Anda di halaman 1dari 10

PEREKONOMIAN INDONESIA

PADA MASA PANDEMI COVID 19

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Perekonomian Indonesia

Dosen pengampu : Resi Marina, SE., M.Si

Disusun Oleh :
SILVIA WULANDARI ( 2020110013 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
YAYASAN PENDIDIKAN PRABUMULIH (YPP)
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul Perekonomian Indonesia
pada masa covid ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas Dari Ibu Resi Marina, SE.,M.Si. Dosen pada Mata Kuliah
Perekonomian Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Resi Marina, SE.,M.Si yang memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah wawasan kepada kami dan Terimakasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Prabumulih, 22 Oktober 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia di hadapkan dengan banyak masalah terkait aspek ekonomi akibat dari Covid-19.
Ekonomi di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan tumbuh negatif, angka pengangguran dan
kemiskinan meningkat. Berdasarkan perhitungan Year on Year pertumbuhan ekonomi pada
triwulan pertama tahun 2020 menunjukkan adanya pelemahan dengan hanya mencapai 2,97%
dibandingkan capaian triwulan pertama tahun 2019 yang sebesar 5.07%. Data pada triwulan
kedua juga kurang bersahabat dengan menunjukkan kemunduran yang dalam sebesar -5,32%,
terburuk sejak tahun 1999. Data pada triwulan ketiga mengalami kontraksi pertumbuhan
sebesar 3,49 %, sedangkan pada triwulan keempat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar
2,19%. Dampak dari menurunnya persentase ekonomi di Indonesia, salah satunya adalah
peningkatan angka pengangguran dan penduduk miskin yang disebabkan karena PHK selama
masa pandemi Covid-19
BAB II

PEREKONOMIAN INDONESIA

Berdasarkan data dari situs worldometer per 5 Mei 2020, penderita positif virus Corona
di dunia sudah mencapai 3,669 juta dengan jumlah yang meninggal 253,183 dan yang sembuh
1,210 juta. Jumlah penderita terbanyak ada di Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Inggris dan
Perancis. Sementara jumlah yang meninggal terbanyak berturut-turut adalah Amerika Serikat,
Italia, Inggris, Spanyol dan Perancis. Walalupun jumlah yang sembuh sudah semakin banyak
daripada yang meninggal, namun tren jumlah penderita dan yang meninggal belum
menunjukkan penurunan. Begitu juga di Indonesia. Sedangkan berdasarkan data per 5 Mei
2020 dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, total jumlah penderita positif corona
di Indonesia mencapai 12.071 orang. Jumlah ini bertambah sebanyak 484 orang dari hari
sebelumnya. Jumlah kasus baru ini juga yang tertinggi sejak 2 Maret 2020.

Dampak wabah Covid-19 kepada perekonomian dunia juga sangat dahsyat. Pada triwulan
pertama 2020 ini pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang Indonesia tumbuh
negatif: Singapura -2.2, Hongkong -8,9, Uni Eropa -2,7 dan China mengalami penurunan sampai
minus 6,8. Beberapa negara masih tumbuh positif namun menurun bila dibanding dengan
kuartal sebelumnya.

Amerika Serikat turun dari 2,3 menjadi 0,3, Koreea Selatan dari 2,3 menjadi 1,3 dan Vietnam
dari 6,8 menjadi 3,8. Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam dari 4,97 di kuartal 4
tahun 2019 menjadi tumbuh hanya 2,97 pada kuartal pertama 2020 ini. Kontraksi yang cukup
dalam pada kuartal 1 di Indonesia ini di luar perkiraan mengingat pengaturan physical
distancing dan PSBB mulai diberlakukan pada awal bulan April 2020.
 Perekonomian Indonesia

Berdasarkan pertumbuhan year-on-year, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada


triwulan 1 2020 terbesar pada sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,53 persen. Hal ini
wajar mengingat dengan adanya anjuran untuk tidak keluar rumah maka banyak orang
mengakses pekerjaan, hiburan dan pendidikan melalui teknologi informasi. Seiring hal tersebut,
volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga meningkat.

Berdasarkan rilis dari Badan Pusat Statistik, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke
Indonesia pada Triwulan I-2020 juga turun drastis hanya sejumlah 2,61 juta kunjungan,
berkurang 34,9 persen bila dibanding tahun lalu. Hal ini sejalan dengan adanya larangan
penerbangan antar negara yang mulai diberlakukan pada pertengahan Februari lalu. Jumlah
penumpang angkutan rel dan udara juga tumbuh negative seiring dengan diberlakukannya
PSBB.

Lalu kapan wabah Covid-19 ini berakhir dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian
Indoensia?

Berdasarkan analisa data yang dikeluarkan oleh The Singapore University of Technology
and Design dengan menggunakan metode estimasi pandemi, Susceptible Infected Recovered
(SIR) dengan DDE (Data Driven Estimation), maka diperkirakan puncak pandemi di Indonesia
telah terjadi pada bulan 19 April 2020 yang lalu dan secara berangsur akan berakhir secara total
pada akhir Juli 2020. Data ini dikeluarkan per 5 Mei 2020 yang diambil berdasarkan data dari
berbagai negara untuk memprediksi berakhirnya pandemi di dunia. Berdasarkan data tersebut,
diperkirakan akhir Mei 2020 kebijakan PSBB dapat segera berakhir. Dengan demikian, awal Juni
seluruh aktifitas dapat berjalan dengan normal. Bila prediksi yang ditujukan untuk pendidikan
dan penelitian ini benar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai titik terendah
pada kuartal kedua. Idul Fitri yang biasanya mempunyai pengaruh cukup besar untuk
menggerakkan perekonomian, akan menjadi sebaliknya karena PSBB. Sisi baiknya, bila bulan
Juni aktifitas sudah berjalan maka perusahaan dan pengusaha masih mempunyai waktu untuk
langsung operasional.
 Peluang untuk bangkit

Kekosongan aktifitas selama hampir 3 bulan sejak pertengahan Maret masih memberikan
peluang bagi perusahaan untuk langsung bangkit. Keuangan perusahaan diperkirakan masih
bisa bertahan sampai tiga bulan. Beda halnya bila aktifitas normal mulai diadakan pada bulan
Agustus atau bahkan Desember. Perusahaan perlu waktu mencari lagi pegawai baru untuk
memulai operasi. Banyak perusahaan juga akan tidak kuat bertahan selama lebih dari tiga
bulan.

Dari sisi makro ekonomi, dengan adanya stimulus fiskal yang disertai dengan realokasi
anggaran untuk kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi nasional dari sektor
keuangan, diharapkan akan dapat meningkatkan perekonomian secara perlahan di kuartal
ketiga.

Dengan menggunakan model Input-Output (IO), Tim Riset Ekonomi PT Sarana Multi
Infrastruktur memperkirakan bahwa stimulus fiskal oleh pemerintah sebesar Rp 405,1 triliun
akan tercipta output dalam perekonomian sebesar Rp 649,3 triliun. Sementara itu, nilai tambah
dan pendapatan pekerja akan meningkat masing-masing sebesar Rp 355 triliun dan Rp 146,9
triliun.

 Stimulus fiscal

Dengan penciptaan output, nilai tambah, dan pendapatan dalam perekonomian, stimulus
fiskal yang digelontorkan akan menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 15 juta orang atau
11,84 persen dari total tenaga kerja.

Stimulus fiskal ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia di tahun 2020 sebesar 3,24 persen. Stimulus fiskal juga telah diikuti dengan stimulus
moneter yang diberikan oleh Bank Indonesia dengan menurunkan tingkat bunga acuan dan
pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM).

Penurunan tingkat bunga acuan ini diharapkan akan diikuti dengan penurunan tingkat
bunga pasar sehingga dapat mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi. Pandemi Covid-
19 ini juga telah memberikan nuansa baru pada rantai pasokan dunia (global supply chain).
Sumber pasokan dunia yang tadinya dikuasai kurang lebih 20 persen oleh negara China, telah
bergeser ke beberapa negara lain karena adanya pandemi ini. Tentu saja untuk dapat merebut
kue pada global supply chain, Indonesia harus berbenah diri agar lebih menarik investor.
Penurunan tarif pajak penghasilan perusahaan yang telah dikeluarkan dalam Perppu I/2020
perlu diikuti oleh pembenahan dari sisi kepastian hukum investasi, reformasi birokrasi dan iklim
ketenagakerjaan yang sehat. Segala daya upaya perlu dikerahkan secara bersinergi agar
Indonesia dapat bangkit dari dampak pandemi Covid-19 ini.

 Data Perekonomian di Indonesia Tahun 2020

Indonesia di hadapkan dengan banyak masalah terkait aspek ekonomi akibat dari Covid-19.
Ekonomi di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan tumbuh negatif, angka pengangguran dan
kemiskinan meningkat. Berdasarkan perhitungan Year on Year pertumbuhan ekonomi pada
triwulan pertama tahun 2020 menunjukkan adanya pelemahan dengan hanya mencapai 2,97%
dibandingkan capaian triwulan pertama tahun 2019 yang sebesar 5.07%. Data pada triwulan
kedua juga kurang bersahabat dengan menunjukkan kemunduran yang dalam sebesar -5,32%,
terburuk sejak tahun 1999. Data pada triwulan ketiga mengalami kontraksi pertumbuhan
sebesar 3,49 %, sedangkan pada triwulan keempat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar
2,19%. Dampak dari menurunnya persentase ekonomi di Indonesia, salah satunya adalah
peningkatan angka pengangguran dan penduduk miskin yang disebabkan karena PHK selama
masa pandemi Covid-19.

 Kondisi Perekonomian di Indonesia

Keputusan pemerintah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di


beberapa daerah sejak April 2020 berdampak luas dalam proses produksi, distribusi, dan
kegiatan operasional lainnya yang pada akhirnya mengganggu kinerja perekonomian. Triwulan
II merupakan puncak dari semua kelesuan ekonomi karena hampir seluruh sektor usaha ditutup
untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. PSBB sebagai langkah
penanganan pandemi Covid-19 yang diterapkan pada sejumlah daerah di Indonesia merupakan
faktor yang menyebabkan kontraksi pertumbuhan ekonomi pada pada triwulan II 2020.
Kebijakan PSBB untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 menyebabkan terbatasnya
mobilitas dan aktivitas masyarakat yang berdampak pada penurunan permintaan domestik.
Penghasilan masyarakat yang menurun karena pandemi menyebabkan sebagian besar sektor
usaha mengurangi aktivitasnya atau tutup total. Angka pengangguran pun meningkat. Badan
Pusat Statistik dalam Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2020 menunjukkan, Covid-19
berimbas pada sektor ketenagakerjaan.
 Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi di Indonesia

penanggulangan dampak dari pandemi Covid-19, pemerintah Negara Indonesia


mengeluarkan kebijakan – kebijakan guna mengupayakan pemulihan ekonomi. Pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintanh Pengganti Undang-Undang (PERPPU) Nomer 1 Tahun
2000 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Covid-19 dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Perppu tersebut
mengatur tentang kebijakan keuangan negara meliputi kebijakan pendapatan negara termasuk
kebijakan di bidang perpajakan, kebijakan belanja negara termasuk kebijakan di bidang
keuangan daerah, dan kebijakan pembiayaan. Sedangkan, kebijakan stabilitas sistem keuangan
meliputi kebijakan untuk penanganan permasalahan lembaga keuangan yang membahayakan
perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan. Seiring penurunan kinerja
ekonomi karena terganggunya belanja pemulihan kesehatan dan ekonomi, pemerintah mulai
melakukan upaya pemulihan ekonomi nasional melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN). Tujuannya untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku
usaha dari sektor riil dan sektor keuangan dalam menjalankan usahanya selama pandemi Covid-
19.

 Strategi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)

Pemerintah daerah Indonesia mempunyai peran strategis dalam mendorong percepatan


dan efektivitas pemulihan ekonomi nasional. Pemerintah membentuk 3 (tiga) kebijakan yang
akan dilakukan diantaranya peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia
usaha serta menjaga stabilitasi ekonomi dan ekpansi moneter. Salah satu penggerak ekonomi
nasional adalah konsumsi dalam negeri, semakin banyak konsumsi maka ekonomi akan
mengalami kenaikan. Konsumsi memiliki peran penting terkait dengan daya beli masyarakat.
Oleh sebab itu, Pemerintah telah mengalokasi anggaran sebesar Rp172,1 triliun untuk
mendorong konsumsi/kemampuan daya beli masyarakat. Dana tersebut disalurkan melalui
Bantuan Langsung Tunai, Kartu Pra Kerja, pembebasan listrik dan batuan – bantuan lainnya.
Pemerintah daerah berusaha menggerakkan dunia usaha melalui pemberian insentif/stimulus
kepada UMKM dan korporasi. Pemerintah memberikan bantuan penundaaan angsuran dan
subsidi bunga kredit perbankan, subsidi bunga melalui Kredit Usaha Rakyat dan Ultra Mikro,
penjaminan modal kerja sampai Rp10 miliar dan pemberian insentif pajak misalnya Pajak
Penghasilan (PPh Pasal 21) Ditanggung Pemerintah. Dalam rangka mendukung pemulihan
ekonomi nasional, Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, menurunkan suku
bunga, melakukan pembelian Surat Berharga Negara, dan stabilitas makro ekonomi dan sistem
keuangan. Penurunan suku bunga guna meningkatkan likuiditas keuangan untuk mendorong
aktivitas dunia usaha.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari semua materi di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia di hadapkan dengan
banyak masalah terkait aspek ekonomi akibat dari Covid-19. Ekonomi di Indonesia pada tahun
2020 diperkirakan tumbuh negatif, angka pengangguran dan kemiskinan meningkat.
Berdasarkan perhitungan Year on Year pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama tahun
2020 menunjukkan adanya pelemahan dengan hanya mencapai 2,97%.

Saran
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian bahan
maupun dalam segi penulisan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
pembaca agar karya tulis ini bisa menjadi berguna bagi pendidikan di indonesia

Anda mungkin juga menyukai