Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH BI RATE, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP

USD, DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM


GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Matius Posma Widyarto

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

widiarto97@gmail.com

Dosen Pembimbing

Satriya Candra Bondan Prabowo

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari BI Rate, tingkat
inflasi, nilai tukar rupiah terhadap USD, dan Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah BI Rate, tingkat inflasi,
nilai tukar rupiah terhadap USD, dan Indeks Dow Jones (IDJ). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa secara parsial BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap IHSG. Tingkat inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap IHSG.
Nilai tukar rupiah terhadap USD berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap IHSG.
Indeks Dow Jones berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG. Hasil dari penelitian
ini dapat menjadi sumber informasi bagi investor serta pemerintah untuk memperhatikan
BI Rate, tingkat inflasi, nilai tukar, dan Indeks Dow Jones.

Kata kunci: BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD, Indeks Dow Jones,
Indeks Harga Saham Gabungan

Abstracts : This study aims to determine the effect of the BI Rate, inflation rate,
rupiah exchange rate on USD, and Dow Jones Index on the Composite Stock Price Index.
The independent variables in this study are The BI Rate, inflation rate, rupiah exchange
rate on USD, and Dow Jones Index (IDJ). The dependent variable in this study is the
Composite Stock Price Index (CSPI). The analysis technique in this study uses multiple
linear regression analysis. The results of the research conducted show that partially the BI
Rate has a negative and significant effect on the JCI. The inflation rate has a negative and
no significant effect on JCI. Rupiah exchange rate on USD has a negative and no significant
effect on the CSPI. The Dow Jones Index has a positive and significant effect on the JCI.
The results of this study can be a source of information for investors and the government
to pay attention to the BI Rate, inflation rate, exchange rate, and Dow Jones Index.
Keywords: BI Rate, Inflation, Exchange Rate, Exchange Rate, Dow Jones Index,
Composite Stock Price Index
1. PENDAHULUAN dan lain-lain. Dibalik semua manfaat

Dalam menjalankan berbagai kegiatan tersebut tentu ada resiko yang harus

dalam usahanya, perusahaan tentunya dihadapi oleh investor seperti nilai

membutuhkan dana sebagai dorongan investasi turun, pihak yang meminjam

untuk melakukan kegiatan tersebut. Cara dana mengalami kebangkrutan,

untuk mendapatkan dana itu bisa melalui menurunnya dividen dikarenakan

internal maupun external. Jika internal penurunan laba, dan lain-lain. Pasar

salah satunya adalah dengan modal juga sangat cepat dalam berubah

menggunakan laba ditahan dan external dan perubahan tersebut dapat disebabkan

maka perusahaan akan meminjam pada bidang yang lain seperti pada

sejumlah modal kepada lembaga lain bidang sosial serta politik baik yang

maupun menjual saham kepada terjadi di dalam ataupun di luar negeri.

masyarakat dengan membuat perusahaan Pasar modal merupakan salah satu


tersebut menjadi perusahaaan go public penggerak perekonomian suatu negara
di pasar modal. Pasar modal menurut UU karena pasar modal merupakan sarana
Pasar Modal RI No 8 tahun 1995 pembentuk modal dan akumulasi dana
didefinisikan sebagai kegiatan yang jangka panjang yang diarahkan untuk
bersangkutan dengan penawaran umum meningkatkan partisispasi masyarakat
dan perdagangan efek, perusahaan publik dalam penggerakan dana untuk menujang
yang berkaitan dengan efek yang pembiayaan pembangunan nasional.
diterbitkannya, serta lembaga profesi Selain itu, pasar modal juga merupakan
yang berkaitan dengan efek. Pasar modal representasi untuk menilai kondisi
memiliki beberapa instrumen seperti perusahaan-perusahaan di suatu negara.
saham, obligasi, reksa dana, dan Pasar modal yang mengalami
derivatif. Pasar modal merupakan salah peningkatan (bullish) atau penurunan
satu tempat yang cocok untuk menjadi (bearish) di Indonesia terlihat dari naik
alternatif investasi yang menguntungkan turunnya harga saham yang tercatat pada
bagi para investor. Ada beberapa manfaat Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
yang didapat jika menjadi investor pada dipresentasikan melalui Indeks Harga
pasar modal seperti nilai dari investasi Saham Gabungan (IHSG).
dapat bertambah, dapat memperoleh
Menurut Jogiyanto (2017) Indeks Harga
dividen untuk pemilik instrumen saham,
Saham Gabungan merupakan angka
likuiditas dari beberapa instrumen cukup
indeks harga saham yang sudah disusun
tinggi sehingga mudah diperjualbelikan,
dan dihitung dengan menghasilkan trend, Indonesia yang ditandai dengan nilai jual
dimana angka indeks adalah angka yang bersih (net selling) dana investor asing di
diolah sedemikan rupa sehingga dapat pasar modal domestik sebesar Rp 22,55
digunakan untuk membandingkan triliun (finance.detik.com, 2015).
kejadian yang dapat berupa perubahan
Dahlan Siamat (2010) menyebutkan
harga saham dari dari waktu ke waktu.
bahwa tingkat suku bunga Bank
Gambar 1.1 Data IHSG di Tahun Indonesia (BI Rate) adalah suku bunga
2008-2018 dengan tenor satu bulan yang
diumumkan oleh Bank Indonesia secara
Data IHSG 2008-2018
periodik untuk jangka waktu tertentu
7000.00
yang berfungsi sebagai sinyal (stance)
6000.00
5000.00
kebijakan moneter.
4000.00
Tabel 1.1 Data BI Rate Tahun 2008 -
3000.00
2018
2000.00
1000.00
No Tahun BI Rate (%)
0.00
2008 2010 2012 2014 2016 2018 1 2008 9.25
2 2009 7.15
Sumber: finance.yahoo.com, 2019.
3 2010 6.5
Berdasarkan gambar 1.1 bahwa Indeks 4 2011 6.58
Harga Saham Gabungan (IHSG) 5 2012 5.77
cenderung meningkat dari tahun 2008 6 2013 6.48
hingga tahun 2018. Walaupun ada 7 2014 7.54
beberapa penurunan di antara tahun 8 2015 7.54
tersebut seperti pada tahun 2015 yang 9 2016 6
ditutup pada level 4.557,35 poin 10 2017 4.56
dibandingkan pada tahun sebelumnya
11 2018 5.48
yang ditutup pada level 5.226,95 poin. Sumber: www.bi.go.id, 2019.
Penurunan tersebut karena adanya
Berdasarkan pada tabel 1.1 menunjukkan
kenaikan suku bunga bank sentral
bahwa suku bunga di Indonesia
Amerika Serikat (AS) yang membuat
cenderung berubah-ubah dari tahun
investor mengalihkan sebagian dananya
2008-2018. Pada 19 Agustus 2016 Bank
keluar dari instrumen portofolio di
Indonesia mengganti BI Rate dengan BI
7-Day Repo Rate, karena itu suku bunga inflasi melebihi dari perkiraan yang telah
digantikan dengan menggunakan BI 7- dibuat yaitu dengan menaikkan tingkat
Day Repo Rate. Suku bunga cenderung suku bunga dan juga berlaku sebaliknya,
mengalami penurunan tetapi penurunan jika inflasi lebih rendah dari perkiraan
yang signifikan adalah pada tahun 2009 maka Bank Indonesia akan menurunkan
sebesar 7,15% dari 9,25% pada tahun tingkat suku bunga.
sebelumnya. Level terendah pada periode
Menurut Suseno dan Siti Astiyah (2009)
tersebut berada pada tahun 2017
inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah
dikarenakan beberapa hal seperti inflasi
uang beredar atau kenaikan likuiditas
lebih rendah dari perkiraan oleh bank
dalam suatu perekonomian. Tingkat
sentral, faktor risiko eksternal mereda
Inflasi juga diduga dapat mempengaruhi
utamanya dari bank sentral AS Federal
IHSG jika Tingkat Inflasi meningkat
Reserve (The Fed), dan penurunan suku
maka IHSG akan menurun. Dugaan ini
bunga acuan diharapkan dapat
diambil karena dengan meningkatnya
mendorong penyaluran kredit perbankan
Tingkat Inflasi maka harga dari bahan
(ekonomi.kompas.com, 2017).
baku akan naik serta beban perusahaan
Menurut Brigham dan Houston (2010) akan ikut naik dikarenakan biaya bahan
tingkat bunga yang rendah dapat baku, biaya operasional dan lain-lain juga
menurunkan biaya modal bagi kalangan akan mengalami kenaikan maka
bisnis, yang kemudian mendorong pendapatan dari perusahaan berpotensi
investasi perusahaan dan akan untuk mengalami penurunan dan jika
merangsang belanja konsumen serta tingkat suku bunga lebih tinggi dari
pasar perumahan. Tingkat suku bunga tingkat pengembalian yang diharapkan
juga mempengaruhi keinginan oleh investor maka para investor
masyarakat yang akan meminjam uang di cenderung akan mengalihkan dana yang
bank. Jika tingkat suku bunga rendah dipakai untuk berinvestasi ke pasar uang
maka kemauan masyarakat untuk karena dianggap investasi pada pasar
meminjam uang di bank akan tinggi uang lebih menguntungkan daripada di
tetapi sebaliknya, jika tingkat suku bunga pasar modal.
tinggi maka kemauan masyarakat akan
rendah.

Bank Indonesia juga akan melakukan


cara untuk mengantisipasi inflasi jika
Tabel 1.2 Data Tingkat Inflasi Tahun keputusan. Inflasi juga dipengaruhi oleh
2008-2018 permintaan dan penawaran uang.
Dampak dari permintaan dan penawaran
No Tahun Tingkat Inflasi (%)
uang tersebut pada pasar finansial akan
1 2008 11.06%
2 2009 2.78% membentuk suatu harga dari uang

3 2010 6.96% tersebut. Perubahan pada suku bunga,


4 2011 3.79% inflasi dan pelemahan pada nilai uang
5 2012 4.30% dapat membuat perubahan pada biaya
6 2013 8.38% produksi, keuntungan perusahaan dan
7 2014 8.36% juga pada harga saham di perusahaan
8 2015 3.35% bursa efek.
9 2016 3.02%
Salah satu variabel yang dibahas pada
10 2017 3.61%
11 2018 3.13%
penelitian ini adalah nilai tukar rupiah

Sumber: www.bi.go.id, 2019. terhadap US Dollar. Perusahaan sangat


memperhatikan kestabilan nilai tukar
Dari data Tingkat Inflasi pada tabel 1.2
rupiah dengan US Dollar dikarenakan
dapat menunjukkan bahwa pada tahun
perusahaan umumnya melakukan
2008-2018 mengalami kenaikan maupun
transaksi-transaksi bisnis menggunakan
penurunan yang cukup fluktuatif.
US Dollar seperti pembelian bahan baku
Terutama pada tahun 2009 yang
dari luar negeri, utang luar negeri, dan
mengalami penurunan menjadi 2,78%
lain-lain. Karena itulah jika nilai tukar
dari tahun sebelumnya yang berada pada
rupiah terdepresiasi maka bisa merugikan
level 11,06%, hal ini disebabkan oleh
perusahaan serta akan mempengaruhi
terjadinya deflasi pada barang-barang
minat investor yang akan
yang harganya ditetapkan oleh
menginvestasikan dana mereka pada
pemerintah, seperti bahan bakar minyak
saham di perusahaan tersebut karena
dan listrik (www.viva.co.id, 2010).
apabila perusahaan mengalami
Inflasi menjadi indikator penting bagi penurunan atau kerugian dapat
pelaku-pelaku ekonomi dalam menyebabkan harga saham pada
mengambil keputusan terkait dari segi perusahaan itu menjadi turun.
konsumsi, investasi,dan juga produksi
jadi jika keadaan inflasi tidak stabil akan
membuat bias dalam pengambilan
Tabel 1.3 Data Nilai Tukar (Kurs) sedang terjadi di dunia seperti kenaikan
Dollar AS Tahun 2008-2018 suku bunga bank sentral Amerika Serikat
(AS) yang mengakibatkan penurunan
No Tahun Nilai Tukar (Kurs)
Dollar AS (%) investasi yang ada di dalam negeri dari
1 2008 10.950
investor asing serta pergerakan Indeks
2 2009 9.400
Dow jones (IDJ) yang merupakan salah
3 2010 8.991
satu dari indeks di dalam New York Stock
4 2011 9.068
Exchange (NYSE) dapat mempengaruhi
5 2012 9.670
pergerakan dari Indeks Harga Saham
6 2013 12.189
7 2014 12.440 Gabungan.

8 2015 13.795 Tabel 1.4 Data Indeks Dow jones


9 2016 13.436
Tahun 2008-2018
10 2017 13.548
11 2018 14.246 No Tahun Nilai Tukar (Kurs)
Dollar AS (%)
Sumber: www.bi.go.id, 2019. 1 2007 13264
2 2008 8776
Pada data nilai tukar di tabel 1.3 dapat
3 2009 10428
dilihat nilai tukar 1 USD ke Rupiah di
4 2010 11577
tahun 2008-2018 mengalami fluktuasi
5 2011 12217
yang cukup tinggi. Seperti tahun 2013
6 2012 13104
yang mengalami kenaikan menjadi 7 2013 16576
12.189 rupiah/US Dollar dari tahun 8 2014 17823
sebelumnya yang berada pada 9.670 9 2015 17425
rupiah/US Dollar. Kenaikan ini cukup 10 2016 19762
tinggi disebabkan oleh ketergantungan 11 2017 24719
dari pembiayaan atau utang asing yang Sumber: www.finance.yahoo.com, 2019.
terlalu besar karena itu ketika Bank
Pada data Indeks Dow jones (IDJ) di tabel
Sentral AS menarik stimulus maka
1.4 ada penurunan yang cukup tinggi
ekonomi dalam negeri tertekan dan
pada tahun 2007-2008 sebesar 4488 poin
rupiah menjadi terdepresiasi
atau sekitar 33%. Pada tahun tersebut
(finance.detik.com, 2014).
sedang terjadi krisis ekonomi global dan
IHSG pun dipengaruhi oleh berbagai mengakibatkan perusahaan-perusahan di
faktor luar negeri (external) salah Amerika Serikat (AS) mengalami
satunya adalah peristiwa-peristiwa yang kebangkrutan salah satunya Lehman
Brothers. Peristiwa ini mempengaruhi Taufiq dan Batista (2015) yang
pergerakan Indeks Harga Saham menyatakan bahwa BI Rate dan Inflasi
Gabungan (IHSG) karena banyak fund mempunyai pengaruh negatif dan
manager dari Eropa dan US yang signifikan terhadap IHSG sedangkan
melakukan penarikan investasi secara Kurs berpengaruh positif dan signifikan
besar-besaran (finance.detik.com, 2012). terhadap IHSG. Tetapi menurut
penelitian dari Yusnita, Darminto, dan
Penelitian terkait BI Rate, Tingkat
Nengah (2014) yang menghasilkan
Inflasi, Nilai Tukar, dan Indeks Dow
kesimpulan secara parsial variabel
jones (IDJ) didasari oleh penelitian
tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar
sebelumnya seperti penelitian dari
Rupiah berpengaruh negatif dan
Razaq, Suhadak, dan Topowijono (2015)
signifikan terhadap IHSG sedangkan
yang menyatakan bahwa Indeks Dow
variabel tingkat inflasi tidak berpengaruh
jones berpengaruh signifikan terhadap
signifikan terhadap Indeks Harga Saham
IHSG. Pada penelitian yang lain dari
Gabungan (IHSG). Penelitian dari David,
Orientasi dan Ari (2017) serta Emta,
Tufail, dan Muneer (2017) serta Dhira,
Noer, dan Tubagus (2016) menyatakan
Anggoro, dan Novika (2012)
bahwa Indeks Dow jones berpengaruh
menyatakan bahwa secara simultan
positif dan signifikan. Tetapi menurut
faktor makro ekonomi seperti Inflasi,
penelitian dari Andi, Alvin, dan Hapzi
Suku Bunga, dan Nilai Tukar
(2017) menyatakan bahwa secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Indeks Dow jones tidak berpengaruh
Perbedaan dari hasil penelitian-penelitian
signifikan terhadap IHSG. Penelitian
sebelumnya menjadikan suatu motivasi
Ardelia dan Saparila (2018) menyatakan
dari peneliti supaya membuat penelitian
bahwa Inflasi berpengaruh negatif dan
ini dan juga untuk dapat membandingkan
tidak signifikan terhadap IHSG pada BEI
dengan keadaan yang terbaru karena
dan Suku Bunga SBI serta Nilai Tukar
pergerakan dari IHSG sangat fluktuatif.
Rupiah berpengaruh negatif dan
signifikan atau penelitian dari Lasma KAJIAN PUSTAKA
(2012) yang menyatakan bahwa Nilai
Pasar Modal
Tukar, Tingkat Bunga berpengaruh
signifikan terhadap IHSG tetapi Inflasi Pasar modal menurut UU Pasar Modal RI

tidak berpengaruh signifikan. Lalu No 8 tahun 1995 didefinisikan sebagai

penelitian yang lain dilakukan oleh kegiatan yang bersangkutan dengan


penawaran umum dan perdagangan efek, peningkatan harga produk-produk yang
perusahaan publik yang berkaitan dengan beredar di masyarakat secara
efek yang diterbitkannya, serta lembaga keseluruhan. Sesuai dengan pengertian
profesi yang berkaitan dengan efek. inflasi dari Julius R. Latumaerissa (2011)
Dalam arti sempit menurut Sunariyah definisi singkat dari inflasi ialah
(2011) Pasar modal adalah suatu pasar kecenderungan dari harga-harga untuk
(tempat, berupa gedung) yang disiapkan naik secara terus menerus. Jadi jika harga
guna memperdagangkan saham-saham, naik hanya pada satu maupun dua barang
obligasi-obligasi, dan jenis surat tentu tidak bisa disebut Inflasi terkecuali
berharga lainnya dengan memakai jasa jika dampaknya melebar dan barang yang
para perantara pedagang efek. Pasar lain juga mengalami kenaikan.
modal adalah tempat bertemunya
Nilai Tukar
pembeli dan penjual dan barang yang
akan dijual maupun dibeli berbentuk Menurut Triyono (2008), kurs (exchange
modal atau dana. Rate) adalah pertukaran antara dua mata

BI Rate uang yang berbeda, yaitu merupakan


perbandingan nilai atau harga antara
BI Rate adalah suku bunga dengan tenor
kedua mata uang tersebut.
satu bulan suku bunga dengan tenor satu
Suatu kenaikan kurs tukar disebut
bulan yang diumumkan oleh Bank
depresiasi atau pengurangan nilai mata
Indonesia secara periodik untuk jangka
uang dalam negeri dalam hubungannya
waktu tertentu yang berfungsi sebagai
dengan mata uang asing, sedangkan
sinyal (stance) kebijakan moneter (Bank
penurunan kurs tukar disebut apresiasi
Indonesia dalam Inflation Targeting
atau kenaikan nilai mata uang dalam
Network). Dari penjelasan tersebut dapat
negeri dalam hubungannya dengan mata
dikatakan bahwa BI Rate mempunyai
uang asing. (Dahlan Siamat, 2010)
fungsi sebagai sinyal kebijakan moneter
Bank Indonesia atau dengan kata lain Indeks Dow Jones (IDJ)
perubahan dari BI Rate dapat
mempengaruhi kebijakan moneter. Indeks Dow jones merupakan indeks
pasar saham tertua di Amerika selain dari
Tingkat Inflasi
Indeks transportasi Dow jones. Indeks
Tandelilin (2010) menyatakan bahwa Dow jones dikeluarkan pertama kali pada
inflasi adalah kecenderungan terjadinya tanggal 26 Mei 1896 oleh editor Wall
Street Journal dan Dow jones & tanggal tertentu. Indeks tersebut
Company. Indeks Dow jones merupakan disajikan untuk periode tertentu . IHSG
representasi dari rata-rata 12 saham dari mencerminkan suatu nilai yang berfungsi
berbagai industri terpenting di Amerika sebagai pengukuran kinerja suatu saham
Serikat. Ketika pertama kali gabungan di bursa efek. Maksud dari
dipublikasikan indeks berada pada posisi gabungan itu sendiri adalah kinerja
40,94. Sekarang ini pemilihan daftar saham yang dimasukkan dalan
perusahaan yang berhak tercatat dalam perhitungan lebih dari satu, bahkan
Indeks Dow jones dilakukan oleh editor seluruh saham yang tercatat di bursa efek
dari Wall Street Journal. Pemilihan ini tersebut (Sunariyah, 2011).
didasarkan pada kemampuan perusahaan,
aktivitas ekonomi, pertumbuhan laba, dll. Menurut Anoraga dan Pakarti (2008)

Perusahaan yang dipilih pada umumnya IHSG merupakan indeks yang

adalah perusahaan Amerika yang menunjukkan pergerakan harga saham

kegiatan ekonominya telah mendunia secara umum yang tercatat di bursa efek

(www.nyse.org). yang menjadi acuan tentang


perkembangan kegiatan di pasar modal.
Sunariyah (2011), menyatakan, dengan Menurut Jogiyanto (2017) Indeks Harga
naiknya Indeks Dow jones ini berarti Saham Gabungan merupakan angka
kinerja perekonomian Amerika Serikat indeks harga saham yang sudah disusun
ikut membaik. Sebagai salah satu negara dan dihitung dengan menghasilkan trend,
tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan dimana angka indeks adalah angka yang
ekonomi Amerika Serikat dapat diolah sedemikan rupa sehingga dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi digunakan untuk membandingkan
Indonesia melalui kegiatan ekspor kejadian yang dapat berupa perubahan
maupun aliran modal masuk baik harga saham dari dari waktu ke waktu.
investasi langsung maupun melalui pasar
modal. 3. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksplanatori
IHSG menggambarkan suatu rangkaian
B. Lokasi dan Periode Penelitian
informasi historis mengenai pergerakan
Penelitian ini dilakukan di Galeri
harga saham gabungan, sampai pada
Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Berdasarkan Tabel 4.6 menggambarkan
Universitas Brawijaya yang berlokasi di bahwa nilai dari Sig. yang diperoleh
Jalan MT. Haryono 189 Malang. Periode adalah 0,200 yang berarti lebih besar dari
penelitiannya selama 6 tahun yaitu 2013- 0,05 sehingga asumsi normalitas dapat
2018. diterima karena sesuai dengan kriteria uji
Kolomogorov-Smirnov.
D. Jenis Data dan Sumber Data

a. Jenis Data Uji Autokorelasi

Jenis data yang digunakan adalah data Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi
kuantitatif.
Model Summaryb
b. Sumber Data Adjusted Std. Error
R R of the Durbin-
Sumber data yang digunakan adalah data
Model R Square Square Estimate Watson
sekunder. 1 .655a .429 .394 153.58420 1.883
Sumber: Data diolah, 2019.
4. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat

Uji Normalitas bahwa hasil uji Durbin-Watson sebesar

1,883. Dalam tabel Durbin-Watson pada


Tabel 4.1 Hasil Uji Kolmogorov-
Smirnov tingkat signifikansi 5% dengan 4 variabel

One-Sample Kolmogorov-Smirnov independen dan 72 data penelitian maka


Test
Unstandardized diperoleh dL = 1.503 dan dU = 1.737.
Residual
Syarat untuk tidak ada autokorelasi jika
N 72
du ≤ d ≤ (4 - du). Dari data yang ada maka
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std. 149.06603014 dapat disimpulkan bahwa 1.737 ≤ 1,883
Deviation
≤ 2.089 yang berarti dalam penelitian ini
Most Extreme Absolute .093
Differences Positive .075 tidak ada autokorelasi.
Negative -.093
Test Statistic .093
Asymp. Sig. (2-tailed) .200

Sumber: Data Diolah 2019


Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ini tersebar secara acak dan tidak
a
Coefficients menghasilkan pola tertentu serta
Collinearity
menyebar di bawah dan atas angka 0
Statistics
Model Tolerance VIF
sehingga dapat disimpulkan tidak
1 (Constant) terjadi heterokedastisitas.
BI_Rate .797 1.254

Tingkat_Inflasi .972 1.028 Analisis Regresi Linear Berganda


Nilai_Tukar .895 1.118
Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Linear
IDJ .747 1.339
Berganda
Sumber: Data diolah, 2019.
Coefficientsa
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan Unstandardized Standardized
bahwa semua variabel independen Coefficients Coefficients

yaitu variabel BI Rate, Tingkat Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 1021.235 208.719 4.893 .000


Inflasi, Nilai Tukar, dan Indeks Dow
BI_Rate - 77160.411 -.257 - .017
jones memiliki nilai VIF kurang dari 189165.780 2.452

10 dan nilai Tolerance lebih dari 0,10 Tingkat_Inflasi - 69.938 3040.363 -.002 -0.23 .982

yang berarti tidak terjadi Nilai_Tukar -.082 .064 -.128 - .202

1.290
multikolineartias dan tidak ada
IDJ .117 .024 .530 4.886 .000
hubungan antar variabel.kejadian yang Sumber: Data diolah, 2019.
dapat berupa perubahan harga saham dari
Berdasarkan Tabel 4.9, maka model
dari waktu ke waktu.
regresi yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.1 Hasil Uji
Heterokedastisitas
Y = 1021.235 – 189165.780 X1 – 69.938
– 0,082 X3 + 0,117 X4 + e

Berdasarkan model regresi tersebut maka


hasil regresi linear berganda dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta sebesar 1021.235


Dari gambar 4.1 menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa jika variabel

data yang digunakan dalam penelitian independen (BI Rate, Tingkat Inflasi,
Nilai Tukar, dan Indeks Dow jones) Hasil Uji t
mengalami kenaikan, maka variabel
Berdasarkan tabel 4.9 maka dapat
IHSG akan mengalami kenaikan.
dijelaskan pengaruh variabel
2. Nilai koefisien regresi variabel BI Rate independen secara parsial sebagai
(X1) adalah – 189165.780 menunjukkan berikut:
bahwa terdapat pengaruh negatif antara
a. BI Rate
BI Rate dengan IHSG sehingga jika BI
Rate mengalami kenaikan maka IHSG Berdasarkan hasil uji t, BI Rate
akan mengalami penurunan. memperoleh nilai koefisien regresi
adalah - 189165.780 dengan nilai
3. Nilai koefisien regresi variabel Tingkat signifikansi sebesar 0,017. Nilai
Inflasi (X2) adalah – 69.938 signifikansi tersebut lebih besar dari
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh 0,05 yang berarti bahwa tidak ada
negatif antara Tingkat Inflasi dengan pengaruh signifikan antara variabel BI
IHSG sehingga jika Tingkat Inflasi Rate terhadap IHSG.
mengalami kenaikan maka IHSG akan
b. Tingkat Inflasi
mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil uji t, Tingkat Inflasi
4. Nilai koefisien regresi variabel Nilai memperoleh nilai koefisien regresi
Tukar (X3) adalah – 0,082 menunjukkan adalah - 69.938 dengan nilai signifikansi
bahwa terdapat pengaruh negatif antara sebesar 0,982. Nilai signifikansi tersebut
Nilai Tukar dengan IHSG sehingga jika lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa
Nilai Tukar mengalami kenaikan maka variabel Tingkat Inflasi memiliki
IHSG akan mengalami penurunan. pengaruh negatif signifikan terhadap
IHSG.
5. Nilai koefisien regresi variabel
Indeks Dow jones (X4) adalah + 0,117 c. Nilai Tukar
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
Berdasarkan hasil uji t, Nilai Tukar
positif antara Indeks Dow jones dengan
memperoleh nilai koefisien regresi
IHSG sehingga jika Indeks Dow jones
adalah -0.082 dengan nilai signifikansi
mengalami kenaikan maka IHSG akan
sebesar 0,202. Nilai signifikansi tersebut
mengalami kenaikan.
lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa
tidak ada pengaruh signifikan antara Uji Koefisien Determinasi
variabel Nilai Tukar terhadap IHSG.
Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien
d. Indeks Dow jones
Determinasi
Berdasarkan hasil uji t, Indeks Dow Model Summaryb
jones memperoleh nilai koefisien regresi R Adjusted Std. Error of
adalah 0.117 dengan nilai signifikansi Model R Square R Square the Estimate
a
sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut 1 .655 .429 .394 153.58420
Sumber: Data diolah, 2019.
lebih besar dari 0,050 yang berarti
bahwa tidak ada pengaruh signifikan
antara variabel BI Rate terhadap IHSG. Berdasarkan tabel 4.12 dapat diperoleh
bahwa nilai R Square sebesar 0,429 yang
tentu tidak bisa disebut Inflasi terkecuali
berarti bahwa 42,9% variasi variabel
jika dampaknya melebar dan barang yang
independen Indeks Harga Saham
lain juga mengalami kenaikan.
Gabungan dijelaskan oleh empat variabel
Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit) independen yaitu BI Rate, Tingkat
Inflasi, Nilai Tukar, Indeks Dow jones.
Tabel 4.10 Hasil Uji F
ANOVAa
Pembahasan Hasil Penelitian
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1. Pengaruh BI Rate terhadap IHSG
1 Regression 1151805.129 4 287951.282 12.207 .000b
Residual 1533227.013 67 23588.108
BI Rate berpengaruh negatif terhadap
Total 2685032.141 71
Sumber: Data diolah, 2019. IHSG dapat disebabkan oleh beberapa
hal seperti adanya peningkatan nilai dari
Berdasarkan tabel 4.10 maka nilai F yang BI Rate cenderung direspon cepat oleh
diperoleh sebesar 12,207 dan nilai pihak perbankan dengan cara menaikkan
signifikansi sebesar 0,000. Nilai dari
suku bunga kredit, sehingga suku bunga
signifikansi tersebut berada di bawah
kredit yang telah mengalami peningkatan
0,000 yang berarti menunjukkan bahwa akan berdampak buruk bagi seluruh
model regresi layak untuk menjelaskan perusahaan terutama perusahaan yang
variabel BI Rate, Tingkat Inflasi, Nilai
mempunyai hutang kepada bank dengan
Tukar, dan Indeks Dow jones. jumlah besar karena akan meningkatkan
beban bunga kredit dan laba bersih
perusahaan akan mengalami penurunan.
Laba bersih yang mengalami penurunan mengakibatkan harga saham tersebut
akan mengakibatkan laba per saham menjadi turun dan berdampak pada
menurun sehingga harga saham juga indeks harga saham.
akan ikut turun.
Pengaruh Nilai Tukar terhadap IHSG
BI Rate juga menggambarkan
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan Sesuai dengan uji hipotesis yang telah

untuk meminjam uang dan hal ini dilakukan hubungan antara kurs rupiah

tentunya akan mempengaruhi kinerja dari dan indeks harga saham berlawanan arah
perusahaan. BI Rate akan menentukan yang berarti semakin tinggi kurs rupiah
seberapa besar harga yang harus dibayar terhadap US$ (rupiah terapresiasi) maka
oleh perusahaan atas pinjaman yang telah akan meningkatkan indeks harga saham
diterima. Jika asumsi cateris paribus (hal- dan ketika kurs rupiah terhadap US$
hal lain dianggap konstan) diterapkan menurun maka indeks harga saham akan
maka suku bunga yang rendah berarti meningkat. Hal ini sesuai dengan teori
biaya berkurang dan keuntungan ketika kurs rupiah terhadap US$
mengalami kenaikan meningkat maka sinyal positif bagi
perekonomian yang mengalami inflasi.
2. Pengaruh Inflasi terhadap IHSG Kurs rupiah terhadap US$ yang
meningkat dapat menurunkan biaya dari
Inflasi adalah kenaikan harga yang
produksi terutama biaya dari impor
terjadi secara umum serta secara terus
bahan baku untuk produk dari
menerus. Jika terjadi kenaikan inflasi
perusahaan serta penurunan dari tingkat
maka biaya produksi barang dan jasa
bunga yang berlaku juga akan
akan mengalami kenaikan juga sehingga
mempengaruhi biaya tersebut, hal ini
dapat menyebabkan profit yang
akan berdampak positif kepada laba
dihasilkan dari penyedia barang dan jasa
perusahaan dikarenakan perusahaan akan
tersebut menurun. Profit yang menurun
menaikkan pendapatan per lembar
akan menyebabkan penurunan pada
saham.
deviden dan juga return. Ketika deviden
dan return menurun maka dapat Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap
menurunkan expected return sehingga IHSG
permintaan dari saham suatu perusahaan
Indeks Dow jones berpengaruh positif
akan ikut menurun. Penurunan dari
dan signifikan terhadap Indeks Harga
permintaan saham perusahaan akan
Saham Gabungan mengindikasikan
bahwa adanya integrasi pasar modal data dan pembahasan maka dapat ditarik
Indonesia dengan pasar modal Amerika beberapa kesimpulan, yaitu:
Serikat.
1. BI Rate memiliki pengaruh negatif
Krisis yang dialami oleh Amerika Serikat signifikan terhadap Indeks Harga Saham
mengakibatkan penurunan pada Indeks Gabungan. Hal ini menunjukkan bahwa
Dow jones serta membuat sentimen jika BI Rate meningkat maka IHSG akan
negatif kepada para investor terhadap menurun. Semakin tinggi BI Rate maka
IHSG yang saat itu juga mengalami akan mengakibatkan kenaikan pada
penurunan. Beberapa bulan setelah the bunga deposito, tabungan, dll. Investor
FED mengeluarkan kebijakan maka yang konservatif akan lebih memilih
membuat Indeks Dow jones mengalami investasi yang memiliki risiko lebih
kenaikan yang diikuti beberapa indeks kecil. Kenaikan pada BI Rate dapat
pasar modal di dunia salah satunya membuat investor lebih memilih
adalah Indeks Harga Saham Gabungan. berinvestasi pada instrumen lain seperti
Hal tersebut terjadi karena adanya deposito dan mengakibatkan penurunan
sentimen positif dari para investor pada harga saham.
terhadap kondisi ekonomi yang ada di
2. Tingkat inflasi memiliki pengaruh
dunia terutama pada Amerika Serikat.
negatif tidak signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Hal ini
5. KESIMPULAN DAN SARAN
menunjukkan bahwa jika inflasi
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh meningkat maka IHSG akan menurun.
BI Rate, tingkat inflasi, nilai tukar, dan Semakin tinggi tingkat inflasi maka akan
Indeks Dow jones terhadap Indeks Harga mengakibatkan kenaikan pada bahan
Saham Gabungan di Bursa Efek pokok perusahaan dan menambah beban
Indonesia periode 2013-2018 dengan perusahaan serta akan membuat sentimen
menggunakan data secara bulanan negatif kepada investor dan membuat
sebanyak 72 data. Variabel independen investor akan menarik dana pada
dalam penelitian ini adalah BI Rate, perusahaan tersebut serta mengakibatkan
tingkat inflasi, nilai tukar, dan Indeks penurunan harga saham.
Dow jones.Variabel dependen dalam
3. Nilai tukar memiliki pengaruh negatif
penelitian ini adalah Indeks Harga Saham
tidak signifikan terhadap Indeks Harga
Gabungan. Berdasarkan hasil analisis
Saham Gabungan. Hal ini menunjukkan
bahwa jika nilai tukar meningkat maka meningkatkan profitabilitas perusahaan.
IHSG akan menurun. Semakin tinggi Ketika profitabilitas perusahaan naik
nilai tukar US Dolar ke rupiah maka akan maka banyak investor yang akan
membuat kenaikan pada bahan pokok menamkan modalnya di bursa saham
yang diimpor dan menambah beban Indonesia.
perusahaan serta akan membuat sentimen
2. Bagi calon investor sebaiknya
negatif kepada investor dan membuat
mempelajari dan memperhatikan faktor
investor akan menarik dana pada
dalam negeri (internal) serta luar negeri
perusahaan tersebut serta mengakibatkan
(eksternal) yang mempengaruhi
penurunan harga saham.
pergerakan Indeks Harga Saham
4. Indeks Dow jones memiliki pengaruh Gabungan.
positif signifikan terhadap Indeks Harga
3. Peneliti menyarankan kepada peneliti
Saham Gabungan. Hal ini menunjukkan
selanjutnya yang meneliti terkait
bahwa jika Indeks Dow jones meningkat
pergerakan Indeks Harga Saham
maka IHSG akan meningkat. Semakin
Gabungan di Indonesia untuk
tinggi Indeks Dow Jones maka
menambahkan faktor – faktor lain yang
mengindikasikan bahwa kondisi
mempengaruhi pergerakan Indeks Harga
ekonomi pada Amerika Serikat sebagai
Saham Gabungan seperti GDP, harga
salah satu negara dengan ekonomi
minya dunia, maupun indeks saham
terbesar di dunia sedang baik dan
negara lain.
memberikan sentimen positif kepada
investor untuk berinvestasi pada pasar DAFTAR PUSTAKA
modal yang mengakibatkan kenaikan
Abimanyu, Yoopi. 2004. Memahami
pada IHSG. Kurs Valuta Asing. Jakarta :
LPFE UI.
Saran
Agung, Anak Agung Putu. 2012.
Berdasarkan hasil penelitian yang Metodologi Penelitian Bisnis.
diperoleh, maka saran yang dapat Universitas Brawijaya Press :
Malang.
diberikan adalah sebagai berikut:
Agung Nugroho, 2005. Strategi Jitu
1. Pemerintah sebaiknya mengatur angka
Memilih Metode Statistic
BI Rate dengan kebijakan- kebijakan Penelitian Dengan SPSS,
yang sesuai dengan keadaan ekonomi Andi Yogyakarta,
Yogyakarta.
yang terjadi. Karena dampaknya dapat
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, Behavior of Sectoral Indices
Pengantar Pasar Modal, cet. in Indonesian Stock
III, Jakarta: Rineka Cipta, Exchange. City University
2008. Research Journal. Malaysia.
PP 276-282.
Ardelia Rezeki Harsono dan Saparila
Worokinasih. 2018. Pengaruh Dahlan, Siamat. 2010. Manajemen
Inflasi, Suku Bunga, Dan Lembaga Keuangan, Edisi
Nilai Tukar terhadap Indeks Keempat. Lembaga Penerbit
Harga Saham Gabungan FE Universitas Indonesia,
(Studi Pada Bursa Efek Jakarta.
Indonesia Periode 2013-
2017). Jurnal Administrasi Dedy Pratikno. 2009. Pengaruh Nilai
Bisnis. Vol. 60, No. 2 Juli Tukar Rupiah, Inflasi, SBI,
2018. dan Indeks Dow Jones
terhadap Pergerakan Indeks
Arikunto, S. (2002). Prosedur Harga Saham Gabungan
Penelitian. Jakarta: Rineka (IHSG) di BEI. Tesis Pasca
Cipta. Astiyah, Siti dan Sarjana Universitas Sumatra
Suseno 2006, Inflasi, Utara Medan.
Jakarta: PPSK.
Dhira Dwijayanti Yogaswari,
Berlianta, Heli Charisma. 2004. Anggoro Budi Nugroho dan
Mengenal Valuta Asing. Novika Candra Astuti.2012.
Gadjah Mada University The Effect of Macroeconomic
Press, Yogyakarta. Variables on Stock Price
Brigham dan Houston. 2010. Volatility: Evidence from
Dasar-dasar Manajemen Jakarta Composite Index,
Keuangan Buku 1. Agriculture, and Basic
(Edisi 11). Jakarta : Salemba Industry Sector. IPEDR. Vol.
Empat. 46. No. 18.

Boediono . 2014. Ekonomi Emzir. 2009. Metodologi Penelitian


Internasional - Pengantar Pendidikan. Jakarta. Pt Raja
Ilmu Ekonomi No. 3. Grafindo Persada.
Penerbit: BPFE UGM.
Eiteman, D.K., Stonehill, A.I., and
Bungin, Burhan. 2015. Metodologi Moffett, M.H. 2007.
Penelitian Kualitatif. Jakarta : Multinational Business
Rajawali Pers. Finance. Pearson Addison
Wesly.
David Kaluge, Dr. Muhammad
Shahid Tufail, dan Dr. Saqib Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi
Muneer. 2017. Multifactor on Analisis Multivariete Dengan
Macroeconomic Program IBM SPSS 23 (Edisi
Fundamentals to Explain The 8). Cetakan ke VIII.
Semarang : Badan Penerbit Jakarta: PT. Jurnalindo
Universitas Diponegoro. Aksara Grafika.

Jogiyanto Hartono, 2017. “Teori Samuelson & Nordhaus, 2004. Ilmu


Portofolio dan Analisis makro Ekonomi. Jakarta :
Investasi”, BPFE Yogyakarta, Media Global Edukasi.
Edisi Kesebelas, Yogyakarta.
Samsul, Muhammad. 2016. Pasar
Husnan, Suad. 2000. Manajemen Modal & Manajeme
Keuangan Teori dan Portofolio. Edisi Dua.Jakarta:
Penerapan (Keputusan. Erlangga.
Jangka Panjang) Buku 1.
Edisi 4. BPFE. Yogyakarta Sekaran, Uma. 2015. Metodologi
Penelitian Untuk Bisnis. Edisi
Lasma Riana Napitulu. 2012. Keempat. Jakarta: Salemba
Analisis Hubungan Inflasi, Empat.
Nilai Tukar, Tingkat Bunga
Terhadap Indeks Harga Soehartono, Irawan. 2004. Metode
Saham Gabungan Di Bursa Penelitian Sosial. PT.Remaja
Efek Indonesia (Periode 2007 rosdakarya. Bandung.
- 2011). Skripsi. Universitas
Indonesia. Jakarta. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
Madura, Jeff dan Roland Fox. 2011. R&D. Bandung: Alfabeta.
International Financial
Management. Cengage Sunariyah. 2011. Pengantar
Learning, Boston. Pengetahuan Pasar Modal.
Edisi Keenam. Yogyakarta:
Latumaerissa, Julius.R, 2011, Bank UPP STIM YKPN.
dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta: Salemba Empat. Suseno & Siti Astiyah. 2009. Inflasi.
Jakarta: Pusat Pendidikan dan
M. Taufiq dan Batista Sufa Kefi. Studi Kebanksentralan
2015. Pengaruh Inflasi, BI (PPSK) Bank Indonesia.
Rate, Kurs terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis
Jurnal. Vol. 22. No. 38. Investasi dan Manajemen
Portofolio.Yogyakarta:
Natsir, M. 2014.Ekonomi Moneter BPFE.
dan Perbankan Sentral.
Jakarta: Mitra Wacana Tandelilin, Eduardus. 2010.
Media. Portofolio dan Investasi:Teori
dan Aplikasi. Edisi Pertama.
Widoatmodjo, Sawidji. 2012. Cara Yogyakarta: Kanisius.
Sehat Investasi di Pasar
Modal. Edisi Revisi.

Anda mungkin juga menyukai