Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS PEMBIAYAAN NEGARA

(2016-2021)

Defisit dan Pembiayaan Anggaran 2016-2021


(triliun rupiah)

Sumber: Kementerian Keuangan (diolah)

DEFISIT APBN PERIODE 2016-2020


Dalam periode lima tahun terakhir, Pemerintah menerapkan kebijakan fiskal ekspansif secara
konsisten untuk menciptakan akselerasi pembangunan nasional sekaligus menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi agar tumbuh tetap tinggi dan berkesinambungan. Dalam
perkembangannya defisit anggaran cenderung menurun dari 2,49 persen terhadap PDB pada
tahun 2016 menjadi sebesar 1,76 persen terhadap PDB pada APBN tahun 2020. Namun pada
tahun 2020, seiring dengan langkah extraordinary yang diambil oleh Pemerintah, defisit
diperkirakan akan naik tajam menjadi sebesar 6,34 persen terhadap PDB. Pada tahun 2021 defisit
diupayakan pada level lebih rendah sehingga pada tahun 2023 defisit kembali berada pada level
maksimal 3 persen terhadap PDB

PEMBIAYAAN ANGGARAN PERIODE 2016-2020

1. Pembiayaan Utang

Sebagai bagian dari pembiayaan anggaran, pembiayaan utang selain berfungsi untuk menutup
defisit anggaran juga digunakan untuk membiayai pengeluaran pembiayaan seperti
pembiayaan investasi, pemberian pinjaman, serta kewajiban penjaminan. Oleh karena terdapat
kebutuhan pengeluaran pembiayaan selain pembiayaan defisit, pembiayaan utang menjadi
komponen utama untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN.
Dalam periode 2016-2017, pembiayaan utang cenderung mengalami kenaikan, namun kondisi
tersebut berubah signifikan pada tahun 2018, sebagai pengaruh dari membaiknya kondisi
fundamental makroekonomi global maupun domestik. Selanjutnya, realisasi pembiayaan
utang pada tahun 2019 kembali meningkat 17,6 persen dari realisasi APBN 2018 sebesar
Rp372.028,9 miliar menjadi Rp437.538,8 miliar. Pada APBN tahun 2020, pembiayaan utang
awalnya direncanakan sebesar Rp351.853,3 miliar, turun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.

Dalam periode tahun 2016-2020, outstanding utang Pemerintah meningkat dari Rp3.515.457,1
miliar menjadi Rp5.264.072,4 miliar (posisi Juni 2020). Kenaikan outstanding utang tersebut
sebagian besar bersumber dari SBN, utamanya SBN dalam denominasi rupiah. Hal ini sejalan
dengan kebijakan Pemerintah untuk mengutamakan pengadaan utang baru dalam mata uang
rupiah dalam rangka pengembangan pasar domestik menuju kemandirian pembiayaan.

2. Pembiayaan Investasi

Investasi Pemerintah merupakan penempatan sejumlah dana dan/atau barang oleh Pemerintah
dalam jangka panjang, yang diharapkan memberikan hasil dan nilai tambah di masa yang akan
datang, berupa pengembalian nilai pokok ditambah dengan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau
manfaat lainnya. Secara umum, pembiayaan investasi ditujukan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan untuk mendukung berbagai kebijakan Pemerintah, seperti:

a. mempercepat pembangunan infrastruktur;


b. mendorong program ekspor nasional;
c. meningkatkan kualitas SDM;
d. meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemberdayaan koperasi, UMKM; serta
e. meningkatkan peran serta Indonesia di dunia internasional.

3. Pemberian Pinjaman

a. Pemberian Pinjaman kepada BUMN/Pemda (Bruto)

Pemberian Pinjaman pada BUMN dilaksanakan khususnya dalam rangka memperoleh


pendanaan bagi proyek penugasan pemerintah. Sementara itu, pemberian pinjaman
kepada Pemda dilaksanakan dalam rangka alternatif pembiayaan untuk mendorong
pengembangan daerah. Dalam periode 2016-2019, penyaluran pemberian pinjaman
kepada BUMN/Pemda meningkat dari Rp5.117,9 miliar pada tahun 2016 menjadi
Rp5.716,5 miliar di tahun 2019. Pada tahun 2020, realisasi penyaluran pemberian
pinjaman diperkirakan akan sedikit mengalami penurunan menjadi Rp3.870,2 miliar
dikarenakan terhambatnya pengerjaan proyek akibat wabah Covid-19.

b. Penerimaan Cicilan Pengembalian Pinjaman kepada BUMN/Pemda

4. Kewajiban Penjaminan

Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan infrastruktur, sejak tahun 2008


Pemerintah telah memberikan penjaminan. Dalam perkembangannya, Pemerintah juga
memberikan penjaminan selain untuk pembangunan infrastruktur. Kewajiban penjaminan
merupakan kewajiban yang menjadi beban pemerintah akibat pemberian jaminan kepada K/L,
Pemda, BUMN, BUMD, pelaku usaha dalam program pemulihan ekonomi nasional, dan bank
sistemik penerima pinjaman likuiditas khusus.

Penjaminan tersebut diberikan dalam hal K/L, Pemda, BUMN, BUMD, pelaku usaha dalam
program pemulihan ekonomi nasional, dan bank sistemik penerima pinjaman likuiditas khusus
dimaksud tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur dan/atau badan usaha sesuai
perjanjian pinjaman atau perjanjian kerja sama.

5. Pembiayaan Lainnya

Pembiayaan lainnya terdiri atas dan Hasil Pengelolaan Aset (HPA) dan Saldo Anggaran Lebih
(SAL). Penerimaan HPA berasal dari aset-aset eks BBO/BBKU/Bank take over serta piutang
bank dalam likuidasi yang dikelola oleh DJKN Kementerian Keuangan. Sementara itu, SAL
merupakan akumulasi Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) tahuntahun
anggaran sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai