Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MENATA DAN MENATAP FOREIGN DIRECT INVESTMENT DI MASA


PANDEMI COVID-19

Oleh:

NAMA (NIM)

PRODI
FAKULTAS
NAMA KAMPUS
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 telah menggemparkan dunia hampir dua tahun lamanya. Termasuk

Indonesia, per tanggal 4 Oktober 2021 kasus aktif positif covid-19 mencapai 31.054 jiwa dan telah

memakan korban jiwa total sebanyak 142.261 jiwa (Kemenkes, 2021). Beragam upaya pada segala

sektor telah diupayakan oleh pemerintah dalam menangani pandemi covid-19. Upaya pemerintah

pada sektor kesehatan adalah untuk menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat

(PPKM), melakukan vaksinasi secara massif, membentuk satuan tugas (satgas) covid yang

menangani pasien covid pada tiap daerah dan mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan pada

setiap intansi yang mengadakan kegiatan tatap muka. Pada sektor ekonomi, sejak tahun berbagai

macam kebijakan sudah diambil oleh Pemerintah Indonesia untuk mengatasi dampak sosial

ekonomi akibat pandemi Covid-19, diantaranya adalah realokasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) yang diarahkan sepenuhnya untuk keperluan pandemi. Termasuk upaya

lainnya adalah ajakan Kemenko Perekonomian (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian)

dalam mengajak pelaku dunia usaha untuk meningkatkan investasi dan mendorong pertumbuhan

ekonomi. Ajakan tersebut sesuai dengan Siaran Pers HM.4.6/50/SET.M.EKON.3/03/2021 yang

dikeluarkan pada 25 Maret 2021 di Jakarta. Pada siaran pers tersebut menyebutkan bahwa kerja

sama ekonomi internasional juga dilakukan melalui RCEP (Regional Comprehensive Economic

Partnership) dengan tujuan untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan Foreign Direct

Investment (FDI) (Kemenko Perekonomian, 2021).

Foreign Direct Investment (FDI) merupakan penanaman modal asing yang dilakukan

secara langsung. FDI merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam

1
masa pandemi. ARCIPS atau Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies

menyatakan bahwa disaat masa pandemi Covid-19 seperti ini, pemerintah harus tetap memastikan

tumbuhnya ekonomi agar terjaganya sirkulasi iklim investasi agar tetap stabil (Utami, 2020). Sejak

lama, Pemerintah Indonesia menyadari bahwa investasi merupakan faktor penting dalam

perkembangan ekonomi. Oleh karenanya, Pemerintah Indonesia dengan gencar-gencarnya

memperbaiki dan mengevaluasi prosedur investasi agar dapat menstimulasikan situasi investasi

yang lebih baik. Undang-Undang yang mengatur terkait dengan hal tersebut yaitu Undang-Undang

(UU) Penanam Modal no 25. Tahun 2007 dan UU tentang penanaman modal asing yaitu UU no.

1 tahun 1967 (Hemanona & Suharyono, 2017).

Dalam sepuluh tahun terakhir, kinerja FDI milik Indonesia mengalami peningkatan.

Namun hal tersebut masih tertinggal dibandingkan dengan capaian negara tetangga seperti

Filipina, Malaysia, Vietnam dan Kamboja (Sirait & Risandi, 2020). Beberapa hambatan yang

membuat Indonesia menjadi tertinggal dengan negara tetangga adalah beberapa faktor berupa

investasi yang masih dihadapi oleh investor seperti regulasi yang terkadang rumit, masalah Sumber

Daya Manusia (SDM) atau ketanakerjaan dan permasalahan lahan. Lantas apa yang harus

dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mengejar ketertinggalan tersebut? Terlebih di masa

pandemi covid-19 seperti ini pemerintah juga didesak agar tetap memulihkan kondisi

perekonomian masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pada tulisan ini, akan dibahas mengenai

kebijakan dan langkah FDI di masa Pandemi Covid-19.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan FDI Indonesia

Sebelum pandemi Covid-19, selama 10 tahun terakhir, nilai FDI Indonesia mengalami

perkembangan yang cukup baik (Sirait & Risandi, 2020). Sejak periode 2010 hingga 2019 nilai

FDI cenderung mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar

10 persen dari tahun sebelumnya atau sekitar 43,9 triliun. Gambar 1 berikut merupakan grafik

perkembangan nilai FDI selama 10 tahun terakhir atau selama sebelum masa pandemi covid-19.

Gambar 1 Perkembangan FDI Indonesia


Sumber: (Tempo.co, CNBC Indonesia, 2019)

Sumber FDI terbesar di Indonesia berasal dari negara Singapura (US$64,7 miliar), Jepang

(US$34,6 miliar), dan Tiongkok (US$13,2 miliar). Sektor indsutri pengolahan merupakan sektor

pnempatan terbesar dalam FDI di Indonesia, kemudian disusul dengan sektor jasa dan sektor

pertambangan. Dengan demikian, artinya sektor industri pengolahan atau sektor manufaktur

3
menjadi favorit bagi para investor asing. Pemerintah harus berupaya untuk memaksimalkan

kembali pada sektor-sektor lainnya yang menjadi keunggulan Indonesia.

Pada tahun 2020, kinerja FDI mengalami cukup tekanan yang besar. Tentu hal tersebut

disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang menyebar hampir di seluruh penjuru dunia. Regulasi-

regulasi maupun kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia maupun

Internasional membuat beberapa sektor tidak dapat berkembang dengan baik. Hal tersebut

disebabkan karena anggaran yang semulanya digunakan untuk berbagai sektor, dialihkan untuk

kepentingan kesehatan dan mengurangi penyebaran wabah covid-19. Berdasarkan laporan Badan

Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM, realisasi investasi pada periode triwulan IV tahun 2020

FDI atau Penanaman Modal Asing berkontribusi sebesar 111,1 triliun rupiah atau sebesar 51,7%

(BKPM, 2021). Klaim dari BKPM, capaian tersebut membuat berhasil terciptanya lapangan kerja

bagi 294.780 Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

B. Undang-undang yang mengatur FDI

Kebijakan pemerintah dalam rangka penanaman modal di Indoensia, didasarkan pada UU

No. 25 tahun 2007, yang memberikan dua kategori penanaman modal yaitu penanaman modal

dalam negeri dan penanaman modal asing atau FDI (Husnulwati & Yanuarsi, 2021). Kebijakan

maupun regulasi mengenai FDI atau penanaman modal asing telah diatur sejak lama. Pada pasal 1

UU No. 1 Tahun 1967, menjelaskan mengenai pengertian penanaman modal asing secara

langsung. UU tersebut dijadikan pedoman karena terdapat ketentuan-ketentuan dalam

menjalankan perusahaan di Indonesia. UU No. 11 tahun 1970 tentang Penanam Modal Asing juga

4
menyatakan yang berarti bahwa pemilik modal secara langsung, bertanggung jawab atas risiko

dari penanaman modal tersebut (Hemanona & Suharyono, 2017).

Setelah sekian lama, Pemerintah mengeluarkan UU no. 25 tahun 2007, dimana menurut

pasal 5 ayat (2) UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, mengisyaratkan bahwa FDI

wajib dilakukan dalm bentuk pembuatan Perseroan Terbatas atau PT. Sedangkan terkait modal

juga dibahas pada pasal 10 ayat (2) UU No. 25 tahun 2007 (Kemenkunham, 2007). Dalam

beradaptasi mengikuti perkembangan teknologi, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan

Pemerintah No. 24/2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

melalui Online Single Submission (OSS). Dimana OSS bertujuan untuk memberikan cukup

kemudahan dalam prosedur perizinan kepada pemerintah maupun investor. Terbaru, Omnibus Law

Cipta Kerja diharapkan dapat mendukung kalangan bisnis dan masayarakat yang terkena dampak

Covid-19 dalam rangka berinvestasi.

C. Hambatan FDI Selama Pandemi Covid

Angka index FDI Indonesia berada di kisaran 1,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

PDB merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh semua pelaku

unit ekonomi atau seluruh jumlah nilai yang dihasilkan oleh semua unit usaha dalam sebuah negara

(Idris, 2021). Angka 1,9% tergolong kecil jika dibandingkan dengan Filipina (2,6%), Malaysia

(3,5%), Vietnam (5,9%) dan Kamboja (11,18%). Hal tersebut disebabkan karena hambatan

investor asing yang hendak menanamkan modalnya di Indonesia. Regulasi cukup menajdi

penghambat yang cukup besar dalam masuknya FDI ke Indonesia, sejalan dengan prosedur

perizinan dalam negeri yang cukup berbelit dan menyusahkan, sehingga membuat investor asing

5
mengurungkan niatnya untuk menanam modal di Indonesia. Koordinasi dan penyelarasan terkait

perizinan pemerintah antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang sering tidak sejalan dan

tidak serasi menambah hambatan pada penenaman modal asing (Basith & Laoli, 2019).

RUU Cipta Kerja yang diharapkan menjadi solusi dari berbelitnya prosedur perizinan bagi

investor asing di Indonesia juga hingga saat ini belum terlihat dampak signifikannya. Terlebih, PP

No. 24/2018 yang mengatur tentang OSS, dalam pelaksanaan di lapangan, OSS belum mampu

menyediakan secara lengkap jenis usaha dan perizinan yang ada di Indonesia. Sistem OSS juga

belum sepenuhnya terintegrasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Selain itu, tidak

dapat dipungkiri, dengan adanya PPKM membuat aktivitas perdagangan terdampak dengan nilai

kerugian yang cukup banyak. Kegiatan ini mencakup semua aktivitas bisnis yang berkaitan dengan

pasokan bahan material baik ekspor maupun impor dan penanaman modal asing atau FDI.

Menurut BKPM, terdapat lima kendala utama yang paling sering dihadapi oleh para

investor dalam berinvestasi di Indonesia. Kelima kendala tersebut adalah sebagai berikut (Meilani,

2019):

1. Regulasi atau prosedur perizinan yang berbelit

2. Akuisisi lahan yang sulit dilakukan

3. Infrastruktur publik yang belum merata

4. Pajak dan insentif non-fiksal lain yang tidak mendukung investasi

5. Sumber Daya Manusia atau tenaga kerja yang kurang memadai

Alasan lain mengapa pihak investor asing lebih memilih menanam modal di negara lain

adalah di negara lain seperti Vietnam, biaya tenaga kerja, swa kantor dan pajaknya lebih murah

dibandingkan dengan di Indonesia.

6
D. Menata FDI untuk masa yang akan datang

Melihat dampak yang berkelanjutan, FDI memiliki pengaruh yang cukup banyak bagi

Indonesia. Pengaruh FDI terhadap Pajak di Indonesia, pemerintah melakukan optimalisasi kembali

terhadap fungsi penerimaan pajak. Salah satunya dengan menempuh cara intensifikasi, yaitu

peningkatan intensitas pungutan pada sebuah subjek dan objek pajak yang potensial, namun belum

terlaksana atau terjaring pembayaran pajaknya Upaya yang dapat dilakukan untuk melaksanakan

intensifikasi adalah sebagai berikut (Hemanona & Suharyono, 2017):

1. Penyempurnaan administrasi pada sector perpajakan

2. Meningkatkan kualitas mutu pegawai dan pelayanan fasilitas publik

3. Penyempurnaan undang-undang perpajakan yang sudah ada

Sedangkan FDI juga memiliki pengaruh terhadap SDM atau ketenagakerjaan, dimana

makin besar modal yang digunakan dalam sbuah perusahaan akan berpengaruh terhadap jumlah

produksi yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Jadi, tingkat penggunaan bahan baku untuk

produksi akna semakin banyak pula. Apabila bahan baku makin banyak, maka tenaga kerja atau

SDM yang diminta akan selalu bertambah seiring dengan kenaikan jumlah nilai produksinya.

BKPM selaku badan yang paling beranggungjawab mengenai penanaman modal di

Indonesia sudah menyiapkan beberapa strategi untuk menjaga investasi di tengah-tengah masa

pandemic covid-19. Terdapat setidaknya empat buah strategi yang telah direncanakan BKPM

dalam mengembangkan FDI di Indonesia, yaitu (BPKM, 2020):

1. Menyediakan pelayanan maupun fasilitas bagi perusahaan existing yang sudah

beroperasi

7
2. Menyediakan pelayanan fasilitas potensi bagi perusahaan existing yang belum

tereksekusi.

3. Mecanangkan program kerja berupa investasi penanaman modal baru untuk menarik

investor baru

4. Memberikan insentif kepada perusahaan existing yang akan melakukan eskpansi.

Selain itu semua, Indonesia juga harus menarik minat negara-negara di Uni Eropa untuk

menanamkan modalnya di Indonesia. Sebelum pandemi Covid-19, negara-negara di Uni Eropa

sudah menetapkan sebuah kebijakan FDI Screening Regulations. Dimana kbijakan tersebut

memiliki tujuan untuk melindungi hak dan kepentingan investor sekaligus mennyeleksi investor

yang bermintra dengan negara-negara Uni Eropa. Pada intinya peraturan tersebut bertujuan untuk

menyeleksi investor dari negara yang akan menempatkan dananya di Uni Eropa (Handrito, 2020).

Di masa pandemic covid-19 ini, belum ada larangan maupun pembatasan bagi investor Uni Eropa

untuk menempatkan dananya di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu menarik minat

negara-negara Uni Eropa untuk menanamkan modal di Indonesia sehingga index FDI Indonesia

kembali mengalami perkembangan.

Hingga kini, bidang usaha pertanian dan pengolahan pangan menjadi priotitas dan favorit

bagi negara-negara Uni Eropa. Negara Uni Eropa mayoritas mendukung gerakan peduli

lingkungan, kesadatan para konsumen di negara Uni Eropa terhadap produk organik kian

meningkat, terutama pada produk pertanian dan pengolahan pangan. (European Parlement, 2017).

Sehingga, unit-unit usaha maupun Pemerintah Indonesia harus mampu mengembangkan sektor

pertanian dan pengolahan pangan yang ramah lingkungan agar dapat menarik perhatian dari

negara-negara Uni Eropa.

8
Akibat dari pandemic covid-19 yang belum kunjung usai, tantangan di masa selanjutnya

menjadi kian berat. Menurut World Investment Report 2020, FDI setelah masa pandemic covid-19

akan diprediksi mengalami penurunan sampai dengan 40 persen. Hal tersebut disebabkan karena

kebijakan penerapan lockdown yang diterapkan oleh berbagai negara mempengaruhi sisi

penawaran dan permintaan serta secara langsung berdampak negative terhadap proyeksi

pembangunan.

9
BAB III

KESIMPULAN

Indonesia merupakan negara berkembang yang masih berusaha meningkatkan dan

mengambangkan nilai Index FDI yang masuk ke Indonesia. Kedudukan index FDI Indonesia

masih tertinggal dengan negara tetangga seperti Filipina, Malaysia, Vietnam dan Kamboja.

Ketertinggalan tersebut diakibatkan oleh beberapa kendala dan hambatan di internal pemrintahan

Indonesia sendiri. Diantaranya adalah birokrasi atau prosedur perizinan penanaman modal yang

cukup sulit, kurangnya tenaga kerja / SDM yang memadahi, kurang terintegrasinya regulasi yang

dikeluarkan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan lain-lain. Oleh sebab itu,

Pemerintah Indonesia baik melalui BKPM maupun Kemenko Perekonomian harus merencanakan

dan melaksanakan strategi-strategi khusus untuk segera mendongkrak index FDI Indonesia.

Terlebih di masa pandemi Covid-19 ini, keadaan ekonomi Indonesia harus tetap berjalan

sebagaimana mestinya dan tetap berupaya untuk menekan angka penybaran virus Covid-19. Perlu

adanya kesinergian antara unit-unit usaha (perusahaan maupun pelaku usaha), pemerintah (BKPM

maupun Kemenko Perekonomian), dan masayarakat (selaku tenaga kerja atau SDM) dalam menata

FDI di Indonesia demi mendongkrak nilai index FDI Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai