Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh COVID-19 terhadap perkembangan

UMKM di Indonesia
Diajukan untuk memenuhi tugas kuliah Manajemen Koperasi dan UMKM

yang diberikan oleh:

Ibu Fitria Lilyana,SE.,M.Si.

Dibuat oleh:

Febriandi

( N.P.M:1111191250)

JURUSAN STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
KATA PENGANTAR

Puji serta Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kekuatan
dan hidayah-NYA. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Pengaruh
COVID-19 terhadap perkembangan UMKM di Indonesia “.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Koperasi dan UMKM.
Makalah ini disusun mengacu pada referensi-referensi yang relevan.

Harapan saya makalah yang masih sangat singkat ini dapat membantu teman-teman dalam
memahami tentang Pengaruh besar wabah Covid-19 ini terhadap UMKM di Indonesia. Dalam
penyusunan makalah ini masih begitu banyak kekurangan, maka diharapkan kepada para
pembaca khususnya dosen untuk memberikan kritik dan sarannya demi kebaikan penyusunan
makalah saya kedepan.

Bandung, 27 April 2020

Febriandi Situmorang

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PERMASALAHAN....................................................................................................................................2
A. Latar Belakang............................................................................................................................2
B. Kebijakan Pemerintah.................................................................................................................2
C. Dampak yang diberikan..............................................................................................................3
1. Banyaknya tenaga kerja yang di PHK..........................................................................................3
2. Pertumbuhan ekonomi melambat.................................................................................................4
D. Dampak terhadap sector UMKM................................................................................................4
1. Penjualan menurun......................................................................................................................5
2. Kesulitan bahan baku...................................................................................................................6
3. Terhambatnya aktivitas distribusi................................................................................................6
4. Kesulitan permodalan..................................................................................................................6
5. Produksi terhambat......................................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................................8
PENUTUP................................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Pada saat ini, dunia digemparkan dengan virus baru yang pertama kali ditemukan di Wuhan pada
akhir tahun 2019. Virus ini bernama Virus Corona atau severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang menyerang sistem pernapasan. Virus ini dapat
menyerang semua usia dan akan menyebabkan kematian jika menyerang lansia dan orang
berimun lemah.
Tingkat kematian atau death rate dari virus ini berbeda di setiap negara dan di Indonesia
sekitar 8%. Walaupun tingkat kematiannya termasuk kecil, virus ini dapat menyebar dengan
cepat.
Pemerintah pun mulai memikirkan berbagai cara untuk mengatasi pandemi ini. Kebijakan itu
berupa dengan menambah belanja APBN 2020 senilai Rp405,1 triliun, memprioritaskan
anggaran di bidang kesehatan, , memprioritaskan anggaran untuk perlindungan sosial, ,
memprioritaskan anggaran untuk insentif dunia usaha, prioritas di bidang non-fiskal, revisi batas
maksimal defisit APBN, dan kebijakan moneter. Namun dampak buruk dari COVID-19 tidak
dapat dihindari sepenuhnya.
Salah satu pihak yang merasakan dampak buruk dari COVID-19 adalah Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM). Pada UU No. 20/200 disebutkan bahwa UMKM adalah perusahaan
kecil yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang
dengan jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu. Pada saat ini, UMKM mengeluh bahkan
menggugat kepada presiden Joko Widodo. Pihak UMKM merasa bahwa tindakan pemerintah
sangatlah lambat sehingga mereka merasa kecewa dan dirugikan. Saya akan membahas lebih
mendalam tengtang dampak COVID-19 terhadap UMKM di Indonesia.

1
BAB II

PERMASALAHAN

A. Latar Belakang

Pada awal April 2020, kasus COVID-19 di Indonesia sudah tembus 3000 kasus. Berdasarkan
data yang telah diolah dari Command Centre BUMN diperkirakan puncak pandemi Covid-19
akan terjadi di minggu pertama dan kedua pada Mei 2020. Dari prediksi ini menunjukkan bahwa
Indonesia harus berusaha keras agar mampu mempertahankan perekonomiannya untuk beberapa
bulan ke depan. Masalah besar akan terjadi jika penyebaran COVID-19 yang tidak terkendali.
Perlu diingat bahwa tenaga medis dalam negeri berjumlah terbatas, sedangkan pasien COVID-19
akan terus bertambah. Jika tidak ada tindakan dari pemerintah, masalah yang akan muncul
adalah kemungkinan pasien COVID-19 tidak mendapat perawatan karena kurangnya tenaga
medis.

B. Kebijakan Pemerintah

Pemerintah membuat berbagai kebijakan untuk membantu dan mendukung usaha para
pahlawan garis depan COVID-19. Salah satunya dengan menambah belanja APBN 2020 senilai
Rp405,1 triliun. Itu memang berjumlah besar tetapi tidak menutup kemungkinan kalau APBN

2
yang telah disiapkan tidak cukup. Oleh karena itu, para otoritas pemerintah mengerluarkan
kebijakan berupa karantina wilayah ataupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (SPBB).
Karantina Wilayah adalah pembatasan penduduk dalam suatu wilayah termasuk wilayah Pintu
Masuk beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa
untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi, sedangkan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah pembatasan kegiatan penduduk (dalam wilayah) yang
diduga ada infeksi Covid-19 untuk cegah kemungkinan penyebaran. Masyarakat masih dapat
melaksanakan kegiatan sehari-hari tapi kegiatan tertentu dibatasi. Walaupun terdengar mirip
namun kedua hal ini sangat berbeda. Pada karantina wilayah, masyarakat tidak diperbolehkan
beraktivitas di luar rumah sedangkan pada PSBB, masyarakat masih dapat melaksanakan
kegiatan sehari-hari tapi kegiatan tertentu dibatasi. Beberapa kegiatan yang ditiadakan
sampai dibatasi meliputi dilliburankannya sekola, bekerja di rumah atau work from home,
pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat umum, pembatasan
kegiatan sosial budaya, pembatasan moda transportasi, dan pembatasan kegiatan lainnya
khusus terkait aspek pertahanan keamanan. Jika melanggar maka akan mendapat sanksi.
Mulai dari ringan sampai berat jika terus mengulang.

C. Dampak yang diberikan

Karantina Wilayah dan PSBB memang sangat dianjurkan untuk memutus mata rantai dari
COVID-19 namun kita perlu ingat setiap kebijakan selalu memiliki sisi positif dan sisi
negatifnya. Berikut ini dampak negatif dari karantina wilayah dan PSBB:
1. Banyaknya tenaga kerja yang di PHK
Pada Provinsi Jakarta, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran merupakan sektor
yang kemungkinan paling banyak mem-PHK karyawannya, yakni kurang lebih sebanyak
102.120 orang. Sektor PHK terbesar berikutnya, ada pada sektor Pengangkutan dan
Komunikasi yang kemungkinan akan ada sebanyak 39.918 orang yang terkena PHK. Juga
ada sektor Jasa-jasa sebesar 38.255 orang. Sementara sektor Keuangan, Sewa, dan Jasa
perusahaan sebanyak 25.474 orang. Di sektor industri, kemungkinan ada sekira 12.862
orang yang terkena PHK, sektor Bangunan/Konstruksi ada kurang lebih 6.392 orang yang
kemungkinan terkena PHK. Sektor Pertanian ada kurang lebih sekira 1.878 orang. Di
sektor Listrik, Gas, dan Air bersih. Serta sektor Penggalian dan Pertambangan,

3
kemungkinan ada sekira 400an lebih orang yang terkena PHK. Masing-masing sebesar 435
orang dan 418 orang.
2. Pertumbuhan ekonomi melambat
Selama masa karantina wilayah dan PSBB terjadilah penurunan aktivitas sehari-hari.
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan
pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,8% pada 2020 dan 5,1% untuk 2021. Dampak
positif dari melambatnya pertumbuhan ekonomi seperti menurunkan resiko inflasi namun
dampak buruknya lebih banyak seperti bertambahnya pengangguran, standar hidup yang
sulit naik, dan utang pemerintah yang akan semakin naik.

D. Dampak terhadap sector UMKM

Salah satu sektor yang kesulitan menahan dampak COVID-19 adalah Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM). Dalam perekonomian Indonesia UMKM merupakan perusahaan kecil yang
dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan jumlah
kekayaan dan pendapatan tertentu. UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No.20 Tahun 2008 tentang UMKM.
Pasal 1 dari UU tersebut, dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam UU tersebut. Aset terbesar dalam usaha mikro sebanyak Rp.50 juta tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan tahunan paling besar Rp.300 juta.
Perbedaan usaha mikro dengan jenis usaha lainnya (PT misalnya) adalah bentuk dan mekanisme
perizinannya yang berbeda. Jika badan usaha menengah hingga besar diharuskan memiliki Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP), yang merupakan ketentuan perizinan yang diwajibkan
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag), maka usaha mikro memiliki bentuk
perizinan lain, yakni Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK).
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang buka merupakan anak perusahan atau bukan anak cabang
yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Kriteria usaha kecil ialah
dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp.500 juta tidak termasuk

4
tanah dan bangunan tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta hingga
maksimum Rp.2.500.000
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Syarat suatu perusahaan dikategorikan
sebagai usaha menengah adalah perusahaan itu memiliki nilai kekayaan bersih lebih dari Rp.500
juta hingga paling banyak Rp.100 milyar hasil penjualan tahunan di atas Rp.2,5 milyar sampai
paling tinggi Rp.50 milyar.
Pada saat ini, UMKM di seluruh Indonesia yang berjumlah 62,9 juta unit yang meliputi
perdagangan, pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pengolahan,
bangunan, komunikasi, hotel, restoran dan jasa-jasa. Pertumbuhan UMKM dinilai masih lambat
karena beberapa faktor yang dinilai belum terlalu efektif, salah satunya dibagian perpajakan
usaha. Di tengah perkembangan UMKM yang belum terlalu baik di awal tahun 2020, UMKM di
Indonesia kembali diuji dengan munculnya wabah COVID-19 ditengah masyarakat Indonesia.
COVID-19 memberi dampak langsung dan/atau tidak langsung yang sangat buruk kepada
pelaku UMKM yang berada di wilayah yang sedang di karantina wilayah atau PSBB. Keluhan-
keluhan itu sebagai berikut:
1. Penjualan menurun
Dikarenakan sebagian besar masyarakat work from home, belajar di rumah, beribadah
di rumah dan mengisolasi diri di rumah. Pelaku UMKM mengalami penurunan pendapatan
yang sangat drastis sehingga mereka kesulitan untuk membayar biaya. Biaya itu seperti
gaji karyawan/honor, modal usaha, biaya kehidupan sehari-hari, dan kebutuhan lainnya.
Terdapat 917 KUMKM dengan penurunan penjualan tersebut berada di DKI Jakarta,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Kalimantan
Selatan.

5
2. Kesulitan bahan baku
Pelaku UMKM akan kesulitan bahan baku jika bahannya dibeli di luar provinsi atau
luar negeri. Seperti yang kita ketahui, beberapa provinsi menerapkan karantina wilayah dan
beberapa negara menerapkan lockdown. Sebanyak 63 koperasi dan UMKM atau 6 persen,
menyatakan mengalami kesulitan bahan baku. Hal itu terjadi di Banten, DKI Jakarta, DIY,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
3. Terhambatnya aktivitas distribusi
Koperasi dan UMKM atau setara dengan 10 persen menyatakan mengalami distribusi
yang terhambat. Hal ini terjadi di Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timut, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi Utara dan Banten.
4. Kesulitan permodalan
Hal ini disebabkan oleh penurunan modal. Sebanyak 141 koperasi dan UMKM atau
setara dengan 12 persen, menyatakan mengalami masalah permodalan. Hal ini terjadi di
Banten, DKI Jakarta, Jateng, Jatim, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan
Utara, Kalimantan Timur, Bali, Jambi, Jawa Barat, Yogyakarta, Bali dan Kepulauan Riau.
5. Produksi terhambat
Kesulitan bahan baku, bermodal, distribusi yang terhambat dan sulitnya terhambatnya
distribusi menyebabkan produksi menjadi terhambat. Sebanyak 42 koperasi dan UMKM
atau setara dengan 4 persen, menyatakan mengalami produksi yang terhambat. Hal ini
terjadi di Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Yogyakarta, Bengkulu, Kepulauan Riau dan DKI
Jakarta.

Pemerintah sangat menyadari kesulitan para pelaku UMKM. Pemerintah pun berupaya
meringankan beban para pelaku UMKM dengan relaksasi kebijakan penyaluran Kredit Usaha
Rakyat (KUR), pembebasan pembayaran bunga dan penundaan pembayaran pokok KUR.
Kebijakan ini juga akan diikuti relaksasi ketentuan KUR dengan memberikan perpanjangan
jangka waktu dan tambahan plafon. Kebijakan keringanan ini tertuang dalam Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan (POJK) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai
Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019.
Dikarenakan nilai kredit atau leasing setiap debitur berbeda, maka pemerintah juga memberi
sedikit perbedaan dalam kebijakan untuk mempermudah para debitur.

6
Kepada para debitur yang memiliki nilai kredit atau leasing di bawah Rp10 miliar, diberi
keringanan perpanjangan jangka waktu pembayaran sampai satu tahun, dalam bentuk
penyesuaian pembayaran cicilan pokok/bunga, perpanjangan waktu atau hal lain yang ditetapkan
oleh bank atau perusahaan pembiayaan/leasing. Syarat ini ditujukan bagi pekerja informal
berpenghasilan harian, usaha mikro dan usaha kecil, yang mengambil kredit usaha mikro kecil
dan menengah (UMKM) dan kredit usaha rakyat (KUR). Sektor usaha yang menjadi sasaran
kebijakan keringanan ini antara lain, pariwisata, transportasi, perhotelan, perdagangan,
pengolahan, pertanian, dan pertambangan.
Para debitur dapat mengajukan kepada bank atau leasing, dengan menyampaikan permohonan
melalui saluran komunikasi yang telah ditetapkan oleh pihak bank atau leasing. Jika permohonan
keringanan diajukan secara secara kolektif, misalnya melalui perusahaan, maka direksi wajib
memvalidasi data yang diberikan kepada bank atau leasing.
Sedangkan untuk para debitur yang tidak termasuk dalam kategori yang telah disebutkan,
keringan tetap dapat diberikan. Namun, pemberiannya tergantung pada kebijakan masing bank
atau leasing. Untuk kategori ini, pemerintah mempersilahkan debitur untuk menghubungi
langsung bank atau leasing

7
BAB III

PENUTUP
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang

menyerang sistem pernapasan. Virus ini dapat menyerang semua usia dan akan menyebabkan

kematian jika menyerang lansia dan orang berimun lemah. Tingkat kematian atau death rate dari

virus ini berbeda di setiap negara dan di Indonesia sekitar 8%. Di Indonesia diperkirakan puncak

pandemi Covid-19 akan terjadi di minggu pertama dan kedua pada Mei 2020.

Untuk mencegah penyebaran COVID-19, pemerintah menerapkan kebijakan karantina

wilayah dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Karantina Wilayah adalah pembatasan

penduduk dalam suatu wilayah termasuk wilayah Pintu Masuk beserta isinya yang diduga

terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan

penyebaran penyakit atau kontaminasi, sedangkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

adalah pembatasan kegiatan penduduk (dalam wilayah) yang diduga ada infeksi Covid-19 untuk

cegah kemungkinan penyebaran. Karantina wilayah sudah diterapkan di beberapa wilayah

seperti Tegal, sedangkan PSBB diterapkan di Jakarta.

Di balik usaha pemerintah untuk mencegah penyebaran COVID-19, ada pihak yang terkena

dampak buruk dari kebijakan yang diterapkan. Salah satu pihak itu ialah Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM). UMKM merupakan perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh

seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan

tertentu. Pelaku UMKM mengeluhkan banyak hal yang dimulai dari penjualan menurun,

kesulitan bahan baku, terhambatnya aktivitas distribusi, kesulitan permodalan, dan produksi

terhambat.

8
Pemerintah berupaya untuk mengurangi kesulitan para pelaku dan membuat kebijakan. Upaya

itu dimulai dari relaksasi kebijakan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), pembebasan

pembayaran bunga dan penundaan pembayaran pokok KUR.

Para debitur nilai kredit atau leasing di bawah Rp10 miliar, diberi keringanan perpanjangan

jangka waktu pembayaran sampai satu tahun, dalam bentuk penyesuaian pembayaran cicilan

pokok/bunga, perpanjangan waktu atau hal lain yang ditetapkan oleh bank atau perusahaan

pembiayaan/leasing. Sementara itu, para debitur dengan nilai kredit atau leasing di atas Rp 10

miliar juga diperbolehkan menerima keringanan. Namun perlu digaris bawahi, Namun,

pemberiannya tergantung pada kebijakan masing bank atau leasing. Untuk kategori ini,

pemerintah mempersilahkan debitur untuk menghubungi langsung bank atau leasing.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahman, Eeng dan Yana Rohmana. Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia,2009 Febianti Yopi Nisa , Jurnal Permintaan Dalam Ekonomi Mikro.2014 http://fkip-
unswagati.ac.id/ejournal/index.php/edunomic/article/view/32

Shemi Helmi, IDN Times sumsel, Dampak Ekonomi dari Social Distancing, Pemerintah
Disarankan Hal Ini https://sumsel.idntimes.com/business/economy/helmi/5-saran-
buatpemerintah-hadapi-dampak-ekonomi-dari-social-distancing-regional-sumsel Fauzi Yuli
Yanna, CNN Indonesia, Mengukur Ancaman Ekonomi dari 'Lockdown' Virus Corona.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200316074515-532483710/mengukur-ancaman-
ekonomi-dari-lockdown-virus-corona Lenia Tri Putri Nurhidayat, Pengaruh Covid-19 Terhadap
Pertumbuhan UMKM di Indonesia https://sukabumiupdate.com/detail/bale-warga/opini/67200-
PengaruhCovid-19-Terhadap-Pertumbuhan-UMKM-di-Indonesia

Muhammad Irham BBC News Indonesia, Virus corona: UMKM diterjang pandemi Covid-19
sampai 'kembang kempis' https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51946817

10

Anda mungkin juga menyukai