Anda di halaman 1dari 5

MATA KULIAH PASAR MODAL DAN INVESTASI SYARIAH

ANALISIS FUNDAMENTAL INDUSTRI PERBANKAN

Disusun Oleh Kelompok 2:

Marisa Binta Hasan 042111433106


Luthfiah Faizah 042111433118
Sintya Alfafa 042111433233
Wanda Novita Sari 042111433201
Btari Rahmanailah 042111433157
Hanafi Al Rasyid 042111433033

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2023
I. ANALISIS MAKRO EKONOMI
A. Ekonomi Dunia
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF)
memproyeksikan ekonomi dunia mulai pulih, meski pandemi virus corona
Covid-19 masih berlangsung. Ekonomi dunia tumbuh 5,9% pada 2021, naik
dari tahun sebelumnya yang justru terkontraksi 3,1%. International Monetary
Fund dalam World Economic Outlook (2021) memperkirakan pada tahun
2022 akan mengalami risiko ekonomi seperti inflasi yang tinggi, perubahan
iklim, serta kendala pasokan. Di negara-negara maju seperti Amerika
diprediksi akan menjadi sebesar 4% pada tahun 2022, angka tersebut terbilang
kecil. Hal ini dipicu oleh ekspektasi penurunan dalam dukungan fiskal hingga
akhir tahun depan serta pemulihan belanja oleh konsumen yang tertunda.
Britania Raya dipedikasi akan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 4.8%.
kawasan Afrika sub-Sahara memiliki pertubuhan sebesar 4,1%. Sedangkan
pada negara-negara berkembang di Asia diprediksi akan mencapai 6,4%
sebagai pertumbuhan paling tinggi. Sehingga hal ini menjadi sinyal baik bagi
Indonesia untuk harga saham yang meningkat.
B. Ekonomi Indonesia
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah produksi
barang dan jasa yang mampu diproduksi oleh suatu negara dalam
periode waktu tertentu. Fungsinya yaitu untuk mengukur
perkembangan ekonomi suatu negara. Menurut data yang bersumber
dari CEIC Data, pergerakan PDB selama 10 tahun terakhir yakni pada
tahun 2010 sampai 2020 bergerak secara fluktuasi, PDB pada 2010
sampai 2012 dan 2015 sampai 2019 secara umum mengalami
kenaikan, namun pada tahun 2020 mengalami penurunan, ini
disebabkan karena terdapat pandemi Covid 19 yang menyebabkan
perekonomian lemah. Kenaikan PDB merupakan sinyal yang positif
untuk investasi dan sebaliknya, krena mengindikasikan daya beli
masyaraka yang baik sehingga akan mempengaruhi profitabilitas
perusahaan.
2. Inflasi

Data inflasi sepanjang 2020-2022 terlihat fluktuatif, pada Maret


sampai pertengahan 2020 inflasi sempat hampir menyentuh 3%, ini
sebagai efek dari dimulainya pandemi, kemudian berangsur turun di
angka 1,5% kemudian naik kembali pada awal 2022 menyusul
meningkatnya kasus covid 19 varian omicron, dan beberapa harga
kebutuhan pokok naik seperti minyak goreng. Inflasi yang tinggi
membuat daya beli masyarakat turun, daya beli masyarakat turun akan
menyebabkan profitabilitas perusahaan turun, dan akan mempengaruhi
harga saham.
3. Suku Bunga
Nah untuk suku bunga perbankan ini, berangsur-angsur turun
sejak Januari 2020, sampai awal 2022 suku bunga pada angka 3,5%.
Suku bunga yang rendah akan meningkatkan jumlah investasi di pasar
modal karena investor lebih menginginkan return yang tinggi,
sedangkan meletakkan dana di bank akan memberikan return yang
rendah, kemudian hal ini menyebabkan jumlah pinjaman juga akan
semakin meningkat. Grafik BI Rate
II. ANALISIS INDUSTRI

Kapitalisasi Pasar
Pasar saham di Indonesia terdiri dari 11 sektor, salah satu tujuan klasifikasi ini
agar dapat mengetahui pertumbuhan sektor mana yang unggul pada periode tertentu
berdasarkan kapitalisasi pasar. Sektor yang memiliki kapitalisasi tertinggi adalah
sektor keuangan, yang menyumbang 38,9% dari total kapitalisasi pasar. Pada sektor
keuangan terdapat industri perbankan, hal ini mengindikasikan bahwa value dari
perusahaan-perusahaan pada sektor tersebut memiliki kinerja yang baik dan bernilai
tinggi bangi masyarakat, termasuk industri perbankan.

III. ANALISIS FUNDAMENTAL PERUSAHAAN

Sumber : Olah data peneliti


Berdasarkan nilai EPS, Bank BNI memiliki nilai EPS tertinggi yaitu 418,72 yang artinya
pendapatan yang akan diperoleh per lembar saham adalah 418,72 apabila Bank BNI
membagikan semua pendapatannya dalam bentuk dividen. Sedangkan nilai PER, Bank BCA
memiliki nilai PER tertinggi yaitu 38,30, yang artinya diantara bank lainnya Bank BCA yang
harga dipasarnya paling mahal jika dibandingkan PER nya, hal ini bisa mengindikasikan
overvalue di pasar. Berdasarkan ROA, Bank BCA memiliki nilai ROA tertinggi, yang artinya
setiap Rp 1 aset yang dimiliki akan memberikan return sebesar Rp 1,98. Sedangkan, dari segi
ROE, Bank BCA memiliki nilai ROA tertinggi, yang artinya setiap Rp 1 ekuitas yang
dimiliki akan memberikan return sebesar Rp 11,72.Berdasarkan PBV, Bank BCA memiliki
nilai PBV paling tinggi, yang artinya pasar menghargai saham BBCA sebesar 4,5 kali lebih
tinggi dibanding nilai ekuitas perusahaan. Secara umum, berdasarkan analisis fundamental
perusahaan, bank yang paling prospek untuk investasi adalah Bank BCA, namun harga
dipasar cenderung sudah mahal jika dilihat dari PER dan PBV.

KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan analisis makro ekonomi dunia dan
Indonesia keadaan makro 2021 lebih baik dari 2020 terkontraksi 3,1%. Analisis sektor
mencakup industri perbankan, memiliki kapitalisasi tertinggi dibandingkan sektor yang
lainnya. Berdasarkan Analisa fundamental Bank BCA memiliki prospek yang paling baik.
Saran dari penelitian ini, investor sebaiknya memperhatikan analisis dari
makroekonomi, industri dan yang terakhir fundamental perusahaan. Analisis akan lebih
lengkap lagi jika menambahkan analisis teknikal untuk mengetahui waktu yang tepat untuk
jual, beli, dan tahan.

Anda mungkin juga menyukai