Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HUKUM PENANAMAN MODAL Nama : Tilana Yusi Hasna

NPM : 17100087

Kondisi saat ini dimana pandemi virus COVID-19 di dunia masih merebak dan ada tanda-tanda
berakhir, pasti akan berpengaruh pada aktivitas investasi di suatu negara. Apakah berarti
investasi berhenti?

Ambil contoh di negara Indonesia sendiri. Berdasarkan pemberitaan dari beberapa artikel di
internet, sedikit contoh keadaan investasi di Indonesia pada masa pandemi COVID-19 saat ini
adalah sebagai berikut:

a. Nissan Akhirnya Resmi Mengumumkan Penutupan Pabrik di Indonesia


Penutupan pabrik Nissan Purwakarta merupakan bagian dari pengurangan kapasitas
produksi global sebanyak 20 persen, menjadi 5,4 juta unit setahun. Selain Indonesia,
mereka juga berencana menutup fasilitas perakitan mobil untuk kawasan Eropa Barat yang
terletak di Barcelona, Spanyol. Volume produksi di pabrik Amerika Utara pun diperkecil.
Pabrik itu hanya akan merakit model-model yang mereka anggap vital. Korporasi berniat
mereduksi biaya operasional tetap (fixed cost), lini produk global, dan pengeluaran.
Prioritas maupun investasi mereka dipusatkan di pasar serta segmen kendaraan yang
diekspektasikan menghasilkan pemulihan bisnis yang solid serta pertumbuhan
berkelanjutan.
b. Airy Rooms Resmi Berhenti Beroperasi Akhir Mei 2020
PT Airy Nest Indonesia, perusahaan dengan merek dagang Airy Rooms, memutuskan
untuk menghentikan semua kegiatan operasionalnya, termasuk kemitraan dengan mitra
properti di Indonesia, pada 31 Mei 2020. Setelah tanggal tersebut, segala jenis transaksi
pembelian serta pemesanan akomodasi dan tiket pesawat tidak dapat dilakukan lagi melalui
platform Airy (situs www.airyrooms.com dan aplikasi Airy) serta Online Travel Agent
(OTA) yang bermitra dengan Airy. Chief Executive Officer (CEO) Airy Rooms Indonesia,
Louis Alfonso Kodoatie, mengatakan, penghentian semua kegiatan operasional Airy
merupakan keputusan yang sulit, namun terpaksa diambil oleh manajemen. Keputusan
tersebut diambil dengan mempertimbangkan banyak hal, termasuk kondisi pasar yang
nyaris tumbang akibat pandemi COVID-19 serta tantangan ekonomi yang sangat berat.
Pandemi COVID-19 telah menjadi isu besar bagi hampir seluruh industri, terutama sektor
pariwisata, termasuk Airy sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di sektor ini.
c. 40 Persen UMKM Diperkirakan akan Berhenti Beroperasi Akibat Corona
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan,
berdasarkan hasil survei tercatat 40 persen Usaha Mikro Kecil (UMK) dan UKM akan
terhenti karena dampak COVID-19. Di bulan April 2020 survei mengatakan 43 persen
UMKM akan berhenti beroperasi. Lalu ada survei dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis di
Universitas Padjadjaran datanya hampir sama 47 persen UMKM di Jawa Barat sudah
berhenti. Kalau dirata-ratakan dengan survei lain yakni 40 persen UMKM yang akan
berhenti. Menurutnya, ini berbeda dengan kondisi saat tahun 1998, di mana saat itu UMKM
masih bisa bertahan. Sedangkan dengan adanya pandemi COVID-19 ini UMKM sangat
terdampak, apalagi 98 persen UMKM terdiri dari mikro dan ultra mikro sehingga
kemungkinan besar akan berhenti beroperasi. Yang nampak berbeda dengan tahun 1998,
ada dua sisi yang terdampak, yakni sisi supply dan demand, walaupun sisi konsumsi sudah
disampaikan oleh Sri Mulyani turun tinggal 2,7 persen, dan investasi juga tinggal 1,7
persen. Oleh karena itu, apabila ekonomi Indonesia ingin cepat pulih maka yang paling
tepat adalah mendorong dan membantu sektor UMKM, karena mayoritas pelaku usaha di
Indonesia itu diserap oleh UMKM sebesar 97 persen, begitupun UMKM juga
menyumbang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 60 persen.

Dapat dikatakan ada beberapa investasi yang tetap berjalan, misalnya yang menjadi prioritas
investasi saat ini, yaitu manufaktur dan alat kesehatan dan investasi yang terhenti seperti contoh
di atas. Selain itu, ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi investasi di Indonesia, yaitu sebagai
berikut:

a. Faktor Kestabilan Politik


Aspek kestabilan politik sangat diperhitungkan bagi investor asing sebelum datang ke suatu
negara. Investor asing akan mencermati kestabilan politik suatu negara sebagai iklim yang
kondusif untuk usaha-usaha penanaman modal asing. Konflik vertikal (antar elit politik)
maupun konflik horizontal (konflik antarkelompok masyarakat) seharusnya tidak terjadi
dalam usaha-usaha penanaman modal asing di sebuah negara.
Namun yang terjadi pada Indonesia saat ini adalah ketidakpercayaan masyarakat
terhadap pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19. Pertama, para pakar dan
pihak berwenang kurang dipercaya. Masyarakat yang marah, kecewa, khawatir, cenderung
tidak mempercayai pembawa pesan informasi. Bentuk ketidakpercayaan masyarakat
terhadap pemerintah adalah banyaknya rakyat Indonesia menyalahkan pemerintah atas
keterlambatan respons terhadap wabah. Juga adanya kesangsian terhadap data jumlah
kasus yang disampaikan pemerintah dari hari ke hari, sehingga banyak yang menuntut
transparansi data. Tapi ketidakpercayaan ini tidak hanya datang dari masyarakat ke
pemerintah atau pakar. Pemerintah pun dapat menunjukkan adanya rasa tidak percaya
kepada pakar, begitu pula sebaliknya. Perselisihan-perselisihan antara pemerintah dan
pakar tidak perlu dan tidak layak dipertontonkan. Komunikasi dan kerja samalah yang
mestinya ditingkatkan. Kedua, pusat perbelanjaan yang mulai ramai padahal angka
kematian akibat virus COVID-19 masih tinggi. Warga kini seolah tak lagi peduli dengan
upaya pembatasan untuk menekan penyebaran virus COVID-19. Pasar-pasar kembali
ramai, jalanan kembali macet. Pemerintah mulai bersiap menghadapi kehidupan baru
dengan menata perekonomian yang terpuruk. Hal ini bisa jadi dipertimbangkan oleh para
investor asing yang hendak menanamkan modalnya di Indonesia.
b. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi sangat menentukan bagi keinginan investor ke suatu negara untuk
menanamkan modalnya, kesempatan ekonomi bagi investor seperti ketersediaan sumber
daya alam merupakan daya tarik ekonomi yang kuat. Namun daya tarik ekonomi juga
berkaitan dengan faktor politik, karena apabila keadaan politik nasional kondusif, maka
kinerja perekonomian suatu negara juga kondusif, karenanya faktor ekonomi dan politik
saling mempengaruhi.
Pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia banyak mempengaruhi
perekonomian dalam negeri. Salah satunya adalah adanya penundaan pada investasi hingga
1 (satu) tahun lamannya. Misalnya, itu ada penundaan akibat dari COVID-19, sehingga ada
yang tertunda 4-6 (empat sampai dengan enam) bulan, ada yang tertunda sampai 1 (satu)
tahun.
Selain itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan
strateginya untuk menjaring investasi di tengah adanya pandemi COVID-19 dengan fokus
menjaring investasi untuk melakukan hilirisasi sumber daya. Menurutnya, hilirisasi saat ini
sangat penting. Pasalnya, proyek hilirisasi ini dapat menyerap tenaga kerja yang besar
sehingga mampu menggenjot pendapatan masyarakat. Tak peduli besar atau kecil nominal
sebuah investasi. Menurutnya yang paling penting adalah investasi itu dapat membantu
program hilirisasi di Indonesia, sehingga bisa membantu menciptakan lapangan kerja.
Pasalnya, gelombang PHK telah terjadi dan banyak tenaga kerja yang menganggur.
Separuh lebih kegiatan ekonomi di Indonesia adalah dari konsumsi dalam negeri.
Apabila mau meningkatkan konsumsi, maka masyarakat harus memiliki pendapatan dan
pekerjaan. 58% ekonomi Indonesia didorong oleh konsumsi. Konsumsi harus ada daya
beli, daya beli didapatkan kalau ada pendapatan. Sekarang untuk dapatkan pendapatan
maka dibutuhkan lapangan pekerjaan.
c. Faktor Hukum
Aspek yuridis juga merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan
investor asing yang ingin menanamkan modalnya pada suatu negara. Berbagai ketentuan
hukum yang dirasakan terkait dengan investasi perlu diwujudkan dan disesuaikan dengan
kebutuhan iklim investasi. Permasalahan hukum yang utama adalah dibutuhkan pengaturan
mengenai perlindungan hukum bagi para investor asing. Sistem hukum ini haruslah mampu
menciptakan keadilan, kepastian, dan efisiensi.
Penyebaran pandemi COVID-19 di sejumlah negara berdampak pada keterbatasan
mobilitas warga dunia untuk menuju ke negara tertentu atau kembali ke negara asal, hal ini
terkendala pada ketersediaan/ketentuan alat angkut dan kebijakan peraturan keimigrasian.
Terkait hal tersebut telah diterbitkan Permenkumham No. 11 Tahun 2020 tentang
Pelarangan Sementara WNA Masuk Wilayah RI yang berlaku sejak tanggal 2 April 2020
hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Peraturan tersebut secara umum membatasi masuknya WNA ke Wilayah Indonesia
dengan tetap tersedia pengecualian untuk hal-hal yang sifatnya darurat dan strategis
nasional seperti keperluan medis dan diplomatic, serta WNA yang telah memiliki Izin
Tinggal sebelumnya dengan ketentuan memenuhi dokumen persyaratan standar protokol
kesehatan yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk WNA yang telah terlanjur berada di
wilayah Indonesia diberikan kemudahan Izin Tinggal dalam Keadaan Terpaksa secara
otomatis dan tidak perlu bermohon ke Kantor Imigrasi langsung.
Pengawasan terkait keberadaan dan kegiatan WNA tentunya tidak hanya
dimaksudkan berkaitan dengan potensi kerawanan pelanggaran hukum akan tetapi juga
sekaligus sebagai bentuk perlindungan hukum atas hak-hak WNA untuk tinggal dan
berkegiatan sesuai batasan-batasan yang telah dijamin oleh Undang Undang.

Sumber-sumber:
1. https://www.mobil123.com/berita/nissan-berhenti-bikin-mobil-di-indonesia-pabrik-
purwakarta-ditutup/59538
2. https://industri.kontan.co.id/news/resmi-berhenti-beroperasi-akhir-mei-2020-begini-
pernyataan-ceo-airy-rooms
3. https://www.merdeka.com/uang/40-persen-umkm-diperkirakan-akan-berhenti-beroperasi-
akibat-corona.html
4. https://news.detik.com/kolom/d-4997263/pandemi-komunikasi-risiko-dan-kepercayaan-
publik
5. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5015623/nilai-investasi-tak-lagi-
prioritas-buat-ri-di-masa-sulit-corona
6. https://fajar.co.id/2020/05/30/pengawasan-wna-di-masa-pandemi-optimalisasi-peran-tim-
pora/

Anda mungkin juga menyukai