Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan salah satu instrument ekonomi yang mengalami

perkembangan sangat pesat. Pasar modal dapat dijadikan indikator kemajuan

suatu negara dan juga dapat menunjang ekonomi suatu negara. Pasar modal

merupakan salah satu alternatif pilihan untuk berinvestasi yang dapat

menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi para investor. Selain sebagai

tempat untuk berinvestasi, pasar modal juga dapat mencerminkan kondisi

perekonomian makro suatu negara yang dapat dilihat dari suatu Indeks Harga

Saham.

Indeks Harga Saham adalah suatu indikator yang menggambarkan

pergerakan harga saham. Pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada

saat pasar sedang aktif atau lesu. Menurut Darmaji dan Fakhruddin (2006:168)

di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat enam jenis indeks yaitu indeks

individual, indeks harga saham sektoral, indeks harga saham gabungan (IHSG),

indeks LQ 45, indeks syariah atau Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks papan

utama dan papan pengembangan.

Jogiyanto (2013:147) mengungkapkan bahwa indeks harga saham

gabungan merupakan angka indeks harga saham yang disusun dan dihitung

dengan menghasilakn trend, dimana angka indeks adalah angka yang diolah

sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk membandingkan kejadian yang

1
2

dapat berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Melalui pergerakan

indeks harga saham gabungan, investor dapat melihat apakah kondisi pasar

sedang naik atau turun.

Pada awal Maret 2020,perekonomian Indonesia dan global menghadapi

masalah baru yang berasal dari sebuah virus corona. Peristiwa pandemic Covid-19

merupakan virus corona yang pertama kali muncul dari Kota Wuhan, China pada

akhir desember 2019. Wabah dari Covid-19 menyebabkan gangguan pernapasan

pada manusia yang mengakibatkan Kota Wuhan, tempat dimana wabah ini

dimulai harus memutuskan lockdown demi memperhambat laju penyebaran virus.

Adanya peristiwa Virus Corona (Covid-19) ini bukan hanya memberikan

ancaman kepada kesehatan saja akan tetapi juga pada pertumbuhan perekonomian

di suatu negara. Dampak penyebaran Virus Corona (Covid-19) belum dapat

dihitung secara pasti. Tidak bisa dihindari begitupun dengan Indonesia,

bertambahnya kasus positif Corona membawa efek bagi bursa saham.

Wabah virus corona atau COVID-19 telah membuat pasar saham dan

pasar keuangan di dalam negeri, hingga mencetak rekor baru. Dan mengakibatkan

Indeks Harga Saham Gabungan atau ( IHSG ) anjlok dan terpukul ke level yang

cukup rendah. Mengacu data BEI, hinga tanggal 8 April 2020 IHSG sudah

melorot 26,44% dengan catatan jual bersih (net sell) asing Rp 15,01 triliun di

pasar reguler, sementara di pasar non reguler(tunai dan negosiasi) terjadi aksi beli

(net buy) asing Rp 2,94 triliun.


3

Grafik 1.1
Indonesia Stock Exchange
Composite Stock Price Index and Stock Trading Volume

Berdasarkan grafik data IHSG 1.1 tahun 2019-2020 diketahui kembali

mengalami penurunan yang signifikan pada akhir bulan januari 2020 dengan

angka akhir 5,940.048 atau penurunan sekitar -5.71%. Selanjutnya pada akhir

bulan februari 2020 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami

penurunan yang sangat drastis hingga persentase -13,44% dengan angka akhir

5,452.704. Penurunan terus terjadi pada pertengahan bulan Maret 2020 dengan

angka akhir 4,907.571 atau dengan presentasi -22.10%. Data ini juga di kuatkan

oleh data laporan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Otoritas Jasa

Keuangan (OJK).

Untuk mengatasi turun nya indeks harga saham gabungan selama pandemi

OJK mengeluarkan kebijakan Buy back saham. Buy back saham adalah tindakan

emiten untuk membeli kembali sebagian saham yang telah beredar atau berada

ditangan pemegang saham publik. Perusahaan yang melakukan buy back saham

selama pandemi covid 19 sebanyak 67 perusahaan,


4

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa harga dan volume

perdagangan saham akan naik jika perusahaan melakukan pembelian saham yag

beredar. Wang et al (2013) menganalisis dampak pengumuman buy back saham di

Taiwan dengan menguji pengaruhnya terhadap abnormal return baik janga

panjang maupun pendek. Hasil penelitian nya menunjukkan bahwa perusahaan

yang melakukan buy back saham menunjukkan terdapat abnormal return yang

positif.

Selain indeks harga saham gabungan IHSG, Rupiah juga terpengaruh virus

corona. Nilai tukar mata uang rupiah sudah tembus ke level 14.000 per USD. Data

kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dari Bank Indonesia

(BI) per 2 Maret 2020 menunjukkan, Rupiah terkoreksi ke angka 14.413 per USD.

Sejak 2 Januari 2020 dari level Rp13.895 per USD, kurs rupiah telah melemah

sebesar 3,7%. Pelemahan Rupiah pada awal Februari 2020, utamanya dipicu

sentiment Covid-19.

Tabel 1.1.
Data Nilai Kurs Tengah Periode Februari 2019 s/d Maret 2020
No Bulan/Tahun JISDOR(USD/IDR)Rupiah
1 Februari 2019 14.062
2 Maret 2019 14.244
3 April 2019 14.215
4 Mei 2019 14.385
5 Juni 2019 14.141
6 Juli 2019 14.026
7 Agustus 2019 14.237
8 September 2019 14.174
9 Oktober 2019 14.008
10 November 2019 14.102
11 Desember 2019 13.901
12 Januari 2020 13.662
13 Februari 2020 14.234
14 Maret 2020 16.436

Sumber : bi.go.id (2020)


5

Dari tabel dapat dilihat bahwa kurs yang terjadi pada bulan Februari 2019

sampai Maret 2020 sangat berfluktuatif, dan pada bulan Maret 2020 merupakan

kurs nilai tengah yang tertinggi. Dikutip dari laman (economy.okezone.com,

Maret 2020) nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencapai

Rp.16.486 per USD. Hal ini dikarenakan ketidakpastian akan penyebaran virus

yang tengah mewabah di seluruh dunia yaitu Corona Covid-19. Farial Anwar

selaku Ekonom Pasar Uang mengatakan bahwa hampir semua pasar keuangan

global terdampak. Dari pasar modal hingga uang 'terpapar' virus corona Covid-19

tersebut. Ketidakpastian tersebut membuat investor lari dari negara emerging

market. Serta membawa banyak dolar keluar dari Indonesia dan membuat rupiah

anjlok. Kurs merupakan variabel makro ekonomi yang turut mempengaruhi

pergerakan harga saham.

Kestabilan nilai tukar Rupiah merupakan hal yang sangat penting dalam

perekonomian di Indonesia. Melemahnya nilai tukar Rupiah dapat berpengaruh

terhadap tingkat pengembalian investasi suatu perusahaan. Hal ini terjadi

khususnya pada perusahaan yang menggunakan bahan baku impor maupun

perusahaan yang mengandalkan pinjaman modal asing untuk membiayai operasi.

Kenaikan biaya produksi akan mempengaruhi minat beli investor terhadap saham

perusahaan sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi IHSG.Nilai tukar yang

digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap AS dollar,jika nilai tukar dolar

sedang melemah terhadap rupiah dan diprediksi akan kembali menguat di masa

mendatang, serta ketika alternatif investasi lain dinilai kurang menjanjikan, maka

investor cenderung menginvestasikan dananya ke dalam bentuk mata uang


6

dolar (Amin, 2012), dijelaskan bahwa hal ini dilakukan dengan harapan ketika

kurs dolar terhadap nilai rupiah kembali meningkat, investor akan menjualnya

lagi ke dalam bentuk mata uang rupiah, sehingga memperoleh gain dari selisih

kurs. Kondisi tersebut selanjutnya akan berdampak pada aktivitas pasar modal,

yang akhirnya akan berakibat pada pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2010) menemukan hasil

bahwa kurs rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG, sama halnya dengan

Kewal (2012) mengemukakan bahwa kurs rupiah berpengaruh negatif dan

signifikan, sedangkan penelitian oleh Heru (2008) memperlihatkan hasil bahwa

variabel kurs berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Indeks LQ45.

Artinya semakin besar variabel perubahan kurs mata uang, semakin meningkat

kinerja saham LQ45. Hasil yang sama juga ditemukan dari penelitian yang

dilakukan oleh Krisna dan Wirawati (2013) bahwa variabel nilai tukar rupiah

dikatakan berpengaruh positif dan signifikan pada IHSG.

Tandelilin (2010) menyatakan bahwa faktor -faktor makro ekonomi secara

empiris telah terbukti mempunyai pangaruh terhadap kondisi pasar modal di

beberapa Negara. Oleh sebab itu, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) di BEI sangat dipengaruhi oleh beberapa factor makro ekonomi. Menurut

Tandelilin (2010) faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi pasar modal

yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, tingkat suku bunga dan kurs rupiah.

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara

karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi

pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
7

dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat

digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan

lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi

pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.

Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai

dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.

BEI adalah lembaga yang berperan dalam menyelenggarakan dan

menyediakan fasilitas sistem perdagangan efek di pasar modal Indonesia. Secara

sederhana Bursa Efek Indonesia adalah pasar di mana efek/ surat berharga jangka

panjang diperdagangkan. BEI/IDX ini merupakan satu-satunya bursa efek yang

ada di Indonesia. Secara umum bursa memiliki 2 peranan yaitu sebagai fasilitator

dan actor terhadap jalannya perdagangan efek di Indonesia.

Dalam penerapannya Bursa Efek Indonesia (BEI) mengelompokkan 724

perusahaan go public yang terdapat di Bursa Efek Indonesia menjadi beberapa

kelompok sesuai dengan kriteria kemampuan setiap perusahaan. Kelompok ini

disebut sebagai Indeks saham, dimana indeks merupakan laporan dari sekelompok

saham perusahaan yang mencerminkan kinerja perusahaan tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengambil judul

“Pengaruh Buy Bank Saham Dan Nilai Tukar (KURS) Terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan Di Masa Pandemi Covid-19”.


8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ,maka yang menajdi pokok permasalahan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah buy back saham berpengaruh terhadap indeks harga saham

gabungan (IHSG) selama pandemi covid-19?

2. Apakah nilai tukar berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan

(IHSG) selama pandemi covid-19?

3. Apakah buy back saham dan nilai tukar berpengaruh terhadap indeks harga

saham gabungan (IHSG) selama pandemi covid-19?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh buy back saham terhadap indeks harga saham

gabungan (IHSG) selama pandemi covid-19.

2. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap indeks harga saham

gabungan (IHSG) selama pandemi covid-19.

3. Untuk mengetahui pengaruh buy back saham dan nilai tukar terhadap indek

harga saham gabungan (IHSG) selama pandemi covid-19.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi

semua pihak yang berkepentingan dalam membutuhkan, diantaranya:.


9

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

perusahaan dalam menilai tingkat kesehatan usaha dan sebagai acuan dalam

pengambilan keputusan yang tepat dan dalam kondisi apapun.

2. Bagi Pihak Lain.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai

praktek akuntansi ,dan dapat menjadi tambahan informasi dan referensi

untuk penelitian selanjutnya mengenai topik yang sama, sehingga memberikan

kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai