Abstrak-Pandemi COVID-19 telah memukul berbagai sektor, termasuk pasar sahamdimana banyak orang ragu
untuk berinvestasi saham. Banyak industri terkena dampak Covid-19 dimana sejak Maret 2020 Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan karena banyak investor menjual saham
yang dimilikinya, tetapi sejak minggu ketiga Mei 2020 hingga awal Juni 2020 telah menunjukkan kenaikan yang
mengindikasikan perdagangan saham mulai menunjukkan perbaikan, apakah setelah dua tahun berjalan IHSG
masih tetap baik-baik saja? Karena di bulan Februari 2022 COVID-19 kembali melonjak hingga akhir April
2022. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saham-saham sektor apa saja yang masih mampu bertahan di
masa pandemi COVID-19,dengan menggunakan data volume perdagangan saham, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG), nilai kapitalisasi pasar mingguan dan bulanan dengan sampel 20 saham-saham tertinggi
berdasarkan volume penjualan dan nilai transaksi dibursa saham Indonesia periode bulan Februari 2022 hinggal
April 2022 yang diperoleh dari laporan mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Laporan Bulanan Bursa
Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimasa pandemi COVID-19, para investor tetap
dapat memperoleh keuntungan dalam berinvestasi saham apabila setiap keputusan yang dilakukan investor
tersebut di dukung oleh perhitungan yang matang. Investor harus cermat dalam memilih sektor apa saja yang
akan dituju. Investor perlu melakukan analisis fundamental agar tidak salah dalam menempatkan dana, dan
melakukan diversifikasi saham untuk mengurangi risiko kerugian yang terlalu besar dalam berinvestasi. Jika
situasi kembali normal maka semua sektor akan bangkit kembali dengan penyesuaian – penyesuaian mengikuti
protokol new normal. Saham-saham sektor industri konsumer, sektor teknologi & sektor telekomunikasi seperti
data, tower merupakan saham-saham yang dapat menjadi pilihan investor dimasa pandemi COVID- 19.
Abstract: COVID-19 pandemic has hit various sectors, including the stock market where many people are
hesitant to invest in stocks. Many industries have been affected by Covid-19 where since March 2020 the
Composite Stock Price Index (IHSG) of the Indonesia Stock Exchange has decreased due to many investors
selling their shares, but since the third week of May 2020 until early June 2020 has shown an increase which
indicates stock trading is starting to show improvement, after two years the JCI is still doing well? Because in
February 2022 COVID-19 spiked again until the end of April 2022. This study aims to analyze which sector
stocks are still able to survive the COVID-19 pandemic, using stock trading volume data, the Composite Stock
Price Index (CSPI) ), weekly and monthly market capitalization values with the highest sample of 20 stocks
based on sales volume and transaction value on the Indonesian stock exchange for the period February 2022 to
April 2022 obtained from the weekly reports of the Financial Services Authority (OJK) and the Indonesia Stock
Exchange Monthly Reports (IDX). ). The results show that during the COVID-19 pandemic, investors can still
benefit from investing in stocks if every decision made by the investor is supported by careful calculations.
Investors must be careful in choosing which sector to target. Investors need to do fundamental analysis so that
they don't place their funds wrong, and diversify stocks to reduce the risk of losses that are too large in investing.
If the situation returns to normal, all sectors will bounce back with adjustments following the new normal
protocol. Shares of the consumer industry sector, technology sector & telecommunications sector such as data,
towers are stocks that can be investors' choice during the COVID-19 pandemic.
PENDAHULUAN
Pandemi covid-19 merupakan hal yang sudah tidak asing lagi bagi kita, sejak awal tahun
2020 hingga saat ini kita dipaksa untuk hidup berdampingan dengan gaya hidup baru di masa
pandemic covid-19. Banyak hal yang memengaruhi aktivitas kita semenjak covid-19
merajalela, seperti WFH (work from home), sekolah & kulaih online, bahkan beribadah saja
kita jalani secara online. Pandemi covid-19 sudah menjadi bagian dalam hidup kita, yang harus
kita biasakan dan berusaha hidup berdampingan dengannya. Bila kita perluas jangkauannya
investasi saham juga perlu dilakukan penyesuaian dengan situasi pandemi covid-19 ini. Dalam
lingkungan keuangan di tengah pandemic covid-19, investor harus berhati-hati berportofolio
investasi yang holistik dan beragam, sebab bursa saham di seluruh dunia rata-rata mengalami
penurunan (Ngwakwe, 2020) begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Bursa Efek Indonesia.
Investasi merupakan penanaman satu atau lebih aset dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa yang akan datang (Bodie, 2009). Hal yang harus dipertimbangkan dalam
berinvestasi yaitu keuntungan dan risiko. Sehingga investor perlu melakukan diversifikasi
dalam berinvestasi, yang artinya investor perlu membentuk portofolio melalui pemilihan
sejumlah aset sehingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi keuntungan yang
diharapkan.
Investor dalam menginvestasikan dananya berharap agar mendapatkan imbal hasil (return).
Return adalah satu-satunya jalan yang paling masuk akan bagi investor untuk membandingkan
berbagai alternatif investasi dengan berbagai macam hasil dari alternatif investasi tersebut
(Charles P. Jones, 2016). Tujuan dari adanya imbal hasil (return) ini adalah untuk memenuhi
kemakmuran para investornya, return diukur dari imbal hasil yang diterima dalam periode
tertentu, biasanya dalam waktu satu (1) tahun. Investor menginvestasikan sejumlah dananya
untuk masa yang akan datang dan ketika masa itu tiba, investor dapat mendapatkan
pengembalian sesuai strategi yang mereka lakukan agar hasilnya dapat sesuai dengan yang
mereka harapkan, baik itu lebih rendah maupun lebih tinggi. Keuntungan yang didapat dari
pasar modal berupa dividen dan capital gain yang merupakan hasil yang diperoleh dari selisih
antara nilai jual dan nilai beli saham bila investor menjual saham tersebut. Pasar modal
berfungsi sebagai tempat untuk mengalokasikan dana yang dimiliki secara efisien antara
investor dengan perusahaan. Bagi investor, pasar modal dijadikan alternatif untuk berinvestasi
yaitu dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah resiko. Risiko investasi saham terdiri
dari risiko sistematis (risiko pasar) dan risiko tidak sistematis (risiko perusahaan). Penjumlahan
kedua risiko tersebut adalah risiko total yang merupakan variabilitas return dari suatu saham.
Risiko sistematis merupakan bagian dari risiko total yang tidak dapat dihilangkan dengan
diversifikasi. Sedangkan risiko tidak sistematis adalah bagian dari risiko total yang dapat
diperkecil atau dihilangkan dengan diversifikasi.
Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi
harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah
penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun.
Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek
maka harga saham cenderung akan naik. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga
saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut (Alwi, 2008), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga saham, antara
lain: (1) Faktor Internal (Lingkungan mikro) diantaranya : (a) Pengumuman tentang
pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga,
penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan;
(b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang
berhubungan dengan ekuitas dan hutang; (c) Pengumuman badan direksi manajemen
(management-board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur,
manajemen, dan struktur organisasi; (d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti
laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan
divestasi dan lainnya; (e) Pengumuman investasi (investment annuncements), seperti
melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya; (f)
Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru,
pemogokan dan lainnya; (g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan
laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan
dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan
lain- lain. (2) Faktor eksternal (Lingkungan makro) diantaranya : (a) Pengumuman dari
pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi,
serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah; (b)
Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan
atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya; (c) Pengumuman
industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider
trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading; (d) Gejolak
politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh
signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara; (e) Berbagai isu
baik dari dalam negeri dan luar negeri. Menurut (Arifin, 2004) faktor – faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut : (a) Kondisi fundamental emiten, Faktor
fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi
manajemen organisasi sumber daya manusia, kondisi keuangan perusahaan yang tercermin
dalam kinerja keuangan perusahaan. Menurut (Husnan, 2015) analisis fundamental mencoba
memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan : Mengestimasi nilai faktor–
faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang; Menetapkan
hubungan variabel–variabel tersebut sehingga di peroleh taksiran harga saham. Model ini
sering disebut sebagai share price forecasting dan sering digunakan dalam berbagai pelatihan
analisis sekuritas. Dalam model ini langkah yang paling penting adalah mengidentifikasi
faktor–faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Faktor yang
dianalisis merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang meliputi
kondisi manajemen, organisasi, SDM, dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja
perusahaan; (b) Hukum permintaan dan penawaran, Setelah faktor fundamental faktor
permintaan dan penawaran menjadi faktor kedua yang mempengaruhi harga saham. Dengan
asumsi bahwa begitu investor mengetahui kondisi fundamental perusahaan mereka akan
melakukan transaksi jual beli. Tranasaksi–transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi
harga saham. (c) Tingkat suku bunga, Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat
pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi
akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor. Investor produk bank seperti
deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya jika dibandingka dengan investasi dalam
bentuk saham, karena investor akan menjual saham dan dananya akan ditempatkan dibank.
Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara
signifikan. (d) Valuta Asing, Mata uang amerika ( Dolar) merupakan mata uang terkuat
diantara mata uang yang lain. Apabila dolar naik maka investor asing akan menjual sahamnya
dan ditempatkan dibank dalam bentuk dolar sehingga menyebabkan harga saham akan naik;
(e) Dana Asing di Bursa, Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting,
karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi
di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu
saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika investasi asing
berkurang, ada pertimbangan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan
sosial politik maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan
berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham; (f) Indeks Harga Saham, Kenaikan
indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya mendatangkan kondisi
investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim
investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik atau turunnya harga saham
di pasar bursa; (g) News and Rumors, Berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut
beberapa hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik keamanan, hingga berita seputar
reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa
kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan investasi dapat di laksanakan. Ini akan
berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.
Kondisi pasar sulit diperkirakan dan baru diketahui setelah peristiwa terjadi. Oleh karena itu,
investor yang akan melakukan investasi di bursa efek harus senantiasa memonitor kondisi pasar
efek. (Ang, 1997) mengatakan kondisi Bursa Efek pada dasarnya dapat dibedakan atas
tingkat harga secara umum meningkat (bull market) dan tingkat harga secara umum menurun
(bear market). Bull market adalah kondisi pasar yang menguntungkan. Perkembangan
harga pada bursa efek, secara garis besar dapat dimonitor melalui kinerja rata-rata dan indeks
pasar. Kinerja rata-rata mencerminkan perilaku harga dari sekelompok saham representatif
padawaktu tertentu. Indeks pasar mengukur perilaku harga saat ini dari kelompok saham
representatif relatif terhadap harga periode dasar. Investor membandingkan rata-rata
harga dari berbagai waktu untuk menilai kekuatan dan kelemahan relatif pasar. Jika harga
rata-rata atau indeks menunjukkan kecendrungan kenaikan harga-harga, bull market terjadi, bila
sebaliknya maka bear market terjadi. Investor perlu melakukan analisis fundamental untuk
membuat keputusan dalam memilih saham mana yang akan dibeli untuk jangka panjang. analisis
fundamental pada dasarnya adalah bagaimana investor melakukan analisis historis atas
kekuatan keuangan dari suatu perusahaan, dimana proses ini sering juga disebut sebagai
analisis perusahaan (company analysis). Menurut (Husnan, 2015) analisis fundamental
merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang
akan datang dan menerapkan hubungan vaiabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran
harga saham. Analisis fundamental lebih menekankan pada penentuan nilai instrinsik dari suatu
saham. Untuk melakukan analisis yang bersifat fundamental, analisis perlu memahami
variabel-variabel yang mempengaruhi nilai instrinsik saham. Nilai inilah yang diestimasi oleh
investor, dan hasil dari estimasi ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market
price) sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice maupun yang underprice.
METODE PENELITIAN
Riset ini dilakukan dengan menganalisis jurnal-jurnal yang relevan. Penelitian ini dibatasi
hanya untuk mengetahui saham-saham apa saja yang bertahan selama pandemi COVID-19.
Pengamatan dilakukan terhadap laporan transaksi saham-saham di Bursa Efek Indonesia
dimulai sejak Covid-19 mengalami peningkatan di Februari 2022 hingga April 2022. Pemilihan
periode tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa pandemi COVID-19 kembali meningkat di
Februari tahun 2022 setelah 2 tahun dunia berdampingan dengan pandemi COVID-19.
Penelitian menggunakan data sekunder yang berasal dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan Laporan Keuangan Emiten yang diperoleh dari masing-masing situs
emiten.