(2016-2021)
1. Pembiayaan Utang
Sebagai bagian dari pembiayaan anggaran, pembiayaan utang selain berfungsi untuk menutup
defisit anggaran juga digunakan untuk membiayai pengeluaran pembiayaan seperti
pembiayaan investasi, pemberian pinjaman, serta kewajiban penjaminan. Oleh karena terdapat
kebutuhan pengeluaran pembiayaan selain pembiayaan defisit, pembiayaan utang menjadi
komponen utama untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN.
Dalam periode 2016-2017, pembiayaan utang cenderung mengalami kenaikan, namun kondisi
tersebut berubah signifikan pada tahun 2018, sebagai pengaruh dari membaiknya kondisi
fundamental makroekonomi global maupun domestik. Selanjutnya, realisasi pembiayaan
utang pada tahun 2019 kembali meningkat 17,6 persen dari realisasi APBN 2018 sebesar
Rp372.028,9 miliar menjadi Rp437.538,8 miliar. Pada APBN tahun 2020, pembiayaan utang
awalnya direncanakan sebesar Rp351.853,3 miliar, turun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Dalam periode tahun 2016-2020, outstanding utang Pemerintah meningkat dari Rp3.515.457,1
miliar menjadi Rp5.264.072,4 miliar (posisi Juni 2020). Kenaikan outstanding utang tersebut
sebagian besar bersumber dari SBN, utamanya SBN dalam denominasi rupiah. Hal ini sejalan
dengan kebijakan Pemerintah untuk mengutamakan pengadaan utang baru dalam mata uang
rupiah dalam rangka pengembangan pasar domestik menuju kemandirian pembiayaan.
2. Pembiayaan Investasi
Investasi Pemerintah merupakan penempatan sejumlah dana dan/atau barang oleh Pemerintah
dalam jangka panjang, yang diharapkan memberikan hasil dan nilai tambah di masa yang akan
datang, berupa pengembalian nilai pokok ditambah dengan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau
manfaat lainnya. Secara umum, pembiayaan investasi ditujukan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan untuk mendukung berbagai kebijakan Pemerintah, seperti:
3. Pemberian Pinjaman
4. Kewajiban Penjaminan
Penjaminan tersebut diberikan dalam hal K/L, Pemda, BUMN, BUMD, pelaku usaha dalam
program pemulihan ekonomi nasional, dan bank sistemik penerima pinjaman likuiditas khusus
dimaksud tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur dan/atau badan usaha sesuai
perjanjian pinjaman atau perjanjian kerja sama.
5. Pembiayaan Lainnya
Pembiayaan lainnya terdiri atas dan Hasil Pengelolaan Aset (HPA) dan Saldo Anggaran Lebih
(SAL). Penerimaan HPA berasal dari aset-aset eks BBO/BBKU/Bank take over serta piutang
bank dalam likuidasi yang dikelola oleh DJKN Kementerian Keuangan. Sementara itu, SAL
merupakan akumulasi Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) tahuntahun
anggaran sebelumnya.