Anda di halaman 1dari 64

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Tindakan Investasi adalah tindakan yang, melalui analisis menyeluruh,

menjanjikan keamanan dana pokok dan memberikan keuntungan memadai.

Tindakan yang tidak memenuhi persyaratan ini berarti tindakan spekulasi. (Jason

Zweig, 2019). Menurut Anton (2018), investasi merupakan kendaraan yang

bertujuan untuk memperoleh pendapatan tambahan di masa yang akan datang

yang dapat meningkatkan kekayaan dan atau kesejahteraan. Selain itu, Investasi

juga dilakukan untuk mengelola kekayaan / kesejahteraan secara efektif untuk

melindungi kekayaan dari tekanan inflasi, pajak, penurunan nilai rupiah,

penurunan net worth yang disebabkan oleh beberapa faktor. Dengan kata lain,

investasi adalah kegiatan dari menunda penggunaan cash / dana untuk

kesenangan / konsumsi pada saat ini untuk tujuan jangka panjang agar

memperoleh peningkatan kesejahteraan dan/atau kekayaan dalam ukuran

keuangan seperti mengalokasikan sebagian pendapatan (dari gaji dan sumber

lainnya) yang diperoleh dalam tabungan. Investasi terbagi menjadi 2 bentuk yaitu

1. Aktiva - aktiva nyata

Yaitu real asset seperti emas, properti, tanah, peralatan, mesin, mata uang

(fisik) dan lain lain.

2. Aktiva - aktiva pembiayaan


1

Yaitu financial assets seperti saham, crypto currency, obligasi, reksa dana,

option, futures, waran, ORI, SUN dan lain lain.


2

Investasi sangat penting untuk semua orang, tidak ada batasan umur ideal

untuk seseorang memulai investasi. Apabila uang kas ditaruh begitu saja, nilai

dari uang tersebut akan menurun tergerus oleh inflasi. Oleh sebab itu, untuk

melindungi nilai uang yang kita kumpulkan maka investasi adalah salah satu cara

yang efektif yang harus dilakukan setiap orang. Jika Investasi dimulai sedini

mungkin maka return investasi akan semakin besar. Dikutip Hal ini dibuktikan

oleh Warren Buffet, Investor terkaya di dunia. 90% Net worth yang

dikumpulkannya didapat saat umur 50+, The Power of Compounding Interest.

(CNBC, 8 September 2020)

2.2 Valuasi Perusahaan

Nilai perusahaan menurut Standar Penilaian Indonesia Bab 4 Pasal 4.4

adalah suatu opini dari manfaat ekonomi atas kepemilikan aset atau harga yang

paling mungkin dibayarkan untuk suatu aset dalam pertukaran sehingga nilai

bukan merupakan fakta. Aset diartikan juga sebagai barang dan jasa. Nilai dalam

pertukaran adalah suatu harga hipotesis, dimana hipotesis dan nilai diestimasi dan

ditentukan oleh tujuan penilaian pada waktu tertentu. Nilai bagi pemilik adalah

suatu estimasi dari manfaat yang akan diperoleh pihak tertentu atas suatu

kepemilikan.

Valuasi menurut Djaja (2019) adalah proses mendefinisikan,

mengidentifikasi dan menjustifikasi variabel-variabel terkait untuk menghitung

nilai perusahaan. Menurut Aprilia et al (2016) ada tiga kesimpulan dalam

mengambil keputusan berinvestasi setelah melakukan valuasi yaitu :


3

a. Nilai Intrinsik > nilai pasar. menunjukkan bahwa saham tersebut

undervalued yang artinya harga saham terlalu rendah sehingga saham

tersebut layak dibeli atau ditahan bila telah dimiliki.

b. Nilai intrinsik < nilai pasar artinya bahwa saham tersebut overvalued

sehingga terlalu tinggi dan indikasi untuk menjual kepemilikan.

c. Nilai intrinsik = nilai pasar artinya harga saham tersebut berada pada nilai

wajarnya dan berada dalam kondisi keseimbangan (correctly valued)

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan Top-Down Approach

dalam menganalisa fundamental perusahaan.

Konsep valuasi bisnis (business valuation) menurut Surat Edaran

Direktorat Jenderal Pajak nomor SE-54/PJ/2016 lampiran II tentang petunjuk

teknis penilaian bisnis merupakan suatu proses untuk mengestimasi nilai pasar

dari suatu keberlangsungan bisnis (going concern), termasuk berbagai

kepentingan dan kepemilikan (business ownership interest) serta transaksi dan

kegiatan yang memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.2.1 Analisis Perekonomian

Menurut Anton (2018), dalam analisis fundamental dengan top-down

approach, langkah pertama adalah analisis kondisi ekonomi makro dan pasar

modal. Hal ini penting untuk dilakukan sebab adanya hubungan kuat antara yang

terjadi di lingkungan ekonomi makro dan kinerja pasar modal. Analisis

perekonomian memperhatikan indikator-indikator seperti : GDP (Gross Domestic

Product) / GNP (Gross National Product), tingkat inflasi, tingkat suku bunga,

harga minyak dunia, dan harga emas dunia (Surbakti et al,2016).

2.2.1.1 Gross Domestic Product (GDP) / Gross National Product (GNP)


4

Menurut Hasyim (2017), Gross National Product (GNP) adalah total nilai

pendapatan dari semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga suatu negara,

termasuk yang bekerja di luar negeri pada suatu kurun waktu tertentu (biasanya

tahunan). Gross Domestic Product (GDP) adalah total pendapatan yang

dihasilkan semua orang baik warga negara sendiri maupun warga negara asing

dari semua barang dan jasa di dalam suatu negara. Biasanya untuk negara

berkembang, nilai GDP > GNP karena penanaman modal asing (PMA) lebih

banyak daripada hasil produk warga negaranya di luar negeri. Atas dasar itu, bagi

negara sedang berkembang lebih cenderung menggunakan GDP daripada GNP.

2.2.1.2 Tingkat Inflasi

Inflasi (Surbakti, 2016) merupakan kejadian ekonomi yang akan

mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat. Inflasi menyebabkan menurunnya

kemampuan daya beli masyarakat karena inflasi menyebabkan penurunan nilai

uang yang dipergunakan oleh masyarakat dalam transaksi sehari-hari. penurunan

mata uang yang disebabkan inflasi juga menyebabkan menurunnya harta

kekayaan masyarakat karena uang berfungsi sebagai alat penyimpan kekayaan.

Inflasi juga memberikan dampak kepada orang yang meminjam uang kepada

bank.

Menurut Anton (2018) kenaikan harga terjadi ketika perekonomian

sedang membaik, dimana permintaan (demand) akan melebihi penawaran

(supply). Pengendalian inflasi harus dilakukan secara ketat karena jika inflasi

terlalu tinggi maka harga barang akan menjadi mahal sehingga daya beli bisa

menurun. Dikutip website Bank Indonesia, Perhitungan inflasi dilakukan oleh

Badan Pusat Statistik (BPS), link ke metadata SEKI-IHK.


5

Berdasarkan The Classification of Individual Consumption by Purpose

(COICOP) IHK dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran yaitu :

1. Bahan makanan

2. Makanan jadi, minuman dan tembakau

3. Perumahan

4. Sandang

5. Kesehatan

6. Pendidikan dan Olahraga

7. Transportasi dan Komunikasi

Data pengelompokan ini didapatkan melalui Survei Biaya Hidup (SBH).

Sasaran inflasi ditetapkan untuk 3 tahun melalui Peraturan Menteri

Keuangan (PMK). Berdasarkan PMK No.124/PMK.010/2017 tentang sasaran

inflasi tahun 2019-2021 sasaran inflasi untuk masing masing sebesar 3.5%, 3%

dan 3% dengan deviasi masing masing +-1%.

2.2.1.3 Tingkat BI Rate

Menurut Bank Indonesia, tingkat suku bunga atau BI rate adalah suku

bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Kenaikan suku

bunga yang signifikan bisa memperkuat rupiah tapi IHSG akan menurun karena

investor mengalokasikan uangnya ke bank. sebaliknya, ketika suku bunga

mengalami penurunan maka harga saham akan mengalami peningkatan karena

tingginya suku bunga menyebabkan pelemahan rupiah.

Tabel 2.1 Tingkat Suku Bunga September 2017- 2021 rata tengah termasuk

tabelnya
6

No Periode BI-7 Day-RR

1 September 2017 - April 2018 4.25 %

2 17 Mei 2018 4.50 %

3 30 Mei 2018 4.75 %

4 Juni 2018 - Juli 2018 5.25 %

5 Agustus 2018 5.50 %

6 September 2018 - Oktober 2018 5.75 %

7 November 2018 - Juni 2019 6.00 %

8 Juli 2019 5.75 %

9 Agustus 2019 5.50 %

10 September 2019 5.25 %

11 Oktober 2019 - Januari 2020 5.00 %

12 Februari 2020 4.75 %

13 Maret 2020 - Mei 2020 4.50 %

14 Juni 2020 4.25 %

15 Juli 2020 - Oktober 2020 4.00 %

16 November 2020 - Januari 2021 3.75 %

17 Februari 2021 - Sekarang 3.50 %


sumber : Bank Indonesia (diolah penulis), 2021

Tingkat suku bunga cukup berfluktuatif dan bisa berubah beberapa kali

tergantung beberapa pertimbangan. Arah perubahan suku bunga Indonesia juga

dipengaruhi oleh suku bunga The FED sebagai acuan. Pada masa pandemi,

pemerintah cenderung menurunkan suku bunga hingga 3.5% untuk meringankan

bunga kredit dan beberapa stimulus suku bunga lainnya juga diberikan oleh

pemerintah untuk membantu dan mengakselerasi kredit di Indonesia.

2.2.1.4 Stabilitas Nilai Tukar Rupiah


7

Menurut Anton (2018), Stabilitas mata uang terkait erat dengan barang

dan jasa di suatu negara. Daya beli masyarakat di suatu negara akan mengalami

penurunan pada saat mata uang lokal melemah terutama dalam melakukan

transaksi pembelian barang impor. Pada saat itu, maka harga barang dalam negeri

(produk lokal) akan cenderung menjadi lebih murah sehingga dapat memacu

ekspor.

Menurut Aprilia (2016), Nilai tukar mata uang atau kurs adalah harga satu

unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga

mata uang domestik terhadap mata uang asing. Melemahnya kurs rupiah terhadap

mata uang asing (depresiasi) akan meningkatkan biaya impor bahan baku untuk

produksi terutama untuk perusahaan yang berorientasi impor sehingga akan

meningkatkan Harga Pokok Produksi. Hal ini dapat berpengaruh pada

menurunnya laba perusahaan.

2.2.2 Analisis Industri

Dalam pendekatan Top-Down Approach, analisis industri merupakan

tahap selanjutnya dari analisis makroekonomi. Menurut Anton (2018) melalui

analisis industri, Investor dan analis dapat mengidentifikasi peluang investasi,

risiko dan return yang diharapkan kedepannya serta keunggulan dan potensi

dimana perusahaan beroperasi.

Setiap industri tentu memiliki risiko tersendiri yang dapat mempengaruhi

kinerja usaha. Menurut Bambang et al (2021) beberapa risiko industri perbankan

terdiri dari:

1. Risiko Likuiditas yaitu pengukuran Loan to Deposit Ratio (LDR) muncul

ketika bank tidak mampu memenuhi kebutuhan dana dengan segera dan
8

dengan biaya yang sesuai. Semakin kecil risiko likuiditas (LDR)

menandakan banyak dana menganggur (idle fund) berarti bank tidak

memanfaatkan dana untuk kredit namun bank harus mengeluarkan biaya

dana yang mengakibatkan profitabilitas menurun. Sebaliknya, semakin

tinggi LDR, dana yang dimanfaatkan menjadi maksimal melalui

penyaluran kredit sehingga keuntungan meningkat.

2. Risiko Pasar, diukur dengan Net Interest Margin (NIM) yang mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk

menghasilkan pendapatan bunga bersih. NIM berbanding lurus dengan

tingkat produktivitas karena pendapatan bunga yang semakin meningkat.

3. Risiko Kredit, diukur dengan Non Performing Loan (NPL) yang muncul

bila nasabah atau debitur gagal mengembalikan sebagian atau seluruh

kredit yang diterima dari bank dan digolongkan ke kredit macet. NPL

yang semakin kecil menunjukkan kualitas kredit yang disalurkan semakin

baik.

4. Risiko Operasi. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30 DPNP

risiko operasional diukur dengan menggunakan rasio BOPO. BOPO

menunjukkan tingkat biaya operasional yang ditanggung oleh bank dan

keefisienan bank dalam mengelola usahanya.

Dalam penelitian terdahulunya, Anton (2018) menganalisa beberapa

resiko :

1. Analisis terhadap Pertumbuhan Aset dan Sumber Dana

2. Analisis terhadap Penggunaan Dana


9

3. Analisis terhadap ancaman pendatang baru, kekuatan pembeli, ancaman

barang substitusi, kekuatan pemasok dan kompetisi pesaing (Five Porter

Analysis)

Dalam tahapan tersebut, pertama adalah menganalisa tahap kehidupan

produk (product life cycle) untuk mengenali industri yang ditempati apakah

masih memiliki potensi perkembangan besar , stabil atau menurun. Tahap kedua

yaitu analisa industri berkaitan dengan kondisi perekonomian dan yang terakhir

adalah analisis kualitatif untuk menilai prospek industri di masa mendatang.

2.3 Analisis Perusahaan

Analisis perusahaan adalah tahap ketiga setelah analisa makro ekonomi

dan analisis industri(Anton,2018). Tujuan dari analisis perusahaan adalah untuk

mendapat informasi keadaan keuangan perusahaan yaitu dari laporan keuangan

yang dirilis setiap kuartal dan membuat proyeksi laporan keuangan dari beberapa

segi sehingga diperoleh informasi terperinci dari laporan keuangan yang

diinginkan untuk penelitian.

Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-54/PJ/2016,

terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam valuasi bisnis yaitu:

1. Pendekatan pasar, yaitu dengan membandingkan objek penilaian dengan

perusahaan sebanding dan sejenis termasuk memiliki struktur modal dan

karakteristik pertumbuhan yang sama , kinerja keuangan historis

sebanding dan ukuran dan pangsa pasar yang sebanding seperti relative

valuation. Menurut Djaja (2019), nilai suatu aset sangat bergantung pada

hasil penilaian dari komponen-komponen yang membentuk aset tersebut

meski terkadang sulit untuk dihitung atau dikuantifikasi. Untuk mengatasi


10

hal itu, aset dapat dinilai dengan melakukan perbandingan dengan aset

aset sejenis yang sudah pernah dilakukan penilaian. Namun, sesuai

namanya, hasilnya juga sangat relatif dan tidak bisa terlalu sesuai karena

untuk menemukan transaksi- transaksi pembanding yang benar benar

serupa cukup sulit.

2. Pendekatan aset, digunakan untuk menilai ekuitas suatu perusahaan

(Ferry, 2020). Indikasi dari nilai yang didapat dari pendekatan aset

mencerminkan nilai dari pemegang saham mayoritas. aset yang diukur

berupa tangible dan intangible asset. Menurut Marwa et al (2017)

intangible asset merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai

pada suatu perusahaan. Metode penilaian berbasis aset sangat

menekankan pada nilai aset dalam menentukan nilai wajar perusahaan

yang menilai perusahaan terutama dari fisik dan wujud (tangible asset)

yang secara nyata dapat dikonversi ke kas atau ekuivalen apabila aset

tersebut dilikuidasi (Djaja,2019).

3. Pendekatan pendapatan atau ekonomis, Menurut Djaja (2019) metode

penilaian ekonomis berlandaskan pemikiran bahwa suatu aset dapat

dinilai dengan memperhatikan utilitas dari aset itu dan bagaimana aset

tersebut dapat dipakai untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan pada

masa mendatang. Penilaian dengan proyeksi pendapatan ekonomis dan

dibagi dengan tingkat diskonto tertentu dan berdasarkan manfaat

ekonomis yang diperoleh dengan melakukan investasi pada suatu

perusahaan / instrument yaitu dengan Metode Discounted Cash flow, Free

Cash Flow to Equity, Capitalization of Income Method, Economic Added

Value
11

Proses analisis valuasi perusahaan menurut Anton (2018) dibagi menjadi tiga

langkah yaitu :

1. Pemahaman masa lalu (understanding the past), merupakan langkah awal

yaitu memperhatikan dan menganalisis hasil-hasil pencapaian dari kinerja

perusahaan dalam laporan keuangan yang disajikan setiap tahun di masa

lampau.

2. Proyeksi masa depan (forecasting the future), merupakan langkah

melakukan proyeksi atau perkiraan posisi keuangan di masa yang akan

datang berdasarkan perkiraan rata rata kinerja di masa lalu.

3. Valuasi (valuation), merupakan tahapan terakhir untuk melakukan

konversi perkiraan distribusi-distribusi arus kas masa depan menjadi satu

perkiraan nilai intrinsik perusahaan.

2.3.1 Pemahaman Masa Lalu (Understanding the Past)

Menurut Anton (2018) langkah pertama dari proses melakukan analisis

valuasi pada perusahaan adalah dengan mengumpulkan data berupa informasi

relevan dengan bisnis perusahaan seperti laporan keuangan dan laporan tahunan.

Tujuan dari menganalisa laporan keuangan adalah untuk menilai kinerja

perusahaan dalam konteks tujuan dan strateginya.

Menurut Yusuf (2021:1), “The bank’s financial performance analysis

analyzes the financial performance by the growth rate to figure out the bank’s

condition”. Dalam analisa laporan keuangan berdasarkan kinerja di masa lalu,

peneliti dapat melihat apakah bank tertentu mengalami perkembangan, stabil atau

memburuk.
12

Menurut Yusuf (2021:1), “To assess a company’s financial performance,


we can know through the company’s financial statement, which consist of
a balance sheet, profit and loss, cash flow statement, a notice of changes
in financial position.”. Laporan keuangan memuat informasi standar dan
bersifat general-purpose karena informasi yang digunakan untuk semua
pihak dan masyarakat umum yang mana memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Menganalisa laporan keuangan berarti menggali lebih
dalam informasi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan yang
merangkum semua transaksi perusahaan.

Menurut Yusuf (2021:2), “Analysis and interpretation of financial


statements is a process to solve and at the same time answer problems
that arise in a company organization or an organization that does not aim
for profit. analysis and interpretation are tools to take decisions” .

2.3.1.1 Analisis Ratio (Ratio Analysis) pada laporan keuangan

Menurut Aldila(2019), Analisis Laporan Keuangan merupakan suatu

kegiatan dan proses penganalisaan dan penyidikan terhadap laporan keuangan

yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi, serta lampirannya untuk

mengetahui posisi keuangan dan tingkat kesehatan perusahaan yang tersusun

secara sistematis dengan teknik tertentu. Menurut Aldila (2019), analisis rasio

digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan

keuangan neraca dan laporan laba-rugi. Menurut Djaja (2019), Rasio keuangan

merupakan indikator acuan yang mengukur kesehatan perusahaan yang

perhitungannya merujuk pada laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari

laporan P/L , laporan arus kas , laporan perubahan ekuitas. Rasio keuangan dapat

dipakai untuk mengukur kinerja perusahaan yang dibandingkan terhadap :

1. Suatu target internal yang telah ditentukan

2. Kinerja pesaing di suatu industri

3. Industri secara keseluruhan

Menurut Prihadi (2020), Hubungan Analisis Rasio dengan Investor dan

Kreditor adalah sebagai berikut.


13

sumber : Analisis Laporan Keuangan Konsep & Aplikasi (2020)

Gambar 2.1 Analisis Rasio untuk Investor dan Kreditor

Menurut Aldila (2019) Tujuan dari laporan keuangan adalah :

1. Menyediakan informasi mengenai tipe dan jumlah kewajiban dan modal

yang dimiliki perusahaan

2. Menyediakan informasi mengenai tipe dan jumlah pendapatan yang

diterima perusahaan selama periode tertentu

3. Menyediakan informasi mengenai biaya dan tipe biaya suatu perusahaan

dalam periode tertentu

4. Menyediakan informasi tentang perubahan yang terjadi di aset , kewajiban

dan modal perusahaan

5. Menyediakan informasi mengenai kinerja manajemen dalam periode

tertentu

6. Menyediakan informasi mengenai catatan dari laporan keuangan dan

informasi keuangan tambahan.

Menurut Prihadi (2020), laporan keuangan merupakan alat untuk

mendapatkan informasi yang dapat menghubungkan posisi keuangan dan hasil

operasional yang dicapai perusahaan. Informasi ini nantinya dapat digunakan


14

sebagai dasar untuk membuat keputusan ekonomis baik oleh manajemen maupun

pihak luar. Rasio menggambarkan hubungan hubungan atau perbandingan antara

satu akun dengan akun lainnya dan dengan menggunakan analisis rasio ini, akan

mendapat gambaran lebih lanjut tentang baik atau tidaknya analisis finansial

perusahaan.

Menurut Frida (2020) analisis rasio keuangan perbankan umumnya

terdiri dari :

1. Capital Ratio, rasio keuangan yang berfungsi untuk mengukur kecukupan

modal bank yang biasanya dibandingkan dengan aset maupun kewajiban

bank. Menurut Yusuf (2021), Capital Ratio dipakai untuk mengukur

modal dan allowance untuk di write-off pada sisi kewajiban terutama

resiko yang muncul akibat gagal bayar. Capital Ratio terdiri dari :

a. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio), mengukur

kecukupan modal bank untuk menunjang aset yang mengandung

dan menghasilkan resiko (risiko atas kredit yang diberikan).

Standar Bank Indonesia untuk rasio ini adalah mengacu pada

Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 yaitu sebesar 8%.

Equity Capital
x100%
Capital Adequacy Ratio = Total Loans + Securities

b. Risk Assets Ratio, mengukur kemungkinan penurunan risk assets.

Risk Assets Ratio =

Equity Capital
x100%
Total Assets -  Cash Assets - Securities
15

c. Primary Ratio, rasio untuk mengetahui apakah permodalan yang

dimiliki bank sudah memadai atau mengukur sejauh mana

penurunan dalam total aset dapat ditutupi oleh modal sendiri.

Equity Capital
Primary Ratio = Total Assets x 100%

2. Earning Asset Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memperoleh laba.

a. Productive and Non-Productive Asset to Total Asset,

membandingkan nilai dari total aset produktif dan tidak produktif

dengan seluruh total aset yang dimiliki perusahaan

= Productive Asset + Non Productive Asset


Total Asset

b. Non Performing Productive Asset to Total Productive Asset,

membandingkan total aset tidak produktif dengan aset produktif

perusahaan.

Total Non Productive Asset


=
Total Productive Asset

c. Allowance for Impairment losses on Financial Asset to Productive

Asset, membandingkan alokasi cadangan kehilangan aset finansial

bank terhadap aset produktif bank.

Allowance for impairement lossed on financial asset


=
Total Productive Asset

d. Non Performing Loan (Gross) , membandingkan kredit yang gagal

bayar atau tak dapat dikembalikan oleh peminjam. Untuk NPL-

Gross, dibandingkan jumlah kredit yang status kurang lancar,

macet dan diragukan dengan total kredit yang disalurkan bank.


16

Total Kredit kurang lancar, diragukan dan macet


NPL Gross=
Total Credit

e. Fixed Asset to Capital, mengukur kemampuan bank dalam

menjalankan bisnisnya dan kemampuan dalam memenuhi hutang

jangka panjang bank.

Total Fixed Asset


Fixed Asset to Capital=
Tier 1 Capital + Tier 2 Capital
f. Loan to Asset Ratio, mengukur kemampuan pinjaman bank

terhadap total aset yang dimilikinya.

Total Loan
Loan to Asset Ratio=
Total Asset

g. Main Debtor to Loan Ratio, mengukur kemampuan bank terhadap

total pinjaman yang dimiliki.

Total debt
Main debtor to loan ratio=
Total Loan

3. Profitability Ratio, sering disebut sebagai Rentability Ratio yaitu

mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba sehubungan dengan

aktiva yang dijalankan. “Bank’s profitability ratio is a ratio used to

measure the bank’s business efficiency and profitability in certain

period”(Yusuf,2021). Rasio rasio yang digunakan untuk menghitung

profitabilitas dengan pendekatan kuantitatif adalah :

a. Gross Profit Margin, digunakan untuk mengetahui kemampuan

bank menghasilkan laba dari kegiatan operasional usaha yang

utama.

Operating Income - Operating Expenses


Gross Profit Margin=
Operating Income
17

b. Net Profit Margin, digunakan untuk mengukur kemampuan bank

menghasilkan laba bersih dari pendapatan operasional bank. Rasio

ini semakin tinggi semakin baik karena berarti semakin tinggi

porsi laba bersih bank terhadap pendapatan yang diperoleh bank.

Net Income
Net Profit Margin= x 100%
Operating Income
c. Return on Equity Capital, mengukur kemampuan bank

menghasilkan laba bersih dari ekuitas yang dimilikinya. Standar

Bank Indonesia untuk rasio ini berdasarkan Peraturan Bank

Indonesia No.6/10/PBI/2004 adalah sebesar 5% - 12.5%.

Net Income
Return on Equity Capital= x 100%
Equity Capital
d. Return on Total Assets, mengukur kemampuan manajemen bank

menghasilkan pendapatan berdasarkan aktiva yang dikuasainya.

Standar Bank Indonesia untuk rasio ini diatur dalam Peraturan

Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 yaitu sebesar 0.5% - 1.25%.

Earning Before Tax


Return on Assets= x 100%
Total Assets

e. Return on Investment, merupakan rasio yang menunjukkan hasil

(return) atas jumlah aset yang digunakan dalam bank. ROI juga

merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam

mengelola investasinya. Semakin rendah maka semakin kurang

baik.

Earning After Interest and Tax


Return on Investment= x 100%
Total Assets
18

f. Interest Expenses Ratio, mengukur besar persentase antara bunga

yang dibayar kepada para deposan dengan total deposit yang ada

di bank.

Interest Expenses
Interest Expense Ratio= x 100%
Total Deposit

g. Net Interest Margin, mengukur pendapatan bunga yang dihasilkan

terhadap jumlah nominal aset produktif yang berbunga.

Interest revenue - Interest expenses


Net Interest Margin= x 100%
Average Earning Asset
h. Operating Expenses to Operating Income(BOPO),

menggambarkan efisiensi perbankan dalam melakukan

operasionalnya.

Belanja Operasional
BOPO= x 100%
Pendapatan Operational

i. Liquidity to Asset Ratio (Debt to Asset Ratio), menunjukkan

proporsi aset perusahaan yang dibiayai melalui hutang.

Total Liability
Debt Asset Ratio= x 100%
Total Assets

j. Liquidity to Equity Ratio (Debt to Equity Ratio), menunjukkan

hubungan proporsional antara equity dan utang dalam melakukan

pembiayaan terhadap aset.

Total Liability
Debt Equity Ratio= x 100%
Total Equity

4. Liquidity Ratio, mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban

finansial dalam jangka pendek yang dapat ditemui di neraca. Rasio


19

likuiditas menggambarkan bagaimana bank mendanai aset dengan sisi

pasiva (utang dan modal) (Anton,2018)

Menurut Frida (2020), Kendala yang dihadapi bank dalam mengatur

kebijakan likuiditas adalah :

● Ketetapan yang diberlakukan oleh bank sentral tentang legal reserve

requirement.

● Dilema antara likuiditas dengan profitabilitas karena berkorelasi negatif

yaitu jika likuiditas semakin besar maka idle fund akan semakin besar

yang mana menyebabkan profitabilitas menjadi rendah

● Working reserve requirement untuk kebutuhan cash assets

rasio rasio yang biasa digunakan adalah :

a. Quick Ratio , untuk mengetahui kemampuan bank membayar kembali

kewajiban kepada deposan dengan aktiva lancar yang dimiliki bank. Jika

Quick Ratio lebih tinggi, artinya bank memiliki posisi kas dan setara kas

yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, vice

versa.

Cash Assets
Quick Ratio=
Total Deposit
b. Investing Policy Ratio, untuk mengetahui kemampuan bank untuk

membayar kembali kewajiban kepada nasabah (deposan) dari pencairan

surat berharga yang dimiliki bank.

Securities
Investing Policy Ratio=
Total Deposit
20

c. Banking Ratio, untuk mengetahui kemampuan bank membayar kembali

kewajiban deposan bersumber dari penarikan kembali kredit yang

diberikan kepada debtor.

Total Loan
Banking Ratio=
Total Deposit
d. Loan to Assets Ratio, untuk mengukur kemampuan bank memenuhi

permintaan kredit debtor terhadap aktiva yang dimiliki bank.

Total Loan
Loan to Asset Ratio=
Total Assets

e. Cash Ratio, untuk mengetahui kemampuan bank membayar kewajiban

yang telah jatuh tempo dengan aktiva lancar bank.

Liquid Assets (Cash Assets)


Cash Ratio=
Pinjaman yang harus segera dibayar
5. Efficiency Ratio, mengukur tingkat efisiensi yang telah dicapai oleh pihak

manajemen dalam kegiatan operasional perbankan. Rasio ini mengukur

sejauh mana kinerja manajemen bank dalam penggunaan faktor produksi

secara efisien. Rasio ini terdiri dari :

a. Leverage Multiplier, rasio untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam mengelola aset yang dikuasai akibat

penggunaan aktiva tetap bank , mengeluarkan sejumlah biaya yang

cukup besar.

Total Assets
Leverage Multiplier=
Total Equity Capital
b. Asset Utilization, mengukur kinerja pihak manajemen bank dalam

memanfaatkan aset untuk memperoleh pendapatan bank berupa

pendapatan usaha dan bukan usaha bank.


21

Operating Income +Non Operating Income


Asset Utilization=
Total Assets

c. Provision for Loan Losses Ratio, mengukur tingkat kegagalan

pihak bank dalam mengelola kredit.

Reserve For Loan Losses


Provision for Loan Losses Ratio=
Total Loans

d. Interest Expense Ratio, mengukur besar biaya yang dikeluarkan

bank untuk mendapatkan deposito.

Interest Paid
Interest Expense Ratio=
Total Deposit
e. Cost of Fund, mengukur besar biaya bunga rata-rata yang

digunakan untuk membiayai dana yang diperoleh bank. Ada 2

rumus yaitu :

Interest Paid / Expenses


Cost of Fund=
Total Liability - Equity Capital
Interest Paid / Expenses
Cost of Fund=
Total Liability
f. Cost of Money, mengetahui seberapa besar biaya rata-rata

keseluruhan yang digunakan bank untuk mendapatkan dana.

Interest Expenses - Overhead Expenses


Cost of Money=
Total Fund

g. Cost of Loanable Fund, mengukur besar biaya variabel rata-rata

yang digunakan bank untuk memperoleh “loanable fund”.

Interest Expenses
Cost of Loanable Fund=
Total Fund - Unloanable Fund

h. Cost of Borrowing Fund, menghitung biaya dana rata-rata

(variable expenses dan fixed cost) untuk mendapatkan dana yang

dipinjamkan bank ke nasabah.


22

Interest Expenses - Overhead Expenses


Cost of Borrowing Fund=
Total Fund - Idle Fund - Unloanable Fund

Menurut Hery (2020), Rasio harus diinterpretasikan dengan hati hati

karena faktor-faktornya saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan melakukan

perbandingan rasio keuangan perusahaan dalam periode tertentu, komposisi

perubahan yang terjadi dapat dipelajari dan mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Selain itu, perbandingan antar perusahaan baik sejenis atau rata rata industri dapat

membantu mengetahui adanya penyimpangan yang terjadi atau tidak.

2.3.2 Proyeksi Masa Depan (Forecasting the Future)

Menurut Anton (2018) Proyeksi laporan keuangan perusahaan dijadikan

dasar dalam memvaluasi perusahaan untuk mendapatkan nilai perusahaan.

Proyeksi laporan keuangan yang komprehensif terdiri dari proyeksi pendapatan ,

arus kas dan juga neraca. Proyeksi ini untuk melindungi inkonsistensi internal

dan asumsi tidak realistis. Menurut Djaja (2019), dengan analisa masa lalu,

penilai akan mendapat gambaran umum tentang bagaimana perusahaan

berevolusi dari tahun ke tahun dan juga informasi mengenai pencapaian yang

telah dicapai perusahaan. Dengan melakukan penilaian kinerja historis, maka

wawasan yang lebih holistik dan lengkap akan dicapai oleh penilai. Kunci utama

proyeksi kinerja keuangan adalah membangun sudut pandang mengenai

bagaimana arah perusahaan kedepannya dengan mengestimasi growth dan

menentukan Return on Invested Capital (ROIC).

Menurut Damodaran (2016), untuk menentukan jangka waktu periode

proyeksi eksplisit, perusahaan harus memperhatikan banyak faktor yaitu :

1. Siklus kehidupan (life cycle) produk


23

2. Jumlah tahun yang dianggap cukup memadai (reasonable) , dapat

diprediksi dengan cukup yakin (confidence) untuk mewakili arus kas

(cash flow)

3. general benchmark dari industri tempat perusahaan bergerak

4. keadaan makro ekonomi

5. faktor-faktor internal dan eksternal lainnya

Penentuan jumlah tahun biasanya ditentukan berdasarkan pengalaman

pengalaman dalam melakukan penilaian. Apabila terdapat ketidakpastian dalam

jumlah tahun proyeksi, maka menggunakan periode yang lebih panjang lebih

disarankan. Periode proyeksi tidak boleh ditentukan oleh periode perencanaan

internal. Namun, periode proyeksi kinerja juga tidak boleh terlalu panjang sebab

dapat mengurangi reliabilitas dan bobot proyeksi.

Proses proyeksi dimulai dengan adanya model proyeksi. Secara umum

model akan dibagi kedalam tiga bagian utama yaitu : Masukan , Proses dan

Keluaran.
24

sumber : Prihadi (2020)

Gambar 2.2 Model Proyeksi

Beberapa rule of thumb terkait periode proyeksi eksplisit :

Tabel 2.2 Rule of Thumb Proyeksi

No Pessimistic Optimistics
Times Time

1 Undifferentiated commodity business ; 0 yrs 0-3 yrs


highly cyclical fixed-cost intensive firm

2 Exceptional scientific, marketing or service 5-20 yrs 15-30 yrs


differentiation, profound economies of scale

3 Supporting regulations ; cartels 5-7 yrs 7-12 yrs

4 Generic Business (all others) 3-5 yrs 5-7 yrs


sumber : All About Corporate Valuation (2019)

Pada penelitian ini, penulis tidak menggunakan proyeksi laporan

keuangan untuk menghindari kesalahan asumsi.

2.3.3 Valuasi (Valuation)

Analisis Valuasi saham memiliki tujuan yaitu mentaksasi valuasi (nilai)

dari suatu saham per lembar yang kemudian akan dibandingkan dengan harga
25

pasar(Anton,2018). Nilai intrinsik saham dapat didefinisikan sebagai nilai dari

investasi per lembar saham atas kinerja perusahaan di masa lalu, saat ini dan pada

masa yang akan datang. Hasil perbandingan nilai intrinsik perusahaan terhadap

harga pasar apakah memiliki harga yang wajar (fair value), diatas harga wajar

(overvalued) atau dibawah harga wajar (undervalued) .Menurut Fazzini (2018),

Dalam memilih metode valuasi yang digunakan untuk perusahaan tertentu yaitu

dengan :

1. Karakteristik perusahaan dan industri bisnis

2. Dokumentasi yang tersedia

3. Tujuan Valuasi

Menurut Nurhadiman(2019), sebelum mengaplikasikan suatu metode,

penilaian haruslah menentukan dan menginterpretasikan situasi seusia dengan

pengalaman mereka. Memilih valuasi yang satu dengan yang lainnya bisa

memberikan hasil yang berbeda karena pendekatan yang berbeda. Setiap

pendekatan mengacu pada aspek tertentu dalam perusahaan misalnya DCF lebih

menekankan kepada kemampuan perusahaan dalam mencapai level free cash

flow tertentu sedangkan EBITDA lebih fokus kepada kemampuan perusahaan

mencapai laba tertentu. Penilai harus menyadari bahwa tidak ada satu metode

yang lebih superior dibandingkan metode lainnya, melainkan adanya pendekatan

yang lebih bisa diandalkan untuk industri tertentu.

Fazzini dalam bukunya juga menawarkan proses analisis yang lebih jauh yaitu :

1. kinerja rasio dari waktu ke waktu (time series comparison)

2. Komparasi dengan perusahaan sejenis (cross-sectional comparison)


26

Menurut Raymond (2020), Harga tidak sama dengan nilai (value). Idealnya,

harga harusnya sama dengan nilai perusahaan tapi dalam praktiknya, nilai tidak

sama dengan harga dan terkadang gapnya bisa signifikan.

sumber : jurus jurus valuasi saham (2021)

Gambar 2.3 Perbandingan Harga dan Nilai

Menurut Prihadi (2020), Posisi analisis fundamental perusahaan adalah

sebagai berikut.

sumber : Analisis Laporan Keuangan Konsep & Aplikasi (2020)

Gambar 2.4 Posisi Analisis Fundamental

Pada penelitian kali ini, peneliti akan melakukan analisis terhadap valuasi

harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Di Bursa Efek Indonesia,

terdapat 46 perusahaan perbankan yang listing. Metode valuasi yang akan

digunakan yaitu:

1. Discounted Cash Flow dengan pendekatan Free Cash Flow to Equity

2. Relative Valuation
27

3. Economic Added Value (EVA)

2.3.3.1 Penilaian Metode Ekonomis

Metode penilaian ekonomis menilai suatu perusahaan berdasarkan

manfaat ekonomis yang bisa diperoleh dengan investasi pada perusahaan

tersebut. Menurut Djaja(2019), metode penilaian ekonomi berangkat dari

perspektif investor terhadap potensi keuntungan yang diterjemahkan dalam

potensi arus kas yang akan didapat dari perusahaan tempat ia berinvestasi di masa

yang akan datang dengan tetap mempertimbangkan faktor ketidakpastian yang

direfleksikan dalam biaya modal (cost of capital).

2.3.3.1.1 Discounted Cash Flow

Menurut Nurhadiman et al (2019), Discounted Cash Flow adalah metode

valuasi saham dengan konsep time value of money berdasarkan seluruh uang yang

mengalir di perusahaan di masa depan (future value) dan didiskontokan dan

menghasilkan nilai wajar saham (present value) selain itu, Discounted Cash Flow

juga menggunakan arus kas seperti net income, free cash flow, operating cash

flow yang dihitung future value dan didiskontokan untuk mendapat nilai wajar

saham.

Menurut Raymond (2020), tantangan utama dari valuasi DCF adalah

tingkat diskonto (discount rate). Prinsipnya, semakin berisiko suatu aset, tingkat

diskonto harus semakin tinggi. Saham memiliki risiko lebih besar dibandingkan

deposito oleh karena itu, tingkat diskonto saham harus lebih tinggi dibandingkan

bunga deposito. Semakin berisiko suatu perusahaan, tingkat diskonto harus

semakin tinggi.

Expected Cash Flow Terminal Value


Value = ∑ +
(1+r )t ( 1+r )n
28

n = periode aset

r = tingkat imbal hasil yang merefleksikan resiko aset

Menurut Djaja (2019), kelebihan model DCF adalah:

1. Menggunakan asumsi going concern dalam Free Cash Flow perusahaan.

2. Menggunakan analisis fundamental atas aset berbeda dengan metode

relatif yang menekankan pada trend, mood pasar dan persepsi.

3. Menganalisis dan mengukur masing masing karakteristik yang

membentuk dan mendukung keberadaan perusahaan.

4. Menentukan dan menganalisis secara rinci keseluruhan komponen

fundamental yang membangun value perusahaan.

5. Disusun berdasarkan proyeksi manajemen dari pengetahuan manajemen

mengenai bisnis dan operasi perusahaan.

Adapun kelemahan metode DCF adalah:

1. Memerlukan variabel input dan informasi pendukung yang banyak dan

rinci untuk menjalankan model yang baik.

2. Model ini perlu dibangun dengan proyeksi keuangan yang wajar

(reasonable).

3. Model ini kurang sesuai untuk referensi analisis di pasar modal yang

pergerakannya dinamis.

Berdasarkan data dari Mckinsey Company (2020), Framework valuasi

DCF adalah sebagai berikut.

Discount
Model Measure Factor Assessment
29

Works best for projects, business


Enterprise
Free Cash units, and companies that
Discounted WACC
Flow manage their capital structure to
Cash Flow
a target level
Discounted
Economic Explicitly highlights when a
Economic WACC
Profit company creates Value
Profit
Incorporates changing capital
Adjusted Free Cash Unlevered
sturcture more easily that WACC
Present Value Flow Cost of Equity
Based Model

Combines FCF and interest tax


shield in one number, making it
Capital Cash Capital Cash Unlevered
difficult to compare operating
Flow Flow Cost of Equity
performance among companies
over time

Difficult to implement correctly


because capital structure is
Equity Cash Cash Flow to Levered Cost
embedded within the cash flow.
Flow Equity of Equity
Best used when valuing financial
institutions.
sumber : valuation, DCF model Measuring and Managing the value of

companies (2020)

Gambar 2.5 McKinsey DCF Framework

Menurut Djaja (2019), tahap-tahap penilaian DCF adalah :

1. Latar belakang

2. Menganalisis kinerja historis, pada tahap ini, analisa fundamental

dilakukan terhadap historis laporan keuangan perusahaan. Dengan

melakukan analisa historis, peneliti dapat memiliki gambaran kinerja

perusahaan di masa lalu dan dapat memberikan arahan dalam penentuan

free cash flow kedepannya.


30

a. Menghitung NOPLAT, pada tahap ini, peneliti akan menyajikan

ulang perhitungan laba akuntansi dengan tujuan untuk menghitung

Net Operating Profit Less Adjusted Tax.

NOPLAT = EBIT - Cash Taxes on EBIT

b. Menentukan Free Cash Flow

FCF = NOPLAT - Net Investment

FCF = (NOPLAT-Depreciation) - (Net Investment +

Depreciation)

FCF = Gross Cash Flow - Gross Investment

c. Menghitung ROIC

NOPLAT
ROIC =
Invested Capital
d. Menghitung Cash Flow Available to Investor

CFI = FCF + Non-operating cash flow

e. Menentukan indikator utama (Key drivers) Nilai perusahaan.

Dalam suatu perusahaan, biasanya ada beberapa key drivers yang

cukup signifikan yang jika berubah maka akan memberikan

sensitivitas pada value perusahaan.

Key Drivers terdiri dari 3 kategori yaitu :

● Financing Drivers, berfokus pada struktur pendanaan dan

biaya pendanaan.

● Operational Drivers, indikator utama operasional yang

sensitif dan berpengaruh pada nilai perusahaan.


31

● Balance Sheet Drivers, indikator yang terkait pada akun

dalam neraca yang tidak secara langsung mempengaruhi

kinerja laba rugi perusahaan namun mempengaruhi FCF

f. Menganalisis pertumbuhan Historis untuk mendapatkan asumsi

growth dalam perhitungan terminal value.

Net Investment
Growth rate =
Invested Capital

Net Investment = (Net Invested assets end of year + Net current

assets end of year)- (Net fixed asset beginning of year +Net

Current assets beginning of year) 

g. Analisis Rasio Keuangan untuk melihat kualitas perusahaan dan

membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis.

3. Melakukan proyeksi terhadap kinerja mendatang

4. Menentukan discount rate

Teori menentukan tingkat diskonto : CAPM (Capital Asset Pricing Model)

Tingkat diskonto = Risk Free Rate +β x (Harapan kenaikan pasar - Risk Free

Rate)

Risk Free Rate, biasanya dengan bunga deposito di bank karena tidak

berfluktuasi dan resiko yang minimal. Selain itu, deposito juga dijamin Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS). Selain bunga deposito, Suku bunga acuan Bank

Indonesia & yield obligasi pemerintah 10 tahun juga sering dipakai karena

dianggap beresiko rendah (Budiman,2020)

Menurut Anton (2018) terdapat dua syarat untuk suatu aset dikatakan bebas

resiko yaitu:
32

1. Aset tidak boleh memiliki resiko gagal bayar.

2. Aset tersebut tidak memiliki risiko reinvestasi dalam waktu yang cukup

lama.

Beta, tingkat sensitivitas harga saham terhadap total fluktuasi. Beta

dihitung dari data historis saham dalam jangka panjang. Semakin besar beta,

semakin fluktuatif saham tersebut.

Harapan Kenaikan Pasar, menggunakan ekspektasi investor terhadap

potensi kenaikan pasar per tahun yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Agar lebih mudah, kita dapat menggunakan rata-rata kenaikan IHSG dalam 10

tahun dengan asumsi dalam beberapa tahun kedepan tingkat imbal hasil yang

diberikan sebesar rata-rata 10 tahun terakhir.

5. Menentukan terminal Value

Cashflows
Terminal Value =
Discount rate - Ekspektasi pertumbuhan cash flow
Ekspektasi pertumbuhan Cash Flow = Sustainable ROE x (1-Dividend

Payout Ratio)

Beberapa metode diskonto yang kerap kali digunakan adalah dengan

melakukan diskonto terhadap prediksi arus kas dengan menggunakan metode free

cash flow to equity (FCFE) dan free cash flow to the firm (FCFF). Valuasi dengan

menggunakan FCFE hanya mengukur nilai perusahaan dari sisi ekuitas saja

sedangkan pada FCFF, mengukur nilai perusahaan secara keseluruhan, termasuk

pemilik klaim lain dalam perusahaan seperti bondholder.

6. Biaya Modal (Cost of Capital)

E P D
WACC =Ke +Kps + Kd( 1-t )
V V V
33

WACC = Biaya rata-rata tertimbang dari biaya modal

Ke = Cost of Equity

E = Market Value dari common stock

V = Market Value perusahaan total penjumlahan nilai pasar ekuitas,

saham preferen dan utang berbunga (interest bearing debt) atau nilai pasar

perusahaan (E+P+D)

Kps = Cost of Prefered Stock

P = Market value dari saham preferen

Kd = Pre tax cost of debt

t = tingkat marginal rate pajak

D = market value dari Interest bearing debt

2.3.3.1.2 Free Cash Flow to Equity

Prihadi (2020), Free Cash Flow to Equity (FCFE) adalah arus kas bersih

operasional yang tersedia setelah perusahaan memenuhi semua kewajiban ,

capital expenditure, working capital yang dibagikan kepada equity holders.

FCFE = Net Income - (Capex - Depreciation) x (1-δ)-( working capital)(1-δ)

δ adalah persentase capex dan perubahan modal kerja yang didanai dengan utang,

nilainya didapat dari perhitungan debt to asset ratio.

Book Value of Debt


Debt to Asset Ratio =
Book Value of Assets
Perhitungan Free Cash Flow to Equity menggunakan Cost of Equity agar

cash flow equity konsisten dengan faktor diskonto karena Cost of Equity tidak

memasukkan unsur debt.


34

Menurut Damodaran (2016), mengestimasi FCFE merupakan sebuah

tantangan dalam perusahaan pelayanan jasa keuangan disebabkan :

1. estimasi nilai net capital expenditure dan non cash working capital sulit

karena seluruh aset dan kewajiban dalam bentuk klaim finansial

2. short-term debt sulit didefinisikan karena neraca yang kompleks

Damodaran (2016) mengatakan bahwa nilai buku ekuitas sangat relevan

Untuk penilaian jasa keuangan. Untuk mengestimasi FCFE Bank, investasi pada

modal kredit yang ditentukan regulator didefinisikan ulang sebagai reinvestment.

rumus FCFE menjadi seperti berikut.

FCFE = Net Income -Increase in Regulatory Capital

Dalam perhitungan nilai perusahaan, FCFE yang diambil adalah yang

akan diterima di masa depan dengan estimasi dari peneliti. Dalam penelitian ini,

peneliti akan melakukan estimasi untuk jangka waktu 10 tahun. Namun, dalam

perhitungan FCFE, dibutuhkan pertimbangan terhadap kondisi perusahaan. Ada

dua pendekatan yaitu sebagai berikut.

a. Constant growth FCFE model, digunakan ketika perusahaan mengalami

pertumbuhan konstan dengan asumsi bahwa arus kas yang diterima

shareholder akan tumbuh dengan tingkat yang tetap.

FCFE
Value of Equity =
Cost of Equity - growth rate
b. Two stage discounted FCFE model, digunakan dalam asumsi perusahaan

tumbuh lebih cepat pada awal periode dan pertumbuhan stabil setelah

periode tertentu dengan asumsi arus kas yang diterima pemegang saham

tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tinggi selama periode tertentu dan

turun konstan untuk jangka panjang.


35

t=n
FCFE Terminal Value
Value of Equity = ∑ +
t=1 (1- Cost of Equity ) t (1 + Cost of Equity ) n

n = periode

Terminal Value dengan Gordon Growth Model (Damodaran,2016) :

Cashflowt-1 x (1 + g stable )
Terminal Valuet = r-gstable

r = Cost of Equity

gstable = Stable Growth rate

Dalam perhitungan estimasi tingkat pertumbuhan, dua pendekatan

yang digunakan dalam mengestimasi FCFE yang dihasilkan di masa

depan (Damodaran,2016). Pendekatan pertama dengan rumus dasar :

E (Growth Rate) = Retention rate x Return on Equity

Pendekatan tersebut menghitung pertumbuhan fundamental

diperoleh dengan menghubungkan retention ratio (porsi laba yang

diinvestasikan kembali ke perusahaan) dan return on equity (ROE).

Namun, untuk menghitung tingkat pertumbuhan FCFE dengan asumsi

semua FCF dibagikan ke shareholder maka lebih tepat dengan investment

rate dibandingkan retention ratio (Damodaran,2016).

Equity Reinvestment Rule =


1- Net Capex + Net Working Capital - (New debt raised - debt repayment)
Net income
Untuk ROE digunakan non-cash ROE yang mengeluarkan unsur

pendapatan dari uang kas dan surat-surat berharga dengan rumus sebagai
36

berikut.(Damodaran,2016)

Net Income - Income From Cash - Income from Marketable Securities


Non Cash ROE =
BV of Equity - Cash - Marketable Securities
Menurut Damodaran (2016), pendekatan kedua mengestimasi

masing masing komponen FCFE dengan perhitungan pertumbuhan

masing masing komponen yaitu Net Income, Net Capital Expenditure,

Change in non-cash working capital dan Net Debt dengan mengestimasi

nilai masa depan untuk mendapat estimasi FCFE di masa depan.

Proyeksi laba bersih (net income) dilakukan dengan menghitung

expected growth dari laba bersih perusahaan.

Net Income Growth = Equity Reinvestment Rate x ROE > dengan asumsi

ROE sama tahun ke tahun

jika ROE perusahaan berubah maka rumusnya menjadi :

ROE t - ROE t −1
Net Income Growth =Equity Reinvestment Rate x ROE +
ROE t-1

Equity Reinvested t-1


Equity Reinvestment Rate =
Net Income t-1

Equity Reinvestment=Net Capex + ∆Non Cash working capital - Net debt

∆Non Cash working capital didapat dari selisih antara non cash

current asset dan non debt current liabilities. Non cash Current asset

didapat dari current asset dikurangi uang kas dan surat berharga. Non debt

current liabilities adalah kewajiban lancar dikurangi interest bearing debt.

Return on Equity adalah kemampuan perusahaan menghasilkan

laba dengan modal sendiri.

D
ROE =ROC + ( ROC-i(1-t ))
E
37

EBIT (1-t )
ROC =
D+E

Interest Expenses on Debt


i=
D

ROC = Return on Capital

D = Book Value of Liabilities

E = Book Value of Equity

i = Interest rate

t = Tax Rate

Non cash working capital diestimasi dengan non cash working

capital sebagai persentase dari pendapatan usaha (Damodaran,2016).

Capex merupakan pengeluaran yang harus dinormalisasi terlebih dahulu

dan menjadi persentase dari EAT (Earning After Tax). Setelah perhitungan

rata rata persentase Capex, selanjutnya dilakukan proyeksi earning

dengan expected growth.

Expected Growth (EBIT) =Reinvestment Rate x ROC

Net Capex + Non Cash Working Capital


Reinvestment Rate =
EBIT (1-t )

EBIT (1-t )
ROC =
D + E - Cash

2.3.3.1.3 Dividend Discounted Model

Model discounted cash flow pada dasarnya adalah menentukan present

value dari nilai kas yang akan datang dari sebuah investasi. Investasi dalam

saham menyediakan dua bentuk aliran kas; pertama, pada umumnya saham

membayar dividen secara regular dan kedua, pemegang saham akan menerima

capital gain ketika mereka menjual dengan harga melebihi harga belinya. Berikut
38

ini model-model dividend discounted model yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi harga saham.

Vo = D1 + P1

(1+k)

Vo = Nilai Intrinsik waktu t=0

P1 = Harga saham t=1

D1 = Dividen saat t=1

K = required of return

Metode Discounted Dividend Model kurang cocok digunakan untuk metode

valuasi karena beberapa objek penelitian tidak membagikan dividen.

2.3.3.1.4 Economic Value Added

Metode Economic Value Added (EVA) pertama kali dibawakan oleh Stern,

Stewart and Co pada tahun 1982. Analisis valuasi perbankan menggunakan EVA

masih sangat sedikit ditemukan (Huda,2019). Namun sudah ada beberapa

penelitian dengan EVA pada perusahaan multinasional seperti Coca-Cola, AT&T,

Chrysler Quaker Oats, Scott Paper dan masih banyak lagi.

Menurut Djaja (2019), Kelebihan EVA adalah sebagai berikut.

1. EVA fokus pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai

konsekuensi investasi

2. EVA adalah alat perusahaan untuk mengukur harapan yang dilihat dari segi

ekonomis pengukuran dengan memperhatikan harapan penyandang dana secara

adil

3. Perhitungan EVA digunakan secara mandiri tanpa data pembanding

4. Konsep EVA digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus karyawan


39

5. Pengaplikasian EVA menunjukkan konsep yang praktis, mudah dihitung dan

mudah digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam mempercepat

pengambilan keputusan bisnis.

Kelemahan EVA :

1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai penggunaan modal suatu perusahaan

pada tahun tertentu

2. Harus melihat nilai EVA masa kini dan masa datang

3. Memerlukan estimasi atas biaya modal.

4. Berbagai estimasi dalam perhitungan modal bisa menimbulkan kesalahan

perhitungan.

Menurut Djaja(2019), EVA adalah suatu indikator yang membandingkan

return investasi modal dengan biaya modal investasi yang dikeluarkan. EVA yang

positif menunjukkan penciptaan nilai tambah ekonomis pada pemegang saham

sedangkan EVA yang negatif menunjukkan adanya destruksi atau perusakan nilai

pemegang saham karena return modal lebih kecil dari biaya modal.

Rumus EVA :

EVA = NOPAT - (BOYIC x WACC)

NOPAT = Laba bersih operasional setelah pajak

BOYIC = Nilai Investasi pada awal tahun

Hubungan NOPAT , EVA dan FCFF

FCFF = EBI + D - Capex - δWC

NOPAT = EBI + δEEA


40

AIY = Capex - D + δWC + δEEA

NOPAT - AIY = (EBI+δEEA) - (Capex - D +δWC +δEEA)

NOPAT - AIY = EBI - Capex + D -δWC

FCFF = NOPAT - AIY

EVA = NOPAT - (BOYIC x WACC)

EVA- FCFF = AIY - (BOYIC x WACC)

FCFF = Free Cash Flow Firm

NOPAT = Net Operating Profit After Tax

AIY = Amount Invested in Invested Capital during the year

EEA = Changes in Equity Equivalent Adjustments

D = Depreciation

Capex = Capital Expenditures

BOYIC = Beginning of Year Invested Capital

Metode EVA akan digunakan untuk mengetahui apakah bank memberikan nilai

tambah kepada pemegang saham selama periode tertentu.

2.3.3.1.5 Adjusted Present Value (APV)

Menurut Djaja(2019), Pendekatan Adjusted Present Value adalah

pendekatan yang terlebih dahulu strip out unsur leverage atau berasumsi bahwa

perusahaan yang dinilai semuanya dibiayai dengan ekuitas , baru kemudian

disesuaikan kembali atas dasar perhitungan arus kas ekuitas yang telah di

diskontokan dengan Cost of Equity dengan mempertimbangkan keuntungan

pendanaan dari utang.


41

EV = Value of unlevered equity FCF + Value of interest tax shield

Pendekatan APV kurang cocok dikarenakan perusahaan dibiayai dengan dana

pihak ketiga atau utang

2.3.3.2 Metode Penilaian Metode Relatif

Metode multiples atau relatif adalah faktor pengali dari variabel tertentu

(Budiman,2020). Metode penilaian relatif cukup sederhana dengan variabel

masukan yang tidak banyak dan secara riil merefleksikan pandangan pasar.

Menurut Djaja (2019), secara umum relatif mempunyai beberapa karakteristik :

1. Tidak bersifat nilai absolut

2. Memberi gambaran perbedaan atau signifikan dengan sesuatu yang lain

3. Membandingkan sesuatu dengan yang lain

4. Memberi gambaran kualitas perbandingan

Metode relative valuation sering disebut nilai pasar (market value) karena

nilai aset ini ditentukan dari hasil refleksi persepsi pasar (market perception) dan

penerimaan pasar (market acceptance) atas perbandingan terhadap aset serupa.

Efisiensi pasar (market efficiency) secara sederhana diartikan bahwa pasar

secara tepat memasukkan semua informasi relevan tentang perusahaan pada nilai

saham yang diperdagangkan. Namun, pasar modal bukanlah mesin timbang

(weighting) yang nilai sahamnya dic dengan tepat tetapi lebih sebagai mesin

voting yang memungkinkan individu dalam jumlah banyak meregistrasi pilihan

mereka dengan berbagai alasan seperti alasan produk dan emosional.

(Djaja,2019)

Ada dua aspek yang dijadikan bahan pembanding :

1. Perusahaan perusahaan pembanding (Comparable Companies)


42

2. Transaksi pembanding (Comparable Transaction)

Menurut Djaja (2019) kelebihan metode relatif :

1. Sederhana dan teknik perhitungan yang mudah dilakukan

2. Variabel masukan yang tidak banyak dan data data untuk variabel

masukan relatif lebih mudah didapat

3. Merefleksikan riil persepsi pasar

4. Tidak terlalu melibatkan subjektivitas penilai tetapi lebih ke pandangan

pasar

Menurut Djaja (2019) kekurangan metode relatif :

1. Asumsi yang tidak konsisten

2. Aspek perbandingan yang dipakai tidak menggunakan cara perhitungan

konsisten

3. Sulit mencari perusahaan sejenis

4. Data data bisa dimanipulasi

5. Metode pencatatan akuntansi yang berbeda antar perusahaan

Adapun tahapan penilaian dengan metode relative yaitu sebagai berikut.

1. Menentukan jenis multiple, penentuannya harus memperhatikan secara

utuh aspek-aspek yang mempengaruhi nilai perusahaan seperti :

a. Life Cycle Perusahaan

b. Nature business perusahaan

c. Profitabilitas perusahaan

d. Cakupan daerah operasional

Menurut Djaja (2019), secara nature, perusahaan lembaga keuangan

umumnya dinilai berdasarkan Price to Book tetapi bagi bank yang mempunyai
43

fee based dan jasa tambahan lain yang nilainya cukup tinggi dibandingkan

pendapatan lain, maka bisa memakai P/E Multiple.

2. Menentukan horizon waktu, berkaitan dengan penyebut (BV, Pendapatan

atau laba) horizon waktu yang bisa dipilih berupa :

a. Suatu waktu tertentu

b. Suatu flow dalam jangka waktu tertentu

3. Menyesuaikan untuk normalisasi, dalam penentuan proxy laba yang

diharapkan dapat dipertahankan dalam waktu mendatang (maintainable

earnings) sering digunakan capitalization of maintainable earnings.

Normalisasi harus dilakukan karena tidak semua data mentah langsung

relevan dipakai untuk perhitungan. Tahapan normalisasi yaitu sebagai

berikut.

a. Menentukan proxy maintainable earnings

b. Mengidentifikasi aset-aset yang memberikan kontribusi kurang

(under contributing assets) atau aset-aset lebih (excess assets)

c. Isolasi arus kas discretionary

d. Menentukan operating leverage

e. Menelaah financial Leverage

4. Memilih perusahaan pembanding

a. perusahaan pembanding harus mempunyai segmen bisnis usaha

yang sama dengan perusahaan yang akan dinilai

b. latar belakang dan historis historis perusahaan pembanding harus

dipelajari secara terperinci

c. penelusuran terhadap perhitungan multiple


44

5. Mengaplikasikan multiple yang cocok dengan karakteristik perusahaan

dan memenuhi kriteria

6. Mengurangi tingkat utang dan menambah balik aset menganggur yang

tidak terkait operasional perusahaan

7. Menginterpretasikan nilai hitungan. Dalam tahap ini, konsistensi

perhitungan aset penting agar tidak terjadi double computation

Menurut Forte et al (2018), “Multiples that employ EBIT and or EBITDA

as value drivers are less relevant for financial institutions and are used

commonly for NFC (non financial corporation). P/BV, P/TBV, P/Deposits and

historical P/Es can predict future returns more accurately. P/Customer Deposits

is prefereable when addresing commercial bank”

2.3.3.2.1 Price Earning (P/E) Multiple

Menurut Djaja(2019), PE Multiple digunakan untuk menilai perusahaan

yang sudah beroperasi cukup lama dan mencapai tahap pertumbuhan stabil dan

telah mencatat laba secara konstan beberapa tahun terakhir. Model ini juga cocok

untuk perusahaan dengan wilayah operasi terbatas dalam suatu negara yang

labanya tidak terdistorsi perlakuan pajak dan pencatatn akuntansi yang berbeda

antar negara.

Rumus P/E Multiple yaitu sebagai berikut.

Market Price per share


P/E multiple =
Earning per share
Ada beberapa alternatif penentuan proxy EPS :

a. NP dari tahun lalu per lembar saham

b. NP TTM 12 months per lembar saham

c. NP saham yang diharapkan tahun ini per lembar (paling umum)


45

d. NP tahun depan per lembar saham

Varians dari P/E : PE to Growth Ratio (PEG)

PEG cukup populer dipakai analis keuangan maupun pelaku pasar modal.

PEG Ratio lebih fleksibel dibandingkan rasio-rasio lain karena mengakomodasi

dan memungkinkan tingkat pertumbuhan yang diharapkan (expected growth)

berbeda antar perusahaan.

P/E Ratio
PEG =
Expected Growth Rate
rule of thumb :

a. PEG Multiple lebih kecil dari 1 = undervalued

b. PEG Multiple lebih besar dari 1 = overvalued

2.3.3.2.2 Price / Tangible Book Value of Equity

Berbeda dengan metode PBV, Price to tangible BV mengeluarkan akun

yang bersifat intangible. Menurut Forte et al (2018), intangible asset paling

penting untuk bank adalah goodwill, core deposit intangible, mortgage servicing

rights, present value of future profit, purchased credit card relationships dan

customer relationships.

Penelitian ini tidak menggunakan tangible book value karena sebagian besar aset

bank dalam bentuk dana pihak ketiga dan penyaluran dana sehingga bersifat

intangible.

2.3.3.2.3 Price / Revenue

Menurut Forte et al (2018), kapitalisasi pasar dibagi dengan penjualan

untuk metrik ini. Terlepas dari kesederhanaannya, multiple ini adalah jarang

digunakan dan sering dikritik. Penjualan seharusnya hanya dibandingkan dengan

item sisi aset (misalnya, nilai perusahaan) dan bukan dengan ukuran ekuitas.
46

Selain itu, perbandingan perusahaan yang menggunakan multiple ini dapat

menyebabkan hilangnya informasi (dan akibatnya menyebabkan salah penilaian)

karena struktur biaya perusahaan tidak dipertimbangkan.

Market Price per share


P/Sales Ratio =
Revenue

2.3.3.2.4 Price to Book (P/B) Multiple

Price to Book Value cocok digunakan untuk perusahaan yang mempunyai

aset based stabil dan aset menjadi komponen yang dominan dalam perusahaan

seperti bank (Djaja,2019). Rasio ini mewakili total equity market value bank dan

nilai bukunya. Rasio ini banyak digunakan oleh perusahaan yang memiliki

capital-intensive business. Menurut Forte et al (2018) rasio ini cocok untuk

institusi finansial karena regulator menekankan pada solvency, kebutuhan modal,

maintenance modal. Namun, dalam rasio ini, tidak menghitung hubungan antara

aset dan aktivitas yang menghasilkan fee yang cenderung umum di industri

perbankan.

Market Price per share


PBV =
Book Value per share
2.3.3.2.5 Price / Dividends

Menurut Forte et al (2018), harga saham dibagi dengan dividen per saham

dan setara, kapitalisasi pasar dibagi dengan total dividen. Dividen biasanya

dibagikan lebih dari sekali dalam setahun (biasanya triwulanan). Kemudian arus

kas ini harus dijumlahkan untuk mendapatkan nilai tahunan. Rasio ini bisa jadi

diterapkan pada setiap perusahaan di pasar, tetapi tidak cocok untuk perusahaan

yang tidak membagikan dividen karena mereka lebih menyukai jenis remunerasi
47

pemegang saham lainnya (seperti sebagai program pembelian kembali saham),

atau karena mereka ingin tumbuh dan berinvestasi secara internal. Namun, rasio

ini sering digunakan di perbankan karena dividen mewakili uang tunai yang

dibagikan dan karena penilaian intrinsik menggunakan dividen masih terjadi. Dua

versi dari rasio ini dihitung berdasarkan penyebut yang berbeda.

Pertama, hanya menggunakan common dividend. Kedua, fokusnya adalah

pada total dividen, jumlah dari dividen umum dan preferen. Dividen preferen

adalah dividen yang dibayarkan atas saham preferen. Perbedaan ini menangkap

hubungan potensial antara saham preferen dan penilaian. Rasio ini sangat

dipengaruhi oleh outlier.

Rasio ini kurang cocok digunakan karena beberapa bank di Bursa Efek

Indonesia tidak membagikan dividen secara reguler.

2.3.3.2.6 Price / Depostis

Perhitungan dengan membagi kapitalisasi pasar dengan deposito, item

pembeda untuk analisis perusahaan bank yang tidak ada dalam neraca perusahaan

lain yang bergerak di bidang non-keuangan. Deposit cenderung menjadi seragam

antar bank ritel. Dua versi disajikan di sini, pertama hanya menggunakan setoran

bank dan yang kedua menggunakan simpanan nasabah. Deposito bank

merupakan keterlibatan bank dalam pasar antar bank. Setoran pelanggan

mewakili total simpanan nasabah, tabungan dan deposito berjangka yang

disimpan untuk rumah tangga, kemitraan, dan korporasi. (Forte et al, 2018)

Menurut Anton (2018), untuk mengontrol perbedaan-perbedaan yang timbul antar

perusahaan yang dijadikan pembanding dapat dilakukan dengan subjective

adjustment, sector regression dan modified multiples.

2.3.3.3 Metode Penilaian Berbasis Aset


48

Konsep penilaian berbasis aset adalah proses penilaian yang menitik

beratkan pada aset perusahaan terutama aset tetap bukan pada pendapatan, laba

ataupun cash flow perusahaan.

Metode berbasis aset hanya dilakukan dalam kasus perusahaan yang

dianggap tidak memiliki prospek untuk going concern pada masa mendatang atau

dalam hal nilai aset dianggap lebih bernilai daripada nilai arus kas yang bisa

dihasilkan ke depan.

Model ini terdiri dari 3 yaitu :

1. Model Likuidasi

2. Model Realisasi Aset

3. Model Replacement

Model likuidasi adalah model penilaian perusahaan dengan anggapan

perusahaan tidak lagi mempunyai going concern dan dilikuidasi. Perusahaan

dinilai berdasarkan anggapan semua aset perusahaan dapat dijual untuk proses

likuidasi. Model ini terlalu konservatif karena menganggap aset perusahaan dijual

dengan paksa degan harga dibawah pasar dan penuh tekanan sehingga bisa

menyebabkan nilai likuidasi perusahaan terlalu rendah.

Model Realisasi aset didasari pemikiran nilai wajar realisasi dari aset

perusahaan per tanggal cut off valuation dan sangat berkaitan erat dengan

kebijakan akuntansi dan nilai buku yang berbeda antar perusahaan. Aset yang

bersifat intangible dan kualitatif susah untuk dikuantifikasi.

Metode replacement value beranggapan bahwa perusahaan dinilai berdasarkan

expectation dari biaya pengganti aset perusahaan dan hanya berupa aset tetap.

Ketiga jenis penilaian menggunakan Aset approach kurang cocok untuk

digunakan dalam metode valuasi perbankan karena sebagian besar aset bank
49

bersifat tidak berwujud atau intangible. Selain itu, prinsip going concern bank

dalam valuasi krusial sehingga tidak cocok menggunakan metode diatas.

2.3.3.7 Estimasi Pertumbuhan

Salah satu faktor penting dalam proses valuasi adalah pertumbuhan

(growth) perusahaan. Menurut Prihadi (2020) ada 3 cara untuk menghitung

pertumbuhan yaitu:

1. Melihat historis perusahaan, pendekatan ini paling banyak digunakan

karena mudah untuk diaplikasikan. Estimasi ini melihat data historis

earnings perusahaan di masa lalu. Ukuran yang umum yang digunakan

adalah aritmatik dan geometrik. Ukuran geometrik memberikan hasil

yang lebih akurat.

2. Estimasi yang dilakukan oleh analis, pendekatan ini cenderung lebih

akurat karena selain data historis yang digunakan, analis memiliki

informasi yang lebih jika dibandingkan dengan investor seperti informasi

yang lebih spesifik tentang kondisi perusahaan, data makroekonomi,

informasi mengenai pesaing, serta informasi yang tidak dipublikasikan

oleh perusahaan. Estimasi yang dilakukan analis akan berguna di masa

yang akan datang, namun para analis sering membuat kesalahan yang

sangat signifikan dalam memprediksi pertumbuhan. Hal ini disebabkan

karena mereka bergantung kepada sumber data yang sama dan terkadang

mengabaikan perubahan yang pokok dalam perusahaan.

3. Fundamental perusahaan, sebelum mengestimasi pertumbuhan, investor

harus terlebih dahulu menentukan pertumbuhan yang akan di proyeksi,

yaitu:
50

a. Untuk memprediksi pertumbuhan laba bersih per saham (EPS), variabel

yang digunakan adalah retention ratio dan return on equity (ROE).

b. Untuk memprediksi pertumbuhan laba bersih (net income), variabel yang

digunakan adalah equity reinvestment dan return on equity (ROE).

c. Untuk memprediksi pertumbuhan laba operasi (operating income).

Variabel yang digunakan adalah reinvestment rate dan return on capital

(ROC).

2.3.3.8 Diskon dan Premi

Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan Nomor: KEP- 196/BL/2012 tanggal 19 April 2012 tentang

pedoman penilaian dan penyajian laporan penilaian usaha di pasar modal,

menyatakan :

1) Diskon Pengendalian (Discount For Lack of Control) adalah suatu jumlah

atau persentase tertentu yang merupakan pengurang dari nilai suatu

ekuitas sebagai cerminan dari tingkat pengendalian atas objek penilaian.

2) Diskon Likuiditas Pasar (Discount For Lack of Marketabilities) adalah

suatu jumlah atau persentase tertentu yang merupakan pengurang dari

nilai suatu ekuitas sebagai cerminan dari kurangnya likuiditas objek

penilaian.

3) Dalam menentukan kesimpulan nilai akhir atas objek penilaian, Penilai

usaha wajib menggunakan Diskon Likuiditas Pasar (Discount for Lack of

Marketability) dan Premi Pengendalian (Premium for Control) atau

Diskon Pengendalian (Discount For Lack of Control).

4) Dalam menggunakan Diskon Likuiditas Pasar (Discount for Lack of

Marketability), Penilai Usaha wajib memperhatikan, dalam hal Objek


51

Penilaian merupakan perusahaan terbuka, Diskon Likuiditas Pasar

(Discount for Lack of Marketability).

5) Dalam menggunakan Premi Pengendalian (Premium for Control) atau

Diskon Pengendalian (Discount For Lack of Control), maka Penilai Usaha

wajib memperhatikan, dalam hal Objek Penilaian adalah perusahaan

terbuka, Premi Pengendalian (Premium for Control) atau Diskon

Pengendalian (Discount For Lack of Control) yang dapat digunakan

dalam penilaian adalah antara 20% (dua puluh perseratus) sampai dengan

35% (tiga puluh lima perseratus) dari indikasi nilai.

Dalam penelitian skripsi mengenai valuasi nilai saham Bank BCA, Bank

BRI dan Bank Jago, asumsi yang digunakan untuk penentuan persentase nilai

diskon atau premi atas dasar pendekatan konservatif, penulis menggunakan

tingkat Diskon Likuiditas Pasar (Discount for Lack of Marketability) sebesar 30%

dan Premi Pengendalian (Premium for Control) sebesar 35 %.

2.3.3.9 Pembobotan dan Rekonsiliasi Nilai

Hasil akhir atas valuasi saham berdasarkan metode metode yang dipakai

akan dinyatakan dalam satu nilai tertentu (single amount) dengan rekonsiliasi

nilai dengan berdasarkan bobot penilaian dari sudut pandang praktisi penilai

MAPPI (Masyarakat Asosiasi Profesi Penilai Indonesia) yang terdaftar di pasar

modal atau yang mewakilinya yaitu KJPP Ruky, Safrudin dan Rekan yaitu 50%

untuk pendekatan pendapatan dan 50% untuk pendekatan pasar.

Adapun pertimbangan rekonsiliasi nilai yang mendasari kesimpulan nilai

tersebut adalah karena kedua metode pendekatan pendapatan dapat memberikan

perhitungan aliran kas bersih sekarang untuk dimasa yang akan datang dengan
52

memperhitungkan time value of money dan pendekatan pasar digunakan bila

ketersediaan perusahaan pembanding yang sebanding di pasar.


53

2.4 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian valuasi saham yang pernah dilakukan sebelumnya dirangkum pada tabel berikut.

No Nama Judul penelitian Masalah Tejnik Jumlah Teknik Hasil Penelitian


Peneliti Pengumpula Populasi Analisis
(Tahun) n Data dan Data
Sampel

1 Aprilia et al Analisis Keputusan Risiko investasi saham Metode 4 Price Penelitian dilakukan pada 4 saham
(2016) Investasi Berdasarkan yang tinggi sehingga kepustakaan Earning perusahaan dan hasil valuasi
Penilaian Harga investor diharapkan Ratio menunjukkan saham perusahaan
Saham (Studi dapat melakukan analisa dalam keadaan undervalued karena
Menggunakan dan memberikan kinerja perusahaan yang menurun.
Analisis Fundamental penilaian Adapun keputusan investasi yang
dengan Pendekatan direkomendasikan adalah dengan
Price Earning Ratio membeli atau menahan saham
(PER) tersebut dan untuk investor yang
berorientasi jangka panjang maka
dapat hold saham tersebut dan
menambah jumlah saham yang di
pegang.

2 Surbakti Pengaruh Variabel  krisissubprime Metode ARCH- Data return saham IHSG memiliki
(2016) Makroekonomi mortgage yang kepustakaan GARCH volatilitas yang tinggi dan bersifat
terhadap Volatilitas puncaknya terjadi pada keteroskedastis sehingga regresi
Return Indeks Saham September 2008, imbas model OLS tak layak digunakan.
IHSG Sebelum dan dari krisis subprime Variabel makroekonomi domestic
Sesudah Krisis mortgage menyebabkan dan international berpengaruh
Ekonomi Global seluruh bursa saham di signifikan terhadap volatilitas return
54

(2002-2014) dunia mengalami IHSG seperti kurs rupiah. Variabel


koreksi yang cukup inflasi, BI rate dan Harga emas tak
tajam berpengaruh signifikan terhadap
volatilitas.

3 Jufri et al Analisis Kewajaran Kewajaran harga saham Metode Earning Per Perhitungan Nilai Intrinsik dengan
(2016) Harga Saham Dengan perbankan kepustakaan share menggunakan estimasi EPS (E0)
Pendekatan Analisis dikali dengan PER multiple. Pada
Fundamental pada tahun 2017, BBRI , BMRI dan
Sektor Perbankan di BBTN mengalami kondisi
Bursa Efek Indonesia undervalued sedangkan BBCA
mengalami kondisi Overvalued

4 Nurbaiti et al Intangible Asset, Bank memiliki aset Metode 5 Fixed Nilai Intangible Asset yang dimiliki
(2017) Profitabilitas dan intangble yang terbesar kepustakaan effects, perusahaan yang terdaftar di indeks
Sustainability Report dari komposisi aset random Sri-Kehati tidak bervariasi
terhadap Nilai sehingga perlu dinilai effects begitujuga dengan Sustainability
Perusahaan pengaruh terhadap nilaii Report dan Profitabilitas.
perusahaan

5 Syafitri et al Analisis Makro Faktor yang Metode Analisis Pertumbuhan GDP mempengaruhi
(2017) Ekonomi Pada Kredit mempengaruhi kredit kepustakaan Regresi Makro Ekonomi yang
Bermasalah Perbankan bermasalah Berganda mempengaruhi NPF ,BUS, UUS
Syariah di Indonesia dan BPR Syariah dan berpengaruh
negatif signifikan. Inflasi
berpengaruh negatif signifikan
terhadap variabel tersebut dan Nilai
kurs berpengaruh positif signifikan .

6 Jain et al Equity Research of Nilai Wajar saham BCA Metode 1 Hasil analisa merekomendasikan
55

(2017) PT. Bank Central Asia dan keadaan ekonomi kepustakaan posisi menunggu untuk entry point
Tbk yan lebih baik dengan target harga
Rp.19,500. Peningkatan perdapatan
diprediksi di sekitar 5-8% karena
pertumbuhan pinjaman yang
disalurkan dengan margin yang
lebih soft yang mana menurunkan
biaya kredit.

7 Anton (2018) Analisis Valuasi Nilai Menghitung valuasi dari Metode 2 Metode free Berdasarkan hasil penelitian dan
Wajar Saham BUMN rencana Merger Bank kepustakaan cash flow , perhitungan rekonsiliasi atas ketiga
Perbankan dengan BRI dan BMRI relative metode pendekatan menunjukkan
Metode Free Cash valuation bahwa nilai intrinsik BMRI
Flow to Equity, dan Rp.8,762 undervalued dengan
Relative Valuation dan abnormal posisi harga penutupan Rp.8,000
Abnormal Earning earning per 31 Desember 2017 dan BBRI
terkait Rencana juga undervalued dengan value
Pembentukan Holding 4,085 namun harga penutupan
Company BUMN Rp.3,640 per 31 Desember 2017.
Sektor Perbankan dan
Jasa keuangan

8 Suyanti Analisis Penilaian Mengukur kinerja Bank Metode Economic Hasil Analisis perhitungan EVA
(2018) Kinerja Keuangan Muamalat dan melihat kepustakaan Added pada PT. Bank Muamalat Indonesia
dengan Metode kemampuan Value Tbk periode 2014-2016
Economic Value menciptakan nilai menunjukkan nilai EVA Positif
Added (EVA) Studi tambah ke pemegang atau EVA > 0 yang artinya Bank
Kasus PT. Bank saham menciptakan nilai tambah atau laba
Muamalat Indonesia yang dihasilkan mengalami
Tbk peningkatan dan dapat memenuhi
56

biaya operasionalnya. Metode EVA


sangat efektif untuk digunakan
sebagai penilaian kinerja keuangan
pada Bank

9 Forte et al Apakah Relative Mengevaluasi metode Metode Valutaion Relative Valuation sering
(2018) Valuation cocok untuk penilaian yang cocok kepustakaan errors, digunakan untuk memvaluasi
bank? dengan industri Correlation perbankan. Perhitungan proyeksi
perbankan Analysis P/E mengungguli perhitungan P/E
historis. P/TBV tidak lebih baik dari
P/BV. Di sisi lain, P/Customer
Deposit cocok untuk bank
komersial

10 Prihatiningsih Nilai Intrinsik Saham Valuasi nilai wajar Bank Metode 1 Relative -Nilai Intrinsik saham BMRI yang
(2018) PT Bank Mandiri Mandiri kepustakaan Valuation dihitung dengan metode Relative
(Persero) Tbk dengan Valuation diindikasikan overvalue
Metode Relative di pasar (2016)
Valuation -Manajemen BMRI berhasil
menciptakan nilai tambah ekonomi
dalam menjalankan bisnis
perusahaan dengan metode EVA
-Keputusan investasi yang dapat
diambil investor terhadap saham
BMRI berdasarkan relative
valuation adalah menunda untuk
melakukan pembelian.

11 Safuridar et al Analisis Indikator Keadaan makro Metode 9 Ekonometri Inflasi, Suku Bunga dan Nilai tukar
(2018) Makro Ekonomi ekonomi yang sering kepustakaan ka dengan memiliki pengaruh signifikan
57

terhadap Harga Saham berubah ubah dapat / terhadap harga saham perbankan
Sektor Perbankan tidak mempengaruhi secara simultan, inflasi, suku bunga
return saham dan nilai tukar berpengaruh
persamaan
signifikan terhadap harga saham
linear
sektor perbankan. Hal ini
berganda
menunjukkan bahwa kinerja
perbankan bergantung pada makro
ekonomi.

12 Dharma et al Equity Research PT. Nilai Wajar Saham BRI Metode 1 Hasil Analisis menunjukkan bahwa
(2018) Bank Rakyat dan Outlook ekonomi kepustakaan peneliti merekomendasikan Buy
Indonesia 2018 dengan target price Rp.4,100
(Samuel Sekuritas) dimana harga pasar adalah Rp.3,680
dengan potensi upside sebesar
11.4%. Samuel Sekuritas
memproyeksikan persentase Kuota
KUR untuk BBRI akan mengalami
kenaikan. Rasio NPL berada dalam
kondisi sehat yaitu sekitar 2.1-2.4%
.

13 Miftakhul et Analisis Perbedaan Pencapaian keuangan Metode 1 Economic Terdapat perbedaan signifikan
al (2019) Kinerja Keuangan bank syariah dengan kepustakaan Value antara kinerja keuangan bank
Bank Syariah dengan EVA Added syariah dengan menggunakan
Metode EVA :Studi metode EVA, ini terjadi karena
Kasus PT. Bank rata-rata nilai EVA PT. Bank
Muamalat Tbk dan Muamalat Tbk lebih tinggi daripada
PT. Bank BRI Syariah PT. Bank Syariah Tbk.
Periode 2015-2018.
58

14 Nurhadiman Analisis Harga Wajar Harga Wajar Bank Metode Discounted Hasil perhitungan DCF harga wajar
et al (2019) Saham dengan Metode Tabungan Negara kepustakaan Cash Flow saham PT. Bank Tabungan Negara
Discounted Cash dengan proyeksi arus adalah 2,848 pada tahun 2017
Flow PT Bank kas historis sedangkan harga penutupan pada
Tabungan Negara tahun 2017 adalah Rp.3,570
Periode 2013-2017 sehingga harga saham cenderung
overvalued dan melampaui harga
wajarnya.

15 Ferry et al Analisis Valuasi Nilai Nilai pasar wajar saham Metode 1 Pendekatan Indikasi nilai ekuitas dengan
(2020) Pasar Wajar Saham PT Bank Danamon kepustakaan Pendapatan, pendekatan pasar dengan bobot
PT. Bank Danamon Indonesia dalam rangka Aset rekonsiliasi sebesar 36.36% , aset
Indonesia Tbk dalam akuisisi yang dilakukan sebesar 18.18% dan pendapatan
rangka akuisisi tahap oleh MUFG Bank pada sebesar 45.45% dikurangi dengan
kedua oleh MUFG tahun 2018. discount lack of marketability
Bank LTD sebesar 5.7% didapat nilai wajar
Rp.8,223.81/ lembar saham 

16 Behera (2020) Apakah valuasi EVA Pengaruh EVA dalam Metode Economic Penilaian Berbasis EVA dapat
menjelaskan nilai return yang cenderung kepustakaan Added diimplementasikan di bawah
perusahaan lebih baik berubah dan stabil Value skenario perubahan pengembalian
dalam return yang yang diminta dengan menambahkan
berubah ubah dari nilai sekarang dari pendapatan yang
pada return yang dibutuhkan dengan nilai sekarang
konstan? dari EVA. Nilai aset lebih baik
dijelaskan oleh tingkat diskonto
yang berubah-ubah waktu daripada
tingkat diskonto konstan. Model
Penilaian Berbasis EVA di bawah
pengembalian yang yang berubah
59

berkinerja lebih baik daripada


model penilaian berbasis EVA yang
ada di bawah pengembalian yang
konstan dan berkinerja terbaik
dengan data sampel terbaru
daripada yang lebih lama.

17 Behera (2020) Apakah Model Mengukur EVA dalam Metode Economic Analisis isi informasi relatif
Penilaian EVA menilai laba bank kepustakaan Value mengungkapkan bahwa model
mengungguli model Added penilaian pendapatan mengungguli
penilaian laba dalam model penilaian berbasis EVA
menjelaskan nilai untuk perusahaan besar dan kecil
pasar Ekuitas? sedangkan model penilaian berbasis
EVA mengungguli model penilaian
pendapatan untuk perusahaan mid-
cap. Studi ini memberikan jalan
baru bagi peneliti untuk
mengeksplorasi variabel GFV dan
perannya dalam kemampuan
menjelaskan Model Penilaian
Berbasis EVA

18 MNC Research Equity PT. Nilai wajar saham Bank Metode 1 Berdasarkan hasil penelitian, MNC
Sekuritas Bank Jago Tbk 2021 Jago kepustakaan Sekuritas tidak memberikan
(2021) rekomendasi beli maupun jual.
ARTO diperdagangkan di PBV
30.64x. ARTO sebagai pionir
dalam digital banking di indonesia
dipercaya bisa meningkatkan
kinerja keuangannya di FY21E
60

didukung kolaborasi dengan Gojek.


ARTO juga dipercaya mempunyai
market pasar yang masih sangat
luas dimana 51% populasi
indonesia belum tersentuh layanan
perbankan.

19 Sudiyatno et Risiko dan Modal : Signifikansi risiko dan Metode 40 Multiple Risiko Likuiditas berpengaruh
al (2021) Pengaruhnya modal terhadap kepustakaan regression positif tidak signifikan terhadap
Terhadap Profitabilitas profitabilitas analysis profitabilitas, Risiko Kredit
(Studi Empiris pada berpengaruh negatif signifikan pada
Industri Perbankan di profitabilitas menunjukkan
Indonesia) manajemen bank cukup baik
mengelola kredit sehingga tak
banyak kredit bermasalah. Risiko
Pasar berpengaruh positif namun
tidak signifikan terhadap
profitabilitas dan Risiko
Operasional berpengaruh negatif
signifikan.
61
62

2.5 Kerangka Berpikir

“In the short run, Stock market is a voting machine while in the long run,

the stock market is a weighing machine.” Benjamin Graham

Penilaian harga saham sering kali dalam jangka pendek tidak rasional

karena publik mudah terpengaruh dengan sentimen pasar dan keributan di pasar

yang mampu mempengaruhi psikologi pelaku pasar tanpa didukung metode

ilmiah. Kerangka penelitian ini didasari dari analisis untuk menentukan nilai

wajar saham 3 bank dan menemukan kewajaran dari trend digital terhadap harga

saham untuk menghindari penilaian saham yang tidak wajar akibat pengaruh

pasar yang dominan dan intuisi semata.

Analisis fundamental dimulai dengan menganalisa laporan keuangan

perusahaan terhadap kinerja historis dan memproyeksikan laporan keuangan dan

neraca perusahaan dalam jangka waktu 5 tahun. Selain itu, juga dilakukan analisa

menyeluruh terhadap makro ekonomi global , analisis industri dan juga analisis

internal perusahaan.

Setelah analisis fundamental dilakukan, maka penulis akan menghitung

harga wajar atau valuasi saham dengan metode yang telah ditentukan dan

kemudian dari hasil memvaluasi saham perbankan, dibandingkan dengan harga

pasar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sehingga kesimpulan terhadap

kondisi saham dapat ditarik dan digunakan oleh pihak luar untuk basis

pengambilan keputusan.

Dalam analisa makro ekonomi dengan Top-Down Approach, peneliti

menggunakan faktor seperti PDB, inflasi, suku bunga dan stabilitas nilai tukar

uang.
63

Selanjutnya melakukan analisis terhadap industri perusahaan yang akan

diteliti dalam hal ini adalah analisis terhadap industri keuangan dan perbankan.

Analisis ini diperlukan untuk mengetahui positioning PT Bank Central Asia

(Persero) Tbk , PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Jago

(Persero) Tbk diantara perusahaan perbankan lainnya yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Selanjutnya melakukan analisis terhadap perusahaan, dalam hal

ini adalah PT Bank Central Asia (Persero) Tbk , PT Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk dan PT Bank Jago (Persero) Tbk. Analisis yang dilakukan terdiri

dari analisis rasio keuangan perusahaan dan analisis proyeksi laporan keuangan

untuk mengukur estimasi kinerja perusahaan di masa depan. Selanjutnya adalah

melakukan valuasi perusahaan dengan menggunakan metode discounted Cash

Flow (DCF) dengan pendekatan Free Cash Flow to Equity (FCFE), relative

valuation (RV) dan Economic Value Added (EVA).

Berdasarkan uraian diatas, kerangka berpikir penelitian ini akan digambarkan

sebagai beri
64

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai