Anda di halaman 1dari 2

Kondisi Pasar Modal di Indonesia

Pasar modal membawa peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian. Pasar
modal dipandang sebagai salah satu barometer kondisi perekonomian suatu negara. Menurut
Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Dengan perdagangan
instrumen keuangan, pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan
perusahaan ataupun instansi pemerintah. Lalu bagaimana dengan kondisi pasar modal di
Indonesia ?
Pada desember tahun 2019 kinerja pasar modal Indonesia tercatat cukup positif di tengah
perkembangan geopolitik dan ekonomi global yang terus bergerak dinamis. Terjadi peningkatan
jumlah investor dan pertumbuhan industri pasar modal di Indonesia. IHSG mencatatkan
pertumbuhan positif, yakni bertumbuh 2,18% ke posisi 6.329,31 . Jumlah investor saham
mencapai 2,48 juta investor, naik 40% dari tahun 2018. Dana investor asing juga meningkat
signifikan dibanding tahun 2018, yang mencapai Rp 49,19 Triliun ytd (27 Desember 2019).
Derasnya dana investor asing juga terjadi di pasar SBN, membukukan net buy sebesar Rp 171,59
triliun (per 26 Desember 2019) dan obligasi korporasi yang membukukan net buy sebesar Rp
5,48 Triliun (per 27 Desember 2019). Pasar SBN sepanjang tahun 2019 juga mengalami
penguatan dengan turunnya rata-rata yield SBN sebesar 96,57 bps ytd. ( sumber data www.ojk.go.id )
Di sektor syariah, pertumbuhan jumlah saham yang masuk dalam daftar efek syariah
sebanyak 441 dengan nilai kapitalisasi Rp 3.767,93 triliun. Jumlah sukuk yang outstanding
sampai dengan 27 Desember 2019 sebanyak 143 dengan nilai emisi Rp 29,83 triliun atau tumbuh
sebesar 40,05%. Reksadana syariah yang beredar per 26 Desember 2019 sebanyak 264 dengan
nilai NAB sebesar Rp 55,39 triliun atau tumbuh sebesar 60,59%. Jumlah Ahli Syariah Pasar
Modal hingga Desember 2019 sebanyak 114 pihak. ( sumber data www.ojk.go.id )
Tahun 2020 World Health Organization (WHO) secara resmi menetapkan
wabah Coronavirus Disease 19 (Covid-19) sebagai pandemi. Tanggal 31 Maret 2020
Pemerintah menandatangani peraturan Nomor 21 Tahun 2020, yang mengatur pembatasan sosial
berskala besar sebagai respons terhadap Covid-19. Hal ini menjadi guncangan bagi kondisi pasar
modal. Kondisi ekonomi yang semakin menurun serta adanya pembatasan pergerakan
mengakibatkan Indonesia mengalami perubahan (Fluktuasi) ekonomi.
Pada akhir tahun 2020, jumlah investor mencapai 3.880.753. Meskipun adanya peningkatan
jumlah investor yang tinggi, jumlah volume transaksi di tahun 2019 masih lebih banyak dari
tahun 2020. Tercatat pada 2019 volume transaksi sebesar 36.534.971.048, sedangkan pada 2020
sebesar 27.495.947.445. Hal ini mencerminkan sebagian besar perilaku investor cenderung wait
and see, menunggu waktu yang tepat untuk melakukan transaksi. Bulan Maret 2020 menjadi
volatilitas tertinggi di tahun 2020 dengan indeks tertinggi area 5.700 dan terendah area 3.900.
Selain itu, pada kuartal empat tepatnya bulan Oktober, mulai menunjukkan rebound sehingga
IHSG dapat kembali ke area 6.000. Secara umum, mulai dari bulan Maret hingga Desember
2020 IHSG mulai menunjukkan kestabilan harga meskipun ada penurunan di bulan
September.(Sumber data www.ojk.go.id )
Pada tahun 2021 kondisi pasar modal Indonesia kembali dalam keadaan stabil
menginngat tepatnya penanganan pemerintah terhadap kasus Covid-19. Permodalan perbankan
sangat kuat dengan likuiditas yang tersedia. Sementara pertumbuhan kredit sampai November
mencapai 4,8 persen , rasio permodalan asuransi jiwa dan asuransi umum (RBC) mencapai 329
persen. Di pasar modal pertumbuhan di 2021 mencapai angka di luar perkiraan seperti indeks
harga saham gabungan yang tumbuh 10,08 persen. Per 30 Desember 2021, IHSG berada di level
6.581,48 atau meningkat 10,08 persen secara year to date (Ytd). Sementara itu, kapitalisasi pasar
saham mencapai Rp8.256 triliun atau naik 18,45 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2020
yakni Rp6.970 triliun.
Aktivitas perdagangan juga mencatatkan rekor-rekor baru, diantaranya frekuensi
transaksi harian tertinggi terjadi pada tanggal 9 Agustus 2021 yang mencapai 2,14 juta kali
transaksi, volume transaksi harian tertinggi yang mencapai 50,98 miliar saham di 9 November
2021, dan kapitalisasi pasar tertinggi yang mencapai Rp8.354 triliun di 13 Desember 2021. Dari
sisi demand, terjadi peningkatan jumlah investor Pasar Modal secara signifikan di sepanjang
tahun 2021. Per 30 Desember 2021, jumlah investor sebanyak 7,49 juta atau meningkat sebesar
92,99 persen dibandingkan akhir tahun 2020 yang tercatat hanya sebesar 3,88 juta. Nilai
pengelolaan investasi di Pasar Modal juga mengalami peningkatan.
Hingga 30 Desember 2021, terdapat peningkatan NAB Reksa Dana sebesar 0,85 persen
dari sebelumnya pada akhir tahun 2020 tercatat Rp573,54 triliun naik menjadi Rp578,44 triliun.
Sementara itu, pada periode yang sama, total Asset Under Management (AUM) Reksa Dana,
Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT), Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), Kontrak Investasi
Kolektif (KIK) Dana Investasi Real Estate (DIRE), KIK Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA),
KIK Efek Beragun Aset (EBA), dan KIK Efek Beragun Aset Surat Partisipasi (EBA-SP) juga
mengalami peningkatan sebesar 2,63 persen dari sebelumnya sebesar Rp827,43 triliun per 30
Desember 2020 menjadi Rp849,23 triliun. Jumlah total produk RDPT, KIK DIRE, KIK
DINFRA, KIK EBA, KIK EBA-SP, ETF dan KPD per 30 Desember 2021 sebanyak 774 dengan
jumlah total nilai dana kelolaan Rp285,56 triliun.
Sementara dari industri Pasar Modal Syariah, per 30 Desember 2021, Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) ditutup pada 189,02 poin atau meningkat sebesar 6,50 persen
dibandingkan indeks ISSI pada 30 Desember 2020 sebesar 177,48 poin. (Sumber data www.ojk.id )
Grafik Pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Dari data yang disebutkan dapat disimpulkan pasar modal kondisi pasar modal Indonesia
mengalami fluktuasi pada tahun 2020. Pada tahun 2019 kondisi pasar modal Indonesia stabil
relative meningkat kemudian mengalami fluktuasi penurunan pada tahun 2020 yang diakibatkan
adanya wabah Covid 19. Adanya penanganan kasus wabah yang tepat Indonesia kembali stabil
pada tahun 2021 dengan adanya kenaikan pasar modal Indonesia yang tertera pada data table.
Hal ini menyatakan bahwa pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian
Indonesia. Pasar modal menjadi ukuran atas perkembangan perekonomian. Perkembangan
kegiatan transaksi dalam bursa yang ditunjukan oleh suatu indeks dapat menjadi ukuran bagi
kondisi perekonomian suatu negara secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai