Anda di halaman 1dari 17

Chapter 1.

1 secara besar:
Mengapa belanja Indonesia harus dievaluasi?

1. Paragraf 1-2 Bagian A


Kekuatan ekonomi makro Indonesia dalam 20 tahun terakhir sangat luar biasa:
● Perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata 5,3% per tahun (2000-2018);
● lebih dari 30 juta pekerjaan jasa dan industri telah tercipta;
● tingkat kemiskinan turun dari 19,1% (2000) menjadi 9,4% (2019); dan
● Pendapatan Nasional Bruto per kapita meningkat dari AS$580 menjadi
AS$3.840.
Pengelolaan fiskal yang diatur dalam UU Keuangan Negara 17/2003 juga telah
mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi makro. Sehingga Indonesia diberi
peringkat kredit investasi oleh empat lembaga pemeringkat kredit utama.
Opini Bagian:
● Tumbuhnya perekonomian Indonesia dengan rata - rata 5,3% per tahun
menunjukkan bahwa Indonesia mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari
rata - rata negara berpendapatan menengah ke bawah. Berdasarkan data dari
World Bank, pertumbuhan rata-rata per tahun negara-negara berpendapatan
menengah ke bawah lainnya pada periode 2000-2020 berkisar antara 3-5%,
dengan rata-rata sekitar 4%. Percepatan pertumbuhan ekonomi ini mungkin
disebabkan oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga (karena menguatnya
PDB per kapita sehingga meningkatkan daya beli konsumen) dan adanya ledakan
harga komoditas pada tahun 2000-an (2000s commodities boom).
● PNB per kapita Indonesia tumbuh karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada
periode tersebut, terutama pada dekade awal tahun 2000-an dan berbagai
reformasi struktural yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam hal
kebijakan ekonomi
● Indonesia diiringi dengan UU Keuangan Negara Tahun 2003 mendukung
stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan cara mematuhi batasan yang
ditetapkan yaitu defisit anggaran 3% PDB dan rasio utang pemerintah 60% PDB.
Antara tahun 2000-2018 defisit fiskal rata-rata sebesar 1,5% PDB dan rasio utang
publik terhadap PDB menurun tajam dari 83% di tahun 2000 menjadi 30% di tahun
2018
● Indonesia mendapatkan peringkat kredit investasi BBB/Baa2 pada tahun 2011
dari lembaga rating Standard & Poor's (S&P) dan Moody's. Sebelumnya,
Indonesia memiliki peringkat spekulatif selama lebih dari satu dekade karena krisis
keuangan pada akhir 1990-an dan awal 2000-an. Namun, setelah melakukan
berbagai reformasi dan menjalankan kebijakan fiskal yang baik, Indonesia
akhirnya berhasil memperoleh peringkat kredit investasi pada tahun 2011 dan
peringkat tersebut terus dipertahankan hingga saat ini.

2. Paragraf 3-4 Bagian A


Kebijakan fiskal juga berperan dalam mengurangi kemiskinan dan ketimpangan dalam
beberapa tahun terakhir. Hal ini dikarenakan kebijakan fiskal menurunkan tingkat
kemiskinan dan koefisien gini. Contohnya, adanya peningkatan akses terhadap
layanan dasar dan infrastruktur: peningkatan dari 52% ke 82% masyarakat Indonesia
memiliki akses terhadap jaminan kesehatan, angka partisipasi sekolah menengah
pertama yang meningkat, serta pembangunan jalan dan ketersediaan rumah
melampaui target.
Opini bagian:
Peningkatan angka peserta BPJS yang terjadi di daerah saya menunjukkan pengaruh
kebijakan fiskal dalam pengurangan ketimpangan di bidang kesehatan. Pada tahun
2014, terdapat peningkatan jumlah peserta BPJS di Kabupaten Purworejo, Jawa
Tengah dari yang semula berjumlah 49.134 menjadi 60.242 (didapat dari data yang
dirilis oleh BPS). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan dalam tulisan oleh World
Bank. Tidak dapat dipungkiri, bila semakin banyak masyarakat yang mendapatkan
akses terhadap jaminan kesehatan, maka semakin banyak pula yang mendapatkan
penanganan kesehatan yang memadai. Sehingga, hal ini dapat mengurangi
ketimpangan terhadap akses layanan dasar di Indonesia.

3. Paragraf 5-6 Bagian A


Dengan pendapatan yang lebih tinggi dan adanya akses layanan yang lebih baik,
indonesia menjadi lebih sehat dan pendidikan di indonesia lebih baik. Hal ini dapat
dilihat salah satunya dari peningkatan angka harapan hidup antara tahun 2000 dan
2017 dari 66 tahun menjadi 69 tahun. Pandemi covid-19 akan membuat penutupan
kesenjangan SDM dan infrastruktur menjadi lebih sulit dengan ruang fiskal yang lebih
rendah. Selain itu, adanya pemotongan belanja infrastruktur akan menyebabkan
keterlambatan pembangunan infrastruktur.
Opini:
1. Adanya pendapatan yang tinggi, pemerintah dapat meningkatkan pengeluaran
di bidang pendidikan dan kesehatan. Pengeluaran pemerintah di bidang
kesehatan berupa alokasi anggaran untuk membiayai pengadaan dan
pemeliharaan sarana fisik dan nonfisik untuk di bidang kesehatan, membangun
sarana dan prasarana publik sehingga masyarakat mendapatkan kemudahan
akses terhadap pelayanan di sektor kesehatan.Di bidang pendidikan,
Pemerintah menyediakan alokasi belanja pada sektor pendidikan yang akan
digunakan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan serta
melakukan investasi dalam membentuk modal manusia (human capital). Pada
tahun 2019, APBN indonesia sebesar 2.461,1 T. Alokasi anggaran pendidikan
492,5 T, anggaran Kesehatan 123,1 T, dan anggaran perlindungan sosial
387,3 T. Berdasarkan data tersebut memperlihatkan bahwa 20,01 persen
APBN dialokasikan untuk anggaran pendidikan, 5 persen dialokasikan untuk
anggaran kesehatan, dan 15,74 dialokasikan untuk anggaran perlindungan
sosial. Artinya, bahwa sebesar 40,8 persen dari APBN dialokasikan untuk
pengeluaran layanan pokok (pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial).
2. Pada saat pandemi covid-19 pemerintah fokus mengutamakan kesehatan dan
keselamatan masyarakat

4. Paragraf 1-2 Bagian Box 1.1


Langkah-langkah untuk meredam dampak ekonomi akibat COVID-19
1. Intervensi untuk meningkatkan layanan kesehatan
2. Memperluas perlindungan sosial
3. Mencegah kebangkrutan massal di sektor swasta

Kebijakan Pemerintah (Rp 434 triliun/2,7% PDB)


1. Februari 2020, Rp 8 Triliun difokuskan untuk sektor pariwisata dan rumah tangga
terdampak.
2. Pertengahan Maret 2020, Rp 21 triliun difokuskan perlindungan rantai pasokan
dengan memberikan keringanan pajak dan memfasilitasi impor dan ekspor melalui
langkah-langkah non-fiskal
3. 31 Maret 2020, Rp 405 triliun, difokuskan pada pelaksanaan respons terhadap
krisis COVID dengan memperluas dukungan kesehatan, perlindungan sosial, dan
industri.
Program Perlindungan Sosial
Untuk kesejahteraan miskin dan rentan
1. Program Kartu Sembako
Peluncurannya dilakukan pada bulan Maret 2020. Program ini membutuhkan
dana 4,5 triliun. Untuk 15,2 juta rumah tangga. Manfaat diperkirakan 33 persen lebih
besar dari biasanya selama 9 bulan mendatang dan dapat memberikan nilai program
sebesar 10% dari kemiskinan nasional. Dan kedepannya, program ini akan diperluas
kepada 20 juta rumah tangga atau 30% penduduk
2. Program Keluarga Harapan
Meningkatkan nilai manfaat sebesar 25% selama 9 bulan untuk 10 rumah
tangga (sekitar 15% penduduk). Serta memajukan jadwal pembayaran dari yang
awalnya bulan April, menjadi bulan Maret.
*PKH sudah dilakukan oleh Kemensos sejak 2007 utk meningkatkan konsumsi
dan kesejahteraan Keluarga Miskin melalui faskes dan fasdik.
3. Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Delapan juta rumah tangga akan menerima bantuan BLT sementara senilai
30% dari garis kemiskinan nasional.
4. Subsidi Listrik
Subsidi listrik penuh kepada rumah tangga pelanggan 450VA dan 50% untuk
pelanggan 900VA untuk April dan Juni.
5. Pembiayaan penuh iuran BPJS untuk 30jt peserta bukan penerima upah
6. Anggaran program kartu Pra-Kerja Indonesia pada April 2020
Voucher bersubsidi bagi pekerja yang menganggur untuk meningkatkan keterampilan.
Ditujukan bagi pekerja informal dan usaha kecil dan mikro yang terdampak Covid-19.

● Langkah2 tersebut tidak dapat ditentukan memadai atau tidak untuk saat ini. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yang terkena dampak (jangka pendek maupun
jangka panjang) akibat penggelontoran dana khususnya your phone iku ippada
perlindungan sosial. Di antaranya sebagai berikut:
1. Anggaran hampir seluruh kementerian dan transfera wasalZl a ini bunga yang
berdampak pada belanja non-bunga di masa mendatang.

OPINI BAGIAN
Menurut kami, langkah-langkah yang direspon pemerintah dalam situasi awal
pandemi tersebut sudah memadai. Pemerintah memang perlu melakukan intervensi
pada sektor kesehatan, perusahaan swasta, serta perlindungan masyarakat. Jika
ditinjau dari sisi kesehatan, pemerintah perlu melakukan intervensi ini mengingat
banyak jumlah kasus harian COVID-19 meningkat setiap harinya. Dengan
peningkatan kasus tersebut, pemerintah kemudian menerapkan kebijakan PSBB yang
membatasi gerak masyarakat. Kondisi ini kemudian berdampak pada sektor swasta,
utamanya yang bergerak pada sektor non-kebutuhan pokok. Penurunan ini kemudian
menyebabkan kebangkrutan dan kondisi sosial yang kacau.
Meskipun demikian, menurut kami, beberapa kebijakan yang dilakukan
pemerintah tidak mendatangkan manfaat yang berarti. Salah satu contohnya adalah
pariwisata. Triliunan dana yang digelontorkan pemerintah untuk membantu sektor
pariwisata yang terdampak pada bulan Februari 2020 tidak diiringi dengan strategi
yang dapat memperbaiki keadaan tersebut. Dilansir dari website bps.go.id (Infografis-
Pariwisata-Rilis-Agustus-2020-ind.JPG (506×626) (bps.go.id)) penurunan pariwisata
di Provinsi Bali terus menurun dari bulan Januari hingga bulan Juni 2020 hingga
mencapai titik terendah kunjungan di provinsi tersebut.
Selain itu, pelaksanaan berbagai macam program sosial yang dilakukan hanya
melindungi sebagian kecil masyarakat saja. Masyarakat yang memenuhi syarat untuk
mendapatkan bantuan tersebut tentu telah terdaftar sejak lama dalam daftar penerima
bantuan. Akan tetapi, dampak COVID-19 ini dirasakan secara keseluruhan baik
masyarakat yang telah tercatat, maupun masyarakat yang tidak tercatat dalam daftar
penerima bantuan.
- Kenapa pemerintah mengintervensi ekonomi
Karena dimulainya pandemi COVID-19 yang memengaruhi berbagai sektor bahkan
ketika sebelum ada kasus COVID di Indonesia. Dengan begitu, kebijakan
pemerintah untuk perlindungan sosial dan layanan kesehatan sudah tepat
- Bagaimana pemerintah mengintervensi
Pemerintah memberikan intervensi dengan menyediakan berbagai kebutuhan sebagai
wujud perlindungan sosial. Intervensi dengan menyediakan berbagai kebutuhan
masyarakat yang terkena dampak COVID-19 sudah tepat. tetapi, wujud intervensi
yang diberikan pemerintah berupa program perlindungan yang sebagian besar
cenderung kepada masyarakat miskin tidak merata. sebab masyarakat yang
terdampak secara ekonomi berasal dari semua kalangan. masyarakat miskin bisa saja
mendapatkan bantuan tersebut. tapi tidak sedikit masyarakat yang bekerja disektor
non formal yang usahanya tidak tercatat dalam adm pemerintahan tidak dapat
merasakan manfaat dari penggelontoran dana tersebut
- Efek intervensi
tidak dapat dirasakan manfaatnya secara nyata. sebab bantuan tersebut masih
bernilai kecil untuk masyarakat. misal pada program kartu sembako. dana 4,5 T
dialokasikan untuk 15,2 juta keluarga. jika dikalkulasi, per keluarga hanya mendapat
dana 296.052. yang bahkan untuk satu bulan saja tidak cukup. sedangkan
pembatasan sosial selama covid seharusnya telah diprediksi paling tidak, akan
berlangsung lebih dari satu bulan.
yang ada cuma efek negatif terhadap intervensi. yaitu anggaran kementerian
berkurang, bunga bertambah, anggaran investasi juga berkurang.
- Kenapa pemerintah memilih intervensi tersebut
mungkin nih ya. mengingat sejarah PSBB dkk itu diperpanjang tiap 2 minggu,
pemerintah berharap COVID itu paling lama 2 minggu. sehingga bantuan yang
diberikan dalam angka yang sedikti. tapi pada kenyataannya tidak. pengamat

5. Paragraf 3-4 Bagian Box 1.1


Beberapa langkah perlindungan sosial yang dilakukan pemerintah Indonesia
untuk mengatasi Covid-19 adalah program Kartu Pra-Kerja Indonesia. Program ini
menyediakan voucher bersubsidi bagi pekerja yang menganggur untuk meningkatkan
keterampilan. Ditujukan bagi pekerja informal dan usaha kecil dan mikro yang
terdampak Covid-19. Langkah lain adalah realokasi anggaran dengan meningkatkan
pembiayaan bagi sektor kesehatan sebagai mitigasi Covid-19. Dampaknya, belanja
publik untuk infrastruktur akan turun tajam sekitar 23% di pusat maupun daerah. Selain
itu, berdampak pada meningkatnya rasio utang terhadap PDB.
Opini Bagian:
(PRO) Saya setuju dengan adanya program Kartu Pra-Kerja Indonesia sebagai
upaya PEN akibat pandemi Covid-19. Meskipun terdapat opini kontra yang menyebut
bahwa program ini tidak efektif mengurangi pengangguran di Indonesia, dan lebih
utama untuk mencegah PHK sebelum berfokus pada tahap Kartu Pra-Kerja. Namun,
menurut saya selama Covid-19 tentu terjadi penurunan permintaan (baik di dalam atau
luar negeri) yang otomatis menurunkan juga pendapatan individu dan perusahaan.
Maka tidak bisa dipungkiri bahwa PHK akan banyak terjadi selama pandemi.
Menindaklanjuti hal tersebut, sudah tepat jika pemerintah menyediakan subsidi berupa
program pelatihan keterampilan bagi para pekerja yang menganggur akibat Covid-19.
Selain dapat meningkatkan kualitas dan keterampilan bagi banyak masyarakat
Indonesia, program pelatihan ini juga memberikan efek panjang yang dapat
dikembangkan kedepannya. Kemudian untuk pengurangan biaya belanja publik di
bidang infrastruktur dan dialihkan kepada bidang kesehatan selama Covid-19 adalah
keputusan yang tepat. Pemerintah tentu harus mengutamakan pemulihan kesehatan agar
Indonesia tidak terus-menerus terpuruk. Jika pemerintah nantinya sudah mampu
mengatasi pandemi dan kondisi negara mulai membaik maka pemerintah dapat
memperbaiki kembali sektor-sektor non kesehatan. Namun perlu adanya strategi,
monitoring dan evaluasi dalam penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bagi sektor
kesehatan supaya optimal serta tidak salah sasaran.
(KONTRA) Pemberian subsidi melalui program Kartu Pra-Kerja Indonesia bisa
berdampak buruk berupa salah sasaran serta penerima subsidi yang tidak merata. Hal
ini bisa disalahgunakan oleh oknum untuk memanfaatkan dana subsidi yang diberikan
pemerintah dengan cara berpura-pura menjadi pengangguran atau dengan sengaja
berhenti dari pekerjaannya supaya bisa memperoleh subsidi Kartu Pra-Kerja. Selain itu,
sulit juga untuk memantau para penerima subsidi dari segi pemerataan wilayah
domisili. Hal-hal seperti itu yang terkadang menjadi penyebab tidak efektif dan
efisiennya subsidi dari pemerintah karena masih rendahnya monitoring dan evaluasi.

BAGIAN B

6. Paragraf 1-2 Bagian B


Terlepas dari kemajuan Indonesia dalam pembangunan infrastruktur, stabilitas
ekonomi makro, pertumbuhan, dan pengentasan kemiskinan, masih terdapat
kesenjangan yang cukup besar dalam bidang sumber daya manusia. Tingkat sumber
daya manusia masih berada jauh di bawah negara-negara tetangga. Hal ini terlihat
dengan kasus stunting masih terjadi dengan prevalensi tertinggi ke-5 di dunia, skor
PISA yang lebih rendah dari negara setara, kurangnya akses fasilitas sanitasi, air
minum, dan kesiapan fasilitas kesehatan di daerah tertentu
Opini Bagian:
Saya setuju dengan pernyataan World Bank bahwa dibalik kemajuan luar biasa
Indonesia dalam hal pembangunan, masih terdapat kesenjangan terutama dalam bidang
sumber daya manusia. SDA di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan dari sisi
kesehatan dan pendidikan. Kekurangan dari sisi kesehatan terlihat dari data stunting
yang terjadi di Indonesia pada tahun 2022 yang mencapai 21,6%. Kekurangan gizi pada
balita ini dapat kemudian menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Selain itu
masalah pendidikan yang ditandai dengan skor PISA yang bahkan menurun dari skor
tahun lalu menandakan semakin berkurangnya minat belajar anak-anak di Indonesia.
Sebagai contoh walaupun saya tinggal di DKI Jakarta dan berlokasi tidak di pinggiran
kota, terdapat beberapa anak-anak yang tinggal di lingkungan rumah saya tidak
memahami tentang perkalian walaupun sudah kelas 5 atau 6 SD–informasi ini saya
dapatkan dari orang tua saya yang membuka tempat belajar untuk anak di sekitar rumah.
Kekurangan dari sisi kesehatan dan pendidikan ini harus terus diperbaiki sedikit demi
sedikit oleh pemerintah agar Indonesia memiliki sumber daya manusia yang baik.
Peningkatan gizi di daerah daerah dengan persentase stunting tinggi perlu digiatkan dan
peningkatan motivasi, literasi, dan prestasi peserta didik pada jenjang SD dan SMP
harus dilakukan. Selain itu, peningkatan akses sanitasi, air minum, dan fasilitas
kesehatan di daerah-daerah yang kekurangan juga perlu dilakukan.

7. Paragraf 3-4 Bagian B


Penyediaan infrastruktur yang ada gagal dalam memenuhi permintaan yang
terus berkembang dan lebih buruk lagi tidak tersebar merata antar daerah. Hal ini
ditunjukkan dengan permintaan jalan yang melampaui kapasitas, progres sistem
irigasi dan bendungan yang buruk sehingga tidak mampu mencapai ketahanan
pangan. Selain itu, keterjangkauan perumahan juga menjadi konflik utama. Hal lain
yang memperburuk ketidaksetaraan kesempatan adalah kesenjangan pada akses
layanan dasar. Provinsi di bagian timur Indonesia menunjukkan angka kurang gizi dan
siswa berprestasi lebih rendah yang mempengaruhi persebaran kelahiran di
Indonesia, kesempatan yang tidak merata, dan berkontribusi pada koefisien gini yang
masih tinggi.
Opini Bagian:
Saya setuju pada pernyataan bahwa penyediaan struktur kurang memadai dan
keterbatasan perumahan yang layak berkorelasi erat dengan minimnya akses layanan
dasar. Di daerah saya sendiri, bahkan di jalur utama antardaerah, masih banyak jalan
yang rusak hingga menyebabkan kecelakaan, akses listrik tidak memadai, dan internet
yang belum terjangkau ke seluruh provinsi. Dalam menangani hal tersebut, penting
bagi pemerintah untuk membangun jaringan transportasi terlebih dahulu guna
mempermudah instalasi listrik, internet, dan saluran air bersih ke depannya sehingga
sarana dan prasarana fasilitas dasar yang nantinya dibangun memenuhi standar yang
ada. Guna mempersempit kesenjangan yang ada, hendaknya pemerintah melakukan
distribusi SDM, misalnya dokter dan guru, yang merata pula ke daerah-daerah T3.
Dalam mengatasi keterbatasan pemukiman yang layak, langkah yang dilakukan
pemerintah dapat memberikan subsidi KPR atau zero-interest cicilan pinjaman rumah.
Penting untuk diingat pula bahwa program pembangunan layanan yang telah disusun
harus diawasi dengan ketat. Apabila tidak, kualitas layanan dan pembangunan pasti
tidak mencapai hasil yang diinginkan, misalnya korupsi uang proyek dan suap
pemilihan tender yang tidak profesional.

BAGIAN C

8. Paragraf 1-2 Bagian C


Salah satu alasan pertumbuhan PDB yang rendah dan lambatnya laju
pengentasan kemiskinan adalah kesenjangan SDM dan kendala infrastruktur.
Kesenjangan SDM menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki masa hidup
lebih pendek, rawan penyakit, dan kurang produktif yang berdampak negatif pada
ekonomi dan infrastruktur. Sumber daya yang dibutuhkan untuk mengatasi
kesenjangan ini diestimasikan oleh Bank Dunia sangat besar dan melampaui
kapasitas keuangan publik. Apabila masalah ini teratasi, salah satu dampaknya adalah
kenaikan PDB hingga 36%.
Opini Bagian:
Opini Keseluruhan:Setuju bahwa Indonesia membutuhkan upaya untuk menutup
kesenjanga
n. Beberapa hal yang dapat dievaluasi untuk meningkatkan kapasitas keuangan publik
antara lain adalah bahwa tren spending pemerintah daerah baru meningkat di akhir
tahun dan keadaan APBN yang selalu ada SILPA. Menurut data Kementerian Dalam
Negeri, hingga pekan terakhir 2022, realisasi belanja APBD hanya mencapai 78,29%.
SILPA tahun 2022 disebutkan mencapai 119,2 T. Keadaan ini menunjukkan beberapa
spekulasi kondisi, seperti realisasi belanja rendah sehingga beberapa tujuan tidak
tercapai dan tidak fleksibelnya anggaran untuk refocusing apabila ada sisa
pembiayaan untuk digunakan ke program prioritas. Selain itu, masih banyaknya
kebijakan spending yang salah sasaran, contoh pada BPJS Ketenagakerjaan. Seluruh
pekerja di Indonesia wajib mendaftar BPJS Ketenagakerjaan. Kesalahan sasaran
terlihat pada pemberian bantuan yang tidak melihat latar belakang jabatan pemegang
kartu. Pada beberapa situasi terlihat bahwa bahkan setingkat direktur (masuk pada
ekonomi kelas atas) masih mendapatkan bantuan sebesar 600 ribu per bulannya.
Padahal anggaran tersebut dapat digunakan untuk program yang lebih urgen. Hal ini
menunjukkan bahwa anggaran Indonesia not always spent on the right interventions.

9. Paragraf 3-4 Bagian C


Indonesia perlu meningkatkan ruang fiskal untuk belanja dan mengatasi kesenjangan
tersebut, yang semakin sulit karena pandemi COVID-19, beberapa upaya dilakukan
yaitu dengan (i) meningkatkan penerimaan domestik (pemungutan pajak) dan
mobilisasi pembiayaan infrastruktur dari sektor swasta; (ii)meningkatkan kualitas
belanja publik untuk memaksimalkan pembangunan, khususnya dengan mengalihkan
subsidi energi dan pupuk yang tidak tepat sasaran; dan (iii) memungkinkan dilakukan
pinjaman secara hati-hati oleh pemerintah pusat dan daerah (Pemda/Pemprov).
Dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja dapat mencapai tujuan
pembangunan dan mengurangi kemiskinan dan ketimpangan. Penerimaan Indonesia
hanya setengah dari rata-rata negara berkembang sebesar 14,6%, dan karena itu
belanja publik tetap di bawah 20% dari PDB. Efektif dan efisien dalam belanja publik
sangat penting untuk membantu meningkatkan (leverage) investasi swasta di bidang-
bidang yang penting bagi modal manusia dan modal fisik.
Opini:
Ruang fiskal (APBN) kita masih terbatas. Beberapa langkah untuk meningkatkan
ruang fiskal dan mengatasi kesenjangan, yaitu dengan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas belanja publik, meskipun peningkatan di sektor produktif seperti pendidikan
dan kesehatan bisa memperbaiki, tapi lebih baiknya belanja di kedua sektor tersebut
lebih efisien dan efektif. Penerimaan Indonesia yang hanya setengah dari negara-
negara berkembang sehingga belanja publik tetap dibawah 20%. Oleh karena itu,
analisis kebijakan belanja publik sebagai alat untuk mengidentifikasi tingkat efisiensi
dan efektivitas belanja negara, sehingga menjadi sebagai dasar melakukan
pengalokasian sumber daya lebih efektif dan efisien untuk tujuan pembangunan.
Efisien menghasilkan output (barang dan jasa) dengan biaya serendah mungkin.
Sedangkan Efektivitas mengacu pada apakah tujuan program tercapai. Oleh karena
itu, dengan biaya yang rendah kita harus dapat mencapai tujuan program dan mampu
menghasilkan output yang berkualitas. Karena APBN terbatas, maka belanja publik
harus efisien dan efektif agar tidak ada lagi belanja negara yang tidak berdampak pada
peningkatan kesejahteraan dan kualitas layanan publik.
.

modal > utang dan ekuitas > utang dalam investasi disebut leverage, ketika mendapat
uang dari utang belanja akan naik dan meningkatkan investasi, leverage bukan hanya
utang aja, tapi dana dari utang yang dipakai untuk return

10. Paragraf 5-6 Bagian C


Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja dapat dilakukan dengan
Kajian Belanja Publik (PER) yang mencapai tujuan stabilisasi, distribusi, dan alokasi
strategis. Laporan ini didasarkan pada analisis sebelumnya yaitu PER 2009 dan
terdapat kemajuan berupa pengurangan subsidi energi dan peningkatan alokasi untuk
prioritas pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial. Namun, masih
terdapat tantangan dalam efisiensi dan efektivitas belanja sektoral yang menyebabkan
kinerja kurang optimal. Efisiensi dan efektifitas ini digunakan dalam menilai dampak
pengeluaran publik dengan mengevaluasi keterkaitan antara input, output, dan
outcome.
Opini Bagian:
Saya setuju bahwa saat ini Indonesia telah melakukan peningkatan alokasi
untuk prioritas pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial.
Pembangunan infrastruktur prioritas menjadi salah satu fokus pada APBN Tahun
2023. Pemerintah mulai gencar melakukan pembangunan infrastruktur di luar Pulau
Jawa agar terjadi pemerataan layanan sosial, terlebih saat ini Pemerintah sedang
dalam proyek pembangunan IKN. Kebijakan Pemerintah yang responsif, terukur, dan
terarah melalui intervensi di bidang kesehatan melalui langkah menjaga mobilisasi dan
pelaksanaan program vaksinasi yang masif, kemudian diikuti dengan berbagai
program pemulihan sosial ekonomi, termasuk stimulus bantuan sosial kepada
masyarakat dan dunia usaha diharapkan mampu menjaga stabilitas perekonomian
nasional. Namun, yang menjadi tantangan Indonesia saat ini adalah kurangnya
peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam belanja sektoral. Hal tersebut dibuktikan
dengan kinerja penerimaan yang lemah serta administrasi pajak yang kurang optimal.
Penerimaan perpajakan Indonesia sempat turun di tahun 2020 karena adanya
pandemi dan saat ini mulai meningkat secara signifikan. Untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas belanja negara, Pemerintah perlu meningkatkan SDM serta kapasitas
penyelenggara negara dalam bidang keuangan negara. Untuk mengatasi penerimaan
yang rendah, maka diperlukan upaya penguatan pengawasan dan kepatuhan
perpajakan, melanjutkan reformasi administrasi perpajakan, menjaga efektivitas
implementasi Undang-Undang HPP, dan insentif perpajakan yang lebih terarah.
11. Bagian Box 1.2
Kajian Belanja Publik (Public Expenditure Review, PER) 2009
Atas permintaan Pemerintah Indonesia, Bank Dunia melakukan Kajian Belanja Publik
(PER) pada tahun 2009. Tujuannya untuk berkontribusi dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Indonesia tahun 2010 s.d 2014. Laporan
tersebut berisikan identifikasi tantangan utama untuk meningkatkan kualitas
belanja publik Indonesia, yakni :
- Belanja yang tinggi atas subsidi energi (25% APBN) dan administrasi
pemerintah (14% APBN);
- Belanja yang rendah pada sektor penting terutama infrastruktur dan
kesehatan;
- Inefisiensi dalam bidang pertanian dan pendidikan;
- Kapasitas Pemda rendah dalam mengelola sumber daya yang terus
meningkat.
Selain itu, laporan ini juga mengusulkan big push strategy untuk mengatasi
kebutuhan pembangunan Indonesia melalui RPJMN 2010 s.d 2014 dengan
membangun posisi fiskal yang sehat dan memproyeksikan pertumbuhan
sumber daya sehingga membutuhkan pilihan kebijakan di dua bidang, yakni :
1. Realokasi sumber daya ke bidang prioritas rendah, seperti memindahkan
alokasi yang tinggi atas subsidi energi dan administrasi pemerintah;
2. Memperluas kapasitas sumber daya melalui peningkatan mobilisasi
penerimaan dan meningkatkan defisit fiskal sebesar 1% dengan tetap menjaga
total utang stabil. Perluasan sumber daya fiskal tersebut dapat digunakan
untuk :
- Meningkatkan belanja publik Infrastruktur (2% menjadi 4% dari PDB
pada 2014);
- Meningkatkan belanja publik Kesehatan dan perlindungan sosial (1,2%
menjadi 3,0% dari PDB pada 2014);
- Tetap mempertahankan proporsi anggaran belanja untuk pendidikan
dan pertanian; dan
- Melaksanakan reformasi birokrasi.
DANA → APBN → SMART SPENDING
Opini bagian :
Dengan dilakukannya kajian belanja publik Indonesia (PER) tahun 2009 oleh
Bank Dunia dapat membantu pemerintah Indonesia dalam mengidentifikasi apa
saja kendala utama agar belanja publik kedepannya dapat dilakukan lebih efisien
dan efektif. PER yang dilakukan tidak semata-mata menyajikan kendala yang dialami,
tetapi juga terdapat usulan strategi yang disebut big push strategy. Misalnya, kendala
utama terhadap belanja publik yang tinggi pada sektor energi dan administrasi
pemerintah maka strategi yang diusulkan oleh Bank Dunia dengan melakukan relokasi
atas belanja publik pada sektor tersebut. Sementara itu, Bank Dunia juga
menyarankan agar defisit fiskal terjaga dalam kisaran 1% untuk menjaga
keberlangsungan ekonomi Indonesia di masa depan. Dengan capaian defisit yang
rendah, pemerintah dapat mengakumulasikan dana cadangan untuk mengatasi
gejolak ekonomi tahun-tahun berikutnya. PER ini juga menjadi perbaikan atau
evaluasi pada belanja publik Indonesia di periode kedepannya, seperti
pengurangan subsidi energi dan peningkatan alokasi untuk prioritas
pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial.

12. Bagian Overview


Efisiensi dan efektivitas adalah istilah umum yang digunakan dalam menilai
dampak pengeluaran publik dengan mengevaluasi keterkaitan antara masukan
(input), keluaran (ouput), dan hasil (outcome). Efisiensi mengacu pada penggunaan
input untuk menghasilkan output dengan biaya seminimal mungkin, atau biasa disebut
sebagai “Doing things right”. Efisiensi terbagi menjadi dimensi efisiensi alokasi yang
mengacu pada apakah sumber daya dibelanjakan untuk ‘hal yang tepat’ (yaitu,
kombinasi input yang optimal untuk menghasilkan output) dan efisiensi teknis yang
mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan output dengan biaya semininal
mungkin (meminimalkan biaya per unit output). Contoh kegiatan yang memerlukan
efisiensi adalah pelaksanaan dan kapasitas pengelolaan keuangan seperti upah,
biaya standar, atau pengadaan. Efektivitas mengacu pada apakah tujuan program
tercapai atau biasa disebut sebagai “Doing the right things”.
Enam elemen kerangka kerja untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi
belanja publik adalah Tingkat belanja publik agregat dan tingkat defisit harus konsisten
dengan kerangka ekonomi makro jangka menengah, belanja secara agregat harus
dialokasikan untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial, dampak dari program-
program utama yang menargetkan masyarakat miskin harus dianalisis, alokasi untuk
belanja modal dan belanja rutin harus dianalisa dan diintegrasikan, penerapan PER
harus berupaya untuk membangun kapasitas dan kepemilikan pemerintah.
Opini Bagian:
Menjaga agar dana terus mengalir ke hal-hal yang berdampak baik dengan
proporsi yang tepat adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam konsep belanja publik
dan hal tersebut merupakan inti dari konsep efisiensi dan efektivitas. kedua konsep
tersebut bila dilakukan dengan baik dapat mengarahkan kinerja pemerintah untuk
mencapai tujuan negara yang salah satunya adalah mengentaskan kemiskinan. Selain
itu, menjaga konsistensi belanja serta mengawasi dan selalu mengevaluasi program-
program pemerintah merupakan cara yang tepat dalam melihat apakah kegiatan
belanja publik telah efektif dan efisien.

13. Bagian Figure 1.4


Mengevaluasi kualitas belanja publik membutuhkan data masukan, keluaran,
dan hasil. Masukan mengacu pada sumber daya yang akan dibelanjakan, sedangkan
keluaran dan hasil mencerminkan target atau sasaran pembangunan yang terukur dan
khusus untuk sektor. Indikator keluaran dan hasil ini tercermin di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019) dan rencana
strategis (Renstra) kementerian dan lembaga. Analisa dan ringkasan di Bagian 1
mengacu pada analisa efisiensi dan efektivitas belanja di tujuh bidang: kesehatan,
pendidikan, bantuan sosial dengan sorotan pada gizi dan stunting (Bagian 2 mengenai
modal manusia), jalan nasional, perumahan, pengelolaan sumber daya air dan air
minum dan sanitasi (Bagian 3 mengenai infrastruktur).
Opini Bagian:
Belanja nasional yang dikeluarkan pada tahun 2016 menurut saya sudah sesuai dengan
pengutamaan aspek efektivitas dan efisiensi belanja publik di dalamnya. Dimana bidang-
bidang yang tidak terdapat di dalam PER seperti pembayaran bunga, subsidi pajak,
pertahanan, fasilitas publik, dan pariwisata ditempatkan pada persentase terbesar yaitu 58%.
Kemudian disusul pendidikan sebesar 19%. Penempatan pendidikan pada posisi kedua
sudah sesuai karena melihat dari adanya kesenjangan modal manusia yang banyak berkaitan
dengan pendidikan seperti rendahnya HCI INDONESIA dan skor PISA Indonesia yang jauh
lebih rendah jika dibandingkan negara setara lainnya.

MEKANISME PRESENTASI:
- Resume Materi
- Opini
Isinya: Opini, Alasan, Contoh Konkret, dan Solusi yang ditawarkan
- Saat presentasi, utamakan membaca opini kelompok dahulu. Baru
menambahkan opini secara pribadi.
Resume A
Khusus Box 1.1
Langkah-langkah untuk meredam dampak ekonomi akibat COVID-19
4. Intervensi untuk meningkatkan layanan kesehatan
5. Memperluas perlindungan sosial
6. Mencegah kebangkrutan massal di sektor swasta

Kebijakan Pemerintah (Rp 434 triliun/2,7% PDB)


4. Februari 2020, Rp 8 Triliun difokuskan untuk sektor pariwisata dan rumah tangga
terdampak.
5. Pertengahan Maret 2021, Rp 21 triliun difokuskan perlindungan rantai pasokan
dengan memberikan keringanan pajak dan memfasilitasi impor dan ekspor melalui
langkah-langkah non-fiskal
6. 31 Maret 2021, Rp 405 triliun, difokuskan pada pelaksanaan respons terhadap
krisis COVID dengan memperluas dukungan kesehatan, perlindungan sosial, dan
industri.
Program Perlindungan Sosial
Untuk kesejahteraan miskin dan rentan
7. Program Kartu Sembako
Peluncurannya dilakukan pada bulan Maret 2020. Program ini membutuhkan
dana 4,5 triliun. Untuk 15,2 juta rumah tangga. Manfaat diperkirakan 33 persen lebih
besar dari biasanya selama 9 bulan mendatang dan dapat memberikan nilai program
sebesar 10% dari kemiskinan nasional. Dan kedepannya, program ini akan diperluas
kepada 20 juta rumah tangga atau 30% penduduk
8. Program Keluarga Harapan
Meningkatkan nilai manfaat sebesar 25% selama 9 bulan untuk 10 rumah
tangga (sekitar 15% penduduk). Serta memajukan jadwal pembayaran dari yang
awalnya bulan April, menjadi bulan Maret.
9. Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Delapan juta rumah tangga akan menerima bantuan BLT sementara senilai
30% dari garis kemiskinan nasional.
10. Subsidi Listrik
Subsidi listrik penuh kepada rumah tangga pelanggan 450VA dan 50% untuk
pelanggan 900VA untuk April dan Juni.
11. Pembiayaan penuh iuran BPJS untuk peserta bukan penerima upah
12. Anggaran program kartu Pra-Kerja Indonesia pada April 2020
Voucher bersubsidi bagi pekerja yang menganggur untuk meningkatkan keterampilan.
Ditujukan bagi pekerja informal dan usaha kecil dan mikro yangterdampak Covid-19.

Langkah2 tersebut tidak dapat ditentukan memadai atau tidak untuk saat ini. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yang terkena dampak (jangka pendek maupun jangka
panjang) akibat penggelontoran dana khususnya pada perlindungan sosial. Di antaranya
sebagai berikut:
2. Anggaran hampir seluruh kementerian dan transfer ke daerah mengalami penurunan
3. Utang meningkat
4. Pembiayaan infrastruktur menurun
5. Peningkatan pembayaran bunga yang berdampak pada belanja non-bunga di masa
mendatang.
OPINI
- Kenapa pemerintah mengintervensi ekonomi
Karena dimulainya pandemi COVID-19 yang memengaruhi berbagai sektor bahkan
ketika sebelum ada kasus COVID di Indonesia. Hal ini bisa diketahui pada februari
2020, pemerintah menggelontorkan dana yang besar untuk sektor pariwisata yang
terdampak. Dengan begitu, kebijakan pemerintah sudah tepat
- Bagaimana pemerintah mengintervensi
Pemerintah memberikan intervensi dengan menyediakan berbagai kebutuhan sebagai
wujud perlindungan sosial. Intervensi dengan menyediakan berbagai kebutuhan
masyarakat yang terkena dampak COVID-19 sudah tepat. Programnya juga sudah
tepat, sebab program2 tersebut sesuai yang telah disarankan world bank dalam PER
2009 yaitu peningkatan belanja publik dibidang kesehatan dan perlindungan sosial.
Meskipun begitu, berbagai kebijakan tersebut cenderung memfokuskan perlindungan
pada masyarakat miskin. Sedangkan, tidak sedikit masyarakat yang bekerja disektor
non formal yang usahanya tidak tercatat dalam adm pemerintahan tidak dapat
merasakan manfaat dari penggelontoran dana tersebut
- Efek intervensi
tidak dapat dirasakan manfaatnya secara nyata. sebab bantuan tersebut masih
bernilai kecil untuk masyarakat. misal pada program kartu sembako. dana 4,5 T
dialokasikan untuk 15,2 juta keluarga. jika dikalkulasi, per keluarga hanya mendapat
dana 296.052. yang bahkan untuk satu bulan saja tidak cukup. Selain itu, banyak
bantuan sosial yang justru tidak tepat sasaran. Hal tersebut tidak terlepas dari KKN
pihak2 yang berwenang terutama di daerah.
yang ada cuma efek negatif terhadap intervensi. yaitu anggaran kementerian
berkurang, bunga bertambah, anggaran investasi juga berkurang.
- Kenapa pemerintah memilih intervensi tersebut
Karena pemerintah berusaha meningkatkan belanja di perlindungan sosial, tetapi
mengingat sangat terbatasnya dana yang ada, dana2 sebesar 2,7% PDB (pada saat
covid) yang bisa diberikan. Dengan suntikan dana tersebut, diharapkan memberikan
efek multiplier kepada ekonomi Indonesia.
Keputusan pemerintah dalam melakukan intervensi yang berfokus pada perlindungan sosial,
kesehatan dan infrastruktur sudah tepat. Akan tetapi, efisiensi dan efektivitas intervensi
tersebut belum bisa dipastikan mengingat kondisi Indonesia saat ini masih berada dalam
proses pemulihan pasca covid. Belum lagi dari dampak yang ditimbulkan dari pembiayaan
tersebut.

Resume B
Terlepas dari kemajuan Indonesia dalam pembangunan infrastruktur, stabilitas
ekonomi makro, pertumbuhan, dan pengentasan kemiskinan, masih terdapat
kesenjangan yang cukup besar dalam bidang sumber daya manusia. Tingkat sumber
daya manusia masih berada jauh di bawah negara-negara tetangga. Hal ini terlihat
dengan kasus stunting masih terjadi dengan prevalensi tertinggi ke-5 di dunia, skor
PISA yang lebih rendah dari negara setara, kurangnya akses fasilitas sanitasi, air
minum, dan kesiapan fasilitas kesehatan di daerah tertentu. Penyediaan infrastruktur
yang ada gagal dalam memenuhi permintaan yang terus berkembang dan lebih buruk
lagi tidak tersebar merata antar daerah. Hal ini ditunjukkan dengan permintaan jalan
yang melampaui kapasitas, progres sistem irigasi dan bendungan yang buruk
sehingga tidak mampu mencapai ketahanan pangan. Selain itu, keterjangkauan
perumahan juga menjadi konflik utama. Hal lain yang memperburuk ketidaksetaraan
kesempatan adalah kesenjangan pada akses layanan dasar. Provinsi di bagian timur
Indonesia menunjukkan angka kurang gizi dan siswa berprestasi lebih rendah yang
mempengaruhi persebaran kelahiran di Indonesia, kesempatan yang tidak merata,
dan berkontribusi pada koefisien gini yang masih tinggi.
Opini Bagian B

Pernyataan World Bank adalah benar, bahwa dibalik kemajuan luar biasa Indonesia
dalam hal pembangunan, masih terdapat kesenjangan terutama dalam bidang sumber
daya manusia. SDM di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan dari sisi
kesehatan dan pendidikan. Kekurangan dari sisi kesehatan terlihat dari data stunting
pada balita yang terjadi di Indonesia pada tahun 2022 yang mencapai 21,6%.
Kekurangan gizi pada balita ini dapat kemudian menyebabkan masalah kesehatan yang
serius. Selain itu masalah pendidikan yang ditandai dengan skor PISA Indonesia yang
bahkan menurun dari skor tahun lalu menandakan semakin berkurangnya minat belajar
anak-anak di Indonesia. Sebagai contoh walaupun saya tinggal di DKI Jakarta dan
berlokasi tidak di pinggiran kota, terdapat beberapa anak-anak yang tinggal di
lingkungan rumah saya tidak memahami tentang perkalian–matematika merupakan
salah satu materi yang diuji dalam tes PISA–walaupun sudah kelas 5 atau 6 SD–
informasi ini saya dapatkan dari orang tua saya yang membuka tempat belajar untuk
anak di sekitar rumah.

Saya setuju pada pernyataan bahwa penyediaan struktur kurang memadai dan
keterbatasan perumahan yang layak berkorelasi erat dengan minimnya akses layanan
dasar. Di daerah saya sendiri, bahkan di jalur utama antardaerah, masih banyak jalan
yang rusak hingga menyebabkan kecelakaan, akses listrik tidak memadai, dan internet
yang belum terjangkau ke seluruh provinsi.

dibawah baru kita kasih saran, gimana ga? jd opini dan contoh pendukung dulu gt baru
sarannya. Oke

Kekurangan dari sisi kesehatan dan pendidikan ini harus terus diperbaiki sedikit demi
sedikit oleh pemerintah agar Indonesia dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki. Peningkatan kesehatan dan pemerataan gizi di daerah-daerah
dengan persentase stunting tinggi perlu digiatkan dan peningkatan motivasi belajar,
literasi, dan prestasi peserta didik pada jenjang SD dan SMP harus dilakukan. Selain
itu, peningkatan akses sanitasi, air minum, dan fasilitas kesehatan di daerah-daerah
yang kekurangan juga perlu dilakukan.
Dalam menangani hal tersebut, penting bagi pemerintah untuk membangun
jaringan transportasi terlebih dahulu guna mempermudah instalasi listrik, internet, dan
saluran air bersih ke depannya sehingga sarana dan prasarana fasilitas dasar yang
nantinya dibangun memenuhi standar yang ada. Guna mempersempit kesenjangan
yang ada, hendaknya pemerintah melakukan distribusi SDM, misalnya dokter dan
guru, yang merata pula ke daerah-daerah T3. Dalam mengatasi keterbatasan
pemukiman yang layak, langkah yang dilakukan pemerintah dapat memberikan
subsidi KPR atau zero-interest cicilan pinjaman rumah. Penting untuk diingat pula
bahwa program pembangunan layanan yang telah disusun harus diawasi dengan
ketat. Apabila tidak, kualitas layanan dan pembangunan pasti tidak mencapai hasil
yang diinginkan, misalnya korupsi uang proyek dan suap pemilihan tender yang tidak
profesional.

Resume C
- Terdapat permasalahan yang menghambat kemajuan PDB Indonesia, yakni
kesenjangan SDM dan kendala infrastruktur. Dibutuhkan pembiayaan yang besar
untuk mengatasi kedua hal tersebut yakni dengan penguatan ruang fiskal.
- Upaya yang dilakukan untuk penguatan ruang fiskal adalah sebagai berikut:
(i) meningkatkan penerimaan domestik (pemungutan pajak) dan mobilisasi
pembiayaan infrastruktur dari sektor swasta
(ii)meningkatkan kualitas belanja publik untuk memaksimalkan pembangunan,
khususnya dengan mengalihkan subsidi energi dan pupuk yang tidak tepat
sasaran
(iii) memungkinkan dilakukan pinjaman secara hati-hati oleh pemerintah pusat dan
daerah (Pemda/Pemprov)
- Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja dapat dilakukan dengan
Kajian Belanja Publik (PER) yang tujuannya untuk mencapai stabilisasi, distribusi,
dan alokasi strategis. Belanja Publik Indonesia pernah dilakukan kajian oleh Bank
Dunia dengan menghasilkan laporan PER 2009 yang berisikan identifikasi
kendala utama terkait kualitas belanja publik Indonesia, yakni :
- Belanja yang tinggi atas subsidi energi dan administrasi pemerintah;
- Belanja yang rendah pada sektor penting terutama infrastruktur dan
kesehatan;
- Inefisiensi dalam bidang pertanian dan pendidikan;
- Kapasitas Pemda rendah dalam mengelola sumber daya yang terus
meningkat.
- Berdasarkan kajian PER 2009, saat ini Indonesia sudah melakukan perbaikan
dan mengalami kemajuan berupa pengurangan subsidi energi dan
peningkatan alokasi untuk prioritas pembangunan infrastruktur, kesehatan,
dan bantuan sosial. Namun, masih terdapat tantangan dalam efisiensi dan
efektivitas belanja sektoral yang menyebabkan kinerja kurang optimal.
- Cara melihat apakah efektivitas dan efisiensi sudah berjalan dengan baik
adalah dengan menjaga tingkat belajar serta defisit agar terus berlangsung
konsisten, mengalokasi belanja untuk fokus menyejahterakan rakyat dan
memberantas kemiskinan, memaksimalkan peran sektor swasta dalam
program di bagian pembiayaan dan penyediaan layanan, menganalisa
dampak dan pencapaian tujuan program-program yang dilaksanakan, analisa
alokasi belanja rutin, dan penerapan kajian belanja publik oleh pembuat
kebijakan dalam proses perencanaan, pengangaran, dan evaluasi
Opini:
Kelompok kami setuju bahwa Pemerintah perlu memperhatikan keberlanjutan dan
kecukupan belanja serta tingkat efisien dan efektivitas belanja publik untuk
memperbaiki kesenjangan infrastruktur dan peningkatan kualitas SDM.
Penjelasan:
Ruang fiskal (APBN) kita masih terbatas, sementara untuk menutup
kesenjangan ini, memerlukan sumber daya keuangan yang signifikan (Bank dunia
memperkirakan bahwa Indonesia membutuhkan 1,6 triliun untuk menutupi
kesenjangan infrastruktur). Beberapa langkah untuk meningkatkan ruang fiskal dan
mengatasi kesenjangan, yaitu dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja
publik. Melaksanakan belanja publik di bidang kesehatan dan pendidikan memang
berdampak langsung bagi kesejahteraan, namun efektivitas dan efisiensinya juga
perlu dijaga agar manfaat dari belanja publik di kedua bidang tersebut bisa berdampak
sepenuhnya.

Belanja publik baru bisa mengatasi permasalahan ketimpangan di Indonesia apabila


alokasinya efektif dan efisien (alokasinya digunakan dengan baik untuk peningkatan
infrastruktur, kesehatan, pendidikan serta dampak lainnya yang dirasakan oleh masyarakat).
Ketika belanja publik tidak efisien menurut kami dibuktikan pada (pilih 1 opsi aja, but prefer ke
opsi 2,cmiiw kalo analisis kasusku salah):
opsi 1
kebijakan pemerintah yang menggelontorkan dana sebesar 8 triliun untuk salah satu
fokusnya pada sektor pariwisata. Kebijakan itu difokuskan pada februari 2020, kurang lebih
sebulan sebelum kasus covid pertama di Indonesia. Sedangkan di tempat lain, sudah banyak
negara yang melakukan lock-down sehingga membatasi sektor pariwisata mereka. Bahkan
untuk mereka yg ingin bepergian ke luar negeri. Menurut kelompok kami, sektor pariwisata di
masa covid tidak dapat mencapai efisiensi untuk meningkatkan perekonomian negara pada
kondisi pra pandemi. masyarakat banyak yang memilih untuk tetap tinggal daripada berwisata
pada kondisi tersebut.

opsi 2
contohnya berdasarkan hasil analisis worldbank, belanja subsidi energi terlalu tinggi. dengan
begitu, sejak tahun 2015, pemerintah terus mengupayakan pengurangan subsidi energi
(listrik) Indonesia.go.id - Ketentuan Baru Subsidi Listrik 2021. Alasan mengapa Indonesia
mencabut subsidi adalah karena subsidi listrik selama ini salah sasaran. Mekanisme
pemberian subsidi berubah dari awalnya subsidi terbuka (subsidi tarif) menjadi subsidi
tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa semua mekanisme subsidi terbuka harus ditinjau ulang,
apakah sudah tepat sasaran atau belum. Dengan mengefisienkan dan mengefektifkan
mekanisme subsidi, penguatan ruang fiskal akan terjadi.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210603172217-4-250425/simak-ini-fakta-seputar-
perubahan-subsidi-listrik-2022.

Kebijakan Pemerintah (Rp 434 triliun/2,7% PDB)


1. Februari 2020, 8 Triliun difokuskan untuk sektor pariwisata dan rumah tangga
terdampak
2. Pertengahan Maret 2021, 21 triliun difokuskan perlindungan rantai pasokan dengan
memberikan keringanan pajak dan memfasilitasi impor dan ekspor melalui langkah-
langkah non-fiskal
3. 31 Maret 2021, 405 triliun, difokuskan pada pelaksanaan respons terhadap krisis
COVID dengan memperluas dukungan kesehatan, perlindungan sosial, dan industri.

nb: modal > utang dan ekuitas > utang dalam investasi disebut leverage, ketika
mendapat uang dari utang belanja akan naik dan meningkatkan investasi, leverage
bukan hanya utang aja, tapi dana dari utang yang dipakai untuk return

contoh alokasi
1. Maret 2020, program kartu sembako
Dan kedepannya, program ini akan diperluas kepada 20 juta rumah tangga atau 30%
penduduk

Tambahan kalo ditanya tentang mobilisasi infrastruktur dari sektor swasta > disebut
konsesi.
Dalam penyelenggaraan infrastruktur dengan menggunakan metode konsesi terdapat
beberapa keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu:
1. Tercukupinya kebutuhan pendanaan yang berkelanjutan yang menjadi masalah
utama pemerintah dalam membangun infrastruktur;
2. Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan melalui persaingan yang
sehat;
3. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur;
4. Mendorong prinsip “pakai-bayar”, dan dalam hal tertentu dipertimbangkan
kemampuan membayar dari si pemakai

Anda mungkin juga menyukai