NIM : 1903010095 Fakultas/Jurusan : FISIP/Ilmu Administrasi Negara Semester/Kelas : V (Lima) / C Dosen Wali : Theny I. B. K. Pah, S.Sos, M.PA
1. Fokus utama APBN 2020
APBN 2020 memberikan fokus besar pada penguatan dana di bidang pendidikan yang didanai sebesar 505,75 Triliun, dengan tujuan untuk meningkatkan SDM dengan tujuan tercapainya SDM yang berkualitas, pemajuan kebudayaan nasional yang dapat memberikan insentif besar bagi negara, serta pengembangan riset nasional untuk penemuan setiap hasil penelitian yang kompeten. Ini menjadi suatu acuan besar bagi Indonesia untuk memperkuat jati diri bangsa dari negara-negara lain yang sudah lebih dahulu maju sehingga Indonesia bukan makin tertinggal namun perlahan mengejar ketertinggalan. 2. Pelebaran defisit akibat pandemi corona Oleh karena adanya pandemi corona yang datang secara tiba-tiba, pemerintah memperlebar defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 sebesar 5,07 persen untuk menangani dampak Corona terhadap ekonomi Indonesia. Memang pemerintah bisa saja mengambil opsi untuk mengubah postur perubahan APBN 2020 tanpa persetujuan DPR yang memiliki hak budgeting. Namun, tentu menjadi pertanyaan sejauh apa kemampuan pemerintah dalam penanganan pengelolaan penerimaan dan belanja dalam APBN sehingga dapat menjaga kredibilitas pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara. 3. Belanja subsidi energi yang mengecil Pemerintah menurunkan anggaran subsidi energi sebesar Rp 12,6 triliun dari jumlah sebelumnya dalam RAPBN 2020. Turunnya pos belanja subsidi energi ini menjadi keresahan, terutama bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah. Oleh karena itu penting bagi pemerintah untuk memberikan penjelasan kepada publik tentang bagaimana keputusan ini akhirnya diambil agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam publik. 4. Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi tahun 2020 ditargetkan 5,3 persen, namun yang terealisasi adalah minus 2,07 persen. Hal ini menjadi catatan kegagalan untuk kesekian kalinya. Kegagalan ini terutama akibat gagalnya pemerintah menahan penurunan konsumsi masyarakat yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Konsekuensi dari kegagalan tersebut adalah memburuknya kesejahteraan masyarakat. Indikator yang menunjukkan penurunan kesejahteraan rakyat yaitu melonjaknya tingkat pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan, menurunnya posisi Indonesia menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah, serta menurunnya pendapatan per kapita Indonesia dari Rp59,1 juta per penduduk (4.174,5 dolar AS per penduduk) pada 2019 menjadi Rp56,9 juta per penduduk (3.911,7 dolar AS per penduduk) pada 2020. Pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 5,3% 5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM yang ditargetkan oleh APBN tahun 2020 adalah 72,51, rupanya yang terjadi hanya mencapai 71,94. Perlambatan pertumbuhan IPM tahun 2020 sangat dipengaruhi oleh turunnya rata-rata pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Indikator ini turun dari 11,30 juta rupiah pada tahun 2019 menjadi 11,01 juta rupiah pada tahun 2020. 6. Penerimaan Pajak Realisasi penerimaan pajak hanya mencapai Rp1.070,0 triliun, atau 89,3% dari target APBN 2020 yang sudah diubah melalui Perpres 72/2020 senilai Rp1.198,8 triliun. Realisasi pajak itu mengalami kontraksi 19,7% dibandingkan tahun lalu. kontraksi penerimaan pajak disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang melemah dan juga pemerintah memberikan insentif perpajakan yang sangat luas. 7. Pendapatan negara Realisasi pendapatan negara sepanjang 2020 mencapai sebesar Rp1.633,6 triliun atau 96,1 persen dari target perubahan APBN dalam Perpres 72/2020 yaitu Rp1.699,9 triliun. Angka tersebut turun 16,7 persen dibandingkan periode lama 2019 sebesar Rp1.960,6 triliun. Berdasarkan komponennya, penerimaan negara yang mencapai Rp1.633,6 triliun tersebut berasal dari pajak sebesar Rp1.070,0 atau setara dengan 89,3 persen dari target dalam Perpres 72/2020 yang sebesar Rp1.198,8 triliun. Sementara realisasi ini juga lebih rendah jika dibandingkan posisi 2019 yang berhasil kumpulkan Rp1.322,7 triliun. 8. Naiknya anggaran Dana Desa Naiknya anggaran Dana Desa sebesar 5,2 persen menjadi sekitar Rp 856 triliun dibanding tahun 2019. Selama ini, serapan Dana Desa sangat tinggi. Pertama diluncurkan pada 2015, dari Rp 20,76 triliun Dana Desa, terserap 82 persen. Tahun 2016, serapan Dana Desa mencapai 97,65 persen dari Rp 46,98 triliun. Pada 2017 serapannya mencapai 98,54 persen dari Rp 60 triliun. Tahun lalu, dari Rp 62 triliun Dana Desa terserap 99 persen.
9. Turunnya anggaran subsidi
Penurunan ini sebesar hampir 14 persen menjadi Rp 125 triliun pada 2020. Salah satu langkah pengurangan yang dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan subsidi listrik secara tepat sasaran kepada pelanggan rumah tangga daya 450 Volt Ampere (VA) dan 900 VA. 10. Penerimaan anggaran tersebsar APBN 2020 Anggaran di semua kementerian rata-rata meningkat, kecuali Kementerian Kesehatan yang turun Rp 400 miliar menjadi sekitar Rp 58 triliun. Sementara itu, anggaran yang mengalami kenaikan paling menonjol ditemukan di Kementerian Pertahanan, naik hampir 20 persen menjadi Rp 131 triliun, disusul oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang naik 11 persen menjadi Rp 104 triliun.
Arsip Peran Belanja PemerintahPeran Belanja Pemerintah Dalam Menjaga Ketahanan Ekonomi Masyarakat Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional Dampak Pandemi Covid-19 Di Kabupaten Fakfak