1 secara besar:
Mengapa belanja Indonesia harus dievaluasi?
● Langkah2 tersebut tidak dapat ditentukan memadai atau tidak untuk saat ini. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yang terkena dampak (jangka pendek maupun
jangka panjang) akibat penggelontoran dana khususnya your phone iku ippada
perlindungan sosial. Di antaranya sebagai berikut:
1. Anggaran hampir seluruh kementerian dan transfera wasalZl a ini bunga yang
berdampak pada belanja non-bunga di masa mendatang.
OPINI BAGIAN
Menurut kami, langkah-langkah yang direspon pemerintah dalam situasi awal
pandemi tersebut sudah memadai. Pemerintah memang perlu melakukan intervensi
pada sektor kesehatan, perusahaan swasta, serta perlindungan masyarakat. Jika
ditinjau dari sisi kesehatan, pemerintah perlu melakukan intervensi ini mengingat
banyak jumlah kasus harian COVID-19 meningkat setiap harinya. Dengan
peningkatan kasus tersebut, pemerintah kemudian menerapkan kebijakan PSBB yang
membatasi gerak masyarakat. Kondisi ini kemudian berdampak pada sektor swasta,
utamanya yang bergerak pada sektor non-kebutuhan pokok. Penurunan ini kemudian
menyebabkan kebangkrutan dan kondisi sosial yang kacau.
Meskipun demikian, menurut kami, beberapa kebijakan yang dilakukan
pemerintah tidak mendatangkan manfaat yang berarti. Salah satu contohnya adalah
pariwisata. Triliunan dana yang digelontorkan pemerintah untuk membantu sektor
pariwisata yang terdampak pada bulan Februari 2020 tidak diiringi dengan strategi
yang dapat memperbaiki keadaan tersebut. Dilansir dari website bps.go.id (Infografis-
Pariwisata-Rilis-Agustus-2020-ind.JPG (506×626) (bps.go.id)) penurunan pariwisata
di Provinsi Bali terus menurun dari bulan Januari hingga bulan Juni 2020 hingga
mencapai titik terendah kunjungan di provinsi tersebut.
Selain itu, pelaksanaan berbagai macam program sosial yang dilakukan hanya
melindungi sebagian kecil masyarakat saja. Masyarakat yang memenuhi syarat untuk
mendapatkan bantuan tersebut tentu telah terdaftar sejak lama dalam daftar penerima
bantuan. Akan tetapi, dampak COVID-19 ini dirasakan secara keseluruhan baik
masyarakat yang telah tercatat, maupun masyarakat yang tidak tercatat dalam daftar
penerima bantuan.
- Kenapa pemerintah mengintervensi ekonomi
Karena dimulainya pandemi COVID-19 yang memengaruhi berbagai sektor bahkan
ketika sebelum ada kasus COVID di Indonesia. Dengan begitu, kebijakan
pemerintah untuk perlindungan sosial dan layanan kesehatan sudah tepat
- Bagaimana pemerintah mengintervensi
Pemerintah memberikan intervensi dengan menyediakan berbagai kebutuhan sebagai
wujud perlindungan sosial. Intervensi dengan menyediakan berbagai kebutuhan
masyarakat yang terkena dampak COVID-19 sudah tepat. tetapi, wujud intervensi
yang diberikan pemerintah berupa program perlindungan yang sebagian besar
cenderung kepada masyarakat miskin tidak merata. sebab masyarakat yang
terdampak secara ekonomi berasal dari semua kalangan. masyarakat miskin bisa saja
mendapatkan bantuan tersebut. tapi tidak sedikit masyarakat yang bekerja disektor
non formal yang usahanya tidak tercatat dalam adm pemerintahan tidak dapat
merasakan manfaat dari penggelontoran dana tersebut
- Efek intervensi
tidak dapat dirasakan manfaatnya secara nyata. sebab bantuan tersebut masih
bernilai kecil untuk masyarakat. misal pada program kartu sembako. dana 4,5 T
dialokasikan untuk 15,2 juta keluarga. jika dikalkulasi, per keluarga hanya mendapat
dana 296.052. yang bahkan untuk satu bulan saja tidak cukup. sedangkan
pembatasan sosial selama covid seharusnya telah diprediksi paling tidak, akan
berlangsung lebih dari satu bulan.
yang ada cuma efek negatif terhadap intervensi. yaitu anggaran kementerian
berkurang, bunga bertambah, anggaran investasi juga berkurang.
- Kenapa pemerintah memilih intervensi tersebut
mungkin nih ya. mengingat sejarah PSBB dkk itu diperpanjang tiap 2 minggu,
pemerintah berharap COVID itu paling lama 2 minggu. sehingga bantuan yang
diberikan dalam angka yang sedikti. tapi pada kenyataannya tidak. pengamat
BAGIAN B
BAGIAN C
modal > utang dan ekuitas > utang dalam investasi disebut leverage, ketika mendapat
uang dari utang belanja akan naik dan meningkatkan investasi, leverage bukan hanya
utang aja, tapi dana dari utang yang dipakai untuk return
MEKANISME PRESENTASI:
- Resume Materi
- Opini
Isinya: Opini, Alasan, Contoh Konkret, dan Solusi yang ditawarkan
- Saat presentasi, utamakan membaca opini kelompok dahulu. Baru
menambahkan opini secara pribadi.
Resume A
Khusus Box 1.1
Langkah-langkah untuk meredam dampak ekonomi akibat COVID-19
4. Intervensi untuk meningkatkan layanan kesehatan
5. Memperluas perlindungan sosial
6. Mencegah kebangkrutan massal di sektor swasta
Langkah2 tersebut tidak dapat ditentukan memadai atau tidak untuk saat ini. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yang terkena dampak (jangka pendek maupun jangka
panjang) akibat penggelontoran dana khususnya pada perlindungan sosial. Di antaranya
sebagai berikut:
2. Anggaran hampir seluruh kementerian dan transfer ke daerah mengalami penurunan
3. Utang meningkat
4. Pembiayaan infrastruktur menurun
5. Peningkatan pembayaran bunga yang berdampak pada belanja non-bunga di masa
mendatang.
OPINI
- Kenapa pemerintah mengintervensi ekonomi
Karena dimulainya pandemi COVID-19 yang memengaruhi berbagai sektor bahkan
ketika sebelum ada kasus COVID di Indonesia. Hal ini bisa diketahui pada februari
2020, pemerintah menggelontorkan dana yang besar untuk sektor pariwisata yang
terdampak. Dengan begitu, kebijakan pemerintah sudah tepat
- Bagaimana pemerintah mengintervensi
Pemerintah memberikan intervensi dengan menyediakan berbagai kebutuhan sebagai
wujud perlindungan sosial. Intervensi dengan menyediakan berbagai kebutuhan
masyarakat yang terkena dampak COVID-19 sudah tepat. Programnya juga sudah
tepat, sebab program2 tersebut sesuai yang telah disarankan world bank dalam PER
2009 yaitu peningkatan belanja publik dibidang kesehatan dan perlindungan sosial.
Meskipun begitu, berbagai kebijakan tersebut cenderung memfokuskan perlindungan
pada masyarakat miskin. Sedangkan, tidak sedikit masyarakat yang bekerja disektor
non formal yang usahanya tidak tercatat dalam adm pemerintahan tidak dapat
merasakan manfaat dari penggelontoran dana tersebut
- Efek intervensi
tidak dapat dirasakan manfaatnya secara nyata. sebab bantuan tersebut masih
bernilai kecil untuk masyarakat. misal pada program kartu sembako. dana 4,5 T
dialokasikan untuk 15,2 juta keluarga. jika dikalkulasi, per keluarga hanya mendapat
dana 296.052. yang bahkan untuk satu bulan saja tidak cukup. Selain itu, banyak
bantuan sosial yang justru tidak tepat sasaran. Hal tersebut tidak terlepas dari KKN
pihak2 yang berwenang terutama di daerah.
yang ada cuma efek negatif terhadap intervensi. yaitu anggaran kementerian
berkurang, bunga bertambah, anggaran investasi juga berkurang.
- Kenapa pemerintah memilih intervensi tersebut
Karena pemerintah berusaha meningkatkan belanja di perlindungan sosial, tetapi
mengingat sangat terbatasnya dana yang ada, dana2 sebesar 2,7% PDB (pada saat
covid) yang bisa diberikan. Dengan suntikan dana tersebut, diharapkan memberikan
efek multiplier kepada ekonomi Indonesia.
Keputusan pemerintah dalam melakukan intervensi yang berfokus pada perlindungan sosial,
kesehatan dan infrastruktur sudah tepat. Akan tetapi, efisiensi dan efektivitas intervensi
tersebut belum bisa dipastikan mengingat kondisi Indonesia saat ini masih berada dalam
proses pemulihan pasca covid. Belum lagi dari dampak yang ditimbulkan dari pembiayaan
tersebut.
Resume B
Terlepas dari kemajuan Indonesia dalam pembangunan infrastruktur, stabilitas
ekonomi makro, pertumbuhan, dan pengentasan kemiskinan, masih terdapat
kesenjangan yang cukup besar dalam bidang sumber daya manusia. Tingkat sumber
daya manusia masih berada jauh di bawah negara-negara tetangga. Hal ini terlihat
dengan kasus stunting masih terjadi dengan prevalensi tertinggi ke-5 di dunia, skor
PISA yang lebih rendah dari negara setara, kurangnya akses fasilitas sanitasi, air
minum, dan kesiapan fasilitas kesehatan di daerah tertentu. Penyediaan infrastruktur
yang ada gagal dalam memenuhi permintaan yang terus berkembang dan lebih buruk
lagi tidak tersebar merata antar daerah. Hal ini ditunjukkan dengan permintaan jalan
yang melampaui kapasitas, progres sistem irigasi dan bendungan yang buruk
sehingga tidak mampu mencapai ketahanan pangan. Selain itu, keterjangkauan
perumahan juga menjadi konflik utama. Hal lain yang memperburuk ketidaksetaraan
kesempatan adalah kesenjangan pada akses layanan dasar. Provinsi di bagian timur
Indonesia menunjukkan angka kurang gizi dan siswa berprestasi lebih rendah yang
mempengaruhi persebaran kelahiran di Indonesia, kesempatan yang tidak merata,
dan berkontribusi pada koefisien gini yang masih tinggi.
Opini Bagian B
Pernyataan World Bank adalah benar, bahwa dibalik kemajuan luar biasa Indonesia
dalam hal pembangunan, masih terdapat kesenjangan terutama dalam bidang sumber
daya manusia. SDM di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan dari sisi
kesehatan dan pendidikan. Kekurangan dari sisi kesehatan terlihat dari data stunting
pada balita yang terjadi di Indonesia pada tahun 2022 yang mencapai 21,6%.
Kekurangan gizi pada balita ini dapat kemudian menyebabkan masalah kesehatan yang
serius. Selain itu masalah pendidikan yang ditandai dengan skor PISA Indonesia yang
bahkan menurun dari skor tahun lalu menandakan semakin berkurangnya minat belajar
anak-anak di Indonesia. Sebagai contoh walaupun saya tinggal di DKI Jakarta dan
berlokasi tidak di pinggiran kota, terdapat beberapa anak-anak yang tinggal di
lingkungan rumah saya tidak memahami tentang perkalian–matematika merupakan
salah satu materi yang diuji dalam tes PISA–walaupun sudah kelas 5 atau 6 SD–
informasi ini saya dapatkan dari orang tua saya yang membuka tempat belajar untuk
anak di sekitar rumah.
Saya setuju pada pernyataan bahwa penyediaan struktur kurang memadai dan
keterbatasan perumahan yang layak berkorelasi erat dengan minimnya akses layanan
dasar. Di daerah saya sendiri, bahkan di jalur utama antardaerah, masih banyak jalan
yang rusak hingga menyebabkan kecelakaan, akses listrik tidak memadai, dan internet
yang belum terjangkau ke seluruh provinsi.
dibawah baru kita kasih saran, gimana ga? jd opini dan contoh pendukung dulu gt baru
sarannya. Oke
Kekurangan dari sisi kesehatan dan pendidikan ini harus terus diperbaiki sedikit demi
sedikit oleh pemerintah agar Indonesia dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki. Peningkatan kesehatan dan pemerataan gizi di daerah-daerah
dengan persentase stunting tinggi perlu digiatkan dan peningkatan motivasi belajar,
literasi, dan prestasi peserta didik pada jenjang SD dan SMP harus dilakukan. Selain
itu, peningkatan akses sanitasi, air minum, dan fasilitas kesehatan di daerah-daerah
yang kekurangan juga perlu dilakukan.
Dalam menangani hal tersebut, penting bagi pemerintah untuk membangun
jaringan transportasi terlebih dahulu guna mempermudah instalasi listrik, internet, dan
saluran air bersih ke depannya sehingga sarana dan prasarana fasilitas dasar yang
nantinya dibangun memenuhi standar yang ada. Guna mempersempit kesenjangan
yang ada, hendaknya pemerintah melakukan distribusi SDM, misalnya dokter dan
guru, yang merata pula ke daerah-daerah T3. Dalam mengatasi keterbatasan
pemukiman yang layak, langkah yang dilakukan pemerintah dapat memberikan
subsidi KPR atau zero-interest cicilan pinjaman rumah. Penting untuk diingat pula
bahwa program pembangunan layanan yang telah disusun harus diawasi dengan
ketat. Apabila tidak, kualitas layanan dan pembangunan pasti tidak mencapai hasil
yang diinginkan, misalnya korupsi uang proyek dan suap pemilihan tender yang tidak
profesional.
Resume C
- Terdapat permasalahan yang menghambat kemajuan PDB Indonesia, yakni
kesenjangan SDM dan kendala infrastruktur. Dibutuhkan pembiayaan yang besar
untuk mengatasi kedua hal tersebut yakni dengan penguatan ruang fiskal.
- Upaya yang dilakukan untuk penguatan ruang fiskal adalah sebagai berikut:
(i) meningkatkan penerimaan domestik (pemungutan pajak) dan mobilisasi
pembiayaan infrastruktur dari sektor swasta
(ii)meningkatkan kualitas belanja publik untuk memaksimalkan pembangunan,
khususnya dengan mengalihkan subsidi energi dan pupuk yang tidak tepat
sasaran
(iii) memungkinkan dilakukan pinjaman secara hati-hati oleh pemerintah pusat dan
daerah (Pemda/Pemprov)
- Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja dapat dilakukan dengan
Kajian Belanja Publik (PER) yang tujuannya untuk mencapai stabilisasi, distribusi,
dan alokasi strategis. Belanja Publik Indonesia pernah dilakukan kajian oleh Bank
Dunia dengan menghasilkan laporan PER 2009 yang berisikan identifikasi
kendala utama terkait kualitas belanja publik Indonesia, yakni :
- Belanja yang tinggi atas subsidi energi dan administrasi pemerintah;
- Belanja yang rendah pada sektor penting terutama infrastruktur dan
kesehatan;
- Inefisiensi dalam bidang pertanian dan pendidikan;
- Kapasitas Pemda rendah dalam mengelola sumber daya yang terus
meningkat.
- Berdasarkan kajian PER 2009, saat ini Indonesia sudah melakukan perbaikan
dan mengalami kemajuan berupa pengurangan subsidi energi dan
peningkatan alokasi untuk prioritas pembangunan infrastruktur, kesehatan,
dan bantuan sosial. Namun, masih terdapat tantangan dalam efisiensi dan
efektivitas belanja sektoral yang menyebabkan kinerja kurang optimal.
- Cara melihat apakah efektivitas dan efisiensi sudah berjalan dengan baik
adalah dengan menjaga tingkat belajar serta defisit agar terus berlangsung
konsisten, mengalokasi belanja untuk fokus menyejahterakan rakyat dan
memberantas kemiskinan, memaksimalkan peran sektor swasta dalam
program di bagian pembiayaan dan penyediaan layanan, menganalisa
dampak dan pencapaian tujuan program-program yang dilaksanakan, analisa
alokasi belanja rutin, dan penerapan kajian belanja publik oleh pembuat
kebijakan dalam proses perencanaan, pengangaran, dan evaluasi
Opini:
Kelompok kami setuju bahwa Pemerintah perlu memperhatikan keberlanjutan dan
kecukupan belanja serta tingkat efisien dan efektivitas belanja publik untuk
memperbaiki kesenjangan infrastruktur dan peningkatan kualitas SDM.
Penjelasan:
Ruang fiskal (APBN) kita masih terbatas, sementara untuk menutup
kesenjangan ini, memerlukan sumber daya keuangan yang signifikan (Bank dunia
memperkirakan bahwa Indonesia membutuhkan 1,6 triliun untuk menutupi
kesenjangan infrastruktur). Beberapa langkah untuk meningkatkan ruang fiskal dan
mengatasi kesenjangan, yaitu dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja
publik. Melaksanakan belanja publik di bidang kesehatan dan pendidikan memang
berdampak langsung bagi kesejahteraan, namun efektivitas dan efisiensinya juga
perlu dijaga agar manfaat dari belanja publik di kedua bidang tersebut bisa berdampak
sepenuhnya.
opsi 2
contohnya berdasarkan hasil analisis worldbank, belanja subsidi energi terlalu tinggi. dengan
begitu, sejak tahun 2015, pemerintah terus mengupayakan pengurangan subsidi energi
(listrik) Indonesia.go.id - Ketentuan Baru Subsidi Listrik 2021. Alasan mengapa Indonesia
mencabut subsidi adalah karena subsidi listrik selama ini salah sasaran. Mekanisme
pemberian subsidi berubah dari awalnya subsidi terbuka (subsidi tarif) menjadi subsidi
tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa semua mekanisme subsidi terbuka harus ditinjau ulang,
apakah sudah tepat sasaran atau belum. Dengan mengefisienkan dan mengefektifkan
mekanisme subsidi, penguatan ruang fiskal akan terjadi.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210603172217-4-250425/simak-ini-fakta-seputar-
perubahan-subsidi-listrik-2022.
nb: modal > utang dan ekuitas > utang dalam investasi disebut leverage, ketika
mendapat uang dari utang belanja akan naik dan meningkatkan investasi, leverage
bukan hanya utang aja, tapi dana dari utang yang dipakai untuk return
contoh alokasi
1. Maret 2020, program kartu sembako
Dan kedepannya, program ini akan diperluas kepada 20 juta rumah tangga atau 30%
penduduk
Tambahan kalo ditanya tentang mobilisasi infrastruktur dari sektor swasta > disebut
konsesi.
Dalam penyelenggaraan infrastruktur dengan menggunakan metode konsesi terdapat
beberapa keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu:
1. Tercukupinya kebutuhan pendanaan yang berkelanjutan yang menjadi masalah
utama pemerintah dalam membangun infrastruktur;
2. Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan melalui persaingan yang
sehat;
3. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur;
4. Mendorong prinsip “pakai-bayar”, dan dalam hal tertentu dipertimbangkan
kemampuan membayar dari si pemakai