Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DAMPAK COVID-19 BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA

DOSEN PENGAMPUH:
ROMUALDUS TURU PUTRA MARO DJANGGO, SE.,M.Si
DI SUSUN OLEH:
Meilinda M Mote (202062201110)
KATA PENGGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat yang maha Essa atas segala rahmatNya jadi tersusun hingga selesai.
Dan kami harapkan semogga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Krena keterbatasan kemampuan pengalaman kami, yakni masih banayak kekurangan dalam
makalah ini, oleh karena itu kami sanggat menungggu saran dan kritik yang membnagun dari
pada pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Merauke, 1 Julli 2022

Meilinda M Mote
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pandemi covid-19 yang terjadi saat ini memberikan dampak terhadap berbagai sektor. Pada
tataran ekonomi global, pandemi covid-19 memberi dampak yang sangat signifikan pada
perekonomian dan perdagangan. Laporan Organisation for economic Co-opration and
Development (OECD) menyebutkan bahwa pandemi ini berimplikasi terhadap ancaman krisis
ekonomi besar yang di tandai dengan terhentinya aktivitas prodiksi di banyak Negara, jatuhnya
tingkat konsumsi masyarakat,hilangnya kepercayaan konsumen, jatuhnya bursa saham yang
pada akhirnya mengarah kepada ketidak pastian.

Virus covid-19 berjalan ke rumah kita melalui pintu depan sebagai monster yang tidak asing,
moster yang tidak asing itu adalah wabah yang merupakan hasil dari cara kerja system
ekonomi kita saat ini. Itu mengapa, monster tersebut tampak akrab, mereka berjalan melalui
pintu depan layaknya para tamu yang hendak singgah ke rumah kita. Bukan membawa kabar
gembira para tamu itu justru membawa kabar buruk bagi masa depan bangsa kita.
RUMUSAN MASALAH

1. Upaya pemerintah untuk pemulihan ekonomi pada saat covid-19 melanda Indonesia.

2. Dampak sosial pandemic covid-19 pada pekerjaan


BAB II
PEMBAHASAN
1. Upaya pemerintah untuk pemulihan ekonomi pada saat covid-19 melanda
Indonesia.
Pandemi Covid-19 mempengaruhi perekonomian secara luar biasa. Tahun lalu seluruh dunia
menghadapi penurunan ekonomi dan menyebabkan kontraksi yang sangat dalam karena
hampir semua negara melakukan pembatasan mobilitas secara ketat. Bahkan banyak negara
yang menerapkan lockdown yang memberikan konsekuensi pada perekonomian yang langsung
merosot sangat tajam.

“Dunia pada tahun lalu mengalami kontraksi minus 3,2% dari sisi pertumbuhan ekonominya.
Akibat Covid-19 yang kemudian disertai pembatasan mobilitas lalu menciptakan kemerosotan
ekonomi,” ,” kata Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam acara Seminar Nasional ISEI Tahun 2021,
yang diselenggarakan secara daring pada Selasa (31/08).

Menkeu juga mengatakan bahwa perdagangan internasional mengalami kemerosotan karena


semua negara melakukan pembatasan atau bahkan lockdown. Pertumbuhan perdagangan
dunia yang biasanya mencapai dua digit, tahun lalu mengalami kontraksi hingga minus 8,3
persen

Tahun 2021 diharapkan akan terjadi rebound dan recovery, sebut Menkeu. Meskipun demikian,
Menkeu mengingatkan bahwa ini bukan merupakan jaminan. Semua negara dengan berbagai
upaya stimulus maupun countercyclical policy-nya akan dihadapkan pada ketidakpastian. Selain
munculnya varian baru, juga efektivitas dari countercyclical policy-nya juga sangat ditentukan
oleh bagaimana perekonomian negara tersebut.

“Kita dalam mengelola perekonomian juga harus terus mengupayakan adanya pemulihan dan
adanya rebound karena perekonomian bisa dan harus mulai kembali lagi bergerak. Ekonomi
Indonesia dengan berbagai langkah yang dilakukan oleh pemerintah telah berhasil mencapai
melebihi pre-crisis level,” jelas Menkeu
Kalau sebelum pandemi, GDP rill Indonesia pada kuartal kedua tahun 2019 adalah Rp2.735
triliun, sementara itu pada kuartal kedua tahun tahun 2021 ini sudah mencapai Rp2.773 triliun.
Menkeu menyebut angka ini adalah angka yang lebih tinggi bahkan dari sebelum krisis.

Covid telah membuat perekonomian Indonesia mengalami kemerosotan pada kuartal kedua
tahun 2020 lalu, hingga GDP riil mengalami kontraksi dan nilainya menjadi Rp 2.590 triliun.

“Apakah dengan kontraksi suatu ekonomi akan dijamin untuk rebound? Ternyata tidak. Kita
lihat negara-negara sekitar kita, Malaysia Filipina Thailand dan Singapura bahkan dengan
berbagai upaya mereka GDP pada kuartal kedua mereka tahun ini belum bisa melewati kondisi
precovid level,” lanjut Menkeu.

Menkeu menyebut langkah pemulihan semua hal yang bisa dicapai baik dalam penanganan
Covid maupun dari sisi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, tentu menjadi bekal yang
baik untuk terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan kebijakan ke depan. Ekonomi
Indonesia pada semester I sudah masuk di dalam zona tren positif, sudah melewati masa resesi.
Namun Menkeu mengingatkan bahwa ini masih sangat ditentukan oleh kemampuan Indonesia
dalam mengendalikan Covid. Seperti yang terlihat munculnya varian baru bisa menyebabkan
momentum pemulihan menjadi terdisrupsi.
2. Dampak sosial pandemic covid-19 pada pekerjaan

Pandemi Virus COVID-19 yang menyebar secara cepat membuat banyak orang akhirnya bekerja
di luar kantor alias di rumah atau Work From Home (WFH), yakni demi menghindari
penyebaran virus tersebut lebih lanjut. Begitupun ketetapan ini juga berlaku bagi para pegawai
yang bekerja pada instansi pemerintah yaitu Aparatur Sipil Negara (disingkat ASN).

Seiring kebijakan yang sudah ditentukan pemerinntah, melalui Kementerian


Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PAN-RB), menimbulkan
beberapa kebijakan baru yang memberatkan ASN dan PNS. Diantaranya :

PNS Kerja dari Rumah

Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PAN-RB), Tjahjo
Kumolo, sebelumnya mengatakan bahwa menurut Surat Edaran (SE) Nomor 19 Tahun 2020
tentang Penyesuaian Sistem Kerja PNS dalam Upaya Pencegahan Covid-19 di Lingkungan
instansi pemerintah dilakukan hingga 31 Maret 2020.

“Pelaksanaan tugas kedinasan di tempat tinggal sebagaimana dimaksud, dilakukan sampai


dengan tanggal 31 Maret 2020 dan akan dievaluasi lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan” ucap
Tjahjo dalam konferensi pers, Senin (16/03/2020).

Namun kini, Kementerian PANRB kembali menerbitkan Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 34
Tahun 2020 tentang perubahan atas Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara,
dan Reformasi Birokrasi Nomor 19 Tahun 2020. Isi dari SE ini adalah perpanjangan WFH hingga
21 April 2020.

Tapi, dalam pelaksanaannya, ada beberapa syarat yang wajib dipatuhi. Salah satunya PNS harus
berada di rumah atau tempat tinggal masing-masing, kecuali keadaan mendesak. Artinya, PNS
tak boleh berjalan-jalan atau bekerja di tempat lain selain di rumah.
ASN Dilarang Cuti

Pemerintah melarang Aparatur Sipil Negara (ASN) atau PNS mengajukan cuti jika tidak dalam
keadaan terdesak.

Aturan ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) PANRB Nomor 46 Tahun 2020 tentang Pembatasan
Kegiatan Keluar Daerah dan/atau Kegiatan Mudik dan/atau Cuti bagi Aparatur Sipil Negara
Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19.

Kecuali, bagi beberapa PNS dalam keadaan atau kondisi tertentu. Bisa mendapatkan izin
dengan alasan cuti melahirkan, cuti sakit, ataupun cuti karena alasan penting bagi PNS misalnya
ada salah satu anggota keluarga inti (ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua,
atau menantu) dari PNS yang bersangkutan sakit keras atau meninggal dunia.

Apabila masih ada yang mengajukan cuti yang tidak memenuhi aturan atau tidak berkoordinasi,
maka menurut menteri Tjahjo, sesuai PP Nomor 53 Tahun 2020, ada tiga jenis kategori
pelanggaran yakni ringan, sedang dan berat.

Untuk PNS yang cuti dan mudik akan diberikan sanksi sedang, dan akan mendapatkan ganjaran
berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun, penundaan kenaikan pangkat selama
1 tahun, dan penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun.

ASN dilarang Mudik

Selanjutnya, menurut Surat Edaran yang dikeluarkan menteri PAN-RB Nomor 46 Tahun 2020
Tentang Pembatasan Kegiatan Bepergian ke Luar Daerah dan/atau Kegiatan Mudik dan/atau
Cuti bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Corona.

Dengan tegas Menteri Tjahjo Kumolo meminta ASN dilarang untuk mudik, bahkan mengajukan
cuti di tengah pandemi Corona ini.
"Apabila terdapat Aparatur Sipil Negara yang melanggar hal tersebut, maka yang bersangkutan
diberikan hukuman disiplin sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2020 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018
Tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja," demikian salah satu bunyi
poin surat tersebut, Kamis (9/4/2020).

Menurut Tjahjo, sesuai PP Nomor 53 Tahun 2020, ada tiga jenis kategori pelanggaran yakni
ringan, sedang dan berat. Bagi PNS yang nekat mudik akan dikenakan sanksi kategori sedang
berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun, penundaan kenaikan pangkat selama
1 tahun, dan penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun.

Gaji ASN terancam dipotong

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah melakukan beberapa pertimbangan terkait


pembayaran gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk ASN. Pertimbangan itu dilakukan
dikarenakan beban keuangan negara saat ini begitu besar akibat pandemic virus corona.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan pada Senin (6/4), pembayaran keduanya
telah dikaji secara luas oleh pemerintah bersama dengan Presiden Joko Widodo. Mengingat,
anggaran negara sudah digelontorkan kepada dunia usaha serta bantuan sosial untuk meredam
dampak virus corona.

Kendati begitu, menteri Sri itu tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai skema
pembayaran gaji ke-13 dan THR kepada ASN apakah bakal dipangkas besarannya atau ditunda
penyalurannya.

Sementara itu, menurut Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), Muhammad Ramli Rahim,
yang akrab disapa MRR, mengatakan kepada Liputan6.com, Selasa (7/4), bahwa THR
merupakan hal pokok bagi guru. Oleh sebab itu, MRR menyarankan pemerintah untuk
memangkas anggaran lainnya saja, seperti berbagai tunjangan lain, yakni tunjangan kinerja atau
tunjangan profesi guru bagi guru.
Ramli, menilai dengan memangkas tunjangan lain, dianggap lebih akan lebih efisien jika
anggaran untuk program-program yang gagal tersebut uang dipangkas.

Sedangkan menurut ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE)
Piter Abdullah mengatakan, sangat disayangkan jika dalam kajian yang dilakukan pemerintah
berbuntut pada penundaan pembayaran gaji ke-13 dan pemberian THR. Sebab, itu makin
memperburuk keadaan di tengah penyebaran virus Corona.

Piter memaklumi kondisi APBN saat ini sedang tertekan akibat pelebaran defisit dalam rangka
meningkatkan stimulus, baik dalam rangka membantu masyarakat terdampak maupun untuk
menjaga perekonomian.

Namun, bukan berarti pemerintah menunda kewajibannya dalam memberikan gaji ke-13
hingga THR. Pemerintah jangan tanggung untuk menambah anggaran, karena pelebaran defisit
sudah bisa dipastikan. Ia menilai tambahan sedikit untuk membayar THR dan gaji ke-13 tidak
akan memperburuk defisit yang sudah diputuskan lebih besar.
PENUTUP

KESIMPULAN
Pandemic covid-19 berdampak besar pada penurunan perekonomian nasional termasuk sektor
UMKM. Namun seiring menurunnya jumlah penularan covid-19 dan berjalannya program
vaksinasi menumbuhkan optimisme sektor UMKM dapat dipilih pada tahun 2021 tahun lalu.
Pemerintah sejak tahun 2020 mengeluarkan berbagai kebijakan dalam mendukung pemulihan
sektor UMKM antara lain penyaluran PEN bagi sektor UMKM.

Anda mungkin juga menyukai