Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dinda Nurfianti Apriliana

Kelas : Pendidikan IPS B 2019


NIM : 19416241031

PEREKONOMIAN INDONESIA

Kondisi Perekonomian Indonesia pada Masa Pemerintahan Joko Widodo Periode I (2014-2019)
dan Periode II (2019-2024)

Periode 1 Tahun 2014-2019


A. Kebijakan
Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Sofyan Djalil mengungkapkan, enam paket
kebijakan tersebut setelah disetujui oleh Jokowi. Paket kebijakan ekonomi itu akan
diwujudkan dalam Peraturan Pemerintah untuk selanjutnya langsung ditandatangani oleh
Presiden
Adapun enam paket kebijakan tersebut adalah :
1. Tax allowance, untuk perusahaan yang mampu melakukan reinvestasi dengan hasil
dividen. Perusahaan yang mampu ciptakan lapangan kerja dan perusahaan yang
berorientasi dan perusahaan yang investasi di research and development. Kemudian
setelah itu juga pemerintah berlakukan insentif PPn untuk industri galangan kapal.
2. Kebijakan tentang Bea masuk anti dumping sementara dan bea masuk tindak
pengamanan sementara thd produk impor yang unfair trade. Poin ini dalam rangka
melindungi industri dalam negeri.
3. Pemerintah memberikan bebas visa kunjungan singkat kepada wisatawan. Pemerintah
putuskan bebas visa kepada 30 negara baru. Setelah Perpres jalan yang diperkirakan
bulan depan, akan menjadi 45 negara ke RI untuk turis tanpa visa.
4. Kewajiban penggunaan biofuel sampai 15 persen dengan tujuan mengurangi impor
solar cukup besar.
5. Penerapan LC (Letter of Credit) untuk produk SDA, seperti produk tambang, batubara,
migas dan cpo. Intinya dengan ini pemerintah ingin tidak ada distorsi. "Jadi jangan
khawatir kontrak long term, karena LC terus diputus kontraknya dan harga turun, itu
tidak akan terjadi, kalau bisa dibuktikan sebagai kontrak longterm maka akan diberikan
pengecualian," papar Sofyan.
6. Restrukturisasi perusahaan reasuransi domestik. Pemerintah sudah mulai dengan
perkenalan reasuransi BUMN. Jadi dari 2 perusahaan, menjadi 1 perusahaan nasional.

B. Keadaan Ekonomi Periode I

 Pertujmbuhan ekonomi
Pada 2015, perekonomian Indonesia kembali terlihat rapuh. Rupiah terus menerus
melemah terhadap dollar AS. Saat itu, ekonomi Indonesia tumbuh 4,88 persen. Pada
2016, ekonomi Indonesia mulai terdongkrak tumbuh 5,03 persen. Dilanjutkan dengan
pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 5,17.Berdasarkan asumsi makro dalam
APBN 2018, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomis 2018 secara
keseluruhan mencapai 5,4 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2018
ternyata tak cukup menggembirakan, hanya 5,06 persen.Sementara pada kuartal II-
2018, ekonomi tumbuh 5,27 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hanya
ada sedikit perbaikan dibandingkan kuartal sebelumnya.Pada Senin (5/11/2018), BPS
mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2018 sebesar 5,17
persen, malah melambat lagi dibandingkan kuartal sebelumnya.
 Hutang
Posisi Utang Luar Negeri Indonesia pada Tahun 2015 adalah sebesar Rp4.192
triliun berdasarkan data Bank Indonesia. Pada Tahun 2016 posisi Utang Luar
Negeri Indonesia telah meningkat menjadi Rp4.347 triliun atau naik sejumlah
Rp155 triliun atau sebesar 3,56 persen. Sedangkan pada Tahun 2017, posisi
Utang Luar Negeri Indonesia telah menjadi Rp4.478 triliun atau naik lagi
sejumlah Rp131 triliun.
 Alokasi anggaran Infrastruktur
Alokasi anggaran infrastruktur pada Tahun Anggaran 2015 adalah sebesar Rp290
triliun disebut sebagai alokasi terbesar sepanjang 10 tahun terakhir. Anggaran
infrastruktur terbesar lainnya di atas Rp200 triliun teralokasi pada Tahun 2014
sejumlah Rp206,6 Trilyun. Pada Tahun 2016 alokasinya menjadi Rp313 triliun
atau naik sejumlah Rp23 triliun dibanding alokasi Tahun 2015. Sementara
anggaran infrastruktur Tahun 2017 kembali meningkat menjadi Rp 387,3 Trilyun
atau naik sejumlah Rp 74,3 Trilyun, meningkat 3 (tiga) kali lipat dari Tahun 2016.
Rencananya alokasi anggaran infrastruktur ini pada Tahun Anggaran 2018 pada
RAPBN akan dinaikkan lagi menjadi Rp 409 Trilyun.
 Inflasi
Mengutip data Bank Indonesia (BI), inflasi tercatat 8,36 persen pada 2014. Pemerintah
dan pemangku kepentingan lainnya mampu menekan inflasi menjadi 3,35 persen pada
2015. Kemudian kembali turun menjadi 3,02 persen pada 2016. Akan tetapi, inflasi
kembali naik menjadi 3,61 persen pada 2017.
 Kemiskinan
Jumlah kemiskinan pada Tahun 2015 adalah sejumlah 28,51 juta atau sebesar
11,22 persen, sedangkan pada Tahun 2016 jumlah kemiskinan mencapai 27,76
juta atau sebesar 10,7 persen. Terdapat penurunan angka kemiskinan sebesar 0,32
persen dibandingkan dengan Tahun 2015. sejumlah 360.000 orang berdasarkan
data Badan Pusat Statistik. Pada Tahun 2017 sampai dengan bulan Maret 2017
jumlah kemiskinan mencapai angka 27,77 juta atau ada kenaikan sebesar 100
ribu jiwa walaupun secara relatif menurun menjadi 10,64 persen
 Tenaga Kerja dan Pengangguran
Jumlah pengangguran dari total angkatan kerja sebesar 122,4 juta jiwa di
Indonesia pada Tahun 2015 adalah sebesar 7,6 juta orang atau sebesar 6,2 persen
juga angka pengangguran terburuk selama 3 tahun terakhir. Sedangkan pada
Tahun 2016 total angkatan kerja menjadi 127,8 juta jiwa dan angka
pengangguran adalah sejumlah 7,02 juta orang atau sebesar 5,5 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa dari kenaikan angka angkatan kerja yang mencapai 5,4 juta
orang atau sebesar 9,5 persen, pemerintah hanya mampu mengatasi
pengangguran hanya sebesar 0,7 persen saja dari tahun sebelumnya.’ Pada Tahun
2017 (bulan Maret) jumlah angkatan kerja total sudah mencapai 131,55 juta
sedangkan angka pengangguran mencapai 7,01 juta orang atau sebesar 5,33
persen, mengalami penurunan sejumlah 100 ribu orang tetapi dengan adanya
lonjakan angkatan kerja yang besar.
 Kemudahan usaha
Disebutkan soal naiknya skor Ease of Doing Business (kemudahan berusaha) sebagai
wujud komitmen pemerintah melakukan perbaikan struktural berkesinambungan.
Selain itu, rasio elektrifikasi yang telah mencapai 98,8% sebagai bagian dari program
35 ribu MW yang ditargetkan pemerintah juga disebut sebagai sebuah keberhasilan.
C. Kegagalan
Ada empat target ekonomi makro menurut RPJMN 2015-2019 yang gagal dipenuhi oleh
pemerintahan Jokowi – JK.
 Pertama, pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan di angka 5% padahal target
pertumbuhan ekonomi diharapkan berada pada angka 7-8%.
 Kedua, tingkat kemiskinan ditargetkan menurun ke angka 7-8 % pada akhir 2019.
Nyatanya, per Maret 2019, tingkat kemisikinan masih berada di angka 9,4%.
 Ketiga, tingkat ketimpangan atau gini ratio. Pemerintah awalnya memperkirakan gini
ratio mampu mencapai angka 0,36 pada akhir tahun 2019. Namun, per Maret 2019 baru
mencapai 0,382.
 Dan keempat, Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pemerintah awalnya menargetkan
IPM bisa mencapai 76,3 poin pada 2019 namun baru mencapai angka 71,3 pada akhir
2018.
D. Keberhasilan
 Menjaga Laju Inflasi yang sebelumnya pada tahun 2014, 8.4% menjadi 3-4%
 Tingkat Kemiskinan yang targetnya kurang lebih 7-8% di akhir 2019 terealisasi 9.4%
per Maret 2019
 Konsumsi Listrik Perkapita yang sebelumnya pada tahun 2014, 843 kWh menjadi
1200kWh
 Tingkat Ketimpangan yang ditargetkan 0,360 di akhir 2019 terealisasi 0,382 per Maret
2019.
 Index Pembangunan Manusia yang ditargetkan sebesar 76,5 terealisasi 71.4 per 2018
 Jumlah wisatawan yang ditargetkan 20 juta terealisasi 17-18 juta orang (prediksi 2019)
Kesimpulan :
Apabila saya simpulkan, keadaan perekonomian di Indonesia pada periode pemerintahan
Presiden Joko Widodo yang pertama ini lebih terfokus pada pembangunan infrastruktur.
Meskipun demikian pemerintah telah berhasil menjaga laju inflasi dan menurunkan angka
kemiskinan dan pengangguran. Namun pertumbuhan ekonomi yang terealisasi jauh dari pada
yang ditargetkan.

Periode 2 Tahun 2019-2024


A. Kebijakan
 Tarif Iuran BPJS Naik
Presiden Jokowi menyetujui kenaikan iuran BPJS Kesehatan per 1 Januari
2020. Alasan iuran BPJS naik untuk meningkatkan kualitas dan kesinambungan
program jaminan kesehatan. Maka perlu disesuaikan beberapa ketentuan dalam
Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang BPJS Kesehatan. Dalam Pasal
29 disebutkan bahwa peserta penerima bantuan iuran (PBI) jaminan kese hatan dan
penduduk yang didaftarkan oleh pemerintah daerah menjadi sebesar Rp42.000 per
bulan dari sebelumnya Rp25.500
 Program Kartu Pra Kerja
Jokowi menegaskan bahwa Kartu Pra Kerja bukan berarti pemerintah akan
menggaji pengangguran seperti isu yang berkembang luas di tengah masyarakat.
Jokowi menuturkan bahwa program Kartu Pra Kerja tersebut dialokasikan untuk
anak bangsa berusia 18 tahun. Yang menjadi target dari program ini adalah mereka
yang sedang mencari pekerjaan, bukan pengangguran.
 Pemindahan Ibu Kota
Presiden Jokowi telah memutuskan ibu kota rencana akan pindah dari Provinsi
Jakarta ke Provinsi Kalimantan Timur, yakni sebagian Kabupaten Penajem Paser
Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Biaya yang dibutuhkan untuk
membangun ibu kota baru mencapai Rp466 triliun. Jokowi mengatakan, rencana
pemindahan ibu kota sudah digagas lama, bahkan sejak era Presiden Soekarno.
Alasan dipindah karena beban Jakarta sangat berat sebagai pusat pemerintahan,
bisnis, keuangan, perdagangan, jasa, pangkalan udara serta pelabuhan laut yang
terbesar di Indonesia.

B. Keadaan Ekonomi Periode II Sementara


Keadaan ekonomi saat ini begitu dipengaruhi oleh keberadaan Covid-19 yang
menghambat aktivitas publik. Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
triwulan 1 2020 terbesar pada sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,53 persen.
Hal ini cukup bisa dimaklumi mengingat dengan adanya anjuran dari pemerintah
untuk “di rumah saja” maka banyak orang menjalankan pekerjaan, hiburan dan
pendidikan melalui teknologi informasi. Seiring hal tersebut, volume penjualan
listrik PLN ke rumah tangga pun otomatis meningkat. Berdasarkan rilis dari Badan
Pusat Statistik, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada
Triwulan 1 2020 juga turun drastis hanya sejumlah 2,61 juta kunjungan, berkurang
34,9 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu. Salah satu penyumbang pendapatan
negara yaitu sektor Pariwisata melemah seiring himbauan “Di rumah saja” dan
“Protokol Kesehatan”. Berikut solusi perbaikan ekonomi yang diberikan Jokowi :
 Konsolidasikan sektor penerbangan dan pariwisata.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan akan mengkonsolidasikan sektor
penerbangan dengan pariwisata demi mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal
selanjutnya. Salah satunya dengan menjadikan 8 bandara sebagai hub internasional.
"Ekonomi kita di kuartal II jatuh berada di angka -5,32 persen, saya melihat sektor yang
terdampak terkontraksi sangat dalam yaitu di sektor pariwisata dan sektor
penerbangan," ujar Jokowi.

 Penataan Sektor Penerbangan dan Pariwisata

Jokowi menjelaskan, penataan yang dimaksud yakni rute penerbangan, penentuan Hub,
dan Super hub. Kemudian juga kemungkinan penggabungan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) penerbangan dan pariwisata. "Sehingga arahnya menjadi semakin
kelihatan, dan pondasi ekonomi di sektor pariwisata dan transportasi akan semakin
kokoh dan semakin baik dan bisa berlari lebih cepat lagi," papar Jokowi

 Ingikan hanya ada 8 Bandara Internasional Hub.

Sri Mulyani menuturkan ekonomi kuartal I tahun ini terkontraksi 5,32 persen karena
disumbang oleh penurunan konsumsi yang mencapai 5,8 persen dan investasi
mendekati delapan persen. Tantangan kalau ingin mendekati nol persen maka konsumsi,
investasi, dan ekspor harus meningkat sangat tinggi.

C. Target
 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 4,5-5,5 Persen
 Anggaran Pariwisata Capai Rp 14,4 Triliun
Tahun 2021 tetap melanjutkan pembangunan pariwisata di Indonesia. Usai pandemi
Covid-19, sektor pariwisata dinilai menjadi salah satu yang akan bangkit cukup cepat.
Untuk itu, pembangunan pariwisata pada 2021 dianggarkan sekitar Rp 14,4 triliun yang
diarahkan untuk mendorong pemulihan ekonomi di sektor pariwisata. "Kebijakan
dilakukan melalui pemulihan pariwisata, dengan pengembangan destinasi pada 5 fokus
kawasan yaitu DanauToba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang,"
terang Jokowi. Selain itu, juga dilakukan pengembangan aspek 3A: atraksi,aksesibilitas,
dan amenitas yang diperkuat dengan peningkatan pada promosi dan partisipasi pelaku
usaha swasta.
 Lanjutkan Program PEN
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akan terus dilanjutkan sampai tahun
2021. Hal ini dikarenakan ketidakpastian ekonomi global diperkirakan masih akan terus
terjadi. Untuk mempersiapkan diri menghadapi 2021, maka pemerintah
mengalokasikan dana sekitar Rp 356,5 triliun pada RAPN 2021, yang diarahkan untuk
6 fokus PEN.
 Angka Pengangguran 9,1 Persen dan Kemiskinan 9,7 Persen
Pemerintah akan terus menekan tingkat pengangguran di tengah pandemi Covid-19.
Menurutnya, berbagai kebijakan belanja negara secara keseluruhan diharapkan dapat
mendorong tercapainya sasaran pembangunan pada 2021. Sasaran tersebut adalah
tingkat pengangguran 7,7 persen hingga 9,1 persen, tingkat kemiskinan di kisaran 9,2
persen hingga 9,7 persen, dengan menekankan pada penurunan kelompok kemiskinan
ekstrem. "Tingkat ketimpangan di kisaran 0,377-0,379, serta indeks
pembangunankualitas manusia (IPM) di kisaran 72,78-72,95," ucap Jokowi. Untuk
mencapai target tersebut, pada RAPBN 2021dialokasikan anggaran sekitar Rp 356,5
triliun, yang diarahkan untuk banyak hal.
 Anggarkan Rp 30,5 Triliun untuk Transformasi Digital
Pemerintah pada 2021 akan fokus untuk mempercepat transformasi digital. Untuk
mendukung tujuan tersebut, telah disiapkan anggaran sebesar Rp 30,5 triliun.
"Pembangunan Teknologi Komunikasi dan Informasi (ICT) di tahun 2021 dengan
anggaran Rp 30,5 triliun difokuskan untuk mengakselerasi transformasi digital untuk
penyelenggaraan pemerintahan," kata Jokowi.
 Patok Pendapatan Negara Rp 1.776,4 Triliun
Pemerintah menargetkan pendapatan negara di 2021 mampu mencapai Rp 1.776,4
triliun. Hal ini masih ditopang oleh penerimaan dari sektor perpajakan.
Referensi
Alifiani, A. (2020). Kondisi Perekonomian Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19. Retrieved from
suara.com: https://www.suara.com/yoursay/2020/06/11/122201/kondisi-perekonomian-
indonesia-di-tengah-pandemi-covid-19?page=2

Hidayah, A. (2019). Jelang Pelantikan, Simak Dulu Rapor Presiden Jokowi Periode I. Retrieved from
lifepal: https://lifepal.co.id/media/jelang-akhir-periode-i-ini-yang-telah-dikerjakan-jokowi/

Himawan, A. (2017). Catatan Perjalanan Ekonomi RI Selama Tiga Tahun Era Jokowi - JK. Retrieved
from suara.com: https://www.suara.com/bisnis/2017/12/26/135539/catatan-perjalanan-
ekonomi-ri-selama-tiga-tahun-era-jokowi-jk?page=all

Kompas, R. (2018). Jejak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Retrieved from Kompas:


https://jeo.kompas.com/jejak-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-dari-masa-ke-masa

Melani, A. (2019). Meneropong Kondisi Makro Ekonomi Indonesia di Era Jokowi. Retrieved from
Liputan6.com: https://www.liputan6.com/bisnis/read/3940859/meneropong-kondisi-
makro-ekonomi-indonesia-di-era-jokowi

Online, R. W. (2019). 6 Kebijakan Jokowi di 2019 yang Bikin Geger. Retrieved from
wartaekonomi.co.id: https://www.wartaekonomi.co.id/read261855/6-kebijakan-jokowi-di-
2019-yang-bikin-geger

Prastiwi, D. (2020). 3 Langkah Jokowi Perbaiki Ekonomi Indonesia di Masa Pandemi Covid-19.
https://www.liputan6.com/news/read/4324328/3-langkah-jokowi-perbaiki-ekonomi-
indonesia-di-masa-pandemi-covid-19.

Purba, P. G. (2019). Periode Pertama Jokowi: Nilai C Untuk Ekonomi, Suram dalam Hukum dan HAM.
Retrieved from dw.com: https://www.dw.com/id/periode-pertama-jokowi-nilai-c-untuk-
ekonomi-suram-dalam-hukum-dan-ham/a-50882013

Anda mungkin juga menyukai