Makalah
Dibuat untuk memenuhi tugas Perekonomian Indonesia
Disusun oleh:
Kelompok 1 – Kelas D
Anatapindika Fong : 31190391
Athalia Elsha Pinontoan : 32190172
Chyntia Susanto : 35190409
Helen Leonora : 32190268
Patrick Prajnananda Ruci : 30190499
Dalam mempelajari dan memahami perekonomian Indonesia, tidak dapat lepas dari investasi
atau penanaman modal, terutama investasi atau penanaman modal asing (PMA). Menurut
KBBI, investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek
untuk tujuan memperoleh keuntungan. Sedangkan menurut Pasal 1 Poin 1 UU No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal, penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Investasi atau penanaman modal
asing menurut Pasal 1 Poin 3 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah
kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
1
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi
sepanjang periode Juli – September (Triwulan III) Tahun 2020 yang mencapai Rp 209,0
triliun serta data realisasi investasi secara kumulatif sepanjang periode Januari – September
Tahun 2020 yang mencapai Rp 611,6 triliun.
Di tengah Pandemi COVID-19, kebiasaan normal baru yang telah diterapkan dalam dunia
kerja dan penanganan COVID-19 oleh pemerintah dalam kurun waktu 7 bulan telah mampu
mengembalikan kepercayaan investor untuk melakukan kegiatan investasi secara bertahap
pada triwulan ketiga. Realisasi investasi selama Triwulan III tahun 2020 mencapai Rp 209,0
triliun atau meningkat 8,9% dari Triwulan II tahun 2020 (Rp 191,9 triliun) dan juga
mengalami kenaikan sebesar 1,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (Rp 205,7
triliun). Berdasarkan capaian investasi tersebut, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) sebesar Rp 102,9 triliun atau 49,2% dari total capaian, sedangkan realisasi dari
Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 106,1 triliun atau 50,8 % dari total capaian.
Realisasi investasi PMA pada periode Triwulan III Tahun 2020 meningkat 1,0% jika
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 yaitu dari Rp 105,0 Triliun
menjadi Rp 106,1 triliun. Realisasi investasi PMA berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah:
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya (US$ 1,6 miliar);
Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi (US$ 1,0 miliar); Listrik, Gas, dan Air (US$ 0,9
miliar); Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (US$ 0,6 miliar); dan Industri Kimia
dan Farmasi (US$ 0,6 miliar). Apabila seluruh sektor industri digabung maka sektor ini
memberikan kontribusi sebesar US$ 3,7 miliar atau 49,7% dari total PMA. Realisasi investasi
PMA berdasarkan lokasi proyek (5 besar) adalah: Jawa Barat (US$ 1,3 miliar); Daerah
Khusus Ibukota Jakarta (US$ 0,9 miliar); Maluku Utara (US$ 0,8 miliar); Banten (US$ 0,6
miliar); dan Kepulauan Riau (US$ 0,5 miliar). Realisasi investasi PMA berdasarkan asal
negara (5 besar) adalah: Singapura (US$ 2,5 miliar); R.R. Tiongkok (US$ 1,1 miliar); Jepang
(US$ 0,9 miliar); Hongkong, RRT (US$ 0,7 miliar); dan Belanda (US$ 0,5 miliar).
Realisasi investasi Januari-September 2020 sebesar Rp 611,6 T meningkat 1,7% dari tahun
sebelumnya Januari-September 2019 (Rp 601,3 T). Namun jika dilihat dari realisasi PMA
turun atau terkontraksi 5,1% year on year (yoy) hingga triwulan III 2020. Hal ini sejalan
dengan kondisi ekonomi global yang melemah di tengah pandemi. Realisasi penanaman
modal asing (PMA) sepanjang Januari-September 2020 sebesar Rp 301,7 T, turun dibanding
realisasi di periode sama tahun 2019 senilai Rp 317,8 T. Namun pencapaian itu sudah setara
2
dengan 86,7% dari target akhir tahun 2020 senilai Rp 348,1 T. Angka proyeksi akhir tahun
itu diturunkan oleh BKPM dari target investasi asing yang semula Rp 377,5 T. Tidak lain,
dampak pandemi jadi alasan BKPM menurunkan target PMA.
Untuk realisasi investasi Januari-September 2020, lima besar realisasi investasi PMA
berdasarkan sektor usaha adalah: Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin, dan
Peralatannya (US$ 4,5 miliar); Listrik, Gas, dan Air (US$ 3,2 miliar); Transportasi, Gudang,
dan Telekomunikasi (US$ 2,4 miliar); Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran (US$
1,7 miliar); serta Industri Kimia dan Farmasi (US$ 1,5 miliar). Apabila seluruh sektor industri
digabung maka terlihat sektor ini memberikan konstribusi sebesar US$ 9,7 miliar atau 46,3%
dari total PMA. Lima besar realisasi investasi PMA berdasarkan lokasi proyek adalah: Jawa
Barat (US$ 3,5 miliar), DKI Jakarta (US$ 2,7 miliar); Maluku Utara (US$ 1,8 miliar); Banten
(US$ 1,4); dan Jawa Timur (US$ 1,3 miliar). Lima besar realisasi investasi PMA berdasarkan
asal negara adalah: Singapura (US$ 7,2 miliar), R.R Tiongkok (US$ 3,5 miliar); Hongkong,
RRT (US$ 2,5 miliar); Jepang (US$ 2,1 miliar); dan Korea Selatan (US$ 1,1 miliar).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan membahas tentang investasi asing di
Indonesia dan masalah-masalah terkait dengan judul makalah “Investasi Asing di Indonesia”.
1.3 Tujuan
3
1. Mengetahui yang dimaksud dengan investasi asing.
2. Mengetahui peran investasi asing untuk negara berkembang.
3. Mengetahui hak dan kewajiban investor asing di Indonesia.
4. Mengetahui alasan Indonesia membutuhkan investasi asing.
5. Mengetahui alasan investor asing berinvestasi di Indonesia.
6. Mengetahui dampak Omnibus Law terhadap investor asing.
7. Mengetahui tentang investasi asing di Indonesia pada masa pandemi COVID-19.
8. Mengetahui problematika investasi asing di Indonesia.
1.4 Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada
saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. Menurut KBBI,
investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk
tujuan memperoleh keuntungan. Menurut Pasal 1 Poin 1 UU No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia. Investasi atau penanaman modal asing menurut Pasal 1
Poin 3 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri.
Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menginvestasikan dana
pada sektor rill (tanah, emas, mesin atau bangunan) maupun asset finansial (deposito, saham
atau obligasi), merupakan aktifitas yang umum di lakukan. Menurut Jogiyanto, investasi
dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi
yang efesien selam periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Menurut Sukirno kegiatan
investasi yang dilakukan oleh masyarakat secara terus menerus akan meningkatkan kegiatan
ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan
investasi, yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat,
sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional
serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan
menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.
Pada dasarnya investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu investasi pada asset finansial dan
investasi pada asset rill. Investasi pada asset finansial dapat dibagi menjadi dua, yaitu
investasi langsung dan investasi tidak langsung.
5
a. Investasi langsung, yaitu dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat
diperjual belikan di pasar uang, pasar modal, atau pasar turunan. Investasi langsung juga
dapat dilakukak dengan membeli aktiva yang tidak diperjual belikan, biasanya diperoleh
dari bank komersial. Aktiva ini dapat berupa tabungan dan sertifikat deposito.
b. Investasi tidak langsung, yaitu dapat dilakukan dengan membeli surat berharga dari
perusahaan investasi, seperti reksadana.
Investasi syariah adalah sebuah investasi berbasis syariah yang menggunakan instrumen
Islam dalam pelaksanaannya. Ada beberapa jenis investasi berdasarkan jangka waktu, risiko
dan prosesnya. Hal-hal tersebut perlu di ketahui guna memastikan ketepatan antara alasan
dan cara melakukan investasi.
1) Investasi jangka pendek, yaitu investasi yang dilakukan tidak lebih dari 12 bulan.
2) Investasi jangka menengah, yaitu investasi yang memiliki rentang waktu antara 1
hingga 5 tahun.
b. Menurut Prosesnya
1) Investasi langsung, yaitu investasi yang dilakukan tanpa bantuan prantara. Dalam hal
ini investor langsung dapat membeli fortofolio investasi tersebut.
Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada tenaga kerja dan jumlah stok kapital
(Setyowati dan Fatimah, 2007). Nanga (2005), investasi (investment) dapat didefenisikan
sebagai tambahan bersih terhadap stok capital yang ada (net addition to existing capital
stock). Istilah lain dari investasi adalah pemupukan modal (capital formation) atau akumulasi
modal (capital accumulation). Dengan demikian didalam makroekonomi pengertian investasi
tidak sama dengan modal (capital).
Dalam makroekonomi, investasi memiliki arti yang lebih sempit, yang secara teknis berarti
arus pengeluaran yang menambah stok modal fisik. Investasi merupakan jumlah yang di
belanjakan sektor bisnis untuk menambah stok modal dalam periode tertentu. Sadono (2008),
faktor-faktor penting yang menentukan tingkat investasi adalah tingkat keuntungan yang
diramalkan akan diperoleh, suku bunga, ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan
datang, kemajuan teknologi, tingkat pendapan nasional dan perunahannya, dan keuntungan
yang diperoleh perusahaan. Mankiw (2003), investasi merupakan unsur PDB merupakan
unsur PDB yang paling sering berubah. Ada tiga bentuk pengeluaran investasi yaitu investasi
tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan. Dalam model pertumbuhan
endogen dikatakan bahwa hasil investasi akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu
negara semakin besar. Dengan diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik di bidang
sumber daya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif)
dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan
skala hasil. Meskipun teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun
model pertumbuhan Endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan
untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Implikasi yang
menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari investasi
komplementer (complementary investment) dalam modal atau sumber daya manusia, sarana
prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian. Mengingat investasi komplementer akan
menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk
7
memperbaiki efisiensi alokasi sumber daya domestik dengan cara menyediakan berbagai
macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam
industri padat teknologi dimana sumber daya manusia diakumulasikannya. Dengan demikian
model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan investasi
baik langsung maupun tidak langsung.
8
investasi dirumuskan sebagai pengorbanan peluang konsumsi saat ini, untuk memperoleh
manfaat di masa yang akan datang. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan. Kebutuhan yang dimaksud adalah pemenuhan kebutuhan hidup berupa barang dan
jasa bagi seseorang, sekelompok orang, bahkan negara di masa depan, serta keinginan adalah
perkembangan zaman yang menuntut setiap individu ataupun negara untuk meningkatkan
kualitas hidupnya (Noor, 2014:2-4).
Penanaman modal atau investasi memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi dan
merupakan salah satu sumber utama untuk mendapatkan dana bagi suatu negara. Menurut
Sukirno (2012:304) penanaman modal mempunyai kedudukan istimewa dalam
pembangunan, keyakinan ini didasarkan pada kesanggupan modal menciptakan faktor-faktor
lain yang penting artinya dalam pembangunan seperti administrasi pemerintah yang efisien,
modernisasi sektor industri, dan pengembangan sektor pertanian yang memerlukan tenaga
administratif, berbagai jenis tenaga ahli, entrepreneur, dan pengembangan berbagai jenis
prasarana. Dana investasi ini kemudian akan digunakan sebagai pembiayaan pembangunan
dan untuk mensejahterakan masyarakat. Setiap negara terutama negara berkembang seperti
Indonesia selalu berusaha menciptakan gairah investasi di negaranya, supaya para investor
tertarik untuk menanamkan modalnya. Upaya yang diciptakan pemerintah dalam membentuk
iklim yang menggairahkan investasi salah satunya dengan menerapkan berbagai peraturan
mengenai investasi, diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967, tentang
Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN). Pada tahun 1994 melalui PP Nomor 30, pemerintah mulai
memperbolehkan investasi di kuasai oleh 95% Penanaman Modal Asing (PMA). Upaya-
upaya tersebut bertujuan untuk memperbaiki iklim usaha di dalam negeri. Kemudian
pemerintah mulai menata kembali kebijakan akan pengaturan penanaman modal yang akan
masuk ke Indonesia dengan mengeluarkan UU RI No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal. Dengan adanya Undang-Undang baru diharapkan dapat memberikan kepercayaan
akan perlindungan hukum dan penyederhanaan dalam perizinan dalam investasi untuk
investor asing dan lokal. Di samping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri,
pemerintah juga berusaha menarik investor asing. Penanaman Modal Asing (PMA)
merupakan aliran arus modal yang berasal dari luar negeri yang mengalir ke sektor swasta.
Investasi asing mungkin masuk dengan berbagai bentuk seperti Investasi langsung, investasi
portofolio, arus modal swasta, dll (Chaudhary, et al., 2012). Modal asing tidak hanya
membawa dampak pada sektor finansial saja tetapi juga mendorong keterampilan dan
9
modernisasi pada masyarakat. Menurut Sukirno (2012:305) di samping menghindarkan
masalah inflasi dan tingkat pertumbuhan yang diinginkan tetap tercapai, modal luar negeri
juga mempunyai manfaat lain yaitu dapat mentransfer teknologi modern dan tenagatenaga
ahli. Sebelum menanamkan modalnya di suatu negara, investor asing memiliki pertimbangan
dari berbagai faktor seperti tingkat keuntungan yang akan diperoleh, suku bunga, ramalan
keadaan ekonomi di masa mendatang, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat
pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya, serta keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Para investor akan menanamkan modalnya apabila pengembalian modal lebih
besar dari investasi yang telah dilakukan (Sukirno, 2012:122-123).
Dilihat dari aspek non ekonomi, Shiddiq (2007) mengatakan faktor terpenting dalam
mempengaruhi investasi adalah keamanan dan stabilitas masyarakat, moralitas birokrat dan
pengusaha, kebijakan fiskal dan moneter, sistem administrasi yang sederhana, cepat dan
professional. Sedangkan Idris (2007), Fahri (2007) dan Ikhsan (2006) mengatakan bahwa
berbagai faktor yang dihadapi oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dalam
meningkatkan investasi di wilayah adalah:
1. Stabilitas politik dan keamanan di dalam negeri. Terjadinya banyak gangguan keamanan
seperti kerusuhan-kerusuhan baik yang ditimbulkan oleh aspek politik, kecemburuan
sosial antar daerah ataupun karena ambisi pribadi/golongan serta ancaman teroris dapat
memperlemah daya tarik investasi di wilayah tersebut;
2. Penegakan hukum. Tidak adanya kepastian hukum akan menyebabkan para investor
enggan menanamkan modalnya di wilayah tersebut;
3. Kasus-kasus perburuhan yang sering menimbulkan kontroversi karena sering dipolitisasi
untuk kepentingan pribadi maupun golongan misalnya pemogokan kerja, demo buruh
yang sering mempersulit kegiatan investasi di wilayah tersebut;
4. Tingkat purchasing power suatu wilayah terhadap wilayah lain. Para investor pada
umumnya memilih wilayah investasi yang mengalami pertumbuhan pasar yang tinggi
baik dalam pasar lokal maupun internasional, biaya produksi yang murah serta
ketersediaan tenaga kerja yang relatif murah dan memadai. Banyak sekali faktor-faktor
yang sebagian besar saling terkait satu sama lain dengan pola yang sangat kompleks yang
menyebabkan lambatnya pemulihan investasi di Indonesia hingga saat ini.
10
Faktor-faktor tersebut meliputi masalah keamanan, tidak adanya kepastian hukum dan
kondisi infrastruktur yang kurang memadai dan kondisi perburuhan yang semakin buruk
(Tambunan, 2006).
Penanaman modal merupakan terjemahan kata investment dari Bahasa Inggris yang
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai penanam modal atau investasi.
Selanjutnya kita mengenal istilah Penanaman Modal yang berasal dari istilah asing “foreign
investment”. Istilah investasi sering digunakan berkaitan dengan hubungan internasional,
sedangkan istilah penanaman modal lebih sering kita temukan dalam berbagai ketentuan
perundang-undangan. Berdasarkan UUPM dalam Pasal 14 diuraikan mengenai hak penanam
modal asing yang menanamkan modalnya di Indonesia dimana setiap penanam modal berhak
mendapat:
Disamping hak tersebut di atas, dalam Pasal 8 ayat (3) UUPM menyebutkan penanam modal
diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara lain terhadap:
a. Modal.
b. Keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan lain.
c. Dana yang diperlukan untuk:
1) Pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah jati, atau barang jadi, atau;
2) Penggantian barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan hidup penanaman
modal.
d. Tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal.
e. Dana untuk pembayaran kembali pinjaman.
f. Royalti atau biaya yang harus dibayar.
g. Pendapatan dari perseorangan warga negara asing yang bekerja dalam perusahaan
penanaman modal.
11
h. Hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal.
Selain menentukan hak bagi investor asing, pemerintah juga menentukan kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi oleh investor asing tersebut. Hal ini diatur dalam Pasal 15
UUPM adalah setiap penanam modal berkewajiban:
Penanaman modal asing di Indonesia pada umumnya terbagi menjadi beberapa sektor. Secara
garis besar, investasi asing di Indonesia banyak berfokus pada sektor pembangunan,
pariwisata, tambang, transportasi, dan produk. Sektor tersebut ditentukan sesuai dengan
potensi masing-masing daerah di Indonesia.
Misalnya saja, pulau seperti Bali dan Lombok bisa menarik minat investor asing di sektor
pariwisata karena infrastrukturnya yang sudah cukup memadai. Investor asing bisa menanam
modal dengan cara membangun hotel dan tempat wisata. Ada pula penanaman modal di
sektor produk olahan kelapa sawit. Di pulau seperti Sumatra dan Kalimantan, kelapa sawit
bisa tumbuh dengan subur. Para investor asing bisa membangun pabrik pengolahan kelapa
sawit untuk memajukan perekonomian lokal. Selain itu, bidang yang banyak menjadi sorotan
oleh investor asing adalah pertambangan dan sumber daya alam seperti mineral, gas alam
cair, batu bara, dan minyak bumi. Banyaknya potensi tersebut menjadikan investor asing
berlomba untuk menanam modal dengan cara mendirikan perusahaan dan pabrik di
Indonesia. (Bplawyers, 2017)
Salah satu alasan utama mengapa Indonesia membutuhkan investor asing adalah daya
konsumsi masyarakat serta tren ekspor yang masih rendah. Infrastruktur kawasan industri dan
sektor penunjang ekonomi tentu saja bisa menghabiskan anggaran yang besar. Sedangkan,
Indonesia belum memiliki tabungan yang cukup untuk mendanai pembangunan tersebut dari
12
kantong sendiri. Dengan begitu, pembangunan tidak bisa bertumpu pada investasi dalam
negeri saja.
Selain itu, menurut Kurniawan (2019), beberapa anggapan mengenai manfaat investasi asing
bagi Indonesia, terutama terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
Secara teori, investasi asing yang masuk ke Indonesia tentu akan berkontribusi terhadap
penciptaan lapangan pekerjaan. Investor asing yang menanamkan modal dengan cara
membangun perusahaan atau pabrik di Indonesia diharapkan bisa menyerap tenaga kerja
lokal dengan maksimal.
Namun, tingkat keberhasilan investasi asing dalam menyerap tenaga kerja belum tentu
sama, bergantung pada banyak hal salah satunya jenis investasi asing. Tren serapan
lapangan kerja dari investasi asing belakangan terlihat menurun meskipun secara statistik
terdapat peningkatan arus investasi asing. Hal tersebut dikarenakan jenis investasi yang
masuk kebanyakan lebih mengutamakan padat modal ketimbang padat karya. Peran
pemerintah juga sangat penting untuk memfasilitasi masuknya greenfield investment di
sektor-sektor baru yang padat karya. Untuk itu, dibutuhkan kebijakan penanaman modal
yang mendukung pemberian fasilitas tersebut seperti melalui relaksasi Daftar Negatif
Investasi (DNI), pemberian insentif perpajakan, sampai pada kemudahan perizinan dan
usaha.
Selain itu, pemerintah juga dapat mengoptimalisasi peran investasi asing yang sudah
berdiri di Indonesia untuk dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja. Caranya adalah
melalui kebijakan yang memfasilitasi ekspansi investasi asing tersebut. Selama ini, kita
terlalu fokus pada kebijakan investment attraction dan melupakan investment retention.
Padahal, ketika suatu perusahaan telah berdiri di suatu negara dan mendapatkan
keuntungan, perusahaan tersebut memiliki 2 opsi untuk merepatriasi keuntungan kembali
ke negara asalnya atau menanamkan kembali keuntungannya untuk ekspansi perusahaan
dengan membangun pabrik baru dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Namun, perusahaan sulit untuk melaksanakan opsi kedua karena umumnya terkendala
oleh ketidaksiapan kemampuan industri lokal dalam merespon ekspansi perusahaan
maupun kurangnya kebijakan pemerintah yang dapat mendukung upaya ekspansi
tersebut. (Sipayung, 2019)
13
2. Investasi asing dapat membantu meningkatkan keterampilan dan kemampuan tenaga
kerja.
Investasi asing berarti mendatangkan perusahaan dan tenaga kerja asing ke Indonesia.
Kedatangan mereka tidak selalu berdampak buruk bagi pekerja Indonesia. Mereka hadir
untuk membangun dan mendirikan fasilitas produksi, menghimpun tenaga kerja, membeli
bahan baku dan jasa, memanfaatkan infrastruktur lalu memasarkan hasil produksinya.
Baik dijual di dalam negeri atau diekspor. Dalam proses tersebut, akan timbul transfer
teknologi yang bisa meningkatkan keterampilan pekerja Indonesia. Karya-karya anak
bangsa bisa terkenal dan terjual di kalangan internasional. Jadi, adanya investasi asing
justru bisa dikatakan menguntungkan baik bagi Indonesia maupun negara investor. (Jobs,
2019)
Dengan mempekerjakan sumber daya manusia lokal, perusahaan asing yang beroperasi di
Indonesia bisa mengedukasi pekerja mengenai kualitas produk, teknologi produksi, dan
etos kerja yang baik. Jadi, investasi bukan hanya dilakukan untuk kepentingan ekonomi,
tetapi juga membangun investasi intelektual bagi tenaga kerja.
3. Investasi asing dapat memperluas pasar atau merangsang penelitian dan pengembangan
teknologi lokal yang baru.
Selain itu, investasi asing juga berperan dalam menghubungkan industri lokal ke dalam
global value chain sehingga mempercepat upaya ekspansi ke pasar global. Contoh paling
nyata adalah beberapa startup Indonesia yang sejak disuntik asing langsung menjadi
unicorn dan melakukan ekspansi ke pasar ASEAN.
Investasi asing juga dapat memperkenalkan pelaku usaha di negara penerima dengan
proses bisnis, sistem, praktik manajamen dan know-how yang baru sehingga melalui
interaksi tersebut diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas dan produktivitas dari
pelaku usaha nasional. Contohnya dalam beberapa akusisi bank lokal oleh bank asing
14
yang ternyata malah berhasil memperkuat struktur dan meningkatkan kinerja bank merger
tersebut. (Sipayung, 2019)
Kita mengetahui bahwa saat ini nilai ekspor Indonesia terus mengalami penurunan hingga
memperbesar defisit neraca perdagangan kita. Indonesia juga termasuk negara yang
tingkat diversifikasi produk ekspornya rendah, sangat bergantung pada ekspor komoditas
yang harganya cenderung tidak stabil. Dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang
sudah mampu mengekspor produk industri manufaktur, kontribusi industri manufaktur
Indonesia terhadap ekspor malah justru menunjukkan tren penurunan dari tahun ke tahun.
Untuk itu, Indonesia membutuhkan investasi asing yang berorientasi ekspor yang dikenal
sebagai efficiency-seeking investment.
Menurut Sipayung (2019), Investasi asing sangat diperlukan untuk pembiayaan program
percepatan pembangunan nasional. Aliran modal asing yang masuk dapat menggerakkan
roda perekonomian dan meningkatkan pendapatan negara. Sebagai gambaran, kita
mengetahui bahwa pembangunan infrastruktur merupakan prioritas utama pemerintahan
Jokowi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan bersaing dalam pasar
global. Karena dengan infrastruktur yang baik, kegiatan produksi dapat semakin efisien
sehingga produk yang dihasilkan memiliki daya saing dalam pasar global.
15
Namun kendala utama pembangunan infrastruktur adalah pembiayaan. Berdasarkan
Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, total kebutuhan biaya
infrastruktur Indonesia adalah sebesar Rp5.000 triliun. APBN sendiri hanya mampu
membiayai 8,7 persen dari total kebutuhan sektor infrastruktur tersebut. Pemerintah
kemudian meminta kontribusi BUMN, termasuk perbankan nasional.
Akan tetapi, kontribusi yang dapat diberikan BUMN nasional ternyata maksimal hanya
30 persen. Itu pun telah menyebabkan BUMN gelagapan mencari dana sampai Bank
Dunia pun memperingatkan risiko beban tambahan akibat ‘eksploitasi’ BUMN tersebut.
Masih terdapat gap sebanyak Rp3.000 triliun yang hanya bisa dipenuhi melalui kontribusi
swasta, termasuk investasi asing. Untuk itu, pemerintah memperkenalkan skema
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) melalui Perpres Nomor 38 Tahun
2015.
Melalui skema KPBU, pemerintah diharapkan dapat terus berupaya menarik minat
pemodal asing untuk bersama-sama melaksanakan percepatan pembangunan infrastruktur
di Indonesia. Sejauh ini, skema KPBU dipandang cukup berhasil menarik minat banyak
investor asing. Semoga tren positif ini dapat terus berlanjut dan didukung masyarakat.
Kehadiran PMA bagi negara sedang berkembang sangat diperlukan untuk mempercepat
pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi, pembangunan
modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta keterampilan teknik. Melalui modal asing
terbuka daerah-daerah dan tergarap sumber-sumber baru. Resiko dan kerugian pada tahap
perintisan juga tertanggung, selanjutnya modal asing mendorong pengusaha setempat
untuk bekerjasama. Menurut (Minarsih, 2012), sumber dana eksternal (modal asing)
16
dapat dimanfaatkan sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan
ekonomi.
Investasi merupakan salah satu upaya dan aspek yang memiliki peran yang penting dalam
pembangunan nasional atau pembangunan negeri. Semakin tinggi pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara biasanya investasi yang dimiliki oleh negara itu memiliki
angka yang tinggi. Indonesia merupakan tujuan investasi yang sangat tepat untuk para
investor asing, Mengapa? Karena bila para investor asing melakukan dan menanamkan
investasi di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mendapatkan keuntungan.
Faktor utama yang menjadi salah satu faktor penting investor asing melirik indonesia yaitu
karena faktor sumber daya alam. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat
berlimpah, mulai dari sumber daya minyak bumi, sumber daya hasil tambang, maupun
sumber gas alamnya. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar yang menjadi
salah satu sorotan di dunia karena memiliki letak yang sangat strategis. Jadi banyak sekali
faktor yang menarik dan menguntungkan apabila investor asing melakukan investasi di
Indonesia.
Sumber daya alam yang dimiki oleh Indonesia tidak perlu tanyakan ataupun diragukan
lagi. Sektor pertambangan seperti hasil batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang
melimpah. Dari sektor pariwisata juga, Indonesia memiliki alam yang sangat indah,
cantik, dan juga unik.
2. Demografis
17
Demografis di Indonesia akan mengalami perubahan struktur yaitu terjadi lonjakan
penduduk dan juga tenaga kerja yang dimiliki didominasi oleh usia produktif yang siap
untuk bekerja.
Indonesia telah bertahan dari adanya krisis ekonomi global atau ekonomi dunia. Indonesia
terus menciptakan keamanan dan sehatnya akan iklim ekonomi dan invetasi. Untuk saat
ini bahkan Indonesia ditunjuk sebagai salah satu penggerakan perekonomian di kawasan
Asia.
Indonesia terus mengalami kebangkitan, memiliki iklim politik yang baik dan stabil sejak
dari tahun 1998. Di Indonesia juga terus memperbaiki sistem demokrasi yang lebih baik
agar memiliki pemerintahan yang sehat dan kondusif.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki peran aktif dalam membangun
hubungan bilateral maupun internasional. Hal yang paling penting yaitu bahwa Indonesia
merupakan satu-satunya negara yang ada di Asia Tenggara yang aktif dalam perkumpulan
negara G-20. Hal tersebut karena Indonesia selalu berupaya dan berperan untuk dan
dalam menyampaikan kepentingan negara yang berkembang di dunia.
Selain adanya alasan investor ingin berinvestasi di Indonesia, ternyata juga terdapat mengapa
investor enggan untuk investasi di Indonesia yaitu salah satunya upah buruh yang terlalu
tinggi dan juga banyaknya regulasi untuk investor agar berinvestasi di Indonesia. Hal tersebut
disampaikan oleh Kepala BPKM, Bahlil Lahadalia, bahwa upah buruh di Indonesia tidak
kompetitif dibandingkan Thailand dan Vietnam.
Data BKPM menyebutkan rata-rata upah minimum tenaga kerja di Indonesia per bulan
sebesar Rp 3,93 juta, Malaysia Rp 3,83 juta, Thailand Rp 3,19 juta, Rp 3,19 juta, dan
Vietnam Rp 2,64 juta. Sementara, rata-rata tingkat kenaikan upah tenaga kerja di Indonesia
mencapai 8,7% per tahun. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding Filipina 5,07% per
tahun, Malaysia 4,88% per tahun, Vietnam 3,64% per tahun, dan Thailand 1,8% per tahun.
18
Kepala BPKM, Bahlil, juga menyampaikan satu-satunya harapan agar upah buruh Indonesia
bisa bersaing dengan negara lain yakni melalui Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta
Kerja atau RUU Omnibus Law Cipta Kerja. Sejumlah lembaga pemeringkat asing
memprediksi dampak yang ditimbulkan setelah Omnibus Law Cipta Kerja disahkan di
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Lembaga tersebut menyampaikan analisa jika ada dampak positif yang didapatkan Indonesia
dengan undang-undang ini. Namun memang dibutuhkan waktu untuk penerapannya.
Keuntungan UU ini adalah:
Riset dari Morgan Stanley menyebutkan jika Omnibus Law Cipta Kerja diharapkan bisa
menguatkan kebijakan moneter, inflasi, kebijakan fiskal yang akomodatif, dan
mempercepat belanja infrastruktur.
Dalam laporannya juga disebutkan UU Cipta Kerja ini bertujuan agar modal asing bisa
masuk lebih besar ke Indonesia. Kemudian UU ini untuk memangkas birokrasi yang
sebelumnya berbelit dan tidak efisien.
Vice President Senior Credit Officer, Corporate Finance Group Moody's Investors
Service, Jacintha Poh, dalam keterangannya menyebut perizinan orang asing punya
apartemen di Indonesia akan jadi katalis positif untuk pengembang properti.
Menurut dia dibutuhkan waktu agar penjualan naik lebih tinggi, antara jeda waktu
penjualan dan pendapatan berikutnya. Dalam Omnibus Law Cipta Kerja Pasal 143
disebutkan, "hak milik atas satuan rumah susun merupakan hak kepemilikan atas satuan
19
rumah susun yang bersifat perseorangan yang terpisah dengan hak bersama atas bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama".
Jika upah buruh dibuat lebih kompetitif maka menciptakan efek domino yang berkelanjutan.
Investor asing akan masuk ke dalam negeri dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Akibat
bertambahnya tenaga kerja menggenjot konsumsi rumah tangga dan pada akhirnya
menyokong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Sebenarnya Omnibus Law untuk
menciptakan lapangan pekerjaan, yang harus dipikirkan setiap tahun terjadi, orang yang
mencari kerja 2-2,5 juta. Pengangguran 7 juta, dan sekarang ditambah yang terkena PHK,
berarti belasan juta orang pasti menunggu pekerjaan.
Meskipun demikian beberapa pihak juga tidak setuju dengan Omnibus Law. 35 investor
global tidak setuju dengan Omnibus Law karena dianggap berisiko melanggar standar praktik
terbaik internasional yang ditujukan untuk mencegah konsekuensi berbahaya dari aktivitas
bisnis, yang pada akhirnya menghalangi investor dari pasar Indonesia.
Bahlil menambahkan dengan adanya kondisi tersebut, berbagai perusahaan dari Amerika
Serikat dan Jepang yang segera merelokasi usahanya dari China ke Indonesia jadi berpikir
ulang. Namun, beberapa investor masih ada yang melirik dalam negeri terutama di sektor
manufaktur, baterai, elektronik, dan otomotif.
Dari ratusan triliunan dana asing yang masuk ke Indonesia tahun 2019, diantaranya:
1. Hyundai
Perusahaan asal Korea Selatan ini telah berkomitmen untuk berinvestasi sebesar US$1,55
miliar di Indonesia. Rencana tersebut diungkapkan saat Presiden Joko Widodo (Jokowi)
mengunjungi pabrik Hyundai Motor Company (HMC) pada November 2019 di Ulsan,
Korea. Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara pemerintah dan
pihak HMC pun sudah dilakukan saat kunjungan tersebut.
3. Power Environ
20
Dalam acara Trade Expo Indonesia (TEI) 2019 pada Oktober 2019, sejumlah pebisnis
Indonesia dan Jepang melakukan kontrak dagang dan kontrak joint venture. Satu-satunya
kontrak joint venture dilakukan oleh perusahaan Jepang Power Environ bersama PT.
Bintang Paser Sejati. Nilai investasi yang mereka sepakati sebesar US$180.000. Kedua
pihak menandatangani MoU membentuk perusahaan patungan untuk bisnis cangkang
sawit dengan potensi perdagangan US$3,75 juta per tahun untuk 5 tahun pertama.
4. Pegatron
Pada Juli 2019, Pegatron Corporation untuk pertama kalinya di Asia Tenggara membuka
pabrik bernama Pegatron Technology Indonesia (PTI) di Batam, Kepulauan Riau. Pabrik
tersebut berada di lahan seluas satu hektare dan mempekerjakan 40 tenaga kerja. Namun,
nantinya, perusahaan asal Taiwan ini akan menyerap hingga 1.800 tenaga kerja. Pabrikan
pemasok komponen untuk Apple itu berkomitmen untuk berinvestasi dengan nilai total
sebesar US$1,5 miliar dan akan direalisasikan secara bertahap. Saat resmi beroperasi,
realisasi investasinya sudah mencapai US$40 juta. Di Indonesia, Pegatron bekerja sama
dengan PT Sat Nusapersada Tbk. untuk memproduksi produk smarthome lainnya, seperti
komputer dan alat-alat komunikasi nikabel.
5. SoftBank
Presiden direktur SoftBank, Masayoshi Son, menemui Jokowi di Istana Merdeka pada
akhir Juli 2019. Usai pertemuan tersebut, ia menyatakan bahwa dalam waktu tiga tahun,
SoftBank akan kembali berinvestasi sebesar US$2 miliar. Sebelumnya perusahaan
raksasa telekomunikasi asal Jepang ini memang sudah berinvestasi juga sebesar US$2
miliar. Nantinya, investasi tersebut dilakukan melalui Grab dan perusahaan lainnya.
Sayangnya, Son tidak menyebutkan identitas perusahaan tersebut. Lewat Grab, pihaknya
akan membangun kantor pusat kedua Grab di Indonesia. SoftBank juga disebut-sebut
akan membangun ekosistem kendaraan listrik lewat perusahaan transportasi online itu.
Mulai dari baterainya, kendaraan listriknya, hingga stasiun pengisian ulang baterai.
Pemerintah melalui Presiden Jokowi pun tahun 2020 juga telah menyambut baik 7
perusahaan yang merelokasikan di Indonesia. Menurut Jokowi, semua itu harus dilakukan
dengan cepat. Karena faktor utama menarik minat investor asing masuk ke sebuah negara,
bukan lagi lagi negara besar dapat mengalahkan negara kecil. Melainkan negara yang cepat
mengalahkan negara yang lambat.
21
Adapun tujuh perusahaan yang memastikan relokasi ke Indonesia, adalah:
Relokasi pabrik dari Suzhou, Tiongkok. Pabrik di Taiwan dan Tiongkok merupakan pusat
produksi untuk pasar global
2. PT Sagami Indonesia
Relokasi pabrik dari Shenzen, Tiongkok, karena biaya pabrik dan tenaga kerja di
indonesia lebih kompetitif dari Tiongkok.
Relokasi pabrik dari Xiamen, Tiongkok, karena tarif impor produknya dari Indonesia ke
Amerika sebesar 0% dibanding tarif 25% dari Tiongkok ke Amerika.
Relokasi pabrik dari Jepang karena memandang Indonesia sebagai lokasi terbaik setelah
melakukan riset ke berbagai negara di kawasan ASEAN.
Relokasi dari Tiongkok karena ingin menjadikan Indonesia sebagai pasar basis ekspor
bagi beberapa kategori produk home appliances.
7. PT LG Electronics Indonesia
Relokasi dari Korea Selatan dan berencana menjadikan Indonesia sebagai regional hub
baru yang menjangkau pasar Asia dan Australia.
Sedangkan 17 perusahaan yang berniat relokasi ke Indonesia dengan total investasi US$ 37
Miliar dengan serapan tenaga kerja sekitar 112.000 orang. Salah satu perusahaan telah
menyatakan komitmennya yaitu LG Chemical dengan nilai investasi US$ 9,8 miliar, potensi
penyerapan kerja 14.000 orang.
Kesimpulan dari hal-hal diatas diperkuat pernyataan menteri BUMN, Erick Tohir, bahwa
sinyal positif Indonesia masih dilirik oleh investor di tengah pandemi COVID-19. Hal ini
diperkuat (dalam artikel CNN) bahwa penyerderhanaan UU atau Omnibus Law sudah
22
dilakukan sebelumnya oleh negara Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) menyatakan ada 154 perusahaan yang akan
merelokasi investasi ke Indonesia. Hal ini diklaim sebagai bukti bahwa iklim investasi di
dalam negeri mulai membaik diakhir November.
Terdapat 154 perusahaan siap alihkan investasi ke RI karena adanya UU cipta kerja walaupun
tidak diberitahukan seberapa persen niat untuk memindahkan investasinya. Bahkan sejauh ini
banyak perusahaan AS yang ingin berbisnis di Indonesia dan tertarik dengan potensinya.
Apalagi kedua negara sama-sama menghadapi situasi yang sulit tahun ini imbas pandemi.
Walaupun demikian, mengesampingkan dengan ada atau tidaknya Omnibus Law, Indonesia
merupakan negara yang kaya, aman, dan stabil yang sebetulnya sudah menjadi daya tarik
tersendiri bagi para investor asing. Dengan demikian Omnibus Law berperan untuk
memberikan ciri khas regulasi yang melindungi dan mengembangkan Indonesia yang telah
memiliki daya tarik bagi investor asing untuk menanamkan modal.
Dari sejumlah keuntungan serta manfaat yang didapatkan masing-masing pihak, baik
Indonesia maupun investor asing, dengan terlaksananya investasi asing ini, ternyata dalam
praktiknya terdapat beberapa hal dalam pelaksanaan investasi asing ini yang masih
menghambat bahkan berpotensi merugikan perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan Shirly Susanne Lumeno pada perusahaan kontraktor
asing dan kontraktor nasional yang melakukan kerjasama lewat sistem International Joint
Operation (IJO), dituliskan bahwa akibat perbedaan bahasa menyebabkan salah persepsi
dalam penerimaan instruksi yang diterima dan memberikan dampak pada hubungan kerja
yang menjadi tidak harmonis; hal ini berlaku bukan hanya pada hubungan buruh dengan
supervisor/mandor, namun juga antar tim manajemen (yang biasanya memiliki tingkat
pendidikan yang lebih tinggi). Bahkan dikatakan mayoritas pekerja lokal bahkan lebih
23
mampu berkomunikasi menggunakan bahasa daerahnya ketimbang bahasa Indonesia.
Disamping itu, jurnal mengenai Penanaman Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Tingkat
Provinsi di Indonesia yang ditulis oleh Rahma Dian Hapsari menunjukan hal yang serupa;
dimana IPM (Index Pembangunan Manusia), indeks yang mengukur capaian pembangunan
manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup dengan dimensi seperti umur
panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak) Indonesia tergolong rendah;
selain menyebabkan ketimpangan antara standar yang dibutuhkan PT asing, rendahnya IMP
mengindikasikan tidak berkembang atau tidak terjadinya transfer teknologi yang optimal. Hal
ini menjadi krusial mengingat salah satu tujuan digenjotnya investasi asing ini adalah agar
terjadi transfer teknologi.
Singkatnya, dikatakan bahwa sejak pertama konsep divestasi ini dipaparkan, PT. Freeport
banyak memberikan usulan berkenaan dengan peraturan yang tercantum dalam kontrak
antara perusahaan asing dengan negara (disebut Kontrak Karya 1 (karena generasi 1)). Berkat
usulan-usulan Freepot yang mendominasi materi/konten dari kontrak karya tersebut, kontrak
tersebut dinilai longgar dan memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan asing
(Freeport); atau lebih tepatnya, kerugian bagi negara seperti: 1) tidak diaturnya kewajiban
terkait masalah lingkungan (oleh karena itu Freeport sempat beresengketa dengan masyarakat
Papua karena pencemaran sungai Aikwa), 2) kebijakan pajak yang dinilai menyimpang dari
peraturan pajak yang berlaku saat itu (seperti: PT. Freeport tidak diwajibkan membayar PBB
atau PNN), dll. Pada akhirnya, kontrak karya ini tidak lagi berlaku dan digantikan oleh
Undang-undang yang berlaku sekarang yakni UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batu Bara serta peraturan pelaksananya yakni PP Nomor 23 tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara sebagaimana telah
dirubah dengan PP Nomor 24 tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu
Bara sebagaimana telah dirubah dengan PP Nomor 77 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batu Bara dan Peraturan Menteri ESDM nomor 27 tahun 2013
tentang Tata Cara dan Penetapan Harga Divestasi Saham, serta Perubahan Penanaman Modal
di Bidang Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Namun dalam perjalanannya, setiap
perubahan akan berimplikasi pada kontrak-kontrak yang telah disepakati sebelumnya;
termasuk kontrak karya yang telah disepakati antar Freeport dengan pemerintah Indonesia
yang sering kali berbentrokan karena hukum yang beurbah-ubah.
Selain itu, Peneliti Institue for Development of Economics and Finance (INDEF), Ariyo
Irhamna, menilai investasi asing yang masuk ke Indonesia saat ini belum efektif mendorong
ekspor; atau dengan kata lain, banya perusahaan asing yang orientasinya dominan terhadap
kegiatan impor. Salah satu faktor dari banyaknya investor asing yang berorintasi impor di
Indonesia ini, menurut Ariyo, ialah cara pemerintah (BKPM) dalam melakukan promosi
investasi yang mengedepankan Indonesia sebagai negara dengan populasi yang banyak dan
ketersediaan SDA. Sehingga perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia memang
merupakan perusahaan yang niatannya bukan untuk melakukan produksi dan ekspor, tetapi
25
berjualan dan meraup keuntungan dari masayarakat Indonesia yang banyak itu. Tingginya
tingkat ekspor di Indonesia tentu membawa masalah bagi perekonomian indonesia misalnya,
nilai tukar rupiah terhadap AS melemah; hal ini berdampak pada banyak komponen
perekomian Indonesia seperti hutang luar negeri menjadi mahal, ancaman krisis moneter
Dalam pencatatan BI tahun 2018 terkait pengeluaran devisa atas penarikan yang dilakukan
oleh PMA devisa negara lambat-laun makin tergerus dengan adanya penarikan devisa negara
oleh perusahaan asing untuk memenuhi kewajiban pengiriman dividen ke negara asalnya.
Selain itu, keberadaan modal asing yang terlalu mengakar dalam perekonomian negara
menjadi ancaman tersendiri apabila tidak dicermati dengan baik. Dikutip dari CNBC
Indonesia, bahwa Indonesia memiliki ketergantungan terhadap modal asing telihat dari data
yang diterbitkan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per April 2019 bahwa
investor asing tercatat menguasai sebesar 53% dari total saham yang tercatat di KSEI.
Sehingga perekonomian Indonesia mendapat teguran dari Bank Dunia atas kekhawatiran
akan ketergantungan terhadap modal asing yang bergejolak.
Untuk itu, dalam siaran pers Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Hermin Esti Setyowati, menyampaikan
dalam siaran pers 16 September 2020 bahwasanya pemerintah tengah menyiapkan kebijakan
terkait dengan daftar prioritas Investasi; salah satunya adalah investasi asing yang memenuhi
kriteria berorentai pada kegiatan ekspor. Namun berdasarkan pendapat kami, sebaiknya
orientasi terhadap ekspor ini benar-benar dipastikan dalam hukum (sifatnya harus mengikat,
26
bukan sebagai sebuah pilihan orientasi) agar investor asing yang menanam modalnya di
Indonesia betul-betul membawa manfaat bukan hanya jangka pendek, namun juga jangka
panjang; serta tidak berhenti untuk terus mengembangkan UMKM-UMKM dan perusahaan
lokal agar dapat berproduksi dan mengekspor barang produksi sendiri, serta dapat menikmati
hasil perdagangan untuk kemudian dikelola lagi menjadi modal dalam negeri (bukan modal
asing lagi, sehingga tingkat ketegantungan terhadap ekonomi global berkurang).
27
BAB III
KESIMPULAN
1. Investasi atau penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,
baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.
2. Untuk negara berkembang, investasi asing merupakan salah satu arus modal untuk
pembangunan negara di berbagai sektor, sehingga suatu negara berkembang dapat
mengalami pertumbuhan ekonomi akibat adanya kenaikan pendapatan nasional dan
peningkatan output.
3. Hak investor asing adalah mendapat kepastian hak, hukum, dan perlidungan, informasi
yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya, hak pelayanan, dan berbagai
bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta
hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing. Sementara kewajibannya
adalah menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan, membuat laporan tentang kegiatan penanam modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal, menghormati tradisi
budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha modal, dan mematuhi semua ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Investor asing berinvestasi di Indonesia karena salah satunya actor sumber daya alam
yang melimpah, demografis atau jumlah tenaga kerja yang melimpah, iklim
perekonomian dan investasi yang baik, stabilitas politik yang baik, dan peran dan aktifnya
Indonesia di dunia global.
6. Dampak Omnibus Law terhadap investasi asing ada yang positif dan negatif.
Keuntungannya yaitu dapat mempercepat pembangunan infrastruktur, mendorong
investasi, dan positif untuk pengembang properti. Omnibus Law juga akan menciptakan
28
lapangan perkejaan baru dengan masuknya investor asing. Namun ada juga yang yang
tidak setuju yang akhirnya menghalangi investor masuk ke Indonesia akibat adanya
anggapan risiko pelanggaran standar praktik terbaik internasional yang mencegah
konsekuensi berbahaya aktivitas bisnis.
7. Pada masa COVID-19, investasi asing di Indonesia cukup baik, masuknya 7 perusahaan
yang merelokasikan pabriknya ke Indonesia contohnya. Didukung Omnibus Law dan
penanganan COVID-19 yang cukup baik, realisasi investasi mengalami perbaikan pada
setiap triwulan 2020 walaupun tetap lebih rendah dari triwulan 2019.
29
DAFTAR PUSTAKA
Andhika. (2020, Februari 15). Divestasi adalah Bagian dari Investasi? Ini Penjelasannya.
Retrieved Januari 9, 2021, from ajaib: https://ajaib.co.id/divestasi-adalah-bagian-dari-
investasi-ini-penjelasannya/
Anggraeni, R. (2020, Desember 8). Banyak Perusahaan AS Ngebet Investasi di Indonesia.
Retrieved Januari 8, 2021, from okefinance:
https://economy.okezone.com/read/2020/12/08/320/2323744/banyak-perusahaan-as-
ngebet-investasi-di-indonesia
Badan Koordinasi Penanaman Modal. (2020, Oktober 23). Realisasi Investasi Triwulan III
Tahun 2020 Meningkat. Retrieved Januari 10, 2021, from BKPM:
https://www.bkpm.go.id/id/publikasi/siaran-pers/readmore/2408601/65201
Badan Koordinasi Penanaman Modal. (2020, Oktober 23). REALISASI PENANAMAN
MODAL PMDN-PMA Triwulan III dan Januari - September Tahun 2020. Retrieved
Januari 10, 2021, from BKPM:
https://www.bkpm.go.id/images/uploads/file_siaran_pers/Paparan_Realisasi_Investasi
_Triwulan_III_2020_Bahasa_Indonesia.pdf
Badan Koordinasi Penanaman Modal. (n.d.). Keuntungan berinvestasi di Indonesia bagi
investor Asing. Retrieved Januari 8, 2021, from investindonesia.go.id:
https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-investasi/detail/keuntungan-berinvestasi-
di-indonesia-bagi-investor-asing
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. (2016). Investasi. Retrieved Januari 10, 2021, from KBBI
Daring: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/investasi
BP Lawyers. (2017, September 8). Perkembangan Serta Manfaat Investasi Asing di
Indonesia. Retrieved Januari 8, 2021, from bplawyers.co.id:
https://bplawyers.co.id/2017/09/08/perkembangan-manfaat-investasi-asing-di-
indonesia/
CNN Indonesia. (2021, November 9). BKPM Catat 154 Perusahaan Siap Alihkan Investasi
ke RI. Retrieved Januari 8, 2021, from CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201109123143-92-567585/bkpm-catat-
154-perusahaan-siap-alihkan-investasi-ke-ri
Ekarina. (2020, Oktober 18). UU Cipta Kerja Berpeluang Ubah Iklim Investasi Indonesia.
Retrieved Januari 8, 2021, from katadata.co.id:
https://katadata.co.id/ekarina/berita/5f8c41657a06b/uu-cipta-kerja-berpeluang-ubah-
iklim-investasi-indonesia
30
Febby Sara Sitradewi, K., & Dharma Kusuma, A. (2014). HAK DAN KEWAJIBAN
INVESTOR ASING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN
2007 TENTANG PENANAMAN MODAL. Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum.
Grenisia, O. (2019, Desember 30). Lima Investor Asing yang Berinvestasi di Indonesia
Sepanjang 2019. Retrieved Januari 8, 2021, from ekonomi.bisnis.com:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20191230/9/1185486/lima-investor-asing-yang-
berinvestasi-di-indonesia-sepanjang-2019v
Hapsari, R. D., & Prakoso, I. (2016). PENANAMAN MODAL DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI TINGKAT PROVINSI DI INDONESIA. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
19(2), 211-224.
Herman. (2019, Agustus 4). Investasi Asing di Startup Lokal Dinilai Menambah Barang
Impor. Retrieved Januari 9, 2021, from Berita Satu:
https://www.beritasatu.com/ekonomi/567958/investasi-asing-di-startup-lokal-dinilai-
menambah-barang-impor
Hidriyah, S. (2008). Fluktuasi investasi Jepang ke Indonesia periode 2001-2007 (Doctoral
dissertation, Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).
Jelita, I. N. (2020, September 28). Kabar baik, Minat Investasi Asing ke Indonesia Tetap
Tinggi. Retrieved Januari 8, 2021, from Media Indonesia:
https://mediaindonesia.com/ekonomi/348403/kabar-baik-minat-investasi-asing-ke-
indonesia-tetap-tinggi
Jufrida, F., Syechalad, M. N., & Nasir, M. (2016). Analisis pengaruh investasi asing langsung
(FDI) dan investasi dalam negeri terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jurnal
Perspektif Ekonomi Darussalam, 2(1), 54-68.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. (2020, September 16).
Pemerintah Tingkatkan Iklim Investasi dan Daya Saing Nasional Guna Perluas
Lapangan Kerja. Retrieved Januari 9, 2021, from ekon.go.id:
https://ekon.go.id/publikasi/detail/511/pemerintah-tingkatkan-iklim-investasi-dan-
daya-saing-nasional-guna-perluas-lapangan-kerja
Kemeunkeu. (2007). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal. Retrieved Januari 10, 2021, from Kemenkeu.go.id:
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2007/25TAHUN2007UU.htm#:~:text=UNDANG
%2DUNDANG%20TENTANG%20PENANAMAN%20MODAL.,-BAB
%20I&text=Penanaman%20modal%20asing%20adalah%20kegiatan,dengan
%20penanam%20modal%20dalam%20negeri.
Kevin, A. (2019, Juni 5). Ekonomi Indonesia Kuat, Tapi Rentan Digoyang Investor Asing!
Retrieved Januari 9, 2021, from CNBC Indonesia:
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190605172217-17-76879/ekonomi-
indonesia-kuat-tapi-rentan-digoyang-investor-asing/2
31
Kurniasari, I., & Daryono Soebagyo, M. E. (2018). Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi,
Dan Nilai Tukar Terhadap Investasi Asing Di Jawa Tengah Tahun 1990-
2016 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Kurniawan, C. (2019). PENGARUH INVESTASI TERHADAP PEREKONOMIAN
INDONESIA. Jurnal Media Wahana Ekonomika, 12(4).
Laucereno, S. F. (2019, Februari 21). Melihat Lagi Proses Pembelian 51% Saham Freeport.
Retrieved Januari 9, 2021, from detikFinance: https://finance.detik.com/energi/d-
4437532/melihat-lagi-proses-pembelian-51-saham-freeport
Laucereno, S. F. (2020, Oktober 9). 3 Dampak Omnibus Law Cipta Kerja versi Analis Asing.
Retrieved Januari 8, 2021, from detikFinance: https://finance.detik.com/berita-
ekonomi-bisnis/d-5207239/3-dampak-omnibus-law-cipta-kerja-versi-analis-asing
Lumeno, S. S. (2011). MASALAH BUDAYA DALAM PROYEK INTERNATIONAL
JOINT VENTURE. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 1(2).
Mankiw, N. G. (2007). Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.
Minarsih, M. M. M. (2012). INVESTASI ASING, PERLUKAH. Dinamika Sains, 10(22).
Mirati, R. A. (2016). KAJIAN HUKUM DIVESTASI PADA PERUSAHAAN
PERTAMBANGAN ASING DI INDONESIA. LEX ET SOCIETATIS, 4(7).
Pangestu, S. S. (2017). ANALISIS PENGARUH DIVIDEN PAYOUT RATIO DAN
PROFITABILITAS TERHADAP BETA SAHAM (Studi Pada Laporan Keuangan
Perusahaan–Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2013-
2014) (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI. (2010,
September). Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol. 14 No. 3. Retrieved Januari 8, 2021,
from Kemenkeu.go.id:
https://fiskal.kemenkeu.go.id/ejournal/index.php/kek/article/download/55/44
Qahfi, Ahmad Saipul. (2018). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INVESTASI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERIODE 2003-2015. Skripsi.
Robs Jobs. (2019, Oktober 9). Alasan Indonesia Butuh Investasi Asing dan Keuntungannya
Buat Pekerja Indonesia. Retrieved Januari 8, 2021, from media.robsjobs.co:
https://media.robsjobs.co/investasi-asing/#:~:text=Investasi%20asing%20sebenarnya
%20membantu%20penyerapan,menyerap%20lebih%20banyak%20pekerja
%20Indonesia.
Safitriani, S. (2014). PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN FOREIGN DIRECT
INVESTMENT DI INDONESIA. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 8(1), 93-116.
Setiaji, H. (2018, Agustus 14). RI Tergantung Kepada Investasi Asing, Ini Dampaknya.
Retrieved Januari 9, 2021, from CNBC Indonesia:
32
https://www.cnbcindonesia.com/news/20180814112642-4-28449/ri-tergantung-
kepada-investasi-asing-ini-dampaknya
Sipayung, I. S. (2019, Maret 10). 5 Alasan Kenapa Indonesia Butuh Investasi Asing.
Retrieved Januari 8, 2021, from kumparan.com: https://kumparan.com/guru-bangsa/5-
alasan-kenapa-indonesia-butuh-investasi-asing-1552180369093698323v
Suwarni, E. S. (2008). Dampak Perundang-Undangan Penanaman Modal
Perekonomian. ProBank, 1(7), 161503.
Tambun, L. T. (2020, Juni 30). 7 Perusahaan Asing Akan Relokasi ke Indonesia. Retrieved
Januari 8, 2021, from beritasatu.com: https://www.beritasatu.com/ekonomi/650633/7-
perusahaan-asing-akan-relokasi-ke-indonesia
33