Anda di halaman 1dari 12

INVESTASI SAHAM DI MASA PANDEMI COVID-19

Angelina Dwi Santi Zega


5190111082
Inggi Putri Rusiana
5190111080

Universitas Teknologi Yogyakarta


Email : angelzega2001@gmail.com rusianainggiputri@gmail.com

Abstrak-Pandemi COVID-19 telah memukul berbagai sektor, termasuk pasar sahamdimana banyak orang ragu
untuk berinvestasi saham. Banyak industri terkena dampak Covid-19 dimana sejak Maret 2020 Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan karena banyak investor menjual saham
yang dimilikinya, tetapi sejak minggu ketiga Mei 2020 hingga awal Juni 2020 telah menunjukkan kenaikan yang
mengindikasikan perdagangan saham mulai menunjukkan perbaikan, apakah setelah dua tahun berjalan IHSG
masih tetap baik-baik saja? Karena di bulan Februari 2022 COVID-19 kembali melonjak hingga akhir April
2022. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saham-saham sektor apa saja yang masih mampu bertahan di
masa pandemi COVID-19,dengan menggunakan data volume perdagangan saham, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG), nilai kapitalisasi pasar mingguan dan bulanan dengan sampel 20 saham-saham tertinggi
berdasarkan volume penjualan dan nilai transaksi dibursa saham Indonesia periode bulan Februari 2022 hinggal
April 2022 yang diperoleh dari laporan mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Laporan Bulanan Bursa
Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimasa pandemi COVID-19, para investor tetap
dapat memperoleh keuntungan dalam berinvestasi saham apabila setiap keputusan yang dilakukan investor
tersebut di dukung oleh perhitungan yang matang. Investor harus cermat dalam memilih sektor apa saja yang
akan dituju. Investor perlu melakukan analisis fundamental agar tidak salah dalam menempatkan dana, dan
melakukan diversifikasi saham untuk mengurangi risiko kerugian yang terlalu besar dalam berinvestasi. Jika
situasi kembali normal maka semua sektor akan bangkit kembali dengan penyesuaian – penyesuaian mengikuti
protokol new normal. Saham-saham sektor industri konsumer, sektor teknologi & sektor telekomunikasi seperti
data, tower merupakan saham-saham yang dapat menjadi pilihan investor dimasa pandemi COVID- 19.

Abstract: COVID-19 pandemic has hit various sectors, including the stock market where many people are
hesitant to invest in stocks. Many industries have been affected by Covid-19 where since March 2020 the
Composite Stock Price Index (IHSG) of the Indonesia Stock Exchange has decreased due to many investors
selling their shares, but since the third week of May 2020 until early June 2020 has shown an increase which
indicates stock trading is starting to show improvement, after two years the JCI is still doing well? Because in
February 2022 COVID-19 spiked again until the end of April 2022. This study aims to analyze which sector
stocks are still able to survive the COVID-19 pandemic, using stock trading volume data, the Composite Stock
Price Index (CSPI) ), weekly and monthly market capitalization values with the highest sample of 20 stocks
based on sales volume and transaction value on the Indonesian stock exchange for the period February 2022 to
April 2022 obtained from the weekly reports of the Financial Services Authority (OJK) and the Indonesia Stock
Exchange Monthly Reports (IDX). ). The results show that during the COVID-19 pandemic, investors can still
benefit from investing in stocks if every decision made by the investor is supported by careful calculations.
Investors must be careful in choosing which sector to target. Investors need to do fundamental analysis so that
they don't place their funds wrong, and diversify stocks to reduce the risk of losses that are too large in investing.
If the situation returns to normal, all sectors will bounce back with adjustments following the new normal
protocol. Shares of the consumer industry sector, technology sector & telecommunications sector such as data,
towers are stocks that can be investors' choice during the COVID-19 pandemic.

PENDAHULUAN
Pandemi covid-19 merupakan hal yang sudah tidak asing lagi bagi kita, sejak awal tahun
2020 hingga saat ini kita dipaksa untuk hidup berdampingan dengan gaya hidup baru di masa
pandemic covid-19. Banyak hal yang memengaruhi aktivitas kita semenjak covid-19
merajalela, seperti WFH (work from home), sekolah & kulaih online, bahkan beribadah saja
kita jalani secara online. Pandemi covid-19 sudah menjadi bagian dalam hidup kita, yang harus
kita biasakan dan berusaha hidup berdampingan dengannya. Bila kita perluas jangkauannya
investasi saham juga perlu dilakukan penyesuaian dengan situasi pandemi covid-19 ini. Dalam
lingkungan keuangan di tengah pandemic covid-19, investor harus berhati-hati berportofolio
investasi yang holistik dan beragam, sebab bursa saham di seluruh dunia rata-rata mengalami
penurunan (Ngwakwe, 2020) begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Bursa Efek Indonesia.
Investasi merupakan penanaman satu atau lebih aset dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa yang akan datang (Bodie, 2009). Hal yang harus dipertimbangkan dalam
berinvestasi yaitu keuntungan dan risiko. Sehingga investor perlu melakukan diversifikasi
dalam berinvestasi, yang artinya investor perlu membentuk portofolio melalui pemilihan
sejumlah aset sehingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi keuntungan yang
diharapkan.
Investor dalam menginvestasikan dananya berharap agar mendapatkan imbal hasil (return).
Return adalah satu-satunya jalan yang paling masuk akan bagi investor untuk membandingkan
berbagai alternatif investasi dengan berbagai macam hasil dari alternatif investasi tersebut
(Charles P. Jones, 2016). Tujuan dari adanya imbal hasil (return) ini adalah untuk memenuhi
kemakmuran para investornya, return diukur dari imbal hasil yang diterima dalam periode
tertentu, biasanya dalam waktu satu (1) tahun. Investor menginvestasikan sejumlah dananya
untuk masa yang akan datang dan ketika masa itu tiba, investor dapat mendapatkan
pengembalian sesuai strategi yang mereka lakukan agar hasilnya dapat sesuai dengan yang
mereka harapkan, baik itu lebih rendah maupun lebih tinggi. Keuntungan yang didapat dari
pasar modal berupa dividen dan capital gain yang merupakan hasil yang diperoleh dari selisih
antara nilai jual dan nilai beli saham bila investor menjual saham tersebut. Pasar modal
berfungsi sebagai tempat untuk mengalokasikan dana yang dimiliki secara efisien antara
investor dengan perusahaan. Bagi investor, pasar modal dijadikan alternatif untuk berinvestasi
yaitu dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah resiko. Risiko investasi saham terdiri
dari risiko sistematis (risiko pasar) dan risiko tidak sistematis (risiko perusahaan). Penjumlahan
kedua risiko tersebut adalah risiko total yang merupakan variabilitas return dari suatu saham.
Risiko sistematis merupakan bagian dari risiko total yang tidak dapat dihilangkan dengan
diversifikasi. Sedangkan risiko tidak sistematis adalah bagian dari risiko total yang dapat
diperkecil atau dihilangkan dengan diversifikasi.
Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi
harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah
penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun.
Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek
maka harga saham cenderung akan naik. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga
saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut (Alwi, 2008), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga saham, antara
lain: (1) Faktor Internal (Lingkungan mikro) diantaranya : (a) Pengumuman tentang
pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga,
penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan;
(b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang
berhubungan dengan ekuitas dan hutang; (c) Pengumuman badan direksi manajemen
(management-board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur,
manajemen, dan struktur organisasi; (d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti
laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan
divestasi dan lainnya; (e) Pengumuman investasi (investment annuncements), seperti
melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya; (f)
Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru,
pemogokan dan lainnya; (g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan
laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan
dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan
lain- lain. (2) Faktor eksternal (Lingkungan makro) diantaranya : (a) Pengumuman dari
pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi,
serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah; (b)
Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan
atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya; (c) Pengumuman
industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider
trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading; (d) Gejolak
politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh
signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara; (e) Berbagai isu
baik dari dalam negeri dan luar negeri. Menurut (Arifin, 2004) faktor – faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut : (a) Kondisi fundamental emiten, Faktor
fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi
manajemen organisasi sumber daya manusia, kondisi keuangan perusahaan yang tercermin
dalam kinerja keuangan perusahaan. Menurut (Husnan, 2015) analisis fundamental mencoba
memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan : Mengestimasi nilai faktor–
faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang; Menetapkan
hubungan variabel–variabel tersebut sehingga di peroleh taksiran harga saham. Model ini
sering disebut sebagai share price forecasting dan sering digunakan dalam berbagai pelatihan
analisis sekuritas. Dalam model ini langkah yang paling penting adalah mengidentifikasi
faktor–faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Faktor yang
dianalisis merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang meliputi
kondisi manajemen, organisasi, SDM, dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja
perusahaan; (b) Hukum permintaan dan penawaran, Setelah faktor fundamental faktor
permintaan dan penawaran menjadi faktor kedua yang mempengaruhi harga saham. Dengan
asumsi bahwa begitu investor mengetahui kondisi fundamental perusahaan mereka akan
melakukan transaksi jual beli. Tranasaksi–transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi
harga saham. (c) Tingkat suku bunga, Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat
pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi
akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor. Investor produk bank seperti
deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya jika dibandingka dengan investasi dalam
bentuk saham, karena investor akan menjual saham dan dananya akan ditempatkan dibank.
Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara
signifikan. (d) Valuta Asing, Mata uang amerika ( Dolar) merupakan mata uang terkuat
diantara mata uang yang lain. Apabila dolar naik maka investor asing akan menjual sahamnya
dan ditempatkan dibank dalam bentuk dolar sehingga menyebabkan harga saham akan naik;
(e) Dana Asing di Bursa, Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting,
karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi
di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu
saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika investasi asing
berkurang, ada pertimbangan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan
sosial politik maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan
berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham; (f) Indeks Harga Saham, Kenaikan
indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya mendatangkan kondisi
investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim
investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik atau turunnya harga saham
di pasar bursa; (g) News and Rumors, Berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut
beberapa hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik keamanan, hingga berita seputar
reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa
kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan investasi dapat di laksanakan. Ini akan
berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.
Kondisi pasar sulit diperkirakan dan baru diketahui setelah peristiwa terjadi. Oleh karena itu,
investor yang akan melakukan investasi di bursa efek harus senantiasa memonitor kondisi pasar
efek. (Ang, 1997) mengatakan kondisi Bursa Efek pada dasarnya dapat dibedakan atas
tingkat harga secara umum meningkat (bull market) dan tingkat harga secara umum menurun
(bear market). Bull market adalah kondisi pasar yang menguntungkan. Perkembangan
harga pada bursa efek, secara garis besar dapat dimonitor melalui kinerja rata-rata dan indeks
pasar. Kinerja rata-rata mencerminkan perilaku harga dari sekelompok saham representatif
padawaktu tertentu. Indeks pasar mengukur perilaku harga saat ini dari kelompok saham
representatif relatif terhadap harga periode dasar. Investor membandingkan rata-rata
harga dari berbagai waktu untuk menilai kekuatan dan kelemahan relatif pasar. Jika harga
rata-rata atau indeks menunjukkan kecendrungan kenaikan harga-harga, bull market terjadi, bila
sebaliknya maka bear market terjadi. Investor perlu melakukan analisis fundamental untuk
membuat keputusan dalam memilih saham mana yang akan dibeli untuk jangka panjang. analisis
fundamental pada dasarnya adalah bagaimana investor melakukan analisis historis atas
kekuatan keuangan dari suatu perusahaan, dimana proses ini sering juga disebut sebagai
analisis perusahaan (company analysis). Menurut (Husnan, 2015) analisis fundamental
merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang
akan datang dan menerapkan hubungan vaiabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran
harga saham. Analisis fundamental lebih menekankan pada penentuan nilai instrinsik dari suatu
saham. Untuk melakukan analisis yang bersifat fundamental, analisis perlu memahami
variabel-variabel yang mempengaruhi nilai instrinsik saham. Nilai inilah yang diestimasi oleh
investor, dan hasil dari estimasi ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market
price) sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice maupun yang underprice.

METODE PENELITIAN
Riset ini dilakukan dengan menganalisis jurnal-jurnal yang relevan. Penelitian ini dibatasi
hanya untuk mengetahui saham-saham apa saja yang bertahan selama pandemi COVID-19.
Pengamatan dilakukan terhadap laporan transaksi saham-saham di Bursa Efek Indonesia
dimulai sejak Covid-19 mengalami peningkatan di Februari 2022 hingga April 2022. Pemilihan
periode tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa pandemi COVID-19 kembali meningkat di
Februari tahun 2022 setelah 2 tahun dunia berdampingan dengan pandemi COVID-19.
Penelitian menggunakan data sekunder yang berasal dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan Laporan Keuangan Emiten yang diperoleh dari masing-masing situs
emiten.

HASIL DAN PEMBAHASAN


COVID-19 telah membawa perubahan besar dalam sejarah hidup manusia sejak
ditemukan di Wuhan China pada akhir 2019 lalu. Tidak hanya mempengaruhi Kesehatan dan
cara hidup manusia tetapi juga mempengaruhi kegiatan ekonomi dan pasar saham. Kehancuran
pasar saham di awal COVID-19 membawa dampak buruk bagi banyak pihak, banyak bisnis-
bisnis yang terpaksa tutup atau bangkrut, pengangguran meningkat, kemiskinan meningkat dan
ketakutan melanda banyak investor ehingga banyak investor menjual saham yang dimilikinya
sehingga harga saham anjlok di seluruh bursa saham dunia, namun apakah keadaan tersebut
masih sama setelah 2 tahun kita hidup berdampingan dengan COVID-19?, mari kita cari tau.
Tabel 1. Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia periode Februari-April 2022
IHSG Volume Transaksi Nilai Perdagangan
(Miliar Saham) (Rp Triliun)
Februari Minggu-1 6,731.39 482.06 290.66
Februari Minggu-2 6,815.61 650.58 359.86
Februari Minggu-3 6,892.82 732.54 420.83
Februari Minggu-4 6,888.17 857.49 505.23
Maret Minggu-1 6,928.33 943,03 564.77
Maret Minggu-2 6,922.60 1,063.51 673.45
Maret Minggu-3 6,954.97 1,173.28 755.98
Maret Minggu-4 7,022.53 1,298.97 825.86
Maret Minggu-5 7,078.76 1,411.65 895.05
April Minggu-1 7,210.84 1,522.65 964.28
April Minggu-2 7,235.53 1,646.66 1,034.78
April Minggu-3 7,225.61 1,777.68 1,141.49
April Minggu-4 7,228.91 1,875.25 1,237.31
Sumber : (OJK, 2022)
Tabel 1 menunjukkan bahwa Index Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada minggu Pertama hingga Ketiga Februari 2022 mengalami peningkatan
namun pada minggu Keempat Februari 2022 mengalami penurunan menjadi 6,888.17 dimana
pada minggu Ketiga pada posisi 6,892.82 penurunan ini terjadi pada saat kasus COVID-19
kembali mengalami kenaikan jumlah, dikarenakan virus baru COVID-19 yaitu virus Omicron.
Virus baru ini menular begitu cepat bahkan bagi orang-orang yang sudah vaksin ketiga yaitu
Booster tetap dapat tertular virus ini dengan cepat, namun tidak perlu waktu lama di awal
minggu Pertama Maret 2022, posisi IHSG Kembali mengalami kenaikan 6,928.33 namun di
minggu Kedua Maret 2022 kembali mengalami penurunan sedikit 6,922.60, penurunan ini bisa
dikatakan wajar sebab, keadaan pandemi COVID-19 masih terus dicoba ditangani dengan cara
pembatasan mobilitas masyarakat. Pada minggu Ketiga Maret 2022, hingga minggu Kedua
April 2022 IHSG terus meningkat walau pada minggu Ketiga April 2022 menurun 7,225.61
tetapi meningkat lagi di minggu Keempat April 2022 7,228.91. Volume perdagangan konsisten
meningkat. Pada minggu Keempat Aprul 2022, volume transaksi tercatat sebanyak 1,875.25
milliar lembar saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp1,237.31 triliun. Bila dibandingkan
dengan keadaan di awal COVID-19 pada Maret 2020 lalu, keadaan jauh lebih membaik saat
ini, walau IHSG di tahun 2022 fluktuatif namun penurunannya tidak terlalu jauh dan cenderung
meningkat tiap minggunya, berbeda dengan keadaan di awal COVID-19 dimana IHSG
mengalami penurunan yang cukup tajam di minggu Pertama Maret 2020 5,498.54 menjadi
4,907.57 di minggu Kedua Maret 2020 dan pada awal Juni 2020 4,947.78 meski mengalami
kenaikan namun 3 bulan sejak awal COVID-19 tidak bisa melampau IHSG di awal Maret,
volume transaksi di awal Juni 2020 sebanyak 770.08 milliar lembar saham, dengan nilai
transaksi sebesar Rp785.04 trilliun. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan jumlah COVID-19
saat ini berbeda jauh dengan saat awal COVID-19, saat ini perusahaan dan investor sudah
mengetahui cara mempertahankan perdagangan saham tidak seperti saat awal COVID-19
perusahaan dan investor masih mencari-cari cara agar bisa memulihkan keadaan perdagangan
saham.
(Ang, 1997) mengatakan bahwa Nilai atau Harga Pasar (marketplace) adalah harga
suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Harga pasar inilah yang menyatakan naik
turunnya suatu saham. Jika pasar bursa ditutup maka harga pasar adalah harga penutupan
(closing price). Jika harga pasar dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding
shares) maka didapatkan nilai pasar (market value). Nilai pasar (market value) biasa disebut
kapitalisasi pasar (market capitalization).
Tabel 2. Perkembangan Perdagangan Saham berdasarkan Sektoral April minggu ke 4-2022
Sektoral Kapitalisasi Pasar
Nilai (Rp) (%)
IDX Sector Energy 807,424,857,275,326 8.49
IDX Sector Basic Materials 1,016,107,925,657,110 10.69
IDX Sector Industrials 503,654,769,358,694 5.30
IDX Sector Consumer Non- 1,059,124,919,890,710 11.14
Cyclicals
IDX Sector Consumer Cyclicals 402,285,868,670,940 4.23
IDX Sector Healthcare 256,211,574,623,202 2.69
IDX Sector Financials 3,493,331,854,735,040 36.74
IDX Sector Properties & Real 229,141,217,008,494 2.41
Estate
IDX Sector Technology 721,697,384,227,597 7,59
IDX Sector Infrastructures 967,506,926,975,153 10.18
IDX Sector Transportation & 50,733,721,233,625 0.53
Logistic
Sumber : (OJK, 2022)
Dari tabel 2 tampak bahwa saham yang memiliki nilai kapitalisasi pasar tertinggi adalah
saham-saham yang berada pada Sector Financials dengan kapitalisasi pasar sebesar 36.74%,
kemudian diikuti dengan Sector Consumer Non-Cyclicals sebesar 11.14%, Sector Basic
Materials sebesar 10.69%, Sector Infrastructures sebesar 10.18%, Sector Energy sebesar
8.49%, Sector Technology sebesar 7.59%, Sector Industrials sebesar 5.30%, Sector Consumer
Cyclicals sebesar 4.23%, Sector Healthcare sebesar 2.69%, Sector Properties & Real Estate
sebesar 2.41%, Sector Transportation & Logistic sebesar 0.53%.
Tabel 3. Data Perdagangan Top 20 Saham Bursa Efek Indonesia Bulan Februari-2022
Active Stocks by Total Trading
No. Volume (%) Active Stocks by Total Trading (%)

1 BIPI 5,82 ARTO 7,57


2 BHIT 4,12 BBRI 6,24
3 BRMS 4,01 BBCA 5,02
4 BUMI 3,73 TLKM 4,39
5 IATA 3,41 BMRI 3,19
6 ZINC 3,20 ASII 2,54
7 IPTV 3,07 BBNI 2,39
8 CPRO 2,94 ANTM 2,29
9 BCAP 2,93 ADRO 2,17
10 KPIG 2,90 MDKA 1,86
11 GZCO 2,10 BEBS 1,66
12 BABP 2,00 BOGA 1,55
13 PSKT 1,85 CARE 1,54
14 FREN 1,81 NATO 1,19
15 ENRG 1,74 BBYB 1,15
16 CARE 1,57 SMMA 1,08
17 YELO 1,55 BCAP 1,08
18 BAUT 1,40 BRMS 1,06
19 BGTG 1,10 HRUM 1,02
20 BUKA 1,09 IATA 0,98
% of Total Trading 52.34% % of Total Trading 49.97%
Sumber : (BEI, 2022)
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada bulan Februari 2022 saham-saham terbanyak
diminati baik berdasarkan volume perdagangan maupun nilai perdagangan adalah saham-
saham dari sektor Financials seperti ARTO, BABP, BBCA, BBNI, BBRI, BBYB, BCAP,
BGTG, BMRI & SMMA; saham-saham dari sektor Consumer Cyclicals seperti BAUT,
BOGA, IPTV, KPIG, NATO, PSKT & YELO; lalu saham-saham dari sektor Energy seperti
ADRO, BIPI, BUMI, ENRG & HRUM; saham-saham dari sektor Basic Material seperti
ANTM, BEBS, BRMS, MDKA, & ZINC; adapula dari sektor Consumer Non-Cyclicals seperti
GZCO & CPRO; dari sektor Industrial seperti BHIT & ASII; dari sektor Infrastructure seperti
FREN & TLKM; dari sektor Healthcare seperti CARE; kemudian saham-saham dari sektor
Technology seperti BUKA dan yang terakhir saham-saham dari sektor Transportation &
Logistic seperti IATA.
Tabel 4. Data Perdagangan Top 20 Saham Bursa Efek Indonesia Bulan Maret-2022
Active Stocks by Total Trading
No. Volume (%) Active Stocks by Total Trading (%)

1 BUMI 9,85 BBRI 6,80


2 BIPI 6,82 BBCA 5,68
3 BRMS 5,35 TLKM 4,92
4 BUKA 3,27 ANTM 4,86
5 FREN 3,22 BMRI 4,19
6 CPRO 2,77 MEGA 3,40
7 ZINC 2,38 ADRO 3,18
8 CARE 1,98 ASII 2,63
9 BHIT 1,77 MDKA 2,32
10 BAUT 1,45 ARTO 2,07
11 BULL 1,40 BBNI 1,94
12 KPIG 1,39 ADMR 1,86
13 IATA 1,32 BEBS 1,70
14 ANTM 1,31 INCO 1,55
15 CENT 1,30 CARE 1,47
16 MPPA 1,25 BUKA 1,46
17 NATO 1,11 ITMG 1,39
18 BOSS 1,04 EMTK 1,39
19 BBRI 1,04 BOGA 1,33
20 GZCO 1,03 BRMS 1,33
% of Total Trading 51.06% % of Total Trading 55.48%
Sumber : (BEI, 2022)
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada bulan Maret 2022 saham-saham terbanyak diminati
baik berdasarkan volume perdagangan maupun nilai perdagangan adalah saham-saham dari
sektor Financials seperti ARTO, BBCA, BBNI, BBRI, BMRI & MEGA; saham-saham dari
sektor Consumer Cyclicals seperti BAUT, BOGA, NATO & KPIG; lalu saham-saham dari
sektor Energy seperti ADMR, ADRO, BIPI, BOSS, BULL, BUMI, & ITMG; saham-saham
dari sektor Basic Material seperti ANTM, BEBS, BRMS, INCO, MDKA & ZINC; adapula
dari sektor Consumer Non-Cyclicals seperti CPRO, GZCO & MPPA; dari sektor Industrial
seperti BHIT & ASII; dari sektor Infrastructure seperti CENT, FREN & TLKM; dari sektor
Healthcare seperti CARE; kemudian saham-saham dari sektor Technology seperti BUKA &
EMTK dan yang terakhir saham-saham dari sektor Transportation & Logistic seperti IATA.
Tabel 5. Data Perdagangan Top 20 Saham Bursa Efek Indonesia Bulan April-2022
Active Stocks by Total Trading
No. Volume (%) Active Stocks by Total Trading (%)
1 GOTO 11,72 TBIG 13,46
2 BUMI 7,03 GOTO 5,60
3 BIPI 4,46 BBRI 4,85
4 FREN 3,51 BBCA 4,55
5 DEWA 3,22 BMRI 3,90
6 TBIG 3,11 TLKM 3,50
7 BRMS 3,02 ADMR 2,91
8 ZINC 2,40 ADRO 2,34
9 BUKA 1,90 ANTM 2,23
10 CARE 1,86 BBNI 2,12
11 GZCO 1,70 BEBS 2,01
12 IATA 1,66 ASII 1,92
13 NATO 1,18 MDKA 1,83
14 BHIT 1,09 INCO 1,56
15 BULL 1,07 CARE 1,41
16 DOID 0,87 HRUM 1,35
17 WIRG 0,86 WIRG 1,23
18 CPRO 0,83 BOGA 1,23
19 ADMR 0,83 NATO 1,10
20 BCAP 0,79 ARTO 1,09
% of Total Trading 53.10% % of Total Trading 60.20%
Sumber : (BEI, 2022)
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada bulan April 2022 saham-saham terbanyak diminati
baik berdasarkan volume perdagangan maupun nilai perdagangan adalah saham-saham dari
sektor Financials seperti ARTO, BBCA, BBNI, BBRI, BCAP & BMRI; saham-saham dari
sektor Consumer Cyclicals seperti BOGA & NATO; lalu saham-saham dari sektor Energy
seperti ADMR, ADRO, BIPI, BULL, BUMI, DEWA, DOID & HRUM; saham-saham dari
sektor Basic Material seperti ANTM, BEBS, BRMS, INCO, MDKA & ZINC; adapula dari
sektor Consumer Non-Cyclicals seperti CPRO & GZCO; dari sektor Industrial seperti ASII &
BHIT; dari sektor Infrastructure seperti FREN, TLKM & TBIG; dari sektor Healthcare seperti
CARE; kemudian saham-saham dari sektor Technology seperti BUKA, GOTO & WIRG dan
yang terakhir saham-saham dari sektor Transportation & Logistic seperti IATA.
(Rizvi et al., 2020) melakukan penelitian untuk menilai bagaimana keadaan COVID-19
yang berkembang apakah mempengaruhikinerjadan gaya invetasi di seluruh Uni Eropah. Peneliti
menilai kinerja masing-masing gaya investasi selama evolusi COVID-19. Hasil penelitian
mereka menunjukkan bahwa penularan COVID-19 sangatdinamis di seluruh Uni Eropa sehingga
COVID- 19 berdampak sangat buruk pada berbagai kategori reksadana di Uni Eropa, hanya
dana kewirausahaan sosial yang menunjukkan pengembalian positif. Jermandan Prancis adalah
negara yang sebagian besar dipengaruhi oleh penyebaran virus corona yang berdampak sangat
buruk. Sedangkan Swiss, Swedia, Irlandia, Austria dan Denmark tidak begitu buruk
sehinggamengalamipeningkatan investasi disebabkan para manajer dana memindahkan
investasi dari lokasi yang terinfeksi secara signifikan seperti Jerman dan Prancis ke lokasi yang
memiliki dampak COVID-19 yang lebih rendah seperti Swiss, Swedia, Irlandia, Austria dan
Denmark. Investasi yang bertumbuh denganbaik di Uni Eropa selamapandemi COVID-19
adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang utilitas, grosir dan ritel.
(Town, 2020) seorang ahli pasar saham dunia melakukan penelitian mengenai
bagaimana COVID-19 berdampak pada pasar saham. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa
saat pandemic COVID-19 adalah saat yang paling tepat untuk berinvestasi/membeli saham
dimana banyak orang menjual saham sehingga harga saham sangat murah. Phil memberikan
indicator yang dapat digunakan oleh investor agar tidak salah dalam memilih produk saham
adalah dengan menjawal hal-hal berikut ini yaitu: (1) apakah permintaan produk saham
tersebut tinggi; (2) apakah perusahaan penghasil produk tersebut sebagai pengontrol harga; (3)
apakah produk yang dihasilkan perusahaan tersebut selalu dibutuhkan manusia dan tetap ada
bila dibutuhkan; ataukah (4) produk yang dihasilkan merupakan produk berharga/memiliki
nilai tinggi seperti energi, tenaga surya, makanan dan lain-lain, ataukah (5) produknya
merupakan produk kemewahan yang diperlukan suatu kelompok tertentu. Selain itu Phil
berpendapat bahwa perusahaan yang sangat diuntungkan dengan adanya pandemic COVID-19
adalah industry makanan, alat Kesehatan dan alat pembersih, kemudian teknologi, sementara
perusahaan lain mengalami kerugian yang amat parah.
Melihat perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia sejak bulan Maret 2020 sampai
dengan Mei 2020 dengan merujuk penelitian (Rizvi et al., 2020) dan penelitian (Town, 2020)
maka saham-saham yang direkomendasikan untuk diinvestasikan selama masa pandemi
COVID-19 di Bursa Saham Indonesia adalah sebagai berikut: (1) Investor sebaiknya membeli
saham-saham sektor industry barang konsumsi karena sektor barang konsumsi mampu
mencatatkan kinerja positif sejak adanya pengumuman kasus COVID-19 pertama di Indonesia
hingga saat ini. Industri barang konsumsi meningkat sangat pesat karena erat dengan
pemenuhan kebutuhan hidup, meskipun mobilitas masyarakat dibatasi namun kegiatan
konsumsi tentu tetap berjalan; (2) saham-saham dari sektor teknologi juga bisa menjadi pilihan
bagi investor mengapa demikian?, penyebabnya sama dengan sektor industry barang konsumsi,
teknologi semakin pesat karena mobilitas masyarakat dibatasi, jadi untuk membeli barang-
barang konsumsi masyarakat menggunakan teknologi untuk mengurangi kegiatan di luar
ruangan sehingga pertumbuhan teknologi meningkat pesat pula; (3) saham-saham dari sektor
telekomunikasi juga bisa menjadi pilihan karena masyarakat sangat tergantung dengan
telekomunikasi, peningkatan telekomunikasi juga semakin pesat dimasa Pandemi COVID-19,
masyarakat tidak bisa lepas dari telekomunikasi hal ini mengakibatkan lonjakan data internet
untuk berkomunikasi secara online, penggunakan Youtube, Google, WhatsApp dan lainnya
meningkat sehingga penggunaaan kuota data menjadi meningkat. Jaringan internet menjadi
tumpuan untuk mendukung kelancaran bekerja dan belajar secara online.
(Bodie, 2009) mengatakan bahwa portofolio adalah kumpulan aset yang dimiliki
investor. Investor perlu membangun portofolio beberapa aset yang akan memaksimalkan
pengembalian untuk tingkat risiko tertentu. Demikian juga, dengan tingkat pengembalian yang
diharapkan, seorang investor dapat membangun portofolio dengan risiko serendah mungkin.
(Markowitz, 1952) pelopor teori portofolio modern membuat asumsi bahwa investor enggan
mengambil risiko, artinya investor lebih suka portofolio yang kurang berisiko daripada yang
berisiko untuk tingkat pengembalian tertentu. Ini menyiratkan bahwa seorang investor akan
mengambil lebih banyak risiko hanya jika dia mengharapkan lebih banyak reward.
Diversifikasi merupakan salah satu prinsip terpenting teori portofolio modern yang
bermanfaat dalam mengurangi risiko atau ketidakpastian dengan cara meningkatkan
jumlah saham dalam portofolio saham yang dapat menghasilkan return yang maksimal dengan
risiko yang minimal. Diversifikasi adalah salah satu komponen utama pengambilan keputusan
investasi di bawah risiko atau ketidakpastian (Koumou, 2020). (Oyenubi, 2019) mengatakan
bahwa tidak ada angka unik dalam hal jumlah optimal stok yang diperlukan untuk mencapai
diversifikasi penuh. Jumlah saham optimal yang dibutuhkan untuk mencapai diversifikasi
penuh berbeda untuk pasar yang berbeda, dimana dalam mengukur diversifikasi saham,
investor dapat menggunakan Portfolio Diversification Index (PDI).
KESIMPULAN
Saat ini kita hidup dimasa yang belum pernah kita alami sebelumnya, namun setelah
dua tahun berjalan tentu kita mulai terbiasa dengan situasi ini, oleh karenanya jika Investor
tertarik dan berminat untuk berinvestasi saham disaat seperti ini, maka sebaiknya Investor
melakukan 2 hal yaitu: (1) anaiisis fundamental terhadap saham-saham yang akan dibeli
dimana analisis fundamental membuat investor dapat mengetahui prospek perusahaan dan
memprediksi return saham di masa yang akan dating; (2) diversifikasi saham, dimana
diversifikasi saham akan meminimalisir risiko yang akan terjadi pada investor karena (Buffet,
2021) mengatakan Don’t put your eggs in one basket jadi dalam investasi kita perlu melakukan
diversifikasi.
SARAN
Kami selaku pihak yang menyusun mini riset ini sangat menyadari masih jauh dari
sempurna dan tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembuatannya. Hal ini dikarenakan
masih terbatasnya kemaampuan kami. Dalam penjelasan mini riset ini tidak dijelaskan secara
rinci perhitungan dalam menentukan nilai saham, serta kurangnya penjelasan yang secara
detail dari setiap point-pointnya. Selain mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
kami juga berharap makalah ini bermanfaat untuk kami dan juga tentunya bagi pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Alwi. (2008). Pasar Modal Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Penerbit Yayasan Pancur
Siwah. Jakarta.
Ang, R. (1997). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to Indonesian
Capital Market). In Mediasoft Indonesia, Jakarta (Vol. 26, Issue 4).
Arifin, A. (2004). Membaca Saham. Panduan Dasar Seni Berinvestasi dan Teori Permainan
Saham: Kapan Sebaiknya Membeli Kapan Sebaiknya Menjual. In Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
BEI. (2022). Laporan Keuangan dan Tahunan. Bursa Efek Indonesia.
Bodie, Z. (2009). Are stocks the best investment for the long run? In Economists’ Voice (Vol.
6, Issue 3).
Buffet, W. E. (2021). The Essays of Warren Buffet: Lessons for Corporate America. In
Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.
Charles P. Jones, G. R. J. (2016). Investments: Analysis and Management, 13th Edition. In
Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents.
Husnan, S. (2015). Dasar-dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas Edisi Kelima. In
Yogyakarta (ID): Penerbit dan Percetakan UPP STIM YKPN.
Koumou, G. B. (2020). Diversification and portfolio theory: a review. Financial Markets and
Portfolio Management, 34(3). https://doi.org/10.1007/s11408-020-00352-6
Markowitz, H. (1952). Portfolio Selection, Journal of Finance. Markowitz HM—1952.
Ngwakwe, C. C. (2020). Effect of COVID-19 Pandemic on Global Stock Market Values: A
Differential Analysis. AUDŒ, Vol. 16, No. 2.
OJK. (2022). Statistik Pasar Modal Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan.
Oyenubi, A. (2019). Diversification Measures and the Optimal Number of Stocks in a
Portfolio: An Information Theoretic Explanation. Computational Economics, 54(4).
https://doi.org/10.1007/s10614-016-9600-5
Rizvi, S. K. A., Mirza, N., Naqvi, B., & Rahat, B. (2020). Covid-19 and asset management in
EU: a preliminary assessment of performance and investment styles. Journal of Asset
Management, 21(4). https://doi.org/10.1057/s41260-020-00172-3
Town, P. (2020). How To Invest During A Pandemic : Covid-19 And The Stock Market.
Https://Www.Ruleoneinvesting.Com/.

Anda mungkin juga menyukai