCL baru saja mengindikasikan “Death Cross”
(lingkaran kuning) di mana pesan yang disampaikan kurang lebih sebagai konfirmasi bahwa akan
terjadi penurunan dari emiten ini, dan hingga senin 20 April 2020 EXCL masih berada dalam tren
penurunan lanjutan mengkonfirmasi “death cross” di atas meskipun sebelumnya sempat berada di
area oversold (lingkaran hijau). Secara umum ada 2 kemungkinan terdekat yang bisa dicermati:

1. Kecenderungan pergerakan EXCL masih akan menurun dan bisa jadi hingga menembus support
garis hijau serta membentuk New Lower Low, dan hingga hari Senin, 20 April 2020 ini
kecenderungan pergerakan harga masih terus turun. Jika terbentuk New Lower Low, investor
boleh mempertimbangkan untuk menunggu hingga formasi maupun tanda-tanda reversal terlihat
lebih jelas, bisa berupa divergence maupun lainnya.
2. Skenario kedua (expected) adalah adanya kemungkinan untuk berbalik arah di sekitar lingkaran
ungu (manfaatkan fibonacci), hingga naik menjebol resisten terdekat berupa garis merah, jika
breakout boleh menjadi “salah satu” titik awal untuk masuk, dan ada baiknya bagi investor untuk
menunggu konfirmasi tersebut.

Pergerakan saat ini akan menentukan apakah formasi yang dibentuk akan melanjutkan tren
penurunan hingga menjebol support (garis titik-titik hijau horizontal) dan menciptakan New Lower
Low atau malah sebaliknya, untuk memperkirakan tren yang akan dibentuk selanjutnya.

Dari perspektif seorang investor yang memiliki time horizon jangka panjang, pergerakan harga sesaat
tidak terlalu mempengaruhi keputusan berinvestasi, namun demikian tidak jarang analisa teknikal
dimanfaatkan untuk memperkirakan posisi yang lebih baik untuk masuk/keluar demi mengoptimalkan
potensi capital gain yang tersedia dengan risiko yang masih dapat diterima masing-masing investor.

Keputusan dan risiko akhir investasi ada di tangan Anda para investor.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 53


REKSA DANA:
REKSA DANA:
NARADA &
NARADA & JIWASRAYA
JIWASRAYAGUNCANG
GUNCANGINDUSTRI
INDUSTRIREKSA
REKSADANA.
DANA

2018 2019 Movement Sepanjang 2019 industri reksa


RD KONVENSIONAL 2018 2019 AUM Movement
RD KONVENSIONAL Jumlah RD AUM Jumlah RD Jumlah RD AUM dana terus menerus diterpa
Saham
Jumlah
278 RD 143,8
AUM Jumlah
284 RD 134,27
AUM Jumlah RD AUM
2,16% -6,63%
Saham
Pendapatan Tetap
278
290 143,8
101,6 284
304 134,27
114,34 2,16% -6,63%
4,83% 12,54%
isu negatif, mulai dari kasus
Pendapatan Tetap
Indeks
290
26 101,6
5,33 304
29 114,34
8,58 4,83% 12,54%
11,54% 60,98% gagal bayar dua reksa dana
Indeks 26 5,33 29 8,58 11,54%
25,53% 60,98%
Pasar Uang 141
141
42,79
42,79
177
177
62,09
62,09 25,53%
45,10% Narada Asset Management
Pasar Uang
Campuran 186 24,4 191 28,21 2,69% 45,10%
15,61%
Campuran
Terproteksi
186
931 24,4
141,4 191
899 28,21
128,8 2,69% 15,61%
-3,44% -8,91%
yang kemudian membuat OJK
Terproteksi
ETF
931
22 141,4
11,56 899
35 128,8
14,31 -3,44% 23,79%
59,09% -8,91% melakukan investigasi dan
ETF 22 1874 11,56 351919 14,31 59,09%
2,40% 23,79%
Total
1874
470,88 490,6 4,19% akhirnya menghentikan
Total 2018 470,88 1919
2019 490,6 2,40%
Movement4,19%
RD SYARIAH
Jumlah RD2018 AUM 2019 AUM
Jumlah RD Movement
Jumlah RD AUM
perdagangan tiga reksa dana
RD SYARIAH
Saham
Jumlah
61 RD AUM
9,97 Jumlah
63 RD AUM
5,83 Jumlah RD -41,52%
3,28% AUM milik Narada, selanjutnya OJK
Saham 61 9,97 63 5,83 3,28% -41,52%
Pendapatan Tetap 35 5,49 36 6,09 2,86% 10,93% juga membubarkan enam
Pendapatan Tetap
Efek Luar Negeri
358 5,49
9,1 36
12 6,09
7,27 2,86% -20,11%
50,00% 10,93%
Efek Luar Negeri 87 9,1 12 7,27 50,00% -20,11% reksa dana milik Minna Padi
Indeks 0,22 6 0,19 -14,29% -13,64%
Indeks
Pasar Uang
7
37 0,22
2,78 6
55 0,19
6,87 -14,29% -13,64%
48,65% 147,12% Asset Manajemen sekaligus
Pasar Uang 37 2,78 55 6,87 48,65% 147,12%
Campuran 25 4,06 26 2,52 4,00% -37,93% membekukan izin sang Dirut.
Campuran
Terproteksi
25
41 4,06
1,86 26
54 2,52
24,53 4,00% 1218,82%
31,71% -37,93%
Terproteksi 41 1,86 54 24,53 31,71% 1218,82%
ETF 2 0,03 3 0,03Tidak berhenti di situ,
50,00% 0,00%
ETF
Sukuk
29 0,03
0,98 3
10 0,03
1,02 50,00%
11,11% 0,00%
4,08%
Sukuk 9 0,98 10 1,02selanjutnya OJK melakukan
11,11% 4,08%
Total 225 34,49 265 54,35 17,78% 57,58%
Total 225 34,49 265 54,35suspensi terhadap tujuh reksa
17,78% 57,58%
dana kelolaan MNC Asset Management. Terbaru, Kejaksaan Agung RI mengumumkan bahwa
ada 13 Manajer Investasi yang berpotensi terlibat dalam mega skandal kasus korupsi di
Asuransi Jiwasraya. Kasus-kasus tersebut akhirnya membuat OJK mengambil kebijakan
dengan menghentikan sementara penerbitan reksa dana single investor di Indonesia.

Jika kita lihat statistik reksa dana selama 2019, bisa kita lihat bahwa sebenarnya industri reksa
dana tetap tumbuh positif di tengah berbagai terpaan isu negatif. Contohnya saja: Asset
Under Management reksa dana yang tumbuh 39,58 triliun atau sekitar 7,83% (s/d 27
Desember 2019) sepanjang tahun. Jika kita lihat lebih detail, reksa dana berbasis syariah
mencatatkan pertumbuhan yang lebih baik dibanding reksa dana konvensional, dari segi
produk, jumlah reksa dana syariah growth 17,78% dibanding reksa dana konvensional
sebesar 2,40%. Sedangkan dari segi dana kelolaan, reksa dana syariah growth 57,58%
compare to 4,19% di reksa dana konvensional.
Jika kita breakdown lagi lebih detail ke jenis produk, reksa dana berbasis ETF mencatatkan
kenaikan yang cukup signifikan yaitu 59,09%, sedangkan dari segi dana kelolaan, reksa dana
pasar uang mencatatkan kenaikan dana kelolaan paling signifikan di antara reksa dana
lainnya, yaitu sebesar 24 triliun rupiah. In other hand, reksa dana saham mencatatkan
penurunan jumlah dana kelolaan sepanjang 2019, reksa dana konvensional turun 6,63%
sedangkan reksa dana syariah turun 41,52% atau secara total 13,5 triliun dana kelolaan
menyusut dari reksa dana saham sepanjang 2019.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 54


REKSA DANA SAHAM: 2019 Tahun Kelabu, Bagaimana 2020?

Tahun 2019 boleh dikatakan tahun yang kurang bersahabat bagi reksa dana saham, di
samping kinerja IHSG yang sedang kurang oke di 2019, sejumlah kasus di industri reksa dana
juga membuat performa reksa dana saham kurang mantap bagi para investor sepanjang
2019. Bahkan secara rata-rata kinerja
TOP GAINERS 2019
No. Name 1Y return AUM reksa dana saham kalah dengan reksa
1 Mandiri Investa Equity Movement 47,67% 612.028.881.391,00 dana pasar uang dan reksa dana
2 STAR Equity 19,00% 185.366.766.492,00
3 Victoria Prime Equity Fund 17,80% 111.860.507.761,00 pendapatan tetap. Di tengah terpuruknya
4 Pacific Saham Syariah II 16,62% 126.332.939.572,00
5 Reksa Dana Syariah Capital Sharia Equity
14,04% 156.273.473.413,00
kinerja reksa dana saham, kami mencatat
6 Capital Equity Fund 13,55% 1.345.495.949.807,00 ada 10 reksa dana dengan AUM di atas
7 Pacific Equity Growth Fund V 13,44% 213.256.377.747,00
8 Pacific Equity Growth Fund IV 11,02% 201.026.605.654,00
100 miliar yang memiliki kinerja ciamik
9 Pacific Equity Progresif Fund 10,54% 280.934.973.617,00 sepanjang tahun 2019 seperti data di
10 Pacific Equity Progresif Fund II 9,10% 171.677.199.485,00
TOP LOSERS 2019 samping.
No. Name 1Y return AUM
1 Corfina Investa Saham Syariah -68,97% 265.206.998.953,00 Reksa dana Mandiri Investa Equity
2 Pinnacle Dana Prima -69,27% 702.716.008.218,00
3 Treasure Saham Berkah Syariah -81,91% 135.236.926.334,00 Movement mencatatkan kinerja yang
4 Millenium Equity Prima Plus -82,74% 157.683.089.851,00 cukup positif, yaitu membukukan return
5 Millenium MCM Equity Sektoral -86,41% 120.916.352.588,00
sebesar 47,96% sepanjang tahun berjalan
Top 10 AUM Reksadana Saham as of March 31, 2020 dengan Asset Under Management
30 days
No. Nama
return
Aum sebesar 612 miliar rupiah, mengalahkan
1 Schroder Dana Prestasi Plus -16,87% 11.759.571.022.411,00 kinerja IHSG yang hanya membukukan
2 Batavia Dana Saham -19,86% 5.452.043.120.440,00
3 Schroder Dana Prestasi -17,26% 4.686.115.819.727,00 return 1,7%.
4 Ashmore Dana Ekuitas Nusantara -20,39% 4.266.850.267.964,00
5 Mandiri Saham Atraktif -22,23% 3.783.588.853.225,00
6 Ashmore Saham Sejahtera Nusantara -20,84%
Jika dilihat secara detail ke fund fact sheet
2.196.433.417.325,00
7 Manulife Dana Saham Utama -22,67% yang diterbitkan oleh Manajer Investasi
2.124.635.327.244,00
8 SAM Dana Cerdas -26,81% 1.964.225.255.486,00
9 Ashmore Dana Progresif Nusantara -25,26% yang mengelolanya yaitu Mandiri
1.963.735.737.895,00
10 Batavia Saham Sejahtera -21,29%
Manajemen Investasi, kinerja reksa dana
1.782.875.914.614,00

ini naik cukup signifikan di periode Februari 2019, selebihnya harga reksa dana terpantau
stabil. Dilihat dari fund fact sheet, reksa dana ini menempatkan portfolio paling besarnya di
sektor finance dengan komposisi 27,85% dari total aset. Adapun Top 5 saham yang mereka
miliki ialah ASII, BBCA, BMRI, BBRI, dan TLKM. Dilihat dari sharpe ratio, reksa dana Mandiri
Investa Equity Movement ini juga memiliki sharpe ratio yang paling tinggi dibandingkan
dengan Top 10 gainers equity lainnya sepanjang 2019. Sepanjang Maret 2020, kinerja reksa
dana Mandiri Investa Equity Movement sudah mencatatkan penurunan sebesar 22,61%. Jika
dilihat kepada kinerja Top 10 reksa dana saham dengan dana kelolaan terbesar, rata-rata
reksa dana saham sepanjang Maret 2020 telah membukukan penurunan nilai aktiva bersih
rata-rata 20%. Hal ini sebenanrnya sejalan dengan kondisi pasar saham Indonesia yang sejak
awal tahun 2020 telah mencatatkan penurunan sampai 28%. Untuk tahun ini mungkin
merupakan tahun yang tepat untuk mulai masuk ke reksa dana saham bagi investor yang ingin
berinvestasi dalam jangka waktu yang lama.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 55


REKSA DANA OBLIGASI: Tetap Bertahan di Tengah Goncangan Pasar Modal?

Di tengah kondisi global yang tidak menentu dan resesi yang terus menghantui sepanjang
2019, reksa dana obligasi tetap bisa mencatatkan return yang positif dan stabil. Kami
mencatat, sepanjang tahun 2019 tercatat ada 10 reksa dana dengan dana kelolaan di atas 100
miliar yang memilik kinerja kinclong dengan return di atas 15%. Reksa dana obligasi yang
dikelola oleh Insight Investment yaitu Insight Simas Asna Pendapatan Tetap Syariah
mencatatkan return tertinggi yaitu sebesar 23,93% dengan dana kelolaan sebesar 290,7 miliar
rupiah. Dengan sharpe ratio di angka 5,884 reksa dana ini menunjukkan bahwa excess return
TOP GAINERS 2019
yang didapatkan lebih tinggi
No. Name 1Y return AUM dibanding dengan risiko dari reksa
1 Insight Simas Asna Pendapatan Tetap Syariah I Asna
23,93% 290.762.731.097,00
2 Pratama Pendapatan Tetap Syariah 23,59% 254.559.352.758,00 dana itu sendiri. Dilihat dari fund fact
3 Sinarmas Hidup Sejahtera
4 Syailendra Strategic Income Fund
23,10%
18,45%
208.157.866.332,00
199.652.096.201,00
sheet yang diterbitkan oleh
5 Batavia Pendapatan Tetap Utama Syariah 17,35% 114.520.921.580,00 perusahaan, bobot portfolio
6 CIMB Principal Sukuk Syariah 16,54% 329.209.737.000,00
7 MNC Dana Pendapatan Tetap III 16,17% 643.624.990.121,00 investasinya di surat utang adalah
8 HPAM Ultima Obligasi Plus 16,13% 155.602.078.842,00
9 Bahana Prime Income Fund 15,92% 1.488.310.075.608,00
97,4%, dan 2,6% di pasar uang.
10 SAM Sukuk Syariah Berkembang 15,58% 661.515.651.334,00 Sedangkan Top 5 instrument
TOP LOSERS 2019
No. Name 1Y return AUM investasinya adalah PBS012, Sukuk
1 Avrist Prime Income Fund 1,37% 426.171.495.712,00
2 Simas Income Fund 0,74% 902.331.151.278,00 Ijarah Berkelanjutan I Indosat Tahap
3 Premier Obligasi 0,39% 267.121.505.396,00 II Tahun 2015 Seri E, Sukuk Ijarah
4 Mandiri Obligasi Optima II 0,23% 398.149.609.712,00
5 Insight Infra Development -2,02% 1.325.192.811.611,00 Berkelanjutan I Summarecon Agung

Tahap II Tahun 2014, Sukuk Ijarah


Top 10 AUM Reksadana Pendapatan Tetap as of March 31, 2020
30 days
Berkelanjutan II PLN Tahap II Tahun
No. Nama Aum
return 2017 Seri C, dan Sukuk Mudharabah
1 Danamas Stabil 0,60% 8.025.810.384.413,00
2 Manulife Dana Tetap Utama -5,80% 4.296.526.973.501,00
II Bank Nagari Tahun 2015.
3 Schroder Dana Mantap Plus II -4,55% 2.323.794.609.276,00
4 Bahana Income Stream -5,13%Sementara itu di awal tahun 2020
1.764.910.415.550,00
5 Mandiri Obligasi Utama -5,72%sampai dengan akhir kuartal I 2020,
1.652.713.524.953,00
6 Setiabudi Dana Obligasi Unggulan -3,81% 1.644.263.967.433,00
7 Bahana Prime Income Fund -6,66%kinerja reksa dana pendapatan tetap
1.512.114.385.162,00
8 Batavia Dana Obligasi Unggulan -3,42%juga mengalami dampak dari
1.482.698.066.070,00
9 Mandiri Obligasi Utama 2 -5,30% 1.376.723.340.714,00
10 Insight Infra Development -1,46%penyebaran wabah corona yang
1.357.548.290.418,00
semakin masif. Akan tetapi sejauh ini
kinerja 10 reksa dana obligasi dengan total dana kelolaan terbesar di Indonesia masih
menunjukkan laju yang stabil. Bahkan reksa dana obligasi dengan AUM terbesar yaitu
Danamas Stabil malah mencatatkan kenaikan atas nilai aktiva bersihnya sebesar 0,68%
sepanajang Maret 2020. Adakah TICMate yang telah berinvestasi di Top 10 reksa dana
pendapatan tetap di atas?

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 56


REKSA DANA PASAR UANG: Primadona di Tengah Terpuruknya Industri Pasar Modal?

TOP GAINERS 2019 Di tengah terpuruknya kinerja reksa


No. Name 1Y return AUM
1 Cipta Dana Tunai 13,87% 201.729.233.206,00 dana saham dan kinerja reksa dana
2 Mega Dana Kas 7,29% 410.835.015.725,00
3 Maybank Dana Pasar Uang 6,93% 709.295.681.253,00 obligasi yang cenderung melamban,
4
5
Prospera Dana Lancar
SAM Dana Kas
6,92% 378.914.754.093,00
6,82% 240.965.310.926,00
reksa dana pasar uang malah
6 Manulife Indonesia Money Market Fund 6,79% 3.550.103.282.821,00 menunjukkan pesonanya bahkan di
7 Pinnacle Money Market Fund 6,74% 299.976.126.671,00
8 Lancar Victoria Merkurius 6,74% 260.894.602.407,00 tengah pemangkasan suku bunga
9 BNI-AM Dana Likuid 6,67% 2.142.742.255.478,00
10 Bahana Likuid Plus 6,60% 686.900.617.543,00 yang dilakukan oleh Bank Indonesia
TOP LOSERS 2019
No. Name 1Y return AUM
sepanjang tahun ini.
1 Bahana Liquid Priority Fund -0,02% 201.357.379.612,00
2 Mega Dana Pasar Uang -0,04% 508.131.941.087,00 Reksa dana pasar uang tidak hanya
3 BNIAM Dana Pasar Uang Infinite -0,26% 100.016.419.829,00
4 Mega Dana Likuid -0,35% 100.120.154.372,00 mencatatkan kinerja yang positif dari
5 PREMIER LIKUID -0,49% 145.002.226.614,00
segi return, dari segi dana kelolaan
Top 10 AUM Reksadana Pasar Uang as of March 31, 2020
pun reksa dana pasar uang juga
No. Nama
30 days
Aum
membukukan lonjakan
return
1 Mandiri Investa Pasar Uang 0,45% 9.206.341.100.599,00 pertumbuhan. Hal utama yang
2 Bahana Dana Likuid 0,45% 4.145.125.264.275,00 membuat reksa dana pasar uang
3 Batavia Dana Kas Maxima 0,44% 3.869.540.447.769,00
4 Manulife Indonesia Money Market Fund 0,43% 3.293.056.927.318,00 tumbuh adalah karena para investor
5 Manulife Dana Kas II 0,36% 3.244.477.946.471,00
6 BNI-AM Dana Likuid 0,41% 2.698.318.416.647,00
mencari instrument investasi yang
7 Danareksa Seruni Pasar Uang II 0,49% 1.300.400.468.495,00 aman di tengah ancaman perang
8 Trim Kas 2 0,37% 1.230.673.502.603,00
9 Syailendra Dana Kas 0,53% 1.089.508.902.961,00 dagang dan resesi global, dan reksa
10 Danareksa Gebyar Dana Likuid II -4,65% 722.545.336.692,00
dana pasar uang adalah jawabannya.

Jika dilihat selama 2019, reksa dana Cipta Dana Tunai yang dikelola oleh Ciptadana Asset
Management membukukan return (imbal hasil) tertinggi sepanjang tahun, yaitu 13,87% jauh
di atas suku Bunga deposito dan obligasi ritel. Jika kita lihat secara bulanan, reksa dana pasar
uang rata-rata memberikan imbal hasil investasi di angka 0,50% per bulan. Dengan risiko
yang rendah dan imbal hasil yang relatif stabil, reksa dana pasar uang merupakan solusi untuk
investasi di tengah ketidakpastian global dan ancaman pandemik.

FY 2019 | InvestMI by @ticminow 57


Ada yang bilang “Data itu ibarat kompas, tanpa kompas traveler akan kehilangan arah”.

TICMI sebagai pusat referensi yang menyediakan data dan informasi pasar modal terlengkap siap memberikan
kompas bagi semua TICMate yang membutuhkan data. For your information data-data pasar modal di TICMI
tersedia sejak tahun 1977 loh, baik dalam format excel (.xlsx), pdf, dan teks (.txt) dengan harga terjangkau mulai
dari Rp 4000 untuk data custom dan Rp 200.000 untuk paket data.

Pilihan datanya apa saja? cek disini: linktr.ee/ticmidata

Kalau data yang kamu perlukan belum ketemu, segera email kebutuhanmu ke data@ticmi.co.id untuk pemesanan
data custom (Data Khusus).

Dapatkan InvestMI terbaru hanya di:


ticmi.co.id/investmi

Anda mungkin juga menyukai