Anda di halaman 1dari 6

Nama : Anjeli Mutiara Hasibuan

NIM : 2110313120017
Prodi : S1-Akuntansi

Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah bursa saham di Indonesia yang memfasilitasi
perdagangan saham, pendapatan tetap, instrumen derivatif, reksadana, saham hingga
obligasi yang berbasis syariah. BEI juga menyediakan data perdagangan real time dalam
data feed format untuk vendor data atau perusahaan.

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) secara aktif terus melakukan inovasi dalam pengembangan
dan penyediaan indeks saham yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku pasar modal baik
bekerja sama dengan pihak lain maupun tidak. Buku indeks “IDX Stock Index Handbook”
berisikan gambaran ringkas dan padat mengenai indeks – indeks yang disediakan oleh BEI.

Pasar modal adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan general supply dan perdagangan
efek (surat berharga), perusahaan yang berhubungan dengan efek yang diterbitkannya, dan
Lembaga dan/atau profesi yang berkesinambungan satu sama lain dengan efek.

Menurut Bruce Lliyd, pasar modal berfungsi sebagai perantara antara para investor dan
perusahaan atau instansi pemerintah lewat perdagangan instrument jangka Panjang seperti
obligasi, saham, dan lain sebagainya.

PERKEMBANGAN PASAR MODAL 3 TAHUN TERAKHIR


Ch. 1 – Pasar Modal Indonesia tahun 2020 : Disesase is Coming
Tahun 2020 merupakan tahun yang sangat buruk bagi hampir semua orang. Dimana
tepatnya pada tanggal 9 Maret 2020 World Health Organization (WHO) menetapkan
Coronavirus Deasese (Covid-19) sebagai pandemi. WHO mendefinisikan hal ini sebagai
wabah yang mana Ketika hampir atau seluruh populasi diseluruh dunia memiliki
kemungkinan untuk terjangkit dan berpotensi jatuh sakit.
Wabah yang melanda seluruh dunia ini memaksa seluruh negara yang ada di dunia
untuk membuat kebijakan guna mencegah penyebaran dari Covid-19 ini seperti
pemberlakuan lockdown, social distancing, work from home (WFH) dan lain sebagainya.
Hal ini tentunya mempengaruhi berbagai sektor terutama bisnis untuk melakukan
inovasi agar tetap berjalan dengan normal dan sesuai protokol. Salah satu inovasi itu yakni
banyaknya sektor bisnis yang mulanya kegiatannya didominasi secara luring(offline)
kemudian beralih pada kegiatan daring (online).
Namun tentu saja, hal ini sangat mempengaruhi operasional perusahaan
dengan kasus yang amat beragam. Mulai dari pemotongan upah kerja sampai Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) guna menghindari beban operasional yang berimpas pada laba
perusahaan. Hal ini juga memaksa masyarakat atau korban PHK untuk lebih intens mencari
sumber penghasilan baru.
Dilansir dari data statistik publik yang dikeluarkan oleh PT. Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI) pada bulan Januari 2021 menunjukkan bahwa pasar modal mengalami
kenaikan jumlah investor secara signfikan. Jika dibandingkan data akhir tahun 2018 hingga
akhir 2019 terlihat kenaikan jumlah investor dari 1.619.372 menjadi 2.484.354, peningkatan
sebesar 53,41% masih lebih rendah daripada data akhir tahun 2019 hingga 2020. Dimana
pada akhir 2020, total jumlah investor mencapai 3.880.753 meskipung tengah dilanda
pandemi. Artinya, pada saat ini masyarakat lebih memilih mengadu nasib pada dunia pasar
modal dibandingkan real business yang tengah terpuruk ketika pandemi saat itu salah
satunya karena pemutusan hubungan kerja (PHK), PSBB, maupun alasan lainnya.
Menurut situs resmi Indonesia Stock Exchange (IDX), Pasar Modal adalah tempat
untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang dapat diperdagangkan, mulai dari
surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksandana, instrument derivatif ataupun instrument
yang lainnya. Pasar modal memiliki peran yang krusial bagi perekonomian suatu negara
dikarenakan pasar modal menjalankan dua fungsi. Pertama, sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi suatu korporasi untuk menghimpun dana dari para investor
yang mana dana tersebut nantinya digunakan sebagai modal untuk pengembangan usaha,
penambahan ekuitas perusahaan, ekspansi dan lain sebagainya. Kedua, pasar modal sebagai
wadah bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham,
reksadana, obligasi, dan lain sebagainya.
Dewasa ini, pasar modal bukan hanya memiliki manfaat sebagai wadah berinvestasi
bagi para investor, namun juga dapat menjadi mata pencaharian, terutama dari instrument
saham. Hal ini dikarenakan pasar saham menjanjikan keuntungan yang cukup tinggi jika
dibandingkan dengan instrument lainnya, bahkan dapat mencapai ratusan persen atau
berkali-kali lipat dalam beberapa waktu. Para investor Fundamentalis hingga teknikalis,
berbondong-bondong untuk mendapatkan keuntungan dengan cara dan tekniknya masing-
masing. Namun, ketika terjadi koreksi kolosal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada
awal tahun 2020 dan puncaknya pada 20 Maret 2020, para investor tersadar bahwasanya
bisnis pada bidang ini tidak selalu membicarakan perihal keuntungan.
Pandemi yang sangat parah ditunjukan oleh penurunan IHSG dari area 6.300 hingga
area 3.900 hanya dalam waktu tiga bulan. Ditambah lagi, pengesahan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2020 pada tanggal 31 Maret 2020 yang mengatur perihal pembatasan
sosial berskala besar (PSBB). Hal ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan investor
dimana disatu pihak mengatakan bahwa IHSG akan masih terus turun sementara yang lain
mengatakan bahwa IHSG akan rebound. Meskipun dalam pernyataan diatas dikatakan
bahwa ada peningkatan jumlah investor, namun jumlah volume yang tercatat masih jauh
lebih besar pada tahun 2019 yakni sebesar 36.534.971.048 dibanding tahun 2020 yang
hanya berkisar 27.495.947.445, yang mana mencerminkan juga bahwa kebanyakan investor
mengambil sikap wait and see, atau menunggu waktu yang tepat untuk melakukan transaksi
di bursa efek.
Dilihat dari kondisi pasar, tingkat volatilitas yang cukup tinggi apabila di-review dari
transaksi harian atau mingguan pada kuartal dua sampai dengan tiga pada tahun 2020.
Investor yang disebut “trader” memanfaatkan kondisi yang terjadi dengan melakukan
transaksi cepat, tentu saja dengan resiko yang cukup tinggi. Bulan Maret 2020 menjadi
bulang dengan volatilitas tertinggi pada tahun 2020 dengan indeks yang paling tinggi area
5.700 dan yang paling rendah area 3.900. Selain hal itu, pada kuartal keempat Bulan
Oktober, IHSG menunjukkan aktivitas rebound yang membuat indeks nya berada di area
6.000. Secara umum, mulai dari bulan Maret hingga Desember 2020 menunjukkan
kestabilan harga IHSG meski terdapat sedikit penurunan pada Bulan September.
Peningkatan investor, terutama investor ritel, membawa angin segar pada dunia
pasar modal. Harapan kedepannya segala transaksi yang ada di pasar modal akan mengarah
kepada yang lebih sehat dengan bertambahnya jumlah investor ritel tersebut. Namun perlu
digarisbawahi, bahwa investor juga perlu mengetahui alasan untuk melakukan transaksi,
tidak hanya sekedar jual dan beli, akan tetapi perlu menggali lebih dalam mengenai emiten
tersebut dan melalui analisis fundamental dan teknikal. Selain itu, kesiapan mental juga
pastinya diperlukan pada masa pandemi ini. Kondisi emosional sangat berpengaruh
terutama pada pada situasi dengan tren negative seperti sekarang ini, dan juga pada saat
tren positif.

Ch. 2 – Pasar Modal Indonesia Tahun 2021 : Be Stronger and Push Economic Recovery
Kinerja pasar modal di Indonesia pada tahun 2021 menunjukkan kestabilan dan
membaik yang terlihat dari stabilitas pasar, aktivitas perdagangan dan jumlah dana yang
dihimpun serta peningkatan jumlah investor retail yang mencapai rekor tertinggi.
Dipantau hingga akhir tahun 2021, seluruh aktivitas perdagangan saham terus
bertumbuh secara positif, dilihat dari kinerja IHSG yang cenderung bergerak stabil dan
meningkat dibandingkan pada triwulan ke tiga.
Selain itu, pada aktivitas perdagangan juga menorehkan beberapa rekor baru,
diantaranya frekuensi transaksi harian tertinggi terjadi pada 9 Agustus 2021 yang mana
telah terjadi sebanyak 2,14 Juta transaksi, kemudian volume transaksi harian tertinggi
terjadi pada 9 November 2021 yakni mencapai 50,98 miliar saham dan pada tanggal 13
Desember 2021 terdapat kapitalisasi tertinggi yang mencapai Rp 8.354 Triliun.
Hingga tanggal 29 Desember 2021, tercatat bahwa OJK telah mengeluarkan surat
Pernyataan Efektif untuk Pernyataan Pendaftaran atas hal Penawaran Umum kepada 192
Emisi yang terdiri dari 52 Penawaran Umum Perdana Saham, 44 Penawaran Umum
Terbatas, 37 Penawaran Umum Berkelanjutan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk Tahap I, 6
Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk dan 53 Penawaran Umum
Berkelanjutan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk tahap II, dengan jumlah total
penghimpunan dana diperoleh sebesar Rp 358,43 Triliun.
Pertumbuhan Securities Crowfunding (SCF) merupakan instrument baru yang dapat
mendukung pelaku UMKM dalam memperoleh pendanaan melalui pasar modal juga terlihat
mengalami peningkatan, hingga pada 29 Desember 2021, terdapat tujuh penyelenggara
yang memperoleh izin dari OJK.

Ch. 3 Pasar Modal Indonesia Tahun 2023 : Growth Together


Pada akhir 2022, Pasar Modal Indonesia mencatatkan kenaikan signifikan, yang
mana semua indicator mengalami peningkatan diatas 100% sehingga menjadi suplai
terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Hal tersebut ditengarai salah satunya
adalah total akumulasi nilai transaksi tercatat di pasar modal sebesar Rp 14,7 triliun per hari
selama tahun 2022.
Dari sisi jumlah perusahaan, terdapat penambahan jumlah mencapai 59 perusahaan
baru. Yang berasal dari 110 perusahaan yang submit pada tahun 2022 namun 59
diantaranya pipeline. Artinya hingga akhir 2022 terdapat sebanyak 833 emiten di Bursa efek
Indonesia.
Dan lagi dari sisi investor, jumlah tercatat pada akhir 2022 telah mencapao 10,3 juta
investor. Artinya ada peningkatan sekitar 3 juta investor dari tahun 2021. Hal ini
menunjukkan bahwa keadaan pandemi, juga memberikan dampak positif yakni membuka
kesempatan dan kontribusi investor millennial untuk masuk ke pasar modal.
Kemudian, penghimpunan dana tercatat di pasar modal yang melalui penerbitan
efek melalui penawaran umum perdana saham mencapai Rp 33 Triliun pada 2022 yang
menggambarkan akan kontribusi dari pasar modal atas dukungan nya membantu ekspansi
sejumlah perusahaan di Indonesia.
Selain itu, ada pula existing company lewat rights issue senilai Rp 770 Triliun, yang
mana kurang lebih Rp 100 Triliun dana dari pasar modal telah dihimpun dan dipakai oleh
perusahaan untuk melakukan ekspansi.

Anda mungkin juga menyukai