Anda di halaman 1dari 7

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Malu bertanya sesat di jalan. Beberapa waktu yang lalu ada pertanyaan, sebenarnya
malah ada dua mengenai Indeks Harga Saham Gabungan dan pengaruhnya terhadap
saham-saham yang ada. Ada yang bilang bahwa IHSG bisa menjadi patokan terhadap
harga saham. Apakah selalu saham itu akan mencapai indeks? Dan sejenisnya. Lalu,
apakah saham BUMI harganya akan selalu di bawah IHSG?

Saya sedang belajar tentang saham, namun saya masih bingung apa yang di maksud
denga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan bagaimana pengaruhnya terhadap
saham-saham yang ada. Kami tunggu penjelasannya terima kasih.

~Evander (Bandung Jawa Barat Indonesia)

OK Evander, kami coba jawab pertanyaan kamu sekarang. Indeks Harga Saham
Gabungan adalah rata-rata tertimbang dari harga-harga semua saham yang ada di Bursa
Efek Indonesia.
Jadi sebenarnya secara sebab dan akibat terbalik, bukannya indeks yang mempengaruhi
saham, tapi saham yang mempengaruhi indeks. Beberapa saham perusahaan yang
berkapitalisasi besar seperti TLKM, ASII, ADRO atau biasa disebut juga bluechip jika
bergerak akan mempengaruhi indeks lebih besar daripada saham-saham lapis kedua dan
ketiga yang berkapitalisasi lebih kecil.
IHSG bisa dianalisa sebagai gambaran umum dari Bursa Efek Indonesia.
Beberapa saham ada yang gerakannya seolah-olah lebih banyak mengikuti IHSG. Ini
biasanya saham bluechip karena memang mereka yang menggerakkan IHSG lebih
banyak. Tapi ada juga yang sering berlawanan, ini biasanya saham-saham gorengan.
Jadi tentu saja, mitos harga saham yang berpatokan ke IHSG itu salah. Begitu juga
saham BUMI. Tidak ada hubungan sebab akibat yang menyebabkan saham BUMI dipatok
ke indeks, mungkin hanya kebetulan semata, atau mitos saja.
Masih ada indeks-indeks lain di IHSG yaitu indeks-indeks sektoral, Jakarta Islamic Index,
LQ45, Kompas100, Bisnis27, tergantung tujuan, jenis saham, dan siapa yang
menerbitkan.

Jika Anda sedang mencari analisa IHSG, coba ke sini: Analisa IHSG.
(Artikel ini adalah bagian dari seri Belajar Saham.)
Sumber : http://pojoksaham.com/2010/04/01/indeks-harga-saham-gabungan-ihsg/
Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, dan Kurs Terhadap IHSG
Pergerakan harga saham seperti IHSG tidak terlepas dari pengaruh variabel makro semacam BI Rate
(tingkat suku bunga), inflasi, dan nilai tukar (kurs).
Apa sebenarnya IHSG itu?
IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan (Composite) merupakan indikator atau cerminan pergerakan
harga saham secara keseluruhan.
Perlu kita ketahui bahwa jumlah saham yang tercatat di bursa sangatlah banyak dan masing-masing
dari saham tersebut memiliki kapitalisasi pasar yang berbeda-beda. Ketika seorang calon investor ingin
melakukan investasi, maka ia membutuhkan sebuah data yang menggambarkan keadaaan yang
sebenarnya dari berbagai saham yang tersebar di bursa. Inilah yang menjadi alasan adanya sebuah
indeks atau cerminan yang menggambarkan keadaan saham secara keseluruhan atau yang kita kenal
dengan IHSG.
Lalu apakah IHSG hanya menjadi indikator bagi seorang investor?
Tidak juga. Indeks Harga Saham Gabungan bahkan menjadi salah satu tolak ukur apakah sistem
perekonomian suatu negara sedang anjlok atau baik. IHSG seringkali diasosiasikan dengan keadaan dan
stabilitas perekonomian. Dengan kata lain, jika IHSG naik, maka hal tersebut
berarti perekonomian sedang baik. Sebaliknya jika IHSG turun, maka stabilitas perekonomian sedang
terganggu.
Ah, sangat menarik bukan? Sehingga jangan heran jika bursa saham harian ditutup dengan kesimpulan
IHSG Turun, pemerintah menjadi sasaran dan korban celotehan rival-rival politik dan haters yang
bertebaran dimana-mana.
Yang menarik selanjutnya adalah tentu saja kita ingin tahu apa saja yang menjadi faktor utama terhadap
naik turunnya IHSG. Karena faktor-faktor itulah yang harus menjadi fokus pemegang kekuasaan
(pemerintah) dalam menjaga stabilitas perekonomian atau paling tidak menjaga stabilinya pergerakan
IHSG dan memuaskan birahi bisnis si anu dan si itu.

Seperti yang saya sampaikan di awal bahwa pergerakan IHSG dipengaruhi oleh beberapa variabel
makro, diantaranya berupa tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai tukar. Oke, mari kita bahas one by one
Suku Bunga (BI Rate)
Bank Indonesia yang merupakan bank sentral negara ini yang memiliki kewenangan atau otoritas untuk
menetapkan tingkat suku bunga yang kita kenal dengan BI Rate.
Suku bunga tersebut ditetapkan sebagai acuan atas suku bunga pinjaman dan simpanan. Bank-bank di
Indonesia, harus melihat suku bunga BI sebagai dasar dalam menetapkan bunga pinjaman maupun
bunga simpanan (deposito). Namun BI Rate tidak bersifat memaksa. Artinya jika BI menetapkan rate
interesetnya 7,5% maka Bank boleh menetapkan bunga pinjaman dan simpanannya sama atau lebih
tinggi dan lebih rendah dari BI Rate.
Nah pertanyaannya adalah bagaimana BI Rate mempengaruhi pergerakan IHSG?
Ilustrasi : katakanlah Bank Indonesia menaikan tingkat suku bunga dari 5% menjadi 7,5%. Kebijakan
tersebut kemudian diikuti oleh bank-bank di Indonesia dengan menaikkan bunga simpanannya,
misalnya dari 4% menjadi 7%. Apa yang terjadi selanjutnya?
Seorang investor yang rasional, akan melihat keadaan ini sebagai anugerah finansial. Bayangkan jika ia
memiliki uang 100 milyar? dengan bunga simpanan 7%, dalam satu tahun kemudian uang nya akan
menjadi 107 milyar. Hanya dengan mendepositokannya di bank tanpa melakukan apa-apa.
Dengan kenaikan bunga simpanan ini, investor akan memiliki alternatif lain untuk menggandakan uang
mereka tanpa harus bersusah-susah di bursa saham. Hal ini akan menyebabkan permintaan saham
berkurang, dan dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pergerakan IHSG menjadi turun.
Lalu bagaimana dengan bunga pinjaman?
Bunga pinjaman akan berpengaruh jika BI menurunkan tingkat suku bunga yang kemudian direspon
oleh bank-bank secara umum yang juga ikut menurunkan tingkat bunganya termasuk bunga pinjaman.
Jika bunga pinjaman turun, itu berarti pembiayaan atau financing yang diberikan bank akan sangat
menarik bagi para pengusaha. Dan ingat, para investor yang ada di bursa saham sana, bukan hanya
sekedar investor. Sebagian besar dari mereka adalah pelaku usaha di sektor riil.
Jika bunga pinjaman turun, para investor ini akan lebih memilih untuk meminjam uang di bank lalu
mengelolanya untuk usaha di sektor rill dibandingkan berinvestasi di bursa saham.
Lagi-lagi, hal ini akan berpengaruh pada mekanisme permintaan dan penawaran saham. Permintaan
saham akan berkurang sehingga IHSG pun ikut-ikutan turun.
Inflasi dan Kurs
Inflasi atau kenaikan harga lebih cenderung berpenagruh terhadap tingkat profit perusahaan yang
tercatat di bursa efek. Kenaikan harga biasanya akan diikuti oleh naiknya laba perusahaan. Jika laba
perusahaan naik, maka nilai saham perusahaan itu pun akan cenderung naik yang diikuti oleh kenaikan
IHSG.
Adapun pengaruh kurs terhadap IHSG adalah terkait dengan ekspektasi investor terhadap
perekonomian suatu negara. Misalnya jika nilai tukar rupiah terhadap dollar terdepresiasi (melemah),
akan menimbulkan sikap was was dikalangan investor.
Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian
Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapatterjadi apabila faktor fundamental perekonomian
Indonesia tidaklah kuat,sehingga dolar Amerika akan menguat dan akan menurunkan Indeks
HargaSaham Gabungan di BEI.
Investor tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual dan
menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi jual yang dilakukan investor ini akan
mendorong penurunan indeks harga saham di BEI.
Demikian ulasan tentang pengaruh berbagai variabel makro (suku bunga, inflasi, dan kurs) terhadap naik
turunya IHSG, semoga bermanfaat.
Sumber : https://bursanom.com/pengaruh-suku-bunga-inflasi-dan-kurs-terhadap-ihsg/
IHSG dan Masalah Harga Saham di Bursa
Aksi jual saham besar-besaran pun tak bisa dibendung. Penawaran lebih banyak dibandingkan permintaan.
Sesuai hukum permintaan penawaran, tentunya hal itu akan membuat harga saham yang dijual menjadi jatuh
dan bisa mempengaruhi IHSG itu sendiri.

Seperti diketahui IHSG mengalami penurunan yang cukup tajam ketika perdagangan di bursa dibuka kembali
pasca libur Idul Fitri tanggal 6 Oktober 2008 ke level 1.648,74 dari level 1.832,51 (26 September 2008). IHSG
kemudian tercebur kembali 2 hari berikutnya ke level 1.451,67 (8 Oktober 2008) sebelum akhirnya ditutup
sementara oleh BEI. Penurunan IHSG ini sendiri sebenarnya sudah berlangsung sejak awal tahun 2008 ini
secara pelan-pelan walaupun sempat menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah pada tanggal 9 Januari
2008 di level 2.830,26. Penurunan ini sudah diprediksikan sebelumnya bahwa banyaknya hot money yang
umumnya berasal dari investor asing dalam perdagangan di bursa. Hot money ini bisa ditarik sewaktu-waktu
dan bisa menyebabkan anjloknya bursa.

Terkait dengan konsep IHSG itu sendiri, perlu diperhatikan bahwa IHSG merupakan indikator yang mencakup
pergerakan harga saham biasa dan harga saham preferen di BEI. Naik turunnya IHSG sangat bergantung
kepada pergerakan harga saham di bursa. Apabila pergerakan harga saham secara umum bagus dan naik,
maka IHSG akan naik juga. Begitupun sebaliknya, bila pergerakan harga saham kurang bagus atau turun
maka IHSG pun akan ikut turun. Fluktuasinya IHSG disebabkan oleh fluktuasinya harga saham. Dan
fluktuasinya harga saham ini disebabkan salah satunya adalah karena pengukuran nilai saham itu sendiri
yang hampir tidak pernah menggunakan indikator fundamental kinerja dan keuangan perusahaan itu sendiri.

Bila kita tengok anjloknya pasar modal kita kemarin bahwa hampir seluruh saham-saham di bursa turun. Ada
yang mengatakan bahwa anjloknya pasar modal kita tidak lepas dari krisis finansial global. Ada pula yang
mengatakan bahwa ini gara-gara grup Bakrie yang gagal bayar dalam transaksi buy backsaham-sahamnya.
Memang benar apa yang dikatakan sebagian orang itu namun ada satu akar sebab atau permasalahan
mengapa IHSG dan saham-saham bisa naik dan turun secara tajam, yaitu tidak menggunakannya
fundamental perusahaan sebagai dasar penilaian harga saham di bursa.

Tidak digunakannya indikator ini memiliki banyak akibat hukum di pasar modal. Sebut saja tindak pidana
penipuan, manipulasi pasar, insider trading, ketidaktransparanan Emiten ketika melakukan aksi korporasi
(masalah keterbukaan), dan sebagainya. Kesemuanya itu sebenarnya forbidden di dalam UU No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Tentunya, kalau kita perhatikan sudah banyak kasus akibat masalah
penilaian saham yang tidak wajar ini. Kasus manipulasi pasar PT Perusahaan Gas Negara (PGN), kasus
saham Agis, kasus saham Indosat, dan sebagainya. Semua itu sekali lagi berakar kepada tidak digunakannya
indikator penilaian saham berdasarkan fundamental kinerja dan keuangan perusahaan.

Secara teori, ada beberapa teknik perhitungan harga wajar saham yaitu pertama, Par Value yaitu harga
saham didapat dari hasil pembagian total modal disetor dengan jumlah saham. Kedua, Price to Book
Value (PBV) yaitu rasio perbandingan harga pasar saham dan nilai buku (keuangan perusahaan) per saham.
Ketiga, Capital Asset Pricing Model (CAPM) yaitu menghitung nilai saham berdasarkan hubungan antara
resiko dan expected return di kemudian hari. Keempat, adalah P/E Ratio yaitu menilai saham dengan
membandingkan harga pasar saham (market price) dengan laba per saham. Kelima, adalah Discounted
Dividend Model (DDM) yaitu penilaian harga saham berdasarkan asumsi dividen di masa mendatang dan
pertumbuhan perusahaan.

Dalam prakteknya, penentuan nilai saham di perdagangan bursa pada umumnya tidak berdasarkan teknik
perhitungan di atas akan tetapi berdasarkan permainan orang-orang pintar pasar modal itu sendiri, sehingga
tidak heran apabila terdapat pelanggaran-pelanggaran di pasar modal. Mereka bisa membuat harga saham
naik dan turun sesuka hati dalam rentang waktu tertentu yang ujung-ujungnya dalam rangka membuat citra
Emiten tersebut baik atau bagus melalui pergerakan saham secara likuid.
Padahal, transaksi tersebut digerakkan oleh kalangan mereka sendiri. Tentu saja, perbuatan mereka bisa
masuk kategori tindak pidana manipulasi pasar sebagaimana diatur di dalam pasal 91-92 UUPM. Selain itu,
untuk mendukung aksi manipulasi pasarnya, biasanya mereka menyebarkan informasi yang menyesatkan
yang bisa masuk kategori pelanggaran pasal 90 dan pasal 93 UUPM mengenai penipuan dan informasi yang
tidak benar atau menyesatkan. Informasi ini bisa saja mengatakan bahwa perusahaan sedang bagus-
bagusnya atau perusahaan sedang turun-turunya.

Disamping manipulasi pasar dan penipuan, akibat masalah volatile-nya harga saham ini, bagi Emiten yang
mungkin memiliki kinerja dan fundamental yang baik, ketika mereka akan melakukan aksi korporasi misalnya
berhutang atau menggadaikan sahamnya sebagai jaminan, mereka akan hati-hati karena khawatir aksi
korporasinya akan membuat harga saham mereka turun dan anjlok.

Efek samping kekhawatiran ini adalah terbuka kemungkinan Emiten yang bersangkutan tidak transparan
kepada publik ketika dia melakukan aksi korporasi. Ketika dia sudah tidak transparan, maka dia telah bisa
dianggap melakukan pelanggaran atas prinsip keterbukaan di pasar modal (Pasal 86 jo. Pasal 93 UUPM).
Apabila aksi korporasi tersebut mengandung benturan kepentingan dan memenuhi prinsip transaksi material,
maka dia juga telah melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan tersebut. Tentunya patut kita sayangkan
apabila terdapat Emiten yang baik dengan kinerja bagus lalu hendak melakukan aksi korporasi, namun karena
kekhawatiran masalah nilai saham membuat dia melakukan pelanggaran yang sebenarnya tidak perlu
dilakukan.

Terkait dengan masalah naik turunnya harga saham, sebenarnya BEI telah memiliki aturan mengenai auto
rejection terhadap pergerakan harga saham dengan maksimal kenaikan dan penurunan per harinya adalah 10
% berdasarkan Surat Edaran No. SE-004/BEI.PSH/10-2008 tanggal 12 Oktober 2008 tentang Pembatasan
Harga Penawaran Tertinggi atau Terendah atas Saham yang Dimasukkan ke JATS di Pasar Reguler dan
Pasar Tunai. Aturan ini menggantikan Surat Edaran yang lama No. SE-009/BEK/12-2001 tanggal 3 Desember
2001 yang membatasi kenaikan dan penurunan harga saham hingga 20-50 %. Aturan ini cukup bagus untuk
mencegah perbuatan-perbuatan manipulasi pasar dan penipuan yang bisa menyebabkan harga saham naik
dan turun secara tajam. Melalui restriksi batasan harga ini bagi para investor dan Emiten, ketentuan ini akan
melindungi nilai investasi dan saham mereka sendiri. Pengaruh aturan ini juga cukup bagus bagi kepentingan
Emiten yang hendak melakukan aksi korporasi sehingga nilai saham tidak akan naik atau turun secara tajam.
Efek negatif ketatnya aturan auto rejection barangkali adalah masalah likuiditas pasar.

Bagai para pemain saham, tentunya ini menjadi tidak menarik karena tidak ada keuntungan besar bagi
mereka. Namun, perlu kita tegaskan bahwa pasar modal adalah sarana investasi. Bicara investasi, maka kita
bicara jangka waktu yang panjang dan keuntungan untuk semua orang. Apabila pasar modal menjadi ajang
main saham, sebaiknya para pelaku tadi mainlah ke Las Vegas atau Makau. Itulah tempat main saham
sebenarnya yaitu meja perjudian. Janganlah hanya demi kepentingan dan keuntungan sesaat, kemudian
mengorbankan keuntungan sebagian besar investor yang lain dan Emitennya.

Apresiasi patut diberikan kepada Bursa Efek Indonesia dengan aturan auto rejection-nya. Penerbitan aturan
tersebut diharapkan dapat mengendalikan IHSG dan pasar modal kita yang liar akibat krisis finansial global,
walaupun padahal fundamental Emiten kita cukup banyak yang bagus dan kuat. Penerbitan aturan itu juga
dapat menjadi upaya preventif dan minimalisir terhadap pelanggaran-pelanggaran hukum pasar modal kita.

Namun, upaya preventif itu juga sebaiknya harus dibarengi penindakan dan penegakan hukum pasar modal
kita. Bapepam-LK dan BEI harus berani untuk menindak pelaku pelanggaran tersebut hingga ke pengadilan
baik itu pemain besar maupun pemain kecil. Itu dapat menjadi bukti integritas sesungguhnya dari kedua
institusi ini.
Sumber : http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20380/ihsg-dan-masalah-harga-saham-di-bursa
7 Alasan Kenapa Kamu Harus Mulai Investasi Saham Dari Sekarang
Bayangkan: kamu tidak perlu bekerja, tidak perlu ikut rush hour orang kantoran, tidak perlu
menghadap bos yang cerewet, tidak perlu menjilat, tidak perlu membuat usaha. Bahkan, kamu
tidak perlu melakukan apa-apa. Saham yang kamu miliki menghasilkan uang yang cukup untuk
kamu hidup enak, santai, dan masih terus tumbuh. Saya yakin semua orang punya impian seperti
itu. Robert Kiyosaki menyebutnya financial freedom.
Tapi, ada satu masalah: kamu tidak berasal dari keluarga super kaya, tapi seperti kebanyakan
orang di Indonesia, kamu berasal dari kelas menengah dan menengah bawah. Kamu tidak punya
modal bermilyar-milyar untuk membuat pabrik, dan pabrik-pabrik di Indonesia pun tutup kalah
bersaing dengan Cina. Kamu tidak punya keahlian yang sangat tinggi untuk bersaing dengan ahli-
ahli di Amerika atau Singapura. Kamu hanya orang biasa. Bisakah impian itu tercapai?
Jawabannya: Bisa. Tapi kamu harus mulai sedini mungkin. Kamu harus mulai sekarang. Kamu
harus mulai investasi saham. Tidak ada di sejarah manusia ada instrumen investasi yang bisa
dimiliki orang biasa yang bisa membawanya ke puncak kekayaan. Lihat Warren Buffett. Dia mulai
dengan $100, tapi dia mulai dari awal. Ada 7 alasan kenapa investasi saham harus dimulai sedini
mungkin. Apa saja? Ayo kita simak bersama.
#1. Imbal Hasil Tinggi
Saham merupakan instrumen investasi yang memberikan imbal hasil ( return) paling tinggi
dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya. Coba kamu pikirkan: bunga tabungan biasa
cuma 1,5% sampai 2%, bunga deposito 6% sampai 6,5%, emas malah tidak memberikan hasil,
malah stagnan atau turun, sedangkan investasi properti mahal dan tidak likuid. Di tengah iklim
ekonomi yang sesuai, investasi saham normalnya tumbuh antara 25% sampai 30% per tahun.
Warren Buffett punya rata-rata sekitar 13% per tahun, dan dia adalah orang terkaya di dunia.
Bayangkan yang bisa dicapai dengan saham.
#2. Resiko terbatas
Resiko investasi saham sebenarnya terbatas. Kamu hanya bisa bangkrut jika kamu tidak
mengikuti aturan-aturan yang jelas sudah ada dan bisa diikuti oleh siapa saja. Jika kamu tahu
tentang valuasi saham, maka kamu bisa mencari saham-saham dengan fundamental yang jelas.
Jika kamu mau lebih praktis, kamu bisa mempelajari gerak-gerik pasar melalui analisa teknikal
dan grafik-grafiknya. Sangat sulit bagi kamu (sebenarnya) untuk kehilangan seluruh modal kamu
di saham. Beda dengan forex dan komoditas dimana kemungkinan bangkrut jauh lebih tinggi. Tapi
tidak di saham. Di saham, resikonya terbatas.
#3. Investasi Saham itu Keren
Bagi wanita: kalau kamu disuruh memilih antara pacar yang punya account saham dan yang punya
buku tabungan saja, pilih yang punya account saham. Hidupnya pasti lebih berwarna dan
wawasannya jauh lebih luas. Selain itu, dia juga pasti punya buku tabungan. Kamu akan
mengetahui cara-cara riset pasar dan cara mencari peluang. Tidak usah takut tidak punya pacar,
di belahan dunia manapun semua wanita memburu pria yang mengerti saham. Bagi trader wanita:
tentunya pria lebih senang jika pacarnya nyambung diajak diskusi.
#4. Mulai dari Yang Kecil
Bola salju yang besar dimulai dari kecil, dan menjadi besar dengan sendirinya ketika dia
menggelinding. Kamu bisa menceritakan pada pacar kamu nanti bahwa kamu mulai dari
Rp100.000,- dan sekarang aset kamu Rp100 milyar. Itu akan memberikan nilai plus di matanya
karena melihat pertumbuhan aset yang besar selama kamu hidup. Semakin dini kamu mulai, maka
kamu butuh modal yang lebih kecil. Saham itu tentang waktu. Lihat poin #5.
#5. Bunga Majemuk
Atau, istilah kerennya compound interest. Einstein pernah berkata bahwa keajaiban dunia yang
kedelapan adalah bunga majemuk. Buatlah keajaiban dunia ini berada di pihakmu, bukan di pihak
bank penerbit kartu kredit. Lebih bagus lagi, miliki saham bank tersebut dan jadi pemiliknya. Buat
para direktur bank itu bertekuk lutut di hadapanmu karena kamu ownernya. Jika bunga majemuk
sudah menjadi temanmu, maka asetmu akan terus tumbuh, dan tumbuh, dan tumbuh, tanpa perlu
campur tangan dari kamu sama sekali. Coba tanyakan kepada pemilik saham UNVR (PT Unilever
Tbk) yang punya dari tahun 90-an. Mungkin ada yang sudah mencetak lembar sahamnya
#6. Lebih Aman
Boneka Daruma jika dipukul jatuh bisa bangun lagi dengan sendirinya. Tapi pukul orang tua hingga
jatuh, dia tidak akan bangun lagi. Tidak ada semangat, gairah yang hanya dimiliki oleh orang
muda. Soekarno pernah berkata, Berikan aku sepuluh anak muda, dan akan kuguncang dunia.
Beri aku sepuluh anak muda, akan kuguncang dunia persahaman. Mulai sekarang, ketika kamu
muda, dan jika kamu bangkrut, kamu akan mudah untuk mengumpulkan modal lagi. Bekerja
(sementara) untuk mengumpulkan modal trading jauh lebih menyenangkan daripada terjebak di
karir yang tidak memuaskan.
#7. Pensiun Dini dan Bersenang-senang
Umur berapa kamu ingin pensiun? Kurangi dengan 15 tahun. ITU adalah masa kamu berjuang. Jika
umur rata-rata orang sekarang 60 tahun, dan kamu menghabiskan 23 tahun pertamamu untuk
belajar, saya pikir kamu harus bersenang-senang minimal 23 tahun juga dari umur kamu. Itu
memberikan kamu 14 tahun untuk mencari uang. Jika kamu tidak mulai dari sekarang, kamu pasti
akan hidup susah di masa tuamu, sementara para investor saham yang mulai dari dini sedang
bersenang-senang di Hawaii dengan pacar keduanya
Sumber : http://pojoksaham.com/2014/07/16/7-alasan-kenapa-kamu-harus-mulai-investasi-saham-
dari-sekarang/

Anda mungkin juga menyukai