Anda di halaman 1dari 16

Vol. 3, No.

2, Februari 2023 p-ISSN : 2723-6498 e-ISSN: 2723-6501


DOI Issue : 10.46306/rev.v3i2 Doi Artikel : 10.46306/rev.v3i2.182

PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU


BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM
(Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek
Indonesia Periode 2017 – 2021)

Safira Dewi Srikandi1, Andri Syahputra2


1,2
Universitas Pamulang
Email: safiradews@gmail.com1, dosen00987@unpam.ac.id2

ABSTRACT
This study aims to examine the effect of inflation, exchange rates, and interest rates on the stock
price index. The population of this study is the consumer goods industry sector companies listed
on Indonesia Stock Exchange (IDX) for the 2017-2021 period. This research is a quantitative
research with associative method. The data used in this research is secondary data. This
research was conducted with the help of E-views. The research method used is multiple linear
regression analysis of panel data. The results of this study showed that inflation and exchange
rated affected the stock price index. While interest rates has no effect on stock price index.
Keywords : Stock Price Index, Inflation, Exchange Rates, Interest Rates.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku
bunga terhadap indeks harga saham. Populasi penelitian ini adalah perusahaan sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2021. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode asosiatif. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan bantuan
E-views. Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis regresi linear berganda data panel.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa inflasi dan nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap
indeks harga saham. Sedangkan tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap indeks harga
saham.
Kata Kunci : Indeks Harga Saham, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga

727
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Kebutuhan ekonomi di masa yang akan datang merupakan permasalahan yang dihadapi oleh
banyak orang. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi di
masa lalu yang akan datang adalah dengan berinvestasi. Investasi merupakan kegiatan untuk
menunda konsumsi sekarang untuk kemudian disimpan ke dalam instrumen investasi dengan
harapan mendapatkan keuntungan financial. Salah satu instrumen investasi yang paling
diminati adalah pasar modal. Instrumen ini diminati karena dapat memberikan imbal hasil yang
sangat tinggi, namun juga tingkat risiko yang tinggi. Pasar modal merupakan alternatif investasi
bagi para investor yang menginginkan imbal hasil dalam jangka panjang. Pasar modal juga
merupakan tempat bagi perusahaan untuk mendapatkan modal melalui penjualan surat berharga
yang dimiliki. Dengan adanya pasar modal juga akan meningkatkan pendapatan negara.
Karena, seluruh transaksi yang ada di pasar modal dikenai pajak dan pajak tersebut dimasukkan
ke dalam kas negara.
Pasar modal yang maju dan berkembang merupakan gambaran ekonomi suatu negara. Oleh
karena itu banyak negara yang berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan pasar modal melalui
berbagai kebijakan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di Indonesia sendiri lembaga
yang mengelola pasar modal adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk melihat perkembangan
pasar modal di Indonesia, BEI menggunakan indikator Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). IHSG merupakan indeks yang memperlihatkan kinerja seluruh saham yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Bagi investor, sebelum melakukan investasi ke dalam instrumen pasar
modal perlu melakukan analisis berkaitan dengan hal-hal yang dapat memengaruhi harga
saham. Analisis yang dapat dilakukan adalah menganalisis makroekonomi yang memengaruhi
kondisi industri perusahaan. Variabel ekonomi yang dapat adalah inflasi, nilai tukar rupiah, dan
tingkat suku bunga. Selain melalui analisis makroekonomi investor juga harus mengetahui
perkembangan sektor-sektor industri yang ada di BEI. Dari beberapa sektor yang ada dalam
BEI, sektor industri barang konsumsi merupakan yang memiliki daya beli yang tinggi. Karena
di dalam sektor industri barang konsumsi terdapat subsektor makanan dan minuman. Makanan
dan minuman ini merupakan kebutuhan fisiologis, yakni kebutuhan manusia untuk
mempertahankan hidup secara fisik. Jumlah penduduk yang terus meningkat akan
meningkatkan konsumsi masyarakat dan meningkatkan sektor industri barang konsumsi
tersebut.
Pada penelitian ini, terdapat sebuah fenomena di sektor saham barang konsumsi cenderung
melemah secara year to date (ytd). Tercatat indeks sektor saham barang konsumsi turun 6,73
persen hingga penutupan perdagangan saham Jumat, 26 Maret 2021. Indeks sektor saham
barang konsumsi turun ke posisi 1.708,84. Kinerja indeks sektor saham barang konsumsi ini
bahkan di bawah IHSG. Kinerja IHSG masih positif secara ytd. IHSG naik 3,62 persen ke posisi
6.195,56. Kepala Riset PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menuturkan, sejumlah faktor yang
memicu indeks sektor saham barang konsumsi melemah.
Pertama, inflasi di bawah rata-rata. Inflasi Februari 2021 sebesar 0,10 persen dari Januari 2021
sebesar 0,26 persen. Angka inflasi Februari 2021 juga lebih rendah dibandingkan Februari 2020
sebesar 0,28 persen. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Februari) 2021 sebesar 0,36 persen
dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2021 terhadap Februari 2020) sebesar 1,38 persen.
Kedua, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menilai penurunan suku bunga akan memberikan
keuntungan bagi semua sektor. Pasalnya, kebijakan itu akan menurunkan modal perseroan
dalam melakukan ekspansi usaha melalui kredit. penurunan suku bunga juga akan berdampak
terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Hal itu seiring dengan peluang emiten
menggalang dana dengan biaya yang lebih murah sehingga mendongkrak kinerja.
(liputan6.com, 2021.)
728
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

Penelitian pada Inflasi dilakukan oleh (Paryudi, Dr. Gendro Wiyono, dan Risal Rinofah, 2017)
menunjukan bahwa Inflasi tidak berpengaruh pada harga saham. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurwani, 2016) yang menyatakan bahwa Inflasi
berpengaruh pada harga saham. Penelitian pada Nilai Tukar Rupiah dilakukan oleh (Paryudi,
Dr. Gendro Wiyono, dan Risal Rinofah, 2017) menunjukan bahwa Nilai Tukar Rupiah tidak
berpengaruh pada harga saham. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Ridwan Maronrong dan Kholik Nugrhoho, 2017) yang menyatakan bahwa
Nilai Tukar Rupiah berpengaruh pada harga saham. Penelitian pada Inflasi dilakukan oleh
(Paryudi, Dr. Gendro Wiyono, dan Risal Rinofah, 2017) menunjukan bahwa Inflasi tidak
berpengaruh pada harga saham. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Nurwani, 2016) yang menyatakan bahwa Inflasi berpengaruh pada harga
saham. Penelitian pada Tingkat Suku Bunga dilakukan oleh (Ridwan Maronrong dan Kholik
Nugrhoho, 2017) menunjukan bahwa Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh pada harga
saham. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (A.C Stefanus
dan Robiyanto, 2020) yang menyatakan bahwa Tingkat Suku Bunga berpengaruh pada harga
saham.
Berdasarkan latar belakang diatas, dengan adanya fenomena serta ketidakkonsistenan pada
hasil penelitian maka peneliti akan melakukan kajian ulang terhadap Pengaruh Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Pada
Perusahaan Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2017 – 2021.

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Teori Keynes
John Maynard Keynes (5 Juni 1883 – 21 April 1946) adalah seorang revolusioner dalam
bidang ilmu ekonomi. Keynes juga dikenal sebagai bapak ilmu ekonomi makro karena
kontribusinya yang besar dalam dunia perekonomian melalui temuan-temuannya. Telah banyak
teori tentang ilmu ekonomi yang dikemukakan oleh Keynes. Salah satu teori Keynes yang
melegenda dan sering menjadi rujukan hingga saat ini adalah teori konsumsi yang
diungkapkannya. Raharja & Manurung (2008) dalam bukunya menuliskan teori konsumsi
Keynes sebagai berikut, “konsumsi yang dilakukan saat ini tergantung dari pendapatan yang
siap dibelanjakan saat ini (disposable income). Singkatnya, konsumsi (C) dipengaruhi oleh
pendapatan disposable (Yd)”. Apabila pendapatan meningkat konsumsi yang dilakukan akan
meningkat pula. Meskipun begitu, Keynes menyatakan bahwa kurva konsumsi nantinya akan
berbentuk lengkung ke yang artinya semakin lama konsumsi yang dilakukan tidak sebesar
pendapatan yang diterima.
Menurut Keynes dalam The General Theory of Employment, Interest and Money,
bahwa inflasi disebabkan oleh gap antara kemampuan ekonomi masyarakat terhadap keinginan-
keinginannya terhadap barang-barang. Faktor utama yang menentukan prestasi ekonomi suatu
negara adalah pengeluaran agregat yang merupakan pembelanjaan masyarakat terhadap barang
dan jasa. Keputusan konsumsi rumah tangga memengaruhi seseluruhan perilaku perekonomian
baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Jangka pendek fluktuasi konsumsi
ini memiliki pengaruh signifikan terhadap fluktuasi ekonomi dan dalam jangka panjang
keputusan ekonomi rumah tangga akan berpengaruh pada variabel-variabel makro ekonomi
lainnya.
Menurut Keynes, tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya tingkat
bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (pasar uang). Uang akan
mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang tersebut mempengaruhi tingkat
729
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan
investasi dengan demikian akan mempengaruhi GNP.

Pengembangan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan
(Sugiyono, 2016).

Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham


Menurut Samsul (2015:211), tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif
tergantung derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian
secara keseluruhan, dalam arti banyak perusahaan yang akan mengalami kebangkrutan. Hal ini
berarti, inflasi yang tinggi akan menurunkan harga saham di pasar. Inflasi yang sangat rendah
akan berakibat pertumbuhan ekonomi yang sangat lamban, yang pada akhirnya mengakibatkan
harga saham bergerak secara lamban pula.
Penelitian dari Nurwani (2016) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh stimultan
terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Ringga Samsurufika Anggriana (2020) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Muhammad Rizki (2021) menyatakan pada penelitiannya
bahwa inflasi berpengaruh dan berdampak negatif terhadap return Indeks Harga Saham
Gabungan. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Paryudi, Dr. Gendro Wiyono,
dan Risal Rinofah (2021) menyatakan pada penelitiannya bahwa inflasi tidak berpengaruh
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini
dimaksudkan untuk menguji kembali hubungan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham dengan
rumusan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Diduga Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham


Menurut Mankiw-Quah Wilson (2014:32), nilai tukar dibagi menjadi dua, yaitu nilai tukar
nominal diartikan sebagai nilai yang digunakan seseornag saat menukar mata uang suatu
Negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan nilai tukar riil diartikan sebagai nilai yang
digunakan oleh seseorang saat menukarkan barang dan jasa dari suatu Negara dengan barang
dan jasa dari Negara lain. Sedangkan Menurut Hamdy dalam buku Economics, Pengantar
Mikro/Makro, Iskandar Putong (2013:366) menyatakan bahwa valuta asing / foreign exchange
adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau
membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi
pada bank central.
Berdasarkan penelitian dari Ridwan Maronrong dan Kholik Nugrhoho (2017)
menyatakan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek Suriyani dan Gede Mertha Sudiartha (2018)
menyatakan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return harga
saham. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh A.C Stefanus dan Robiyanto
(2020) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah tidak berpengaruh terhadap perubahan harga
saham. Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menguji kembali
hubungan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham dengan rumusan hipotesis sebagai
berikut:
H2 : Diduga Nilai Tukar Rupiah berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham

Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham


730
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

Tingkat Suku Bunga merupakan nilai atau biaya yang harus dibayarkan karena telah
mengajukan peminjaman dana atau yang dikenal dengan biaya pinjaman (Mishkin, 2010).
Peranan Bank Indonesia mengenai peraturan tingkat suku bunga akan diumumkan kepada
publik oleh Bank Indonesia melalui Dewan Bank Indonesia dalam rapat bulanan yang
dilakukan oleh Dewan Gubernur (www.bi.go.id). Return indeks saham akan mengalami
dampak negatif jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga. Hal tersebut dapat terjadi karena
ketika terjadi kenaikan tingkat suku bunga maka bunga yang akan dibayarkan juga akan lebih
tinggi sehingga akan mengurangi profit yang di dapatkan oleh perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Yogi permana (2009), Liauw (2013), Astuti, Susanta, & Apriatni (2013)
menjelaskan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap harga saham.
Penelitian ini perkuat oleh Robiyanto (2018) yang menemukan bahwa tingkat suku bunga
memiliki pengaruh positif terhadap return indeks harga saham gabungan dan return indeks
Jakarta Islamic.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ringga Samsurufika Anggriana (2020)
menyatakan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh terhadap indeks harga saham. Penelitian
yang dilakukan oleh Muhammad Rizki (2021) juga menyatakan bahwa tingkat suku bunga
berpengaruh positif terhadap return Indeks Harga Saham Gabungan. Namun, penelitian yang
dilakukan Meidiana Mulya Ningsih dan Ikaputera Waspada (2018) menyatakan bahwa tingkat
suku bunga tidak berpengaruh pada Indeks Harga Saham Gabungan. Berdasarkan penjelasan
diatas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menguji kembali hubungan Tingkat Suku Bunga
terhadap Indeks Harga Saham dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Diduga Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan yaitu studi empiris dengan menggunakan data sekunder yang
merupakan hasil pengamatan dan pendokumentasian. Data tersebut didapat dari Badan Pusat
Statistik (BPS), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia (BI). Untuk data tingkat suku
bunga dan inflasi merupakan data yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sementara, nilai
tukar merupakan data perbandingan nilai tukar rupiah terhadap US dollar tahun 2017-2021.
Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan, penelitian ini menggunakan data
kuantitatif dimana data tersebut berupa angka yang kemudian dihitung untuk mendapatkan
suatu kesimpulan. Variabel penelitian ini meliputi variabel dependen dan variabel independen.

Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2017-2021 dengan menggunakan media internet melalui situs resmi
Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id, www.bi.go.id, serta sumber-sumber lain yang dapat
mendukung penelitian ini. Dipilihnya Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia sebagai
tempat penelitian yaitu karena dianggap memiliki data yang lengkap, akurat, dan telah
terorganisasi dengan baik.

Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2021 sampai bulan Oktober 2022. Dimulai
dari penyusunan proposal skripsi, pengumpulan data penelitian, perhitungan tabulasi data
penelitian, pengolahan data penelitian, dan analisis hasil data penelitian hingga penyusunan
skripsi.

Operasional Variabel Penelitian


731
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

Menurut Sugiyono (2016) definisi variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini menguji pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Variabel dependen atau variabel yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti adalah Indeks Harga Saham (Y). Sedangkan variabel
independen dalam penelitian ini adalah, Inflasi (X1), Nilai Tukar Rupiah (X2), dan Tingkat
Suku Bunga (X3).

Populasi Dan Sampel


Pada penelitian ini populasi dan sampel yang digunakan adalah indeks harga saham perusahaan
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2021.
Berdasarkan metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling, hanya perusahaan yang
memenuhi kriteria saja yang digunakan sebagai sampel. Kriteria yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2017-2021
2. Perusahaan tidak mengalami delisted di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode 2017-2021

Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2016:224), teknik pengumpulan data merupakan langkah paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data tersebut
didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia (BI).
Untuk data tingkat suku bunga dan inflasi merupakan data yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Sementara, nilai tukar merupakan data perbandingan nilai tukar rupiah terhadap US
dollar tahun 2017-2021.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis
dilakukan terhadap laporan keuangan Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang
terdaftar di BEI periode 2017-2021 yang akan diteliti. Data ini berupa angka (numerik) yang
kemudian akan diolah melalui Eviews 12.0 for windows.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Statistik Deskriptif


Tabel 4.7
Statistik Deskriptif

732
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

Tabel uji statistik deskriptif di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:


1. Tabel diatas menunjukan bahwa jumlah pengamatan (obs = Observations) pada
penelitian ini adalah Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yaitu sebanyak 175 yang berasal dari 35 perusahaan dengan periode 2017-
2021.
2. Indeks Harga Saham (Y) pada penelitian kali ini memiliki nilai mean sebesar 4.785,33,
nilai maximum sebesar 83.800, nilai minimum sebesar 50, nilai standar deviasi sebesar
12.060,45, nilai sum sebesar 837.433, dan nilai skewness sebesar 4,63 serta nilai kurtosis
sebesar 26,43. Standar deviasi merupakan cerminan dari rata-rata penyimpangan data dari
mean. Standar deviasi dapat menggambarkan seberapa besar variasi data, karena nilai standar
deviasi lebih besar dari nilai mean, sehingga simpangan data pada Indeks Harga Saham ini
dapat dikatakan tidak baik. Hal ini menunjukan bahwa data Indeks Harga Saham dalam
penelitian ini terdapat beberapa outlier (data yang terlalu ekstrim).
3. Inflasi (X1) pada penelitian kali ini memiliki nilai mean sebesar 0,028, nilai maximum
sebesar 0,04, nilai minimum sebesar 0,02, nilai standar deviasi sebesar 0,0075, nilai sum
sebesar 4,9, dan nilai skewness sebesar 0,343 serta nilai kurtosis sebesar 1,84. Standar deviasi
merupakan cerminan dari rata-rata penyimpangan data dari mean. Standar deviasi dapat
menggambarkan seberapa besar variasi data, karena nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai
mean, hal ini menunjukan bahwa nilai mean dapat digunakan sebagai representasi dari
keseluruhan data.
4. Nilai Tukar Rupiah (X2) pada penelitian kali ini memiliki nilai mean sebesar 14.060,8,
nilai maximum sebesar 14.481, nilai minimum sebesar 13.548, nilai standar deviasi sebesar
320,4, nilai sum sebesar 2.460.640, dan nilai skewness sebesar -0,34 serta nilai kurtosis sebesar
1,97. Standar deviasi merupakan cerminan dari rata-rata penyimpangan data dari mean. Standar
deviasi dapat menggambarkan seberapa besar variasi data, karena nilai standar deviasi lebih
kecil dari nilai mean, hal ini menunjukan bahwa nilai mean dapat digunakan sebagai
representasi dari keseluruhan data.
5. Tingkat Suku Bunga (X3) pada penelitian kali ini memiliki nilai mean sebesar 0,045,
nilai maximum sebesar 0,06, nilai minimum sebesar 0,035, nilai standar deviasi sebesar 0,009,
nilai sum sebesar 7,87, dan nilai skewness sebesar 0,55 serta nilai kurtosis sebesar 1,89. Standar
deviasi merupakan cerminan dari rata-rata penyimpangan data dari mean. Standar deviasi dapat
menggambarkan seberapa besar variasi data, karena nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai
mean, hal ini menunjukan bahwa nilai mean dapat digunakan sebagai representasi dari
keseluruhan data.

Pemilihan Model Estimasi Data Panel


Common Effect Model

733
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

Fixed Effect Model

Random Effect Model

734
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

Pemilihan Model Regresi Data Panel


Uji Chow
Pada software Eviews 12, uji Chow dilakukan dengan melihat nilai probability cross-section
Chi Square pada hasil output. Dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut:

H0: Common Effect Model


H1: Fixed effect Model

Kriteria uji Chow sebagai berikut:


Jika hasil dari probability cross-section Chi Square > 0,05, Maka H0 diterima
Jika hasil dari probability cross-section Chi Square < 0,05, maka H1 diterima

Tabel 4.7
Uji Chow

Berdasarkan hasil Uji Chow yang ditunjukkan pada Table 4.7 diatas, dapat dilihat bahwa model
hipotesis memiliki nilai probability cross-section Chi Square < 0,05 yaitu 0,00 < 0,05 Maka H1
diterima yang artinya Fixed Effect Model adalah model yang cocok digunakan dibandingkan
Common Effect Model.

Uji Hausman
Pada software Eviews 12, Uji Hausman dilakukan dengan melihat nilai probability cross-
section random pada hasil output. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

H0: Random Effect Model


H1: Fixed effect Model

Kriteria Uji Hausman sebagai berikut:


Jika hasil dari probability cross-section random > 0,05, Maka H0 diterima
Jika hasil dari probability cross-section random < 0,05, maka H1 diterima

Tabel 4.8
Uji Hausman

735
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

Berdasarkan hasil Uji Hausman yang ditunjukkan pada Tabel 4.8 diatas, dapat dilihat bahwa
hasil dari probability cross-section random > 0,05 yaitu 1,00 > 0,05 Maka H0 diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Random Effect Model yang paling tepat digunakan
dibandingkan dengan Fixed Effect Model.

Uji Lagrange Multiplier


Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah Random Effect Model atau
Common Effect Model yang paling tepat digunakan. Uji signifikasi Random Effect Model ini
dikembangkan oleh Breusch Pagan. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0: Common Effect Model


H1: Random Effect Model

Jika hasil dari Breusch Pagan cross-section one sided > 0,05 maka H0 diterima.
Jika hasil dari Breusch Pagan cross-section one sided < 0,05 maka H1 diterima.

Tabel 4.9
Uji Lagrange Multiplier

Berdasarkan hasil Uji LM yang ditunjukkan pada Tabel 4.9, dapat dilihat bahwa model
hipotesis memiliki nilai probabilitas Breusch Pagan cross-section one sided < (0,05) yaitu 0,00
< 0,05 sehingga H1 diterima yang artinya Random Effect Model yang paling tepat digunakan
dibandingkan dengan Common Effect Model.

736
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

Berdasarkan hasil Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji Lagrange Multiplier menunjukan model
yang paling tepat adalah Random Effect Model.

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas

Gambar 4.1 Uji Normalitas


Dari Gambar 4.1 diatas dapat dilihat dari nilai Jarque-Bera 12,60929 > 0,05 dan probabilitasnya
adalah 0,182 > 0,05 hal ini menunjukan bahwa data residual terdistribusi secara normal. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal. Oleh karena itu,
data ini memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikolinearitas
Tabel 4.10
Uji Multikolinearitas

Pada tabel 4.10 diatas menunjukan nilai untuk setiap korelasi antara Inflasi (X1) sebesar 0,69
dan -0,004, Nilai Tukar Rupiah (X2) sebesar 0,69 dan 0,001 dan Indeks Harga Saham (X3)
sebesar -0,004 dan 0,001. Indikasi terjadinya multikolinearitas apabila koefisien korelasi
diantara masing-masing variable bebas lebih besar dari 0,80 (Winarno, 2015), maka jika dilihat
dari hasil penelitian diatas tidak ada korelasi antara variable independen yang tingginya diatas
0,80, sehingga pada penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen.

737
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

Uji Heterokedastisitas

Tabel 4.11
Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas signifikansi dari variabel
independen di atas tingkat kepercayaan 5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan model regresi
ini tidak mengandung adanya gejala heteroskedastisitas.

Uji Autokorelasi

Tabel 4.12
Uji Autokorelasi

Nilai Durbin – Watson (DW) sebesar 1,820 akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin –
Watson. Jumlah sampel (N) sebesar 175 dan jumlah variabel independen sebanyak 3 (k = 3),
maka diperoleh nilai Durbin Lower (DL) = 1,775 dan Durbin Upper (DU) = 1,729. Karena nilai
DU 1,729 lebih kecil dari DW 1,791 dan kurang dari 4–DU yaitu 4 – 1,729 = 2,271, sehingga
diperoleh hasil 1,729 < 1,820 < 2,271 dan sudah sesuai dengan syarat DU < DW < 4 – DU,
maka dalam model regresi ini tidak terdapat autokorelasi positif atau negatif atau dapat
disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat autokorelasi.

Uji Regresi Linear Berganda


Tabel 4.13
Hasil Uji Regresi Data Panel dengan Model Terpilih Random Effect

738
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

Model perumusan analisis yang digunakan adalah:


Indeks Harga Saham = -3673,989+ 152773,2X1 +0,104548X2 +60258,76X3 + e
1. Konstanta sebesar -3673,989, artinya apabila Inflasi (X1), Nilai Tukar Rupiah (X2¬)
dan Tingkat Suku Bunga (X3) sebesar 0, maka Indeks Harga Saham sebesar -3673,989.
2. Nilai koefisien variabel Inflasi (X1) sebesar 152773,2 menunjukkan bila variabel Inflasi
(X1) meningkat satu satuan maka akan meningkatkan Indeks Harga Saham sebesar 152773,2
dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
3. Nilai koefisien variabel Nilai Tukar Rupiah (X2) sebesar 0,104548 menunjukkan bila
variabel Nilai Tukar Rupiah (X2) meningkat satu satuan maka akan menurunkan Indeks Harga
Saham sebesar 0,104548 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
4. Nilai koefisien variabel Tingkat Suku Bunga (X3) sebesar 60258,76 menunjukkan bila
variabel Tingkat Suku Bunga (X3) meningkat satu satuan maka akan meningkatkan Indeks
Harga Saham sebesar 60258,76 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Uji Hipotesis
Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 4.14
Hasil R-Square

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa nilai Adjusted R-squared adalah sebesar 0,146
memiliki makna bahwa 14,6%. Indeks Harga Saham dapat dijelaskan oleh variabel Inflasi (X1),
Nilai Tukar Rupiah (X2) dan Tingkat Suku Bunga (X3) sedangkan sisanya 85,4% ditentukan
oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Uji F (Stimultan)
Tabel 4.15
Hasil Uji F Hitung

739
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

Pencarian table pada F hitung dengan df=n-v,175-4= 171. Berdasarkan hasil pengujian model
menggunakan model Random Effect pada tabel 4.15 diperoleh bahwa F-statistic sebesar 1,79
< F tabel yaitu 2,66 dan nilai Probability f-statistic 0,011 dengan hal ini menunjukkan bahwa
variabel Inflasi (X1), Nilai Tukar Rupiah (X2) dan Tingkat Suku Bunga (X3) secara simultan
tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Yang
Terdaftar Di BEI Tahun 2017-2021.
Uji t (Parsial)
Tabel 4.16
Hasil Uji t Hitung

Penelitian ini menguji antara variabel dependen yaitu Indeks Harga Saham dengan variabel-
variabel independen yaitu Inflasi (X1), Nilai Tukar Rupiah (X2) dan Tingkat Suku Bunga (X3).
Pada t hitung dengan df= n-v, 175-3= 172. Hasil pada tabel didapatkan nilai pada t tabel yaitu
1,653. Dari hasil pengujian statistik analisis regresi data panel menggunakan software Eviews
12, diperoleh Uji statistik t sebagai berikut:
H1 = Inflasi (X1) Nilai t hitung > t tabel yaitu 2,018 > 1,653 dan nilai Prob t 0,03 < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa Inflasi (X1) Berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI Tahun 2017-2021.
H2 = Nilai Tukar Rupiah (X2) Nilai t hitung > t tabel yaitu 2,031 > 1,653 dan nilai Prob t 0,04
< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Nilai Tukar Rupiah (X2) Berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI Tahun 2017-
2021.
H3 = Tingkat Suku Bunga (X3) Nilai t hitung < t tabel yaitu 1,653 > 1,605 dan nilai Prob t 0,3
> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Nilai Tukar Rupiah (X3) Tidak Berpengaruh
terhadap Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI Tahun
2017-2021.

KESIMPULAN
Penelitian ini menganalisis pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga
terhadap indeks harga saham. Penelitian ini menggunakan 135 sampel pada perusahaan sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2021.
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan E-Views. Berdasarkan hasil dan pembahasan
penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga menunjukan hasil tidak
berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2021.
2. Inflasi menunjukan hasil berpengaruh secara negatif terhadap indeks harga saham
pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2017-2021.
3. Nilai tukar rupiah menunjukan hasil berpengaruh secara negatif dan positif terhadap
indeks harga saham pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2017-2021.
740
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

4. Tingkat suku bunga menunjukan hasil tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham
pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2017-2021.

DAFTAR PUSTAKA
Afridayani dkk. (2020). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Suku Bunga terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Proceeding Universitas Pamulang, 1(1), 135–145.
Anggriana, R. S., & Paramita, R. . S. (2020). Analisis Pengaruh BI Rate, Kurs, Inflasi, Harga
Minyak, dan Harga Emas Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Periode 2016-
2019. Jurnal Ilmu Manajemen, 8(3), 1085.
Bunga, D. S., Tukar, N., & Rizki, M. (2021). Cadangan Devisa Terhadap Return Ihsg Di Bursa
Efek Indonesia. 3(1), 44–55.
Hidayat, M. J., Hadi, A. F., & Anggraeni, D. (2018). Analisis Regresi Data Panel Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia (Ipm) Jawa Timur Tahun 2006-2015. Majalah Ilmiah
Matematika Dan Statistika, 18(2), 69.
Imilda, L., & Prasetya, E. R. (2021). Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Dan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Prosiding Seminar Ilmiah
Akuntansi, 1(1), 434–444.
Jannah, M. (2012). Paparan Dan Pembahasan Data Hasil Penelitian. Skripsi, 58–76.
Maronrong, R. M., & Nugrhoho, K. (2019). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Dan Nilai Tukar
Terhadap Harga Saham Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Otomotif Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2012- 2017. Jurnal STEI Ekonomi, 26(02), 277–295.
Milasari, A. S. (2010). Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Terhadap Harga Barang Impor Dan
Inflasi Dalam Negeri Di Beberapa Negara Industri. Jurnal Ekonomi, 14–35.
Mishkin, F. (2008). Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan edisi 8. Jakarta: Salemba
Empat.
Ningsih, M. M., & Waspada, I. (2018). PENGARUH BI RATE DAN INFLASI TERHADAP
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (Studi Pada Indeks Properti, Real Estate, Dan
Building Construction, di BEI Periode 2013 - 2017). Jurnal MANAJERIAL, 17(2), 247.
Nurlaelasari, E., Geriadi, A. D., & Wiksuana, I. G. B. (2021). Pengaruh Inflasi Terhadap Return
Saham Risiko Sistematis dan Profitabilitas Sebagai Variabel Mediasi (Studi Empiris pada
Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Humanities,
Management and Sciene Proceeding 2021, 01(2), 393–405.
Nurwani. (2016). ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN SUKU
BUNGA SBI TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI
BURSA EFEK INDONESIA NURWANI Dosen Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Universitas Muhammadiyah Su, 01(01), 13.
Paryudi, P. (2021). Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga dan Inflasi terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan. Jurnal Ilmiah Manajemen Kesatuan, 9(2), 11–20.
https://doi.org/10.37641/jimkes.v9i2.448
Rahma, W. (2018). Analisis Pengaruh 7 Day Rate Repo, Inflasi, Nilai Tukar, dan PDB
Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti ( Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia ).
5(2), 96–106.
Rizki, M. (2021). Dampak Suku Bunga, Inflasi, Nilai Tukar, Dan Cadangan Devisa Terhadap
Return Ihsg Di Bursa Efek Indonesia. Journal of Business Administration Economic &
Entrepreneurship, 3(1), 44–55.
Sari, W. I. (2019). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Return
LQ 45 dan Dampaknya Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jurnal SEKURITAS (Saham, Ekonomi, Keuangan Dan Investasi), 3(1), 65.
741
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN TINGKAT SUKU
BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM | Hal 727-742

Stefanus, A. C., & Robiyanto, R. (2020). Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga Bi,
Dan Nilai Tukar Usd-Idr Terhadap Perubahan Harga Saham Sektor Perusahaan Manufaktur
Di Indonesia. International Journal of Social Science and Business, 4(2), 182–188.
Sunaryo. (2010). Corporate Social Resposibility Dalam Perspektif Pembangunan
Berkelanjutan.
Susanto, B. (2015). Pengaruh Inflasi, Bunga Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham (Studi
Pada : Perusahaan Sektor Properti Dan Real Estate Tercatat Bei). Jurnal ASET (Akuntansi
Riset), 7(1), 29.
Tandelinin,E. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius.
Winarno, Wahyu Wing. (2015). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Wulandari Suarka, S., & Wiagustini, N. L. P. (2019). Pengaruh Inflasi, Profitabilitas, Struktur
Modal, Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods. E-
Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 8(6), 3930.
Yusma, N., & Holiawati. (2019). Investment Risk, Investment Opportunity Set Dan Return
Saham. JABI (Jurnal Akuntansi Berkelanjutan Indonesia), 2(3), 393–406.

742

Anda mungkin juga menyukai