Anda di halaman 1dari 13

STUDI KASUS

PENGANTAR EKONOMI
MAKRO
Ginonggom Rambe
Dipersembahkan Oleh Kelompok 5 7222550005
Lusya Sianipar 7223250014
Jhonson Manurung 7223250017
Wahyu Simanungkalit 7223550005
Agnes Purti Sitorus 7223550006
Rumusan Masalah

Apa dampak dari COVID-19 Bagaimana kebijakan pemerintah


terhadap Investasi di Indonesia? Indonesia dalam mengatasi
dampak dari COVID-19 terhadap
investasi di Indonesia ?
Latar Belakang

COVID-19 telah menyebabkan gangguan sosial-ekonomi, penundaan atau pembatalan acara


olahraga dan budaya, dan meluasnya kekhawatiran akan kelangkaan, yang menyebabkan
pembelian panik. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya pemerintah untuk fokus pada
pemulihan ekonomi, termasuk bisnis dan masyarakat yang terkena dampak, sehingga memiliki
dampak yang signifikan bagi ekonomi global baik dari perspektif perdagangan, pariwisata dan
investasi.
Pandemi COVID-19 berdampak signifikan terhadap investasi di Indonesia. Pandemi ini
menyebabkan krisis ekonomi global, termasuk Indonesia, yang menyebabkan banyak investor
kehilangan kepercayaan dan keberanian untuk berinvestasi.
Dampak langsung COVID-19 terhadap investasi di Indonesia antara lain:

Penurunan investasi swasta:


Depresiasi (turunnya nilai) saham
di pasar modal

Penurunan Permintaan Konsumen


Penurunan investasi asing langsung

Devaluasi nilai tukar rupiah


A. MASALAH

Pertumbuhan ekonomi dunia mengalami perlambatan akibat dari dampak virus korona Covid-19,
dalam referensi jurnal yang kami baca ada beberapa faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi
dunia melambat, seperti ketegangan gopolitik, pelemahan aktivitas manufaktur, serta fluktuasi
harga komoditas. Merebaknya wabah virus korona Covid-19 sejak 31 Desember 2019 ini mejadi
risiko berlanjutnya perlambatan laju ekonomi. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2020
dipangkas 0.1 persen dari 3,4 persen menjadi 3,3 persen. Adapun untuk 2021, pertumbuhan
dipangkas menjadi 3,4 persen dari 3,6 persen. Pertumbuhan volume perdagangan dunia (barang
dan jasa) juga diprediksi terkoreksi menjadi 2,9 persen pada 2020.
Penurunan IHSG(Indeks Harga Saham Gabungan) dari area 6300 hingga area 3900 dalam waktu tiga
bulan pada saat pandemi menunjukkan bahwa pandemi ini memang sangat parah. Sementara itu,
tanggal 31 Maret 2020 penandatanganan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020, yang mengatur
pembatasan sosial berskala besar sebagai respons terhadap Covid-19, baru dilakukan. Respon investor
dalam kondisi ini cukup beragam dari beberapa forum atau media sosial. Ada pro kontra yang
berpendapat IHSG masih akan turun, ada juga yang berpendapat IHSG akan rebound di kalangan
investor. Meskipun adanya peningkatan jumlah investor yang tinggi, jumlah volume transaksi di tahun
2019 masih lebih banyak dari tahun 2020. Tercatat pada 2019 lalu volume transaksi sebesar
36.534.971.048, sedangkan pada 2020 sebesar 27.495.947.445.
B. SOLUSI

Pelemahan ekonomi yang signifikan akibat COVID-19 telah


mendorong langkah agresif otoritas dunia. Selain langkah kebijakan
untuk memperkuat sektor kesehatan, otoritas juga menaruh perhatian
terhadap upaya untuk mengatasi dampak keterpurukan ekonomi
dengan meluncurkan berbagai stimulus. Respons kebijakan untuk
mengatasi dampak COVID-19 secara umum dapat dikelompokkan
dalam empat kategori, yaitu kebijakan fiskal, moneter,
makroprudensial, dan emergency liquidity. Menurut Yale University,
hingga April 2020 kebijakan fiskal paling banyak digunakan (45%
dari total kebijakan), diikuti makroprudensial (35%), moneter (11%),
dan emergency liquidity (9%).
Untuk mengatasinya, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan strategi untuk yang
bersinergi menguatkan sektor kesehatan dan ekonomi. Misalkan melalui UU No. 2 Tahun 2020 sebagai
langkah akselerasi penanganan pandemi dan penguatan stabilitas sistem keuangan. Dari sisi kesehatan,
pengadaan vaksin dan penerapan protokol kesehatan 3M menjadi prioritas. Sementara itu, anggaran sebesar
Rp695,2 triliun juga disediakan untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Kemudian, pemerintah
juga mengesahkan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, dan saat ini sedang membahas peraturan
pelaksanaannya dalam bentuk PP dan Perpres. Salah satunya adalah PP No. 74 Tahun 2020 tentang Lembaga
Pengelola Investasi (LPI), yang telah ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 14 Desember 2020.
Pembentukan LPI bertujuan meningkatkan dan mengoptimalkan nilai investasi yang dikelola secara jangka
panjang dalam rangka mendukung pembangunan secara berkelanjutan. LPI ini diberi nama “Indonesia
Investment Authority (INA)”.
stimulus ekonomi juga diarahkan pada sektor pasar modal, antara lain melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh)
Badan bagi Wajib Pajak Go Public dan pajak dividen. Insentif ini akan mendorong pelaku usaha untuk bergabung dan
mencatatkan diri di BEI. Selain itu, stimulus untuk sektor pasar modal juga diberikan oleh Otoritas Jasa Keuagan (OJK)
dan Self-Regulatory Organization (SRO) yang bertujuan untuk memberikan relaksasi bagi pelaku usaha yang terdampak
Covid-19 dan meredam volatilitas serta menjaga stabilisasi pasar modal. Sementara, pada penutupan perdagangan di 29
Desember 2020, IHSG telah naik menyentuh angka 6.036,17. Level ini telah mendekati level sebelum pandemi Covid-
19. Seiring dengan itu, nilai market capitalization secara perlahan meningkat yaitu pada penutupan kemarin sudah
kembali ke angka Rp7.033,76 triliun atau naik lebih dari Rp2.477 triliun dibandingkan posisi terendah di akhir Maret
2020. Menyoal perkembangan Initial Public Offering (IPO) di 2020. Meski jumlahnya lebih sedikit dibandingkan tahun
lalu, tapi masih lebih baik daripada negara lain di ASEAN. Menurut data OJK, tercatat sebanyak 53 emiten baru yang
mendapat pernyataan efektif dari OJK, dan 51 telah tercatat di bursa, sehingga ini menjadi penambahan terbanyak di
ASEAN.
Kesimpulan

Pertumbuhan ekonomi dunia mengalami perlambatan akibat dari dampak virus korona Covid-19.Ada
beberapa faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat, seperti ketegangan gopolitik,
pelemahan aktivitas manufaktur, serta fluktuasi harga komoditas. COVID-19 menyebabkan pertumbuhan
ekonomi melamban dan tingkat pengangguran meningkat yang mengakibatkan masyarakat lebih berhati-
hati dalam menggunakan uangnya. Masyarakat lebih fokus untuk menabung dan memenuhi kebutuhannya
setidaknya dalam jangka pendek. Dari sisi investasi, minat masyarakat tetap tinggi dilihat dari
pertumbuhan SID di pasar saham tetapi terdapat perubahan preferensi investasinya yang condong menjadi
risk avoider yaitu investor yang tidak berani mengambil risiko bahkan cenderung menghindarinya akibat
dari keraguan terhadap ketidakpastian ekonomi di masa pandemi ini dan juga terdapat pergeseran proporsi
investasi yang dilakukan masyarakat
Implikasi
Pertumbuhan ekonomi dunia mengalami perlambatan akibat dari dampak virus korona Covid-
19, dalam referensi jurnal yang kami baca ada beberapa faktor yang membuat pertumbuhan
ekonomi dunia melambat, seperti ketegangan gopolitik, pelemahan aktivitas manufaktur, serta
fluktuasi harga komoditas. Merebaknya wabah virus korona Covid-19 sejak 31 Desember
2019 ini mejadi risiko berlanjutnya perlambatan laju ekonomi.

Hasil dari penetilian ini dapat dijadikan dasar pertimbangan dan perbaikan maupun
peningkatan dalam menentukan arah kebijakan yang diambil penulis berkesimpulan bahwa
langkah-langkah yang diambil cukup baik dan efektif untuk menjawab persoalan-persoalan
saat ini sesuai dengan peran pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan pemegang
kekuasaan yang saat ini dalam situasi genting secara global dengan adanya perpu yang
diterbitkan sebagai langkah awal kemajuan dalam mengstabilkan kondisi perekonomian
Indonesia.
Saran

Perlu perhatian khusus antara institusi pemerintah akan menyelaraskan dan


mengoptimalkan peran dan penanganan dalam berinvestasi sehingga anggaran tidak
defisit yang cukup besar dengan faktor tersebut dan didukung kondisi pasar
walaupun dengan segala keterbatasan dalam wabah pandemi saat ini. Semestinya
terbitnya Perppu memberikan kewenangan kepada pemda langsung mengambil
kebijakan tersebut dengan tetap di bawah pengawasan Kemendagri dan memenuhi
peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara dan daerah.
Sekian
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai