Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP

BURSA SAHAM DI INDONESIA

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN DAN


INVESTASI

Oleh

RIFQI NADHIF HAFIDH SIMAMORA 71170313019

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kasus covid-19 muncul pertama kali di Wuhan, Cina, pada akhir tahun
2019. Penyebaran pandemi virus ini begitu cepat dari manusia ke
manusia, dari satu Negara ke Negara lain, sehingga menyebar ke seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Masuknya kasus wabah covid-19 ke
Indonesia, diumumkan pada 2 Maret 2020. Upaya yang dilakukan
pemerintah untuk mencegah penyebaran wabah covid-19 ini, antara lain
dengan melakukan physical distancing, menggunakan masker, meliburkan
sekolah, melakukan work from home, dan sebagainya.

Penyebaran virus Covid-19 masih menjadi konsen berbagai


negara, terutama yang sudah mengonfimasi kasus positif terinfeksi di
negaranya. Berdasarkan situs real time Coronavirus COVID-19 Global
Cases, angka terkait kasus ini terus meningkat. Per tanggal 17 Maret,
tercatat 188.638 kasus virus Covid-19 merebak di lebih dari 90 negara di
dunia. Jumlah kasus tertinggi masih di China, dan diikuti oleh Italia, Iran,
Spanyol, dan Korea Selatan 17 Maret 2020). Di Indonesia sendiri jumlah
pasien positif terinfeksi Virus Corona (Covid-19) disebut bertambah
menjadi 686 orang pada Selasa (24/3). Dari jumlah itu, korban
meninggal mencapai 55 orang, dengan jumlah yang sembuh 30 orang.
(CNN Indonesia, 24 Maret 2020).

Meskipun angka kesembuhan Covid-19 terus meningkat,


kemunculan kasus penyebaran Covid-19 juga mengalami peningkatan
sehingga ketidakpastian masih terus memengaruhi laju perekonomian
global. Moody’s Investor Service memprediksi pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2020 akan mengalami perlambatan pada angka
4,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai ini di bawah
pertumbuhan tahun 2019 yang berada di angka 5,02%. Perlambatan
ekonomi ini diperkirakan akan berlanjut di tahun 2021 meski dengan
disertai sedikit penguatan yaitu tumbuh 4,9% saja (tirto.id, 9 Maret
2020).
Adanya penyebaran wabah covid-19 yang begitu cepat ini, tentu
saja membawa dampak terhadap perekonomian Indonesia. Indonesia
melakukan pembatasan keluar rumah, sehingga banyak sektor-sektor
ekonomi tertentu yang terkena dampak negatif dari virus tersebut. Ada
beberapa perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK), misalnya yang dilakukan oleh Ramayana di daerah Depok.
Terdapat 87 karyawan Ramayana di City Plaza Depok, terkena
pemutusan hubungan kerja (PHK). Menurut Camelia (2020), “Kepada
Liputan6.com, Store Manager City Plaza Depok, M Nukmal Amdar
mengatakan, perusahaan memutuskan tidak lagi beroperasi sejak 6 April
2020. Keputusan ini diambil lantaran omzet penjualan menurun hingga 80
persen. Akibatnya, perusahaan pun tak mampu lagi menanggung semua
biaya operasional.” Kondisi suatu perusahaan selain dilihat dari omzet
yang diterima, juga bisa dilihat dari harga saham perusahaan tersebut.
Harga saham menunjukkan seberapa besar penawaran dan permintaan
yang terjadi pada saham tersebut. Apabila permintaan akan saham
tersebut naik, maka harga saham juga naik. Sedangkan jika permintaan
terhadap saham tersebut turun, maka harga saham tersebut juga akan
ikut turun. Selain harga saham, kondisi perusahaan juga bisa dilihat dari
banyaknya transaksi saham yang dijualbelikan pada perusahaan tersebut.
Banyaknya transaksi saham ini, menunjukkan minat investor baik untuk
membeli maupun untuk menjual saham perusahaan tersebut. Nilai
banyaknya transaksi saham ini bisa dilihat pada volume transaksi saham
perusahaan tersebut.
Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Bursa Saham Di Indonesia

Dampak dari Pandemi Covid 19 telah banyak merusak tatanan


kehidupan manusia ,semua aspek pun menjadi kacau akibat virus ini tak
terkecuali dibidang ekonomi salah satu dampak yang ditimbulkan dari
kacaunya  perekonomian di indonesia adalah anjlok nya IHSG di Bursa
Efek Indonesia  yah sejak virus ini menyebar IHSG selalu terperosok ke
Zona Merah IHSGpun selalu mengalami koreksi ,bahkan dari berita yang
saya kutip pada tanggal 13 mei 2020 koreksi yang dialami IHSG pun
menjadi 1,43 persen kelevel 4,523 hal ini disebabkan karena para investor
melakukan aksi jual besar besaran dan kekhawatiran atas wabah virus
corona yang terus membebani sentimen investor.

Dari fenomena ini menyebabkan para investor mengalami


ketakutan terhadap harga sahamnya yang tentu saja mengalami
penurunan yang cukup tajam. Tahun ini merupakan tahun yang buruk bagi
IHSG dan lebih buruk dari krisis ekonomi  tahun 2008 , kriris kali ini pun
akan berakibat IHSG terkonsolidasi ke level 3000an  selama pandemi
corona ini berlangsung, jika hal ini terus terjadi maka perekonomian pun
akan terus mengalami kekacauan

Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan, dari data terakhir


akhir pekan lalu, 17 April 2020 menunjukkan indikator perdagangan
mengalami penurunan dibanding tahun 2019. Di antaranya IHSG 26,43
persen menjadi 4.635 dengan diikuti penurunan kapitalisasi pasar sebesar
26,35 persen menjadi 6.300 triliun, juga terjadi penurunan transaksi harian
1,49 persen menjadi 462 ribu kali. penurunan signifikan terhadap
perdagangan di bursa juga terdapat pada Maret 2020, saat pemerintah
mengumumkan dua kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Nilai transaksi di BEI mengalami penurunan yang cukup tajam, di


mana rata-rata perputaran perdagangan harian berada di angka Rp7,724
miliar dan kapitalisasi pasar berada di angka 5,717. Angka ini, jauh
menurun jika dibanding dengan tahun 2019 lalu.Nilai transaksi turunnya
cukup tajam, mundur ke 14 tahun lalu, likuiditas berpengaruh. Untuk
memulihkannya, dibutuhkan waktu dan effort, butuh insentif dari
pemerintah.

Sampai dengan saat ini, terdapat 28 Perusahaan Tercatat Baru di


BEI, dan per 24 Juni 2020, terdapat 21 pipeline pencatatan efek saham
baru. Pencapaian Perusahaan Tercatat Baru di BEI ini merupakan jumlah
tertinggi di antara Bursa Efek di kawasan ASEAN. Sedangkan dari sisi
investor pasar modal, sampai dengan Mei 2020, terdapat pertumbuhan
jumlah investor sebesar 13% menjadi 2,8 juta investor, yang terdiri dari
investor saham, reksa dana, dan obligasi, dibandingkan dari akhir tahun
lalu.

Dari sisi jumlah produk berbasis  Local Index,


pertumbuhan Exchange Traded Fund (ETF) yang eksponensial, membuat
Indonesia menduduki peringkat pertama di ASEAN, seiring dengan
pertumbuhannya yang signifikan sejak 2018. Pada Juni 2020, telah
dicatatkan 2 produk ETF baru di Bursa, sehingga sampai dengan saat ini,
telah terdapat 45 ETF tercatat, 22 Manajer Investasi Penerbit ETF, dan 7
Dealer Partisipan ETF di Pasar Modal Indonesia. Nilai transaksi ETF
secara keseluruhan juga terus menunjukkan peningkatan yang signifikan
pada beberapa tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
55% sejak 2016 sampai dengan 2019. Meskipun mengalami penurunan di
Maret 2020 akibat Pandemi COVID-19, rata-rata transaksi harian ETF
terus meningkat sampai dengan Februari 2020 yang dicatatkan sebesar
Rp130,82 miliar/hari.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan, ada tiga perusahaan


calon emiten yang menunda pelaksanaan pencatatan perdana saham
alias initial public offering (IPO). Penundaan tersebut disebabkan fluktuasi
pasar saham saat ini karena pandemi virus corona. Tiga perusahaan yang
menyampaikan penundaan tersebut, merupakan bagian dari 18
perusahaan yang masuk dalam pipeline IPO Bursa.

Secara total, sudah ada 26 perusahaan yang melantai di pasar modal


tahun ini. Total jumlah tersebut diklaimnya menjadi yang tertinggi di Asia
Tenggara. Di bursa Malaysia baru ada tujuh perusahaan IPO sejak awal
tahun, Thailand baru ada dua IPO, di bursa Singapura baru tiga, dan
Filipina baru satu

Bahkan, IPO di Indonesia tetap dilakukan meski sudah


diperketatnya aktivitas untuk menghambat penyebaran virus corona.
Biasanya, IPO dilakukan dengan seremonial saat pembukaan
perdagangan, namun tercatat sudah ada delapan perusahaan yang IPO
tanpa seremonial sejak 31 Maret 2020.

Minat perusahaan untuk IPO tidak surut karena merupakan salah


satu cara perusahaan mencari pendanaan di tengah kondisi ini untuk
melakukan pengembangan usaha. Apa lagi, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) juga memberikan beberapa relaksasi terkait dengan perpanjangan
waktu pelaporan kinerja keuangan perusahaan.
Upaya Pemerintah Memperkuat Perekonomian Indonesia Selama Pandemi
Covid 19

Virus corona yang menyebabkan Covid-19 mewabah di Indonesia .


Kondisi ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Tak sedikit pihak yang
ragu pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai target 5 persen jika
wabah Covid-19 tak kunjung mereda. Oleh karena itu, berbagai macam
cara dilakukan pemerintah untuk menjaga perekonomian nasional. Mulai
dari menjaga daya beli hingga menjaga ketersediaan pangan. Berikut
beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga perekonomian
Indonesia di tengah wabah Covid-19. 

Bantuan langsung tunai ( BLT)

Sekretaris Kementerian Koordinator (Sesemenko) Perekonomian,


Susiwijono mengatakan, pemerintah berencana memberikan BLT untuk
menjaga daya beli masyarakat di tengah pandemi Covid-19. BLT
rencananya tidak hanya diberikan pada masyarakat miskin tetapi juga
untuk masyarakat yang merasakan dampak Covid-19.

Seperti kita ketahui wabah Covid-19 ini yang paling terdampak


adalah masyarakat perkotaan. Karena itu dengan disiapkannya bentuk
bantuan sosial melalui BLT yang berguna untuk meningkatkan daya beli
kelompok terdampak

BLT tersebut akan diberikan pada pekerja sektor informal, antara


lain pengusaha warung, pedagang kecil serta pengemudi transportasi
online.Pemerintah sudah mulai meminta data calon penerima bantuan dari
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, asosiasi perdagangan hingga pihak
Gojek dan Grab. Ia menambahkan, para pekerja harian di pusat
perbelanjaan juga akan mendapat bantuan. "Kita akan data para pekerja
informal harian untuk mendapatkan bantuan langsung tunai dalam rangka
meningkatkan daya beli. Jadi itu yang pertama program stimulus lanjutan
dalam konteks peningkatan daya beli.

Terbitkan surat utang untuk biayai dunia usaha

Pemerintah bakal menerbitkan obligasi baru sebagai salah satu


langkah untuk menginjeksi likuditas dan aliran modal ke dunia usaha.
Obligasi pemerintah yang bakal diberi nama Recovery Bond tersebut
nantinya bakal dibeli Bank Indonesia (BI) atau pihak swasta yang mampu. 
Penangguhan Cicilan hingga Relaksasi Pajak Dana yang terkumpul dari
surat utang dalam rupiah itu akan dipegang oleh pemerintah dan
disalurkan ke dunia usaha melalui kredit khusus yang dibuat semurah
mungkin. Untuk mengurangi PHK, pemerintah ingin menjaga perusahaan,
dunia usaha yang membutuhkan cashflow, likuiditas keuangan. Karena itu
pemerintah menjajagi akan mengeluarkan bond baru, menyiapkan,
namanya kira-kira Recovery Bond, surat utang pemerintah dalam rupiah

Namun demikian, untuk pengusaha bisa mendapatkan kredit


khusus dari pembiayaan yang diperoleh pemerintah melalui Recovery
Bond harus memenuhi beberapa persyaratan khusus. Pertama,
pengusaha yang bersangkutan tidak boleh melakukan PHK. kedua, boleh
melakukan PHK namun harus mempertahankan 90 persen karyawan
dengan gaji tetap tidak boleh berubah dari nominal sebelumnya. Dana
tersebut nanti akan dipegang oleh pemerintah dan disalurkan ke dunia
usaha melalui kredit khusus dan dibikin seringan mungkin sehingga
pengusaha mendapatkan kredit khusus dan membangkitkan kembali
usahanya.

Untuk bisa menerbitkan surat utang tersebut, pemerintah melalui


Kementerian Keuangan bakal menerbitkan peraturan perundang-
undangan (Perppu) khusus. Sebab, saat ini ada keterbatasan pembelian
surat utang oleh BI. Otoritas moneter tersebut hanya bisa membeli surat
utang dari pasar sekunder. Pemerintah akan mengeluarkan Perppu dari
Kementerian Keuangan sudah menyelesaikan Perppu yang jadi dasar
recovery bond.

Jaga ketersediaan bahan pokok

Pemerintah juga berkomitmen menjaga 11 komoditas ketersediaan


bahan pangan untuk masyarakat Indonesia saat wabah Covid-19.
Penjagaan ketersediaan pangan tersebut dilakukan melalui empat aspek
yakni ketersediaan atau stok, pasokan, distribusi, dan stabilitas harga.
Dari sisi ketersediaan, pemerintah rutin melakukan rapat beberapa kali
dalam seminggu untuk memantau stok kebutuhan masyarakat.

Setiap hari telah dilakukan monitoring di tim teknis di tingkat


eselon 1 di mana dilakukan pengecekan mulai dari stok per hari ini
kemudian bagaimana beberapa komoditi yang harus kita impor dan
realisasi impornya.

Kemudian, untuk menjaga pasokan, pemerintah melakukan


koordinasi usaha sehingga pasokan bisa terus terjaga. Pasokan ini
melibatkan sekian banyak sektor dunia usaha. Karena itu pemerintah
secara rutin membahas dengan berbagai asosiasi usaha termasuk yang
utamanya yang di sektor retail.

Terkait penjagaan pangan pada aspek distribusi, pemerintah juga


berkoordinasi dengan pemerintah daerah serta asosiasi usaha.
Sedangkan untuk penjagaan dari segi stabilitas harga, pemerintah
melakukan beberapa kebijakan cepat.

Pemerintah, juga menjamin ketersediaan bahan pangan pokok di


tengah wabah Covid-19 tetap aman. Jadi untuk pasokan bahan pangan
ini, arahan bapak presiden kita diminta menjaga ketersediaan bahan
pangan pokok. Pemerintah menjamin stok aman, pasokan lancar, harga
stabil dan terjangkau oleh masyarakat.

Stimulus

Pemerintahan Presiden Jokowi-Ma'ruf Amin sejatinya sudah


mengeluarkan beberapa paket kebijakan atau stimulus ekonomi demi
menangkal dampak lanjutan Virus Corona ke ekonomi nasional. Mulai
dari Stimulus Ekonomi Jilid I dan II. Khusus di Jilid II, stimulus yang
diberikan antara lain, relaksasi pajak penghasilan (PPh) pasal 21, 22, 25
dan restistusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dipercepat.

Relaksasi pertama, pemerintah menanggung Pajak Penghasilan


(PPh) pasal 21 untuk seluruh karyawan industri manufaktur pengolahan.
Dengan penghasilan mencapai sampai Rp 200 juta per tahun, baik
industri yang berlokasi di Kawasan Industri Tujuan Ekspor (KITE) maupun
non KITE. Pemerintah menanggung PPh pasal 21 ini selama 6 bulan,
mulai bulan April hingga September 2020.

Kedua, relaksasi PPh pasal 22 Impor untuk 19 industri manufaktur


yang diberikan selama 6 bulan dari bulan April-September 2020 baik
untuk industri manufaktur di wilayah KITE maupun non KITE. Menurut
Menteri Keuangan Sri Mulyani, kebijakan ini ditempuh sebagai upaya
memberikan ruang cashflow bagi industri sebagai kompensasi switching
cost atau biaya sehubungan perubahan negara asal impor

Ketiga, pemerintah memberi penundaan PPh Pasal 25 untuk


korporasi baik yang berlokasi di KITE maupun non KITE selama 6 bulan
mulai April hingga September.

Keempat, pemerintah membuat restitusi pajak pertambahan nilai


(PPN) dipercepat bahkan tanpa audit awal. Namun, jika terdapat suatu hal
yang perlu diperiksa, maka akan diperiksa lebih lanjut. Pemerintah akan
memberikan fasilitas ini selama 6 bulan dari April hingga September 2020.

Belum puas, sejumlah analis menyarankan pemerintah untuk


kembali mengeluarkan stimulus fiskal lanjutan demi menggairahkan pasar
modal Indonesia dan tentu saja Rupiah.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji sebelumnya


berharap paket kebijakan stimulus II yang bisa memperbaiki kinerja
IHSG. "Stimulus jilid II ini bisa mampu nggak mengembalikan IHSG ke
level 5.000 dulu. Berdasarkan analisisnya, IHSG bisa menguat di level
5.600 secara bertahap dalam waktu jangka panjang. Syaratnya, jika
situasi perkembangan global membaik. Nafan menuturkan, hampir seluruh
bursa di kawasan Asia dan Eropa melemah dalam sehingga memberikan
efek domino negatif bagi pergerakan indeks.

Tak heran, para pelaku pasar saat ini menantikan gebrakan


pemerintah dalam rangka mengeluarkan berbagai
stimulus demi membantu perekonomian nasional, seperti pada Rupiah
yang nilai tukarnya terus merosot.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.liputan6.com/bisnis/read/4205445/headline-bursa-
saham-dan-rupiah-terempas-virus-corona-apa-skenario-indonesia-
untuk-bangkit
2. https://nasional.kompas.com/read/2020/03/27/06263281/upaya-
pemerintah-lawan-pelemahan-ekonomi-berikan-blt-hingga-
kucurkan-rp-1582?page=all
3. https://www.vibiznews.com/2020/06/26/kinerja-bursa-efek-
indonesia-positif-ditengah-masa-pandemi-corona/
4. https://katadata.co.id/happyfajrian/finansial/5ea2e90645195/
dampak-pandemi-corona-ke-bursa-saham-tiga-perusahaan-tunda-
ipo
5. https://www.kompasiana.com/imransahelta/
5ec69614d541df1731263fa2/dampak-covid-19-terhadap-anjloknya-
ihsg-di-pasar-modal
6. https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5efd7ca3826ec/
pandemi-covid-19-dan-pengaruhnya-terhadap-industri-pasar-
modal/
7. https://www.inews.id/finance/keuangan/bei-sebut-pandemi-covid-
19-buat-perdagangan-bursa-menurun

Anda mungkin juga menyukai